MENTARI
MENJILAT MUNTAHANNYA
SENDIRI
Pertanyaan:
بِسم
الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
Apa hukumnya mengambil kembali pemberian?.
Karena saya mendengar bahwa ada dari salah seorang muhsinin memberi dana untuk
kebutuhan da'wah, orang yang diberi kepercayaan (yang diamanahi) membelikan
sarana-sarana da'wah dengan dana tersebut, kemudian dia serahkan ke seseorang,
setelah itu orang yang diamanahi tersebut mengambil lagi pemberian itu, padahal
dia hanya penyalur, bukan sumber pemberi, apakah ini boleh? Benarkah bahwa ustadz
dan kawan-kawan ustadz pernah diberi pemberian seperti itu lalu diambil lagi?
Muhammad bin Salim menjawab:
بِسم
الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ
لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ
لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Orang yang memberi suatu pemberian kemudian mengambil
lagi pemberiannya tidak lain karena dia merasa diri seakan-akan mentari
(matahari) yang menerangi muka bumi, dia mengira kalau tanpa dia maka bumi akan
gelap, dia mengira kalau tanpa dia bumi ini akan hancur, dia mengira bumi dan
para penghuninya sangat butuh kepadanya, mungkin dia maunya manusia yang ada di
muka bumi ini mengagumkannya atau sujud kepadanya sebagaiman orang-orang Jepang
mengagumkan dan sujud kepada mentari (matahari).
Orang seperti ini (yang memberi suatu pemberian kemudian
mengambil lagi pemberiannya) maka dia tidak ada bedanya dengan anak kecil yang
masih ingusan, bahkan dia persis dengan anjing, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«العَائِدُ
فِي هِبَتِهِ كَالكَلْبِ يَقِيءُ ثُمَّ يَعُودُ فِي قَيْئِهِ»
"Orang
yang mengambil kembali pemberiannya seperti anjing yang muntah lalu memangsa
kembali muntahannya". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Abdulloh bin
Abbas.
Pertanyaan:
Apa hukumnya menjadi mata-mata?, karena banyak saya tahu
kalau ada sebagian orang suka menggunakan mata-mata untuk mencari-cari aib
orang, mungkin ustadz juga telah dapati di sekeliling ustadz!.
Muhammad bin Salim menjawab:
Merupakan suatu kewajiban dan keharusan bagi
siapa saja yang bekerja sebagai jasus (memata-matai) orang-orang mu'min atau
dipekerjakan sebagai jasus untuk memata-matai orang-orang mu'min, karena memata-matai
orang-orang mu'min adalah termasuk salah satu dosa besar.
Tidaklah seseorang memata-matai orang-orang
mu'min melainkan karena dia memiliki dzon (sangkaan) kepada mereka,
Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata:
«إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيثِ،
وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ تَجَسَّسُوا».
"Berhati-hatilah
kalian dari sangkaan, karena sesungguhnya sangkaan itu adalah paling dustanya
perkataan, dan janganlah kalian saling mencari-cari berita dan saling
memata-matai". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Abu Huroiroh.
Dan ini sangat jelas tentang keharomannya,
Alloh (تعالى) berkata:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ
الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ
بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا
فَكَرِهْتُمُوهُ} [الحجرات: 12].
"Wahai orang-orang
yang beriman, jauhilah oleh kalian berbanyak sangka, sesungguhnya sebagian
sangkaan itu adalah dosa, dan janganlah kalian saling memata-matai dan
janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain, apakah suka salah
seorang diantara kalian memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentu
kalian merasa jijik (benci)". (Al-Hujarot: 12).
Dan merupakan salah satu kelancangan para
jasus yang memata-matai orang-orang mu'min ketika sudah mendapatkan apa yang
dimata-matai maka langsung mereka beberkan di hadapan manusia, maka ini
termasuk pula kesalahan dan dosa besar, dari Mu'awiyyah, beliau berkata:
Aku mendengar Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِنَّكَ إِنِ اتَّبَعْتَ عَوْرَاتِ النَّاسِ أَفْسَدْتَهُمْ أَوْ
كِدْتَ أَنْ تُفْسِدَهُمْ».
"Sesungguhnya kamu jika mencari-cari (memata-matai) aib-aib
manusia maka kamu telah menyobek-nyobek (merusak) mereka atau barangkali kamu
akan membinasakan mereka". Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ath-Thobariy.
Abu
Darda'
berkata:
"كَلِمَةٌ سَمِعَهَا مُعَاوِيَةُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، نَفَعَهُ اللهُ بِهَا".
"Ini adalah kalimat yang Mu'awiyyah
mendengarkannya dari Rosululoh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), Alloh telah memberikannya manfaat
dengannya".
Pertanyaan:
Seseorang suka membantu namun dia inginkan darinya untuk
menanam "jasa" alias mencari pujian serta sanjungan, apakah perbuatan
ini boleh? Dan ada pula yang tidak bisa melakukan apa-apa namun dia sebarkan bahwa
dia bisa ini dan bisa itu? Apakah ini termasuk dari dusta?
Muhammad bin Salim menjawab:
Tidak
boleh bagi seseorang untuk membantu orang lain dengan niat mencari pujian atau
sanjungan, karena ini termasuk dari syirik kecil, bila seperti ini perbuatannya
maka tidak diberi pahala, Alloh berkata:
{وَقَدِمْنَا إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ
هَبَاءً مَنْثُورًا} [الفرقان: 23]
"Dan Kami hadapkan kepada apa yang telah mereka lakukan
dari suatu amalan, lalu Kami menjadikannya seperti debu yang berterangan". (Al-Furqon: 23).
Tidak
diragukan lagi bahwa orang yang suka pujian dan sanjungan atau menampakan
sesuatu yang tidak ada padanya akan terhujati dengan perkataan Alloh (تعالى):
{لَا تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا
وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ
بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [آل عمران: 188].
"Janganlah kamu mengira tentang orang-orang yang mereka
bergembira terhadap apa-apa yang mereka kerjakan dan mereka senang supaya
dipuji tentang perbuatan yang tidak pernah mereka kerjakan, maka
janganlah kamu mengira bahwasanya mereka terbebas dari azab, dan bagi mereka
adalah azab yang pedih".
(Ali Imron: 188).
وصَلَّى
اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar