Para penemu
Pasti meniru orang-orang terdahulu
Penulis:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
www.assaabiquunalawwaluun.blogspot.com
Maktabah Abil 'Abbas Rohimahulloh
1434
Pertanyaan:
بِسم
الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
Sekarang sudah tersebar praktek bekam dan bahkan
diterapkan di dunia kesehatan, dan berkembang cepat di negara-negara kafir, sebenarnya
bekam itu penemuan dari mana? Asalnya dari mana? Apakah benar bahwa dia adalah
suatu penemuan? Karena kita (orang-orang muslim) sering dipojokan dan dikatakan
bahwa kita ketinggalan zaman, lihat para penemu kebanyakan dari orang-orang
kafir!.
Bagaimana tanggapannya tentang masalah ini?
Jawaban:
بِسم
الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ
لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ
لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Agama Islam adalah agama yang jaya, dari sejak dahulu sampai
sekarang, tidak ada satu pun dari umat manusia melainkan mereka meniru dari
umat Islam, baik umat yang terdahulu maupun yang belakangan, baik yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan maupun teknologi, semua penemuan asal mulanya
dari umat Islam, diantaranya kami akan sebutkan:
Pertama: Bekam.
Ini bersumber dari agama Islam, Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) yang memerintahkan para shohabatnya untuk mempraktekkannya, Al-Imam
Ibnu Majah meriwayatkan dari hadits Abdulloh bin Abbas, bahwasanya Nabi
(صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«مَا مَرَرْتُ لَيْلَةَ
أُسْرِيَ بِي، بِمَلَإٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ، إِلَّا كُلُّهُمْ يَقُولُ لِي:
عَلَيْكَ، يَا مُحَمَّدُ بِالْحِجَامَةِ».
"Tidaklah aku melewati malaikat
dari para malaikat pada malam ketika aku diisro'kan melainkan mereka semuanya
berkata kepadaku: "Harus bagimu wahai Muhammad untuk berbekam!".
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad dhoif,
akan tetapi dia terangkat menjadi shohih karena ada penguat dan penopang dari
hadits lain, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dari hadits
Abdulloh bin Mas'ud, beliau berkata:
«حَدَّثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
عَنْ لَيْلَةِ أُسْرِيَ بِهِ أَنَّهُ لَمْ يَمُرَّ عَلَى مَلَإٍ مِنَ
المَلَائِكَةِ إِلَّا أَمَرُوهُ أَنْ مُرْ أُمَّتَكَ بِالحِجَامَةِ».
"Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) bercerita pada malam ketika diisro'kan dengannya bahwasanya
beliau tidak melewati seorang malaikat dari para malaikat melainkan mereka
memerintahkannya untuk: "Perintahkannlah umatmu dengan berbekam!".
Setelah Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
mengamalkan bekam ini dan memerintahkannya kepada umatnya, setelah beberapa
generasi kemudian bermuncullah para cendikiawan muslim, yang mereka mulai
mengumpulkan tulisan-tulisan, ketika penyebaran Islam semakin meluas hingga
sampai di benua Eropa buku-buku Islam dimanfaatkan oleh orang-orang kafir,
diantara yang mereka adopsi dan yang mereka praktekkan adalah bekam ini, begitu
pula ketika terjadinya ekspansi dan da'wah Islam tersebar sampai di benua Asia,
buku-buku Islam digunakan oleh orang-orang musyrik yang ada di Cina, kemudian
mereka kembangkan semisal bekam ini, mereka variasi dan mereka kembangkan, yang
awalnya mereka mengetahui titik-titik untuk akupuntur (terapi dengan jarum)
kemudian mereka jadikan pada titik bekam sebagai tambahan, dan ini mereka
lakukan tidak dengan waktu cepat namun membutuhkan waktu lama, coba kita
perhatikan mereka yang mengikuti praktek atau kuliah di bidang ini, tentu
membutuhkan waktu lama.
Kedua: Obat-obatan.
Orang-orang kafir kalau mengetahui ada sejenis obat untuk
penyembuhan, paling-paling mereka hanya bisa mengatasi satu penyakit atau dua
atau lebih sedikit, namun dengan keberadaannya Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), beliau langsung menyebutkan satu obat yang mengatasi semua
penyakit, beliau (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِنَّ فِي الْحَبَّةِ
السَّوْدَاءِ شِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ، إِلَّا السَّامَ وَالسَّامُ الْمَوْتُ»
"Sesungguhnya pada habbatus sauda'
adalah penyembuh dari setiap penyakit, kecuali as-saam, dan as-saam adalah
kematian". Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Huroiroh.
Ketika da'wah dan buku-buku Islam sudah tersebar di dunia
Barat maka mereka manfaatkan, diantaranya adalah masalah ini, mereka kembangkan
dan mereka jadikan sebagai campuran terhadap jenis obatan-obatan yang lainnya.
Ketiga: Ilmu Teknologi.
Sebelum orang-orang kafir Barat berhasil dalam penemuan
tentang listrik dan berbagai macam teknologi maka di dalam dunia Islam sudah
ditemukan asal dan sumbernya, kemudian orang-orang kafir hanya mengembangkannya,
Alloh (تعالى) berkata tentang kisah hamba-Nya yang Sholih (Dzulqornain):
{آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ
حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ
نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا} [الكهف: 96]
"Datangkanlah oleh kalian untukku
potongan-potongan besi, apabila besi itu telah sama rata (susunannya) dengan
puncak gunung, lalu dia (Dzulqornain) berkata: Kobarkan api itu, ketika api itu
sudah memerah dia berkata: "Berilah aku tembaga yang mendidih supaya aku
tuangkan ke atas besi yang panas itu". (Al-Kahfi: 96).
Apa yang dilakukan oleh Dzulqornain ini kemudian ditiru oleh
manusia, kemudian bermunculanlah yang namanya las (menghubungkan antara besi
dengan besi atau tembaga dan yang semisalnya).
Apa yang diadakan oleh Dzulqornain Rodhiyallahu 'anhu itu
teranggap sebagai penemuan terbesar, ketika itu tidak ada yang namanya benteng,
beliau dan bala tentaranya mendirikan benteng yang begitu kokoh yang bertujuan
untuk memenjara orang-orang kafir dari kalangan Ya'juj dan Ma'juj, setelah
kejadian itu kemudian mulailah diadakan benteng-benteng besar, seperti benteng
raksasa di Cina yang didirikan untuk mencegah serangan musuh-musuh mereka, dari
mana mereka tahu ide seperti itu? Tidak lain melainkan mereka tahu dari cerita nenek
moyang mereka yang mendapatkan kisah tentang Dzulqornain.
Tapi bagaimana pun orang-orang kafir membuat benteng
pertahanan tetap tidak akan bisa menyamai benteng yang didirikan oleh
Dzulqornain, dari segi ketingginannya hingga bahan-bahannya.
Keempat: Kapal atau Perahu.
Yang berkaitan dengan kapal pun orang-orang kafir pada
asalnya tidak bisa mengadakan, hingga raja mereka merambas perahu-perahu
orang-orang miskin, Alloh (تعالى) berkata tentang kisah nabi-Nya Khidhir, yang beliau berkata
kepada nabi Musa:
{أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي
الْبَحْرِ} [الكهف:
79]
"Adapun perahu maka dia
adalah miliknya orang-orang miskin yang bekerja di laut". (Al-Kahfi: 79).
Dan yang pertama kali mengadakan perahu adalah nabi Nuh,
Alloh (تعالى) berkata tentangnya:
{وَيَصْنَعُ الْفُلْكَ} [هود:
38].
Dan dia membuat perahu". (Huud: 38).
Bahkan kapalnya beliau ini yang terbesar di dunia ini, tidak
ada satu kapal pun yang sama besarnya dengannya, karena ketika itu manusia
berpostur tubuh besar dan tinggi sebagaimana bentuk tubuh bapak mereka (Adam),
begitu pula binatang-binatang dan hewan-hewan yang ikut naik diperahunya,
tubuh-tubuh semuanya besar-besar.
Dengan asal tersebut kemudian manusia meniru, ada yang
membuat kapal besar yang dinamakan dengan Titanik, Lambelu, Tidar, Renjani dan
yang semisalnya, dan ada pula yang membuat kapal selam, kapal terbang dan yang
semisalnya, semua itu hanyalah tiruan dengan banyak penambahan dan perubahan
dari asalnya.
Kelima: Nama-nama Segala
Sesuatu.
Orang-orang kafir ketika mereka mengadakan penelitian, dan
bila penelitian mereka berhasil mereka pun membuat suatu nama pada penemuan
tersebut, orang-orang yang hidup setelahnya kemudian menjadikan nama tersebut
sebagai suatu pengetahuan dan mereka menghafalnya dan mempelajarinya, mereka
merasa bangga dengan itu, mereka mengira bahwa mereka telah mengetahui berbagai
macam nama-nama dan istilah-istilah seperti embrio, sperma, ovum, zigot dan yang
semisalnya, mereka menganggap bahwa itulah hasil usaha mereka, mereka tidak
menyadari kalau itu hanya sebagian kecil nama-nama dan istilah-istilah, padahal
Alloh (تعالى) sudah ajarkan semua nama-nama kepada nabi-Nya Adam, Alloh (تعالى) berkata:
{وَعَلَّمَ آدَمَ
الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ
أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (31) قَالُوا
سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ
الْحَكِيمُ (32)} [البقرة: 31، 32]
"Dan Dia telah mengajarkan kepada
Adam nama-nama semuanya, kemudian semua itu dipertunjukkan kepada para
malaikat, Dia berkata: Kabarkanlah kalian nama-nama itu semuanya jika kalian
adalah benar!, mereka berkata: Maha Suci Engkau, tidaklah kami memiliki ilmu
(tentang semuanya) melainkan hanya yang Engkau ajarkan kepada kami,
sesungguhnya Engkau adalah Al-'Alim (Maha Berilmu) dan Al-Hakim (Maha
Bijaksana)". (Al-Baqoroh: 31-32).
Para malaikat saja sudah tidak mengetahui semuanya, apalagi
rajanya orang-orang kafir (Iblis) dan bala tentaranya?!.
Kelima: Teori Kehidupan.
Alloh (تعالى) berkata tentang penciptaan suatu kehidupan:
{وَبَدَأَ خَلْقَ
الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ} [السجدة: 7]
"Dan Dia memulai penciptaan manusia
dari tanah". (As-Sajadah: 7).
Ketika buku-buku Islam tersebar di benua Eropa dan Asia
mulailah orang-orang kafir menggali berbagai macam faedah di dalamnya, diantara
yang berkaitan dengannya adalah proses penciptaan manusia.
Tidaklah lama kemudian muncul teori evolusi yang dikembangkan
oleh Carles Darwin, dalam teorinya dia simpulkan bahwa kehidupan itu berasal
dari benda mati, dengan bersusah payah dalam membuat kesimpulan seperti ini,
padahal umat Islam yang berpegang teguh kepada agamanya hanya dengan mudah
menyimpulkan bahwa makhluk hidup asalnya dari benda mati (tanah):
{هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ
مِنْ طِينٍ} [الأنعام: 2]
"Dialah (Alloh) yang menciptakan
kalian dari tanah". (Al-An'am: 2).
Adapun orang-orang kafir untuk membuat kesimpulan seperti ini
membutuhkan belajar bertahun-tahun, bahkan mereka menghabiskan umurnya hanya
dalam perkara seperti ini, hanya sebab mencari gelar Prof atau DR mereka sampai
gila, sampai Carles Darwin gila karena usaha seperti itu, dia pun mengutarakan
teorinya bahwa dia dan saudara-saudarinya (orang-orang kafir) berasal dari kera.
Dan herannya teori ini pun diagungkan di beberapa negara Islam, sampai kami
pernah mendengarkan ada seorang dosen agama yang belajar di STAIN Ambon
kemudian lanjutkan studinya di Makassar membenarkan teori ini, dia berkata:
"Adam diciptakan dari tanah adalah benar, dan perkataan Carles Darwin
bahwa manusia berasal dari kera juga benar".
Tidaklah seorang pun yang terpengaruh dengan teori Carles ini
melainkan dia akan gila pula sebagaimana Carles yang mengakui kera sebagai
nenek moyangnya.
Keenam: Penentuan Adanya 12
Jam Dalam Sehari.
Sebelum orang-orang kafir Barat menentukan adanya penentuan bahwa
dalam sehari semalam ada 24 jam, Islam sudah menentukannya, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّ
النَّهَارَ اثْنَا عَشَرَ سَاعَةً».
"Wahai
Abu Dzarr sesungguhnya (dalam) sehari itu ada 12 (dua belas) jam".
Dalam Islam telah ditentukan
bahwa jam satu mulai dari awal siang, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ
الجُمُعَةِ غُسْلَ الجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً،
وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ
رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ،
وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً،
وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الخَامِسَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً، فَإِذَا
خَرَجَ الإِمَامُ حَضَرَتِ المَلاَئِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ».
"Barang
siapa mandi pada hari Jum'at dengan (sifat) mandi jenabah kemudian dia
berpagi-pagi pergi (ke masjid) maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor
onta, dan barang siapa yang pergi pada jam 2 (dua) maka seakan-akan dia
berkurban dengan seekor sapi, dan barang siapa yang pergi pada jam 3 (tiga)
maka seakan-akan dia berkurban dengan kambing yang bertanduk, dan barang siapa
yang pergi pada jam 4 (empat) maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor
ayam, dan barang siapa yang pergi pada jam 5 (lima) maka seakan-akan dia
berkurban dengan sebutir telur, jika imam telah keluar maka para malaikat
mendengarkan dzikir". Diriwayatkan oleh
Asy-Syaikhon dari hadits Abu Huroiroh.
Dari hadits tersebut bila
dicocokan dengan jam masehi maka sebagai berikut:
Jam 7 masehi sama dengan jam
1 hijriy.
Jam 8 masehi sama dengan jam
2 hijriy.
Jam 9 masehi sama dengan jam
3 hijriy.
Jam 10 masehi sama dengan
jam 4 hijriy.
Jam 11 masehi sama dengan
jam 5 hijriy.
Sampai seterunya.
Dan termasuk kesalahan
orang-orang kafir dalam menentukan awal hari adalah pada tengah malam, ini
sangat tidak benar, karena yang benar awal hari adalah ketika berpindahnya dari
malam kepada siang, Al-Imam At-Tirmidziy meriwayatkan dari hadits Abud
Darda' dari Abu Dzarr dari Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), dari Alloh (تَبَارَكَ وَتَعَالَى), bahwasanya Dia (تَبَارَكَ وَتَعَالَى) berkata:
«ابْنَ آدَمَ ارْكَعْ لِي
أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ»
"Wahai
anak Adam, sholatlah kamu untuk-Ku sebanyak 4 (empat) roka'at pada awal hari
maka Aku akan mencukupkanmu pada yang akhirnya". Hadits ini terangkat menjadi shohih karena ada
penguat-penguat diantaranya diriwayatkan oleh An-Nasa'iy dari Nu'aim bin
Hammar Al-'Athofaniy.
Dan yang dimaksud dengan
waktu sholat tersebut adalah waktu sholat dhuha, karena Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dalam suatu riwayat
melaksanakan sholat dhuha sebanyak empat roka'at, dari 'Aisyah, dia
berkata:
«كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى أَرْبَعًا».
"Dahulu
Rosululloh (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) sholat dhuha empat roka'at". Diriwayatkan oleh Muslim.
Ketujuh: Penentuan Dalam
Setahun Ada 12 (bulan).
Walaupun pada awalnya kalender atau penanggalan masehi sudah
ada, ketika Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) muncul di muka bumi
beliau menyelisihi mereka, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«السَّنَةُ اثْنَا
عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو
القَعْدَةِ وَذُو الحِجَّةِ وَالمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ، الَّذِي بَيْنَ
جُمَادَى وَشَعْبَانَ».
"Setahun ada 12 (dua belas) bulan,
diantaranya 4 (empat) bulan harom, tiga bulan berturut-turut; Dzulqo'dah,
Dzulhijjah, Muharrom dan Rojab Mudhor yang dia di antara Jumada' dan
Sya'ban". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari hadits Abu Bakroh.
Anggaplah kalau penentuan ini berawal dari mereka namun
ketahuilah mereka juga mengambilnya dari para pendahulu mereka yaitu para Nabi
yang Alloh telah mengajarkan kepada mereka para Nabi, dan para Nabi adalah
beragama Islam, ketika Alloh (تَبَارَكَ وَتَعَالَى) memerintahkan untuk membacakan tentang kisah
Nuh, pada akhir kisah Alloh (تَبَارَكَ وَتَعَالَى) berkata:
{وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ
مِنَ الْمُسْلِمِينَ} [يونس:
72]
"Dan
aku diperintah untuk menjadi orang-orang yang berislam". (Yunus: 72).
Tidak hanya para Nabi namun
orang-orang sholih dari para pengikut Nabi semua mereka juga beragama Islam,
Alloh (تَبَارَكَ
وَتَعَالَى) mengisahkan
tentang perkataan Fir'aun yang nyawanya sudah mau melayang:
{آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ
إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ} [يونس: 90]
"Aku
beriman bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan
yang telah beriman kepada-Nya bani Isroil dan aku termasuk dari orang-orang
yang berislam". (Yunus: 90).
Kedelapan: Matematika.
Orang-orang kafir pada zaman masehi sangat kesulitan dan
kerepotan dalam ilmu ini, mereka tidak bisa diperhitungkan sama sekali dalam
bidang ini, karena ketika itu mereka hanya menggunakan angka-angka romawi, satu
dengan simbol I begitu seterusnya II, III, IV, V, VI, VII, VIII, X, IX, XI,
XII…..sampai seterusnya, ketika Islam muncul dengan adanya angka-angka 1, 2, 3,
4, 5, 6, 7…..sampai seterusnya mereka kemudian terapkan ini, mereka gunakan ini
semua.
Muncul kemudian para tokoh-tokoh dari mereka mengembangkan
simbol bilangan tersebut.
Ilmu matematika dan menghitung sudah Alloh (تَبَارَكَ
وَتَعَالَى) jelaskan di dalam
Al-Qur'an terutama yang berkaitan dengan ilmu warisan pada surat An-Nisa' ayat
11 sampai 12, begitu pula di dalam As-Sunnah telah disebutkan tentang
permasalahan hitungan, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِذَا رَأَيْتُمُوهُ
فَصُومُوا، وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ
فَاقْدُرُوا لَهُ»
"Jika
kalian telah melihatnya (ya'ni hilal/bulan sabit) maka berpuasalah, dan jika
kalian sudah melihatnya pula maka berhari rayalah, jika dimendunkan (tidak
terlihat) bagi kalian maka hitung (genapkan)lah padanya".
Kesimpulannya kalau kita mau
menentukan tentang para penemuan dari tokoh-tokoh Islam maka sangatlah banyak,
mungkin tidak bisa kita akan mengemukakannya dalam sebuah makalah melainkan
berjilid-jilid, namun apa yang kami sebutkan di sini hanya sebagai
contoh-contoh kecilnya saja.
Pertanyaan:
Apa derajat
hadits sebagaimana maknanya kurang lebih seperti ini: Dari Ibnu Abbas Rodhiyallahu
'anhu, Nabi bersabda: “Orang yang paling baik adalah seorang tukang
bekam (Al-Hajjam) karena ia mengeluarkan darah kotor, meringankan otot kaku dan
mempertajam pandangan mata orang yang dibekamnya”. (HR. Tirmidziy).
Apakah hadits
tersebut dapat dijadikan sandaran (sebagai dalil) tentang keutamaan pekerjaan
seorang terapis bekam? atas disegerakannya jawaban untuk pertanyaan ini ana
sampaikan Jazakallohu khoiro.
Jawaban:
Hadits tersebut tidak bisa dijadikan dalil tentang
keutamaan bekerja sebagai tukang bekam, karena dia adalah hadits dhoif,
dan hadits dhoif tidak bisa diamalkan kecuali ada dalil lain yang
menguatkannya atau kalau dia ada asal-usulnya baik dari Al-Qur'an, As-Sunnah
dan Al-Ijma'.
Adapun Hadits yang kamu sebutkan lafadznya adalah:
«نِعْمَ العَبْدُ الحَجَّامُ، يُذْهِبُ الدَّمَ، وَيُخِفُّ
الصُّلْبَ، وَيَجْلُو عَنِ البَصَرِ»
Dan dia adalah hadits dhoif, diriwayatkan oleh
At-Tirmidziy (no, 2053) beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Abdu
bin Humaid, beliau berkata: Telah mengabarkan kepada kami An-Nadhr bin Syumail,
beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Abbad bin Mansur, dia berkata:
Aku mendengar 'Ikrimah dahulu Ibnu 'Abbas….
Dan At-Tirmidziy berkata:
"هَذَا
حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ عَبَّادِ بْنِ
مَنْصُورٍ وَفِي البَابِ عَنْ عَائِشَةَ"
"Hadits ini adalah hasan
ghorib, tidaklah kami mengetahuinya melainkan dari hadits 'Abbad bin Manshur,
dan pada bab ini (datang juga) dari Aisyah".
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah (no. 3478),
beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr bin Kholaf, beliau
berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Abdul A'la', beliau berkata: Telah
menceritakan kepada kami: 'Abbad bin Manshur…..
Dengan jalur periwayatan tersebut tidak bisa terangkat
haditsnya, karena poros perputaran rowi hadits adalah 'Abbad bin Manshur,
sedangkan dia adalah dho'iiful hadits.
'Abbad bin Manshur kuniyahnya adalah Abu Salamah
Al-Bashriy An-Naajiy, Al-Imam Ahmad berkata tentangnya: "Hadits-haditsnya
adalah mungkar, dan dia adalah qodariy dan mudallis. Dan 'Abbad
bin Manshur didhoifkan pula oleh Abu Hatim. Lihat "Adh-Dhu'afaa' li Abi
Zur'ah Ar-Roziy".
Sebagai catatan untuk diketahui, bahwasanya setiap orang
yang melakukan kebaikan yang telah ditetapkan oleh syari'at bahwa dia adalah
kebaikan, kemudian dia lakukan dengan niat ikhlas maka dia tercatat sebagai
orang yang telah berbuat kebaikan, dan dia memiliki keutamaan dibanding yang
tidak melakukannya, sama saja amalan itu berupa menjadi tukang bekam atau yang
semisalnya dari amalan-amalan kebaikan, Alloh (تعالى) berkata:
{يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ
اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ} [آل عمران: 171]
"Dan mereka mendapatkan kabar
gembira dengan ni'mat dan keutamaan dari
Alloh, dan sesungguhnya Alloh tidak akan menyia-nyiakan balasan bagi
orang-orang yang beriman". (Ali Imron: 171).
Pertanyaan:
Sering kali
Abdul Ghofur Malang mengirimkan tulisan-tulisan mereka yang berkaitan dengan
fitnah, dan akhir-akhir ini dia sebarkan lagi permasalahan yang berkaitan
dengan Asy-Syaikh Robi’, dan mereka mengatakan bahwa Ahlussunnah di Dammaj itu
ghuluw, apa tanggapanmu tentang Asy-Syaikh Robi’ karena kamu pernah menyuruh
orang kalau ke Saudi untuk belajar dengannya, dia yang menyebutkan thullab
Dammaj ghuluw karena menyebutkan Asy-Syaikh Yahya dengan gelar “An-Nashihul
Amin”?.
Jawaban:
Tidak perlu
kalian tersibukan dengan Abdul Ghofur Al-Malangiy, sesungguhnya orang itu tidak
bisa diharapkan kebaikannya:
«خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ،
وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ»
"Sebaik-baik
kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan diamankan kejelakannya, dan
sejelek-jeleknya kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan
tidak diamankan kejelekannya".
Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dari hadits Abu Huroiroh, dari Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ).
Dia itu adalah
orang yang layak disifati dengan apa yang Alloh (تعالى) katakan:
{أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ}
[البقرة: 12]
“Ketahuilah
sesugguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan akan tetapi mereka
tidak menyadari”. (Ali Imron:
12).
Tidak akan
kamu dapati seorang pun akan mengatakan: “Saya ini awam kemudian saya dapat
hidayah menjadi Ahlussunnah karena sebab Abdul Ghofur”, melainkan kamu akan
dapati orang-orang berkata: “Awalnya saya sudah mulai tertarik dengan da’wah
Ahlissunnah namun karena saya mendapati tulisan dan akhlaknya Abdul Ghofur saya
pun lebih memilih untuk duduk dengan orang-orang ini dan orang-orang itu…”,
atau perkataan orang-orang: “Saya dulu sudah mulai membuka mata dalam perbedaan
salafiy Al-Irsyad dengan salafiy sesungguhnya, saya sudah mulai mendekati
da’wah Salafiyyah di Malang namun karena sebab Abdul Ghofur ini saya bertambah
tidak suka…”.
Dari sejak
zaman LJ (laskar jihad) sampai sekarang ini, dimana kebaikan dari pria yang
satu ini?!!!, hari-harinya terbuang lantaran tingkahnya yang dahulu ketika LJ
masih dia terapkan dan masih dia amalkan, dia mengira bahwa dia masih dalam
perjuangan jihad dan beramal dengan amalan yang terbaik, sungguh pria ini
benar-benar bernasib malang:
{قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا (103)
الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ
أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا} [الكهف: 103، 104]
“Katakanlah: Apakah kami akan
beritakan kepada kalian terhadap orang-orang yang telah merugi amalannya, yang
mereka itu telah sesat perbuatan mereka di dalam kehidupan dunia ini, dan
mereka menyangka bahwasanya mereka telah berbuat dengan sebaik-baik perbuatan”. (Al-Kahfi: 104).
Kami
berlindung kepada Alloh (تعالى) dari
kejelekan pria tersebut berikut juga jaringannya, semoga Alloh menyelamatkan
orang-orang yang masih memiliki fitroh dari fitnah dan kejelekan mereka.
Adapun yang
berkaitan dengan Asy-Syaikh Robi’ maka dia ini telah dihujati dengan perbuatan
dan perkataannya sendiri, bagaimana dia dan para pemujanya yang ada di
Indonesia menganggap kami ghuluw? Padahal mereka sendiri yang ghuluw kepada
Asy-Syaikh Robi’ sampai dikatakan “Imam Jarh wat Ta’dil”, dikatakan
“Al-Allamah” dikatakan “Asy-Syaikh Al-Mujahid”, kalau kita mengambil kaedah
Robi’ bin Hadi Al-Madkholiy dan para pemujanya yang ada di Indonesia maka
gelar-gelar itu semuanya tidak pantas untuk si Robi’ bin Hadi Al-Madkholiy,
namun sebagai penghormatan karena dia sudah tua maka cukup kami katakan dengan
gelar “Asy-Syaikh”, ketahuilah bahwa Asy-Syaik Robi’ bin Hadi Al-Madkholiy
dalam fitnah sekarang ini telah ngawur dan salah besar.
Adapun dahulu
kami menyuruh orang untuk mengambil ilmu darinya karena ketika itu dia
menampakkan rasa baik kepada Ahlussunnah yang di Dammaj, dia membela Dammaj,
mendukung jihad melawan Rofidhoh, mendoakan kebaikan, mengeluarkan fatwa yang
bagus dalam pembelaan terhadap Ahlussunnah yang di Dammaj, dan yang kami
lakukan tidak lain karena perkataan Alloh (تعالى):
{هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ} [الرحمن: 60]
“Tidaklah balasan kebaikan melainkan
kebaikan”. (Ar-Rohman: 60).
"فإن الجزاء من جنس العمل".
“Karena
sesungguhnya balasan itu seperti yang dilakukan”.
Siapa pun yang
berbuat baik kepada kami maka keharusan bagi kami untuk berbuat baik kepadanya,
walaupun sebelumnya mungkin dia menyakiti kami atau menzholimi kami namun kalau
dia sudah berbuat baik dan menampakan kebaikan maka kami melihat kepada
perbuatannya yang terakhir itu, sama saja dia berbuat baik langsung kepada kami
atau berbuat baik kepada saudara-saudari kami Ahlussunnah.
Demikian
jawaban kami semoga bermanfaat.
وصَلَّى
اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar