Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Para Penemu pasti meniru orang orang terdahulu


Para penemu
Pasti meniru orang-orang terdahulu


Penulis:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy

  
www.assaabiquunalawwaluun.blogspot.com
Maktabah Abil 'Abbas Rohimahulloh
1434



Pertanyaan:
بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
Sekarang sudah tersebar praktek bekam dan bahkan diterapkan di dunia kesehatan, dan berkembang cepat di negara-negara kafir, sebenarnya bekam itu penemuan dari mana? Asalnya dari mana? Apakah benar bahwa dia adalah suatu penemuan? Karena kita (orang-orang muslim) sering dipojokan dan dikatakan bahwa kita ketinggalan zaman, lihat para penemu kebanyakan dari orang-orang kafir!.
Bagaimana tanggapannya tentang masalah ini?

Jawaban:
بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Agama Islam adalah agama yang jaya, dari sejak dahulu sampai sekarang, tidak ada satu pun dari umat manusia melainkan mereka meniru dari umat Islam, baik umat yang terdahulu maupun yang belakangan, baik yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan maupun teknologi, semua penemuan asal mulanya dari umat Islam, diantaranya kami akan sebutkan:

Pertama: Bekam.
Ini bersumber dari agama Islam, Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) yang memerintahkan para shohabatnya untuk mempraktekkannya, Al-Imam Ibnu Majah meriwayatkan dari hadits Abdulloh bin Abbas, bahwasanya Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«مَا مَرَرْتُ لَيْلَةَ أُسْرِيَ بِي، بِمَلَإٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ، إِلَّا كُلُّهُمْ يَقُولُ لِي: عَلَيْكَ، يَا مُحَمَّدُ بِالْحِجَامَةِ».
"Tidaklah aku melewati malaikat dari para malaikat pada malam ketika aku diisro'kan melainkan mereka semuanya berkata kepadaku: "Harus bagimu wahai Muhammad untuk berbekam!".
Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dengan sanad dhoif, akan tetapi dia terangkat menjadi shohih karena ada penguat dan penopang dari hadits lain, diantaranya hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dari hadits Abdulloh bin Mas'ud, beliau berkata:
«حَدَّثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ لَيْلَةِ أُسْرِيَ بِهِ أَنَّهُ لَمْ يَمُرَّ عَلَى مَلَإٍ مِنَ المَلَائِكَةِ إِلَّا أَمَرُوهُ أَنْ مُرْ أُمَّتَكَ بِالحِجَامَةِ».
"Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) bercerita pada malam ketika diisro'kan dengannya bahwasanya beliau tidak melewati seorang malaikat dari para malaikat melainkan mereka memerintahkannya untuk: "Perintahkannlah umatmu dengan berbekam!".
Setelah Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mengamalkan bekam ini dan memerintahkannya kepada umatnya, setelah beberapa generasi kemudian bermuncullah para cendikiawan muslim, yang mereka mulai mengumpulkan tulisan-tulisan, ketika penyebaran Islam semakin meluas hingga sampai di benua Eropa buku-buku Islam dimanfaatkan oleh orang-orang kafir, diantara yang mereka adopsi dan yang mereka praktekkan adalah bekam ini, begitu pula ketika terjadinya ekspansi dan da'wah Islam tersebar sampai di benua Asia, buku-buku Islam digunakan oleh orang-orang musyrik yang ada di Cina, kemudian mereka kembangkan semisal bekam ini, mereka variasi dan mereka kembangkan, yang awalnya mereka mengetahui titik-titik untuk akupuntur (terapi dengan jarum) kemudian mereka jadikan pada titik bekam sebagai tambahan, dan ini mereka lakukan tidak dengan waktu cepat namun membutuhkan waktu lama, coba kita perhatikan mereka yang mengikuti praktek atau kuliah di bidang ini, tentu membutuhkan waktu lama.

Kedua: Obat-obatan.
Orang-orang kafir kalau mengetahui ada sejenis obat untuk penyembuhan, paling-paling mereka hanya bisa mengatasi satu penyakit atau dua atau lebih sedikit, namun dengan keberadaannya Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), beliau langsung menyebutkan satu obat yang mengatasi semua penyakit, beliau (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِنَّ فِي الْحَبَّةِ السَّوْدَاءِ شِفَاءً مِنْ كُلِّ دَاءٍ، إِلَّا السَّامَ وَالسَّامُ الْمَوْتُ»
"Sesungguhnya pada habbatus sauda' adalah penyembuh dari setiap penyakit, kecuali as-saam, dan as-saam adalah kematian". Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Huroiroh.
Ketika da'wah dan buku-buku Islam sudah tersebar di dunia Barat maka mereka manfaatkan, diantaranya adalah masalah ini, mereka kembangkan dan mereka jadikan sebagai campuran terhadap jenis obatan-obatan yang lainnya.

Ketiga: Ilmu Teknologi.
Sebelum orang-orang kafir Barat berhasil dalam penemuan tentang listrik dan berbagai macam teknologi maka di dalam dunia Islam sudah ditemukan asal dan sumbernya, kemudian orang-orang kafir hanya mengembangkannya, Alloh (تعالى) berkata tentang kisah hamba-Nya yang Sholih (Dzulqornain):
{آتُونِي زُبَرَ الْحَدِيدِ حَتَّى إِذَا سَاوَى بَيْنَ الصَّدَفَيْنِ قَالَ انْفُخُوا حَتَّى إِذَا جَعَلَهُ نَارًا قَالَ آتُونِي أُفْرِغْ عَلَيْهِ قِطْرًا} [الكهف: 96]
"Datangkanlah oleh kalian untukku potongan-potongan besi, apabila besi itu telah sama rata (susunannya) dengan puncak gunung, lalu dia (Dzulqornain) berkata: Kobarkan api itu, ketika api itu sudah memerah dia berkata: "Berilah aku tembaga yang mendidih supaya aku tuangkan ke atas besi yang panas itu". (Al-Kahfi: 96).
Apa yang dilakukan oleh Dzulqornain ini kemudian ditiru oleh manusia, kemudian bermunculanlah yang namanya las (menghubungkan antara besi dengan besi atau tembaga dan yang semisalnya).
Apa yang diadakan oleh Dzulqornain Rodhiyallahu 'anhu itu teranggap sebagai penemuan terbesar, ketika itu tidak ada yang namanya benteng, beliau dan bala tentaranya mendirikan benteng yang begitu kokoh yang bertujuan untuk memenjara orang-orang kafir dari kalangan Ya'juj dan Ma'juj, setelah kejadian itu kemudian mulailah diadakan benteng-benteng besar, seperti benteng raksasa di Cina yang didirikan untuk mencegah serangan musuh-musuh mereka, dari mana mereka tahu ide seperti itu? Tidak lain melainkan mereka tahu dari cerita nenek moyang mereka yang mendapatkan kisah tentang Dzulqornain.
Tapi bagaimana pun orang-orang kafir membuat benteng pertahanan tetap tidak akan bisa menyamai benteng yang didirikan oleh Dzulqornain, dari segi ketingginannya hingga bahan-bahannya.

Keempat: Kapal atau Perahu.
Yang berkaitan dengan kapal pun orang-orang kafir pada asalnya tidak bisa mengadakan, hingga raja mereka merambas perahu-perahu orang-orang miskin, Alloh (تعالى) berkata tentang kisah nabi-Nya Khidhir, yang beliau berkata kepada nabi Musa:
{أَمَّا السَّفِينَةُ فَكَانَتْ لِمَسَاكِينَ يَعْمَلُونَ فِي الْبَحْرِ} [الكهف: 79]
"Adapun perahu maka dia adalah miliknya orang-orang miskin yang bekerja di laut". (Al-Kahfi: 79).
Dan yang pertama kali mengadakan perahu adalah nabi Nuh, Alloh (تعالى) berkata tentangnya:
{وَيَصْنَعُ الْفُلْكَ} [هود: 38].
Dan dia membuat perahu". (Huud: 38).
Bahkan kapalnya beliau ini yang terbesar di dunia ini, tidak ada satu kapal pun yang sama besarnya dengannya, karena ketika itu manusia berpostur tubuh besar dan tinggi sebagaimana bentuk tubuh bapak mereka (Adam), begitu pula binatang-binatang dan hewan-hewan yang ikut naik diperahunya, tubuh-tubuh semuanya besar-besar.
Dengan asal tersebut kemudian manusia meniru, ada yang membuat kapal besar yang dinamakan dengan Titanik, Lambelu, Tidar, Renjani dan yang semisalnya, dan ada pula yang membuat kapal selam, kapal terbang dan yang semisalnya, semua itu hanyalah tiruan dengan banyak penambahan dan perubahan dari asalnya.

Kelima: Nama-nama Segala Sesuatu.
Orang-orang kafir ketika mereka mengadakan penelitian, dan bila penelitian mereka berhasil mereka pun membuat suatu nama pada penemuan tersebut, orang-orang yang hidup setelahnya kemudian menjadikan nama tersebut sebagai suatu pengetahuan dan mereka menghafalnya dan mempelajarinya, mereka merasa bangga dengan itu, mereka mengira bahwa mereka telah mengetahui berbagai macam nama-nama dan istilah-istilah seperti embrio, sperma, ovum, zigot dan yang semisalnya, mereka menganggap bahwa itulah hasil usaha mereka, mereka tidak menyadari kalau itu hanya sebagian kecil nama-nama dan istilah-istilah, padahal Alloh (تعالى) sudah ajarkan semua nama-nama kepada nabi-Nya Adam, Alloh (تعالى) berkata:
{وَعَلَّمَ آدَمَ الْأَسْمَاءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمْ عَلَى الْمَلَائِكَةِ فَقَالَ أَنْبِئُونِي بِأَسْمَاءِ هَؤُلَاءِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (31) قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ (32)} [البقرة: 31، 32]
"Dan Dia telah mengajarkan kepada Adam nama-nama semuanya, kemudian semua itu dipertunjukkan kepada para malaikat, Dia berkata: Kabarkanlah kalian nama-nama itu semuanya jika kalian adalah benar!, mereka berkata: Maha Suci Engkau, tidaklah kami memiliki ilmu (tentang semuanya) melainkan hanya yang Engkau ajarkan kepada kami, sesungguhnya Engkau adalah Al-'Alim (Maha Berilmu) dan Al-Hakim (Maha Bijaksana)". (Al-Baqoroh: 31-32).
Para malaikat saja sudah tidak mengetahui semuanya, apalagi rajanya orang-orang kafir (Iblis) dan bala tentaranya?!.

Kelima: Teori Kehidupan.
Alloh (تعالى) berkata tentang penciptaan suatu kehidupan:
{وَبَدَأَ خَلْقَ الْإِنْسَانِ مِنْ طِينٍ} [السجدة: 7]
"Dan Dia memulai penciptaan manusia dari tanah". (As-Sajadah: 7).
Ketika buku-buku Islam tersebar di benua Eropa dan Asia mulailah orang-orang kafir menggali berbagai macam faedah di dalamnya, diantara yang berkaitan dengannya adalah proses penciptaan manusia.
Tidaklah lama kemudian muncul teori evolusi yang dikembangkan oleh Carles Darwin, dalam teorinya dia simpulkan bahwa kehidupan itu berasal dari benda mati, dengan bersusah payah dalam membuat kesimpulan seperti ini, padahal umat Islam yang berpegang teguh kepada agamanya hanya dengan mudah menyimpulkan bahwa makhluk hidup asalnya dari benda mati (tanah):
{هُوَ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ طِينٍ} [الأنعام: 2]
"Dialah (Alloh) yang menciptakan kalian dari tanah". (Al-An'am: 2).
Adapun orang-orang kafir untuk membuat kesimpulan seperti ini membutuhkan belajar bertahun-tahun, bahkan mereka menghabiskan umurnya hanya dalam perkara seperti ini, hanya sebab mencari gelar Prof atau DR mereka sampai gila, sampai Carles Darwin gila karena usaha seperti itu, dia pun mengutarakan teorinya bahwa dia dan saudara-saudarinya (orang-orang kafir) berasal dari kera. Dan herannya teori ini pun diagungkan di beberapa negara Islam, sampai kami pernah mendengarkan ada seorang dosen agama yang belajar di STAIN Ambon kemudian lanjutkan studinya di Makassar membenarkan teori ini, dia berkata: "Adam diciptakan dari tanah adalah benar, dan perkataan Carles Darwin bahwa manusia berasal dari kera juga benar".
Tidaklah seorang pun yang terpengaruh dengan teori Carles ini melainkan dia akan gila pula sebagaimana Carles yang mengakui kera sebagai nenek moyangnya.

Keenam: Penentuan Adanya 12 Jam Dalam Sehari.
Sebelum orang-orang kafir Barat menentukan adanya penentuan bahwa dalam sehari semalam ada 24 jam, Islam sudah menentukannya, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«يَا أَبَا ذَرٍّ إِنَّ النَّهَارَ اثْنَا عَشَرَ سَاعَةً».
"Wahai Abu Dzarr sesungguhnya (dalam) sehari itu ada 12 (dua belas) jam".
Dalam Islam telah ditentukan bahwa jam satu mulai dari awal siang, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«مَنِ اغْتَسَلَ يَوْمَ الجُمُعَةِ غُسْلَ الجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الخَامِسَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً، فَإِذَا خَرَجَ الإِمَامُ حَضَرَتِ المَلاَئِكَةُ يَسْتَمِعُونَ الذِّكْرَ».
"Barang siapa mandi pada hari Jum'at dengan (sifat) mandi jenabah kemudian dia berpagi-pagi pergi (ke masjid) maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor onta, dan barang siapa yang pergi pada jam 2 (dua) maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor sapi, dan barang siapa yang pergi pada jam 3 (tiga) maka seakan-akan dia berkurban dengan kambing yang bertanduk, dan barang siapa yang pergi pada jam 4 (empat) maka seakan-akan dia berkurban dengan seekor ayam, dan barang siapa yang pergi pada jam 5 (lima) maka seakan-akan dia berkurban dengan sebutir telur, jika imam telah keluar maka para malaikat mendengarkan dzikir". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari hadits Abu Huroiroh.
Dari hadits tersebut bila dicocokan dengan jam masehi maka sebagai berikut:
Jam 7 masehi sama dengan jam 1 hijriy.
Jam 8 masehi sama dengan jam 2 hijriy.
Jam 9 masehi sama dengan jam 3 hijriy.
Jam 10 masehi sama dengan jam 4 hijriy.
Jam 11 masehi sama dengan jam 5 hijriy.
Sampai seterunya.
Dan termasuk kesalahan orang-orang kafir dalam menentukan awal hari adalah pada tengah malam, ini sangat tidak benar, karena yang benar awal hari adalah ketika berpindahnya dari malam kepada siang, Al-Imam At-Tirmidziy meriwayatkan dari hadits Abud Darda' dari Abu Dzarr dari Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), dari Alloh (تَبَارَكَ وَتَعَالَى), bahwasanya Dia (تَبَارَكَ وَتَعَالَى) berkata:
«ابْنَ آدَمَ ارْكَعْ لِي أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ مِنْ أَوَّلِ النَّهَارِ أَكْفِكَ آخِرَهُ»
"Wahai anak Adam, sholatlah kamu untuk-Ku sebanyak 4 (empat) roka'at pada awal hari maka Aku akan mencukupkanmu pada yang akhirnya". Hadits ini terangkat menjadi shohih karena ada penguat-penguat diantaranya diriwayatkan oleh An-Nasa'iy dari Nu'aim bin Hammar Al-'Athofaniy.
Dan yang dimaksud dengan waktu sholat tersebut adalah waktu sholat dhuha, karena Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dalam suatu riwayat melaksanakan sholat dhuha sebanyak empat roka'at, dari 'Aisyah, dia berkata:
«كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُصَلِّي الضُّحَى أَرْبَعًا».
"Dahulu Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) sholat dhuha empat roka'at". Diriwayatkan oleh Muslim.

Ketujuh: Penentuan Dalam Setahun Ada 12 (bulan).
Walaupun pada awalnya kalender atau penanggalan masehi sudah ada, ketika Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) muncul di muka bumi beliau menyelisihi mereka, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«السَّنَةُ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا، مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ، ثَلاَثَةٌ مُتَوَالِيَاتٌ: ذُو القَعْدَةِ وَذُو الحِجَّةِ وَالمُحَرَّمُ، وَرَجَبُ مُضَرَ، الَّذِي بَيْنَ جُمَادَى وَشَعْبَانَ».
"Setahun ada 12 (dua belas) bulan, diantaranya 4 (empat) bulan harom, tiga bulan berturut-turut; Dzulqo'dah, Dzulhijjah, Muharrom dan Rojab Mudhor yang dia di antara Jumada' dan Sya'ban". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari hadits Abu Bakroh.
Anggaplah kalau penentuan ini berawal dari mereka namun ketahuilah mereka juga mengambilnya dari para pendahulu mereka yaitu para Nabi yang Alloh telah mengajarkan kepada mereka para Nabi, dan para Nabi adalah beragama Islam, ketika Alloh (تَبَارَكَ وَتَعَالَى) memerintahkan untuk membacakan tentang kisah Nuh, pada akhir kisah Alloh (تَبَارَكَ وَتَعَالَى) berkata:
{وَأُمِرْتُ أَنْ أَكُونَ مِنَ الْمُسْلِمِينَ} [يونس: 72]
"Dan aku diperintah untuk menjadi orang-orang yang berislam". (Yunus: 72).
Tidak hanya para Nabi namun orang-orang sholih dari para pengikut Nabi semua mereka juga beragama Islam, Alloh (تَبَارَكَ وَتَعَالَى) mengisahkan tentang perkataan Fir'aun yang nyawanya sudah mau melayang:
{آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ} [يونس: 90]
"Aku beriman bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan yang telah beriman kepada-Nya bani Isroil dan aku termasuk dari orang-orang yang berislam". (Yunus: 90).

Kedelapan: Matematika.
Orang-orang kafir pada zaman masehi sangat kesulitan dan kerepotan dalam ilmu ini, mereka tidak bisa diperhitungkan sama sekali dalam bidang ini, karena ketika itu mereka hanya menggunakan angka-angka romawi, satu dengan simbol I begitu seterusnya II, III, IV, V, VI, VII, VIII, X, IX, XI, XII…..sampai seterusnya, ketika Islam muncul dengan adanya angka-angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7…..sampai seterusnya mereka kemudian terapkan ini, mereka gunakan ini semua.
Muncul kemudian para tokoh-tokoh dari mereka mengembangkan simbol bilangan tersebut.
Ilmu matematika dan menghitung sudah Alloh (تَبَارَكَ وَتَعَالَى) jelaskan di dalam Al-Qur'an terutama yang berkaitan dengan ilmu warisan pada surat An-Nisa' ayat 11 sampai 12, begitu pula di dalam As-Sunnah telah disebutkan tentang permasalahan hitungan, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَصُومُوا، وَإِذَا رَأَيْتُمُوهُ فَأَفْطِرُوا، فَإِنْ غُمَّ عَلَيْكُمْ فَاقْدُرُوا لَهُ»
"Jika kalian telah melihatnya (ya'ni hilal/bulan sabit) maka berpuasalah, dan jika kalian sudah melihatnya pula maka berhari rayalah, jika dimendunkan (tidak terlihat) bagi kalian maka hitung (genapkan)lah padanya".
Kesimpulannya kalau kita mau menentukan tentang para penemuan dari tokoh-tokoh Islam maka sangatlah banyak, mungkin tidak bisa kita akan mengemukakannya dalam sebuah makalah melainkan berjilid-jilid, namun apa yang kami sebutkan di sini hanya sebagai contoh-contoh kecilnya saja.




Pertanyaan:
Apa derajat hadits sebagaimana maknanya kurang lebih seperti ini: Dari Ibnu Abbas Rodhiyallahu 'anhu, Nabi bersabda: “Orang yang paling baik adalah seorang tukang bekam (Al-Hajjam) karena ia mengeluarkan darah kotor, meringankan otot kaku dan mempertajam pandangan mata orang yang dibekamnya”. (HR. Tirmidziy).
Apakah hadits tersebut dapat dijadikan sandaran (sebagai dalil) tentang keutamaan pekerjaan seorang terapis bekam? atas disegerakannya jawaban untuk pertanyaan ini ana sampaikan Jazakallohu khoiro.

Jawaban:
Hadits tersebut tidak bisa dijadikan dalil tentang keutamaan bekerja sebagai tukang bekam, karena dia adalah hadits dhoif, dan hadits dhoif tidak bisa diamalkan kecuali ada dalil lain yang menguatkannya atau kalau dia ada asal-usulnya baik dari Al-Qur'an, As-Sunnah dan Al-Ijma'.
Adapun Hadits yang kamu sebutkan lafadznya adalah:
«نِعْمَ العَبْدُ الحَجَّامُ، يُذْهِبُ الدَّمَ، وَيُخِفُّ الصُّلْبَ، وَيَجْلُو عَنِ البَصَرِ»
Dan dia adalah hadits dhoif, diriwayatkan oleh At-Tirmidziy (no, 2053) beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Abdu bin Humaid, beliau berkata: Telah mengabarkan kepada kami An-Nadhr bin Syumail, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Abbad bin Mansur, dia berkata: Aku mendengar 'Ikrimah dahulu Ibnu 'Abbas….
Dan At-Tirmidziy berkata:
"هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ غَرِيبٌ لَا نَعْرِفُهُ إِلَّا مِنْ حَدِيثِ عَبَّادِ بْنِ مَنْصُورٍ وَفِي البَابِ عَنْ عَائِشَةَ"
"Hadits ini adalah hasan ghorib, tidaklah kami mengetahuinya melainkan dari hadits 'Abbad bin Manshur, dan pada bab ini (datang juga) dari Aisyah".
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah (no. 3478), beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Bisyr bin Kholaf, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Abdul A'la', beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami: 'Abbad bin Manshur…..
Dengan jalur periwayatan tersebut tidak bisa terangkat haditsnya, karena poros perputaran rowi hadits adalah 'Abbad bin Manshur, sedangkan dia adalah dho'iiful hadits.
'Abbad bin Manshur kuniyahnya adalah Abu Salamah Al-Bashriy An-Naajiy, Al-Imam Ahmad berkata tentangnya: "Hadits-haditsnya adalah mungkar, dan dia adalah qodariy dan mudallis. Dan 'Abbad bin Manshur didhoifkan pula oleh Abu Hatim. Lihat "Adh-Dhu'afaa' li Abi Zur'ah Ar-Roziy".
Sebagai catatan untuk diketahui, bahwasanya setiap orang yang melakukan kebaikan yang telah ditetapkan oleh syari'at bahwa dia adalah kebaikan, kemudian dia lakukan dengan niat ikhlas maka dia tercatat sebagai orang yang telah berbuat kebaikan, dan dia memiliki keutamaan dibanding yang tidak melakukannya, sama saja amalan itu berupa menjadi tukang bekam atau yang semisalnya dari amalan-amalan kebaikan, Alloh (تعالى) berkata:
{يَسْتَبْشِرُونَ بِنِعْمَةٍ مِنَ اللَّهِ وَفَضْلٍ وَأَنَّ اللَّهَ لَا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ} [آل عمران: 171]
"Dan mereka mendapatkan kabar gembira dengan ni'mat  dan keutamaan dari Alloh, dan sesungguhnya Alloh tidak akan menyia-nyiakan balasan bagi orang-orang yang beriman". (Ali Imron: 171).

Pertanyaan:
Sering kali Abdul Ghofur Malang mengirimkan tulisan-tulisan mereka yang berkaitan dengan fitnah, dan akhir-akhir ini dia sebarkan lagi permasalahan yang berkaitan dengan Asy-Syaikh Robi’, dan mereka mengatakan bahwa Ahlussunnah di Dammaj itu ghuluw, apa tanggapanmu tentang Asy-Syaikh Robi’ karena kamu pernah menyuruh orang kalau ke Saudi untuk belajar dengannya, dia yang menyebutkan thullab Dammaj ghuluw karena menyebutkan Asy-Syaikh Yahya dengan gelar “An-Nashihul Amin”?.

Jawaban:
Tidak perlu kalian tersibukan dengan Abdul Ghofur Al-Malangiy, sesungguhnya orang itu tidak bisa diharapkan kebaikannya:
«خَيْرُكُمْ مَنْ يُرْجَى خَيْرُهُ وَيُؤْمَنُ شَرُّهُ، وَشَرُّكُمْ مَنْ لَا يُرْجَى خَيْرُهُ وَلَا يُؤْمَنُ شَرُّهُ»
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang diharapkan kebaikannya dan diamankan kejelakannya, dan sejelek-jeleknya kalian adalah orang yang tidak diharapkan kebaikannya dan tidak diamankan kejelekannya". Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dari hadits Abu Huroiroh, dari Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ).
Dia itu adalah orang yang layak disifati dengan apa yang Alloh (تعالى) katakan:
{أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ} [البقرة: 12]
“Ketahuilah sesugguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan akan tetapi mereka tidak menyadari”. (Ali Imron: 12).
Tidak akan kamu dapati seorang pun akan mengatakan: “Saya ini awam kemudian saya dapat hidayah menjadi Ahlussunnah karena sebab Abdul Ghofur”, melainkan kamu akan dapati orang-orang berkata: “Awalnya saya sudah mulai tertarik dengan da’wah Ahlissunnah namun karena saya mendapati tulisan dan akhlaknya Abdul Ghofur saya pun lebih memilih untuk duduk dengan orang-orang ini dan orang-orang itu…”, atau perkataan orang-orang: “Saya dulu sudah mulai membuka mata dalam perbedaan salafiy Al-Irsyad dengan salafiy sesungguhnya, saya sudah mulai mendekati da’wah Salafiyyah di Malang namun karena sebab Abdul Ghofur ini saya bertambah tidak suka…”.
Dari sejak zaman LJ (laskar jihad) sampai sekarang ini, dimana kebaikan dari pria yang satu ini?!!!, hari-harinya terbuang lantaran tingkahnya yang dahulu ketika LJ masih dia terapkan dan masih dia amalkan, dia mengira bahwa dia masih dalam perjuangan jihad dan beramal dengan amalan yang terbaik, sungguh pria ini benar-benar bernasib malang:
{قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا} [الكهف: 103، 104]
“Katakanlah: Apakah kami akan beritakan kepada kalian terhadap orang-orang yang telah merugi amalannya, yang mereka itu telah sesat perbuatan mereka di dalam kehidupan dunia ini, dan mereka menyangka bahwasanya mereka telah berbuat dengan sebaik-baik perbuatan”. (Al-Kahfi: 104).
Kami berlindung kepada Alloh (تعالى) dari kejelekan pria tersebut berikut juga jaringannya, semoga Alloh menyelamatkan orang-orang yang masih memiliki fitroh dari fitnah dan kejelekan mereka.
Adapun yang berkaitan dengan Asy-Syaikh Robi’ maka dia ini telah dihujati dengan perbuatan dan perkataannya sendiri, bagaimana dia dan para pemujanya yang ada di Indonesia menganggap kami ghuluw? Padahal mereka sendiri yang ghuluw kepada Asy-Syaikh Robi’ sampai dikatakan “Imam Jarh wat Ta’dil”, dikatakan “Al-Allamah” dikatakan “Asy-Syaikh Al-Mujahid”, kalau kita mengambil kaedah Robi’ bin Hadi Al-Madkholiy dan para pemujanya yang ada di Indonesia maka gelar-gelar itu semuanya tidak pantas untuk si Robi’ bin Hadi Al-Madkholiy, namun sebagai penghormatan karena dia sudah tua maka cukup kami katakan dengan gelar “Asy-Syaikh”, ketahuilah bahwa Asy-Syaik Robi’ bin Hadi Al-Madkholiy dalam fitnah sekarang ini telah ngawur dan salah besar.
Adapun dahulu kami menyuruh orang untuk mengambil ilmu darinya karena ketika itu dia menampakkan rasa baik kepada Ahlussunnah yang di Dammaj, dia membela Dammaj, mendukung jihad melawan Rofidhoh, mendoakan kebaikan, mengeluarkan fatwa yang bagus dalam pembelaan terhadap Ahlussunnah yang di Dammaj, dan yang kami lakukan tidak lain karena perkataan Alloh (تعالى):
{هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ} [الرحمن: 60]
“Tidaklah balasan kebaikan melainkan kebaikan”. (Ar-Rohman: 60).
"فإن الجزاء من جنس العمل".
“Karena sesungguhnya balasan itu seperti yang dilakukan”.
Siapa pun yang berbuat baik kepada kami maka keharusan bagi kami untuk berbuat baik kepadanya, walaupun sebelumnya mungkin dia menyakiti kami atau menzholimi kami namun kalau dia sudah berbuat baik dan menampakan kebaikan maka kami melihat kepada perbuatannya yang terakhir itu, sama saja dia berbuat baik langsung kepada kami atau berbuat baik kepada saudara-saudari kami Ahlussunnah.
Demikian jawaban kami semoga bermanfaat.
وصَلَّى اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar