CURHAT
KARENA ADA SYUBHAT
Ditulis oleh:
Abu
Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
www.assaabiquunalawwaluun.blogspot.com
Maktabah Abil 'Abbas Rohimahulloh
1434
PENDAHULUAN
بِسم
الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ
لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ
لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Ini termasuk dari beberapa
syubhat yang bersumber dari orang-orang yang Alloh lebih tahu tentang apa yang ada
di dalam hati-hati mereka, mereka terus menerus menebarkan syubhat ini dan Alhamdulillah
ada yang mencurhatkannya, dan kemudian sampailah kepada kami.
Pada kesempatan ini, kami
bersengaja memberikan tanggapan yang sangat ringkas terhadap syubhat-syubhat
tersebut, dan kami namai tulisan ini dengan "Curhat karena ada Syubhat".
Semoga dengan tulisan singat
dan ringkas ini semakin membuka pemahaman bagi yang masih memiliki hati dan
semoga dengannya pula menjadikan binasa orang-orang yang telah mati hatinya.
وصَلَّى
اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin
Salim Al-Limboriy
Semoga Alloh
mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan suadara-saudarinya
Syubhat yang
Terhebat:
Permasalahan inter'n (antara
sesama) Salafiyyin tidak boleh ditampakkan di publik (umum) dan harus ditutup
rapat-rapat karena akan membuat orang-orang semakin menjauh dari da'wah
Ahlissunnah As-Salafiyyah.
Tanggapan
yang Terkuat:
Adapun perkataannya
"Permasalahan intern (antara sesama) Salafiyyin tidak boleh
ditampakkan" ini bersifat umum, di dalam keumuman tersebut masuk di
dalamnya masalah ad-diin dan al-'ilmu, jika perselisihan umat
Islam terdahulu seperti fitnah yang terjadi di kalangan Amirul Mu'minin Ali
bin Abi Tholib dengan saudaranya Mu'awiyah bin Abi Sufyan dikatakan
tidak boleh ditampakkan atau harus ditutup rapat-rapat dengan alasan seperti tersebut
maka mampukah mereka menyita buku-buku SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) yang
begitu banyak?!!!, mampukah mereka membolak-balikan hati-hati atau
menghilangkan ingatan orang-orang yang pernah mengetahui kejadian atau
permasalahan tersebut?!!!, maka tentu mereka tidak akan sanggup, dan kenyataan
juga telah membuktikan bahwa kejadian itu tidak membuat manusia menjauh dari
da'wah Ahlissunnah bahkan dengan kejadian itu membuat manusia semakin mengetahui
bahwa begitulah fitnah dan ujian, ketika seseorang sudah masuk Islam –yang
sebelumnya dia sudah tahu masalah-masalah seperti itu- maka dia tidak akan
kaget kalau ada masalah baru yang semisal.
Adapun perkataannya
"karena akan membuat orang-orang semakin menjauh" maka ini adalah
alasan yang tidak bisa diterima, bahkan semakin menampakan atas ketidak benaran
dan ketidak jujuran, karena mereka menampakan bahwa mereka tidak ada
permasalahan namun ternyata ketika seseorang masuk di dalam barisan tersebut
didapatilah apa yang disembunyikan itu.
Kita tidak dibenarkan
menyembunyikan dalil tentang disyari'atkannya hajr (tidak ajak bicara
atau boikot), dan kita tidak mengingkari dan tidak mendustakan kalau di zaman
Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dahulu ada
hajr, dan bahkan permasalahan ini dilakukan oleh Nabi (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan para shohabatnya, mereka menghajr Ka'ab
bin Malik, dan ini tersebar sampai di pasaran, tidak hanya itu bahkan sampai
ke negri kafir, mereka mengetahui permasalahan ini, sampai seorang Raja di
negri Ghossan menulis surat untuk Ka'ab bin Malik supaya meninggalkan
Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan para
shohabatnya dan supaya beliau bergabung dengan mereka di kerajaan Ghossan, akan
tetapi Ka'ab bin Malik yang kuat keimanannya tidak tertipu dengan itu.
Apakah
si pemilik syubhat dan yang semisalnya akan menahan hadits ini karena
menyinggung masalah inter'n antara sesama Ahlissunnah wal Jama'ah?, ataukah si
pemilik syubhat akan mencela para perowi kisah ini karena menyebarkannya di
kalangan publik (umum)?.
Begitu pula kita tidak
mengingkari dan tidak mendustakan kalau ada yang menyatakan bahwa di kalangan
orang-orang Islam ada perselisihan dan perpecahan, kita tidak mengingkari
demikian itu karena Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً»
"Akan
berpecah belah umatku menjadi 73 (tujuh puluh tiga) firqoh (golongan)".
Kita sebutkan perpecahan itu
dan kita jelaskan bahwa yang benar dan selamat dari golongan-golongan tersebut
hanya satu yaitu orang-orang yang berpegang teguh kepada sunnah Nabi (صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) sebagaimana perkataannya dalam suatu riwayat:
«مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي»
"Apa
yang aku dan para shohabatku berada di atasnya".
Begitu pula kita tidak
mengingkari dan tidak mendustakan kalau dikatakan bahwa pada barisan
Ahlissunnah ada perselisihan, sebagaimana kita tidak mengingkari pula adanya
orang-orang berakal di negri Saudi Arobia menyatakan bahwa sekarang Ahlussunnah
di Dammaj berselisih yaitu perselisihan antara Syaikhuna Yahya Al-Hajuriy
dengan beberapa masyayikh.
Kita tidak mengingkari ini,
namun kita jelaskan bahwa setiap ada perselihan mengharuskan ada yang berada di
atas al-haq, karena Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِنَّ أُمَّتِي لَا تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلَالَةٍ»
"Sesungguhnya
umatku tidak akan berkumpul di atas kesesatan".
Dan Alhamdulillah
permasalahan tersebut yang berada di atas kesalahan dan kesesatan adalah
sebagian masyayikh tersebut, mereka itu adalah Muhammad bin Abdil Wahhab
Al-Washobiy, Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy, Al-Buro'iy, Ash-Shoumaliy dan
jaringan mereka, adapun Syaikhuna maka beliau adalah sunniy, salafiy, imam
Daril Hadits Dammaj dan beliau adalah Asy-Syaikh An-Nashihul Amin.
Kemudian kita tidak
mengingkari dan tidak mendustakan pula apa yang tersebar bahwa tidak semua
orang yang ada di Dammaj adalah orang-orang sholih, namun ada pula penjahat,
ada pencuri atau ada pelaku ma'siat, ada yang suka memukul, ada yang pemalas
(bukan penuntut ilmu sejati) dan yang semisal itu.
Kita tidak mengingkari dan
tidak mendustakan itu semua namun kita katakan: "Jangankan di Dammaj, di
zaman Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) saja ada
seperti itu, tidak benar kalau seseorang mengatakan bahwa di Madinah ketika itu
semua orang adalah sholih (baik) bahkan ada orang-orang munafiq, ada orang jahat
dan yang semisalnya, ini diperjelas dengan perkataan Umar kepada
Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«يَا رَسُولَ اللَّهِ يَدْخُلُ عَلَيْكَ البَرُّ وَالفَاجِرُ،
فَلَوْ أَمَرْتَ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِينَ بِالحِجَابِ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ آيَةَ
الحِجَابِ»
"Wahai
Rosululloh, yang masuk padamu ada yang baik dan ada yang jahat, kalau kamu
perintahkan Ummahat Al-Mu'minin (sitri-istrimu) untuk berhijab!".
Dan ini diperjelas pula
dengan perkataan Zaid bin Arqom ketika mengisahkan pertempurannya,
diantara perkataannya adalah:
"فَأَتَى عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُبَيٍّ رَأْسُ الْمُنَافِقِينَ".
"Maka
datanglah Abdulloh bin Ubaiy yang dia adalah pentolannya orang-orang
munafiq".
Syubhat yang
Jahat:
Kalau menjawab pertanyaan
itu harus sebutkan perkataan ulama karena kita ini siapa?
Tanggapan
yang Tepat:
Orang-orang yang membikin
syubhat seperti ini apa sebenarnya yang mereka inginkan dari kami?, apakah
mereka menginginkan dada ini sesak?, atau apa yang mereka inginkan?:
{رَبِّ
اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26) وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ
لِسَانِي (27) يَفْقَهُوا قَوْلِي (28) وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي}
"Ya Robbku, lapangkanlah dadaku ini, dan mudahkanlah bagiku
urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lisanku; supaya mereka memahami
perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku".
Awalnya mereka beranggapan
tidak bolehnya menjawab pertanyaan kecuali mufti, selain mufti tidak boleh
menjawab pertanyaan, jadi seakan-akan yang layak menjawab pertanyaan itu hanyalah
Sa'id 'Aqil As-Sufiy Al-Andunisiy, Yusuf Al-Qordawiy, atau yang semisal
keduanya dari para pemberi fatwa.
Mereka juga berupaya menahan
dari menulis atau berda'wah dengan alasan yang beraneka ragam, sampai penanggung
jawab atau orang yang memiliki kedudukan dijadikan sarana untuk melakukan
pencegahan atau pelarangan, tidak hanya itu masyayikh pun didatangi, diupayakan
dan dibujuk supaya ikut andil -لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ-, dan berbagai macam cara diterjang supaya menggapai tujuan, teringat
dengan suatu problema yang dahulu ketika Al-Ustadz Yoyok Nugroho sedang
semangat-semangatnya berda'wah di Surabaya tiba-tiba Agus Su'aidi bin
Husnunnuri As-Sidawiy berkata: "Sibuk berda'wah tok!, belajarnya
tidak!", aneh tapi nyata, orang semisal Agus Su'aidi bin Husnunnuri
As-Sidawiy bisa berkata seperti ini, terus dia siapa? dan dia belajar dengan
siapa?!!!.
Bahkan tidak hanya itu untuk
menghentikan orang lain dari berda'wah mereka pun menggunakan dengan berbagai
macam cara, diantaranya menghubungi orang-orang tertentu, hal ini sebagaimana
yang telah dilakukan oleh para hizbiyyun, menghubungi pihak kepolisian untuk ikut
terlibat dalam urusan da'wah, belum lama terjadi di Ambon, para hizbiyyin
ketika berupaya untuk mencegah dan menghalangi diadakannya dauroh masyayikh
Ahlissunnah di Ambon mereka pun mendatangi polisi supaya menghentikan kegiatan
dauroh tersebut dengan alasan murahan karena tanpa ada izin dari RT/RW atau karena
tanpa ada yayasan dan izinnya?.
Mereka bangga dengan
menyebutkan yayasan mereka padahal yayasannya memiliki utang milyaran rupiah ke
orang yang mereka zholimi, mereka tanpa malu menyebutkan RT mereka, padahal RT
mereka di kampung Kisar dibangun di tanahnya orang yang mereka zholimi.
Dahulu mereka memiliki
kesamaan ide dalam upaya untuk menahan dan mentahdzir dari tulisan-tulisan kami
dengan berbagai macam alasan, namun mereka tidak akan bisa –dengan izin Alloh-,
walaupun mereka melarang disebar di lokasi mereka namun di daerah lain akan
tersebar, Insya Alloh tulisan-tulisan dan da'wah kami tidak akan tercegah dan
terhalangi, karena tulisan-tulisan dan da'wah sesat saja sudah tersebar luas
apalagi tulisan-tulisan dan da'wah kami yang berada di atas al-haq, dan
kami berharap kepada Robb kami untuk menjadikan kami termasuk dari golongan
yang disebutkan oleh Rosul-Nya:
«لَا يزالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ مَنْصُورِينَ،
لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ»
"Akan
senantiasa ada segolongan dari umatku di atas al-haq (kebenaran) yang ditolong,
tidak memudhoratkan mereka orang yang menyelisihi mereka, sampai datang perkara
(keputusan)nya Alloh (عَزَّ
وَجَلَّ)".
Kalaupun kami sudah
meninggalkan dunia ini, Insya Alloh akan bermunculan generasi baru yang akan melakukan
estafet dan meneruskan perjuangan ini, walaupun nanti banyak para du'at
akan berjatuhan pada pertempuran di kancah jihad dalam membela sunnah Nabi (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) sebagaimana telah ada yang melihat di dalam
mimpinya namun akan bangkit para pengganti yang lebih berkualitas dan bersumber
daya:
{فَسَوْفَ
يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى
الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ
وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ
وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ} [المائدة: 54]
"Maka kelak Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Dia
mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut
terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir,
yang berjihad dijalan Alloh, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka
mencela. Itulah karunia Alloh, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya,
dan Alloh adalah As-Sami' (Maha Luas), lagi Al-'Alim (Maha Mengetahui)". (Al-Maidah: 54).
Syubhat yang
Hangat:
Orang-orang yang ada di
Dammaj hanya menuntut ilmu dan beribadah saja dan tidak bekerja (mencari
penghidupan)?.
Tanggapan
yang Tepat:
Orang
yang berda'wah dan menuntut ilmu ilmu itu berbeda-beda, adakalanya orang
berda'wah muncul dari upaya sendiri, dia berda'wah atau menuntut ilmu tanpa ada
dukungan dari yang lain, dan ada pula yang berda'wah atau menuntut ilmu dengan
dukungan dari yang lain.
Bila
keadaannya dia berda'wah atau menuntut ilmu dari usaha dan upayanya sendiri
dalam artian tidak ada yang mendukungnya maka seperti ini menuntutnya untuk
pandai-pandai mengatur waktunya, sewaktu-waktu dia berda'wah sambil menuntut
ilmu, dan di waktu yang lain dia gunakan untuk bekerja untuk urusan
kehidupannya dan urusan yang berada di bawah tanggungannya, dia mengkompromikan
antara urusan ad-diin (agama) dan urusan ad-dunyah (dunia), dia
berda'wah atau menuntut ilmu sambil bekerja, Alloh (تعالى) berkata:
{وَابْتَغِ
فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ
الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ
فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ} [القصص: 77]
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Alloh
kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu
dari (keni'matan) dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana
Alloh telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi, sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan". (Al-Qoshshosh: 77).
Adapun
kalau berda'wah atau menuntut ilmu dengan dukungan sepenuhnya dari yang lain
(dengan tanpa diminta), maka seperti ini tidak mengapa baginya untuk berda'wah
sambil menuntut ilmu dengan tidak bekerja, hal ini sebagaimana yang terjadi di
Dammaj, bahkan Syaikhuna sangat mengherankan kepada beberapa orang dari thullab
(para penuntut ilmu) yang sibuk bekerja padahal di markaz sudah disediakan
makan gratis 3 (tiga) kali sehari, asrama juga disediakan bagi yang tidak mampu
membeli bilik (kamar), maka apa yang kurang?, mungkin bekerja untuk kebutuhan
seperti beli sabun atau beli kutub (kitab-kitab) namun sangat
mengherankan hari-harinya sibuk untuk bekerja terus untuk apa?.
Dan
kita ketahui bahwa para muhsinin yang memberikan banyak bantuan kepada markaz
Dammaj dengan maksud untuk ketentraman para du'at (da'i-da'i) dan para
penuntut ilmu, supaya mereka benar-benar terfokus kepada tujuan mereka untuk
berda'wah sambil menuntut ilmu.
Dahulu
syaikhuna pernah bekerja, karena pekerjaannya teranggap rendah maka sebagian
hizbiyyin mencelanya karena itu, tidak hanya beliau kami saja kalau seandainya
tidak ada bantuan dari para muhsinin yang begitu perhatian maka kami siap untuk
bekerja, kami Alhamdulillah sudah terbiasa bekerja, dari kecil sekitar
umur 5 (lima) tahun kami sudah bekerja di kebun membantu ibu kami Rohimahulloh,
pulang dari kebun kami jualan kue dan pisang goreng, jualannya keliling
kampung, dari umur tersebut kami terus bekerja hingga kami berumur dewasa,
begitu pula kakak kandung kami Abul Abbas Harmin Rohimahulloh
bekerja, bahkan beliau bekerja sambil sekolah sampai menyelesaikan kuliahnya,
terkadang beliau bekerja dengan menanam sayur-sayuran kemudian ke pasar
menjualnya dan terkadang jualan di pasar Batu Merah Ambon, begitu pula
saudara-saudari kandungku semuanya bekerja.
Tidaknya
hanya kami sebagai ummat Muhammad (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), namun
Muhammad (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) juga bekerja, setelah beliau sangat sibuk dengan da'wah dan
membimbing kaum muslimin beliau kemudian meninggalkan pekerjaan, Asy-Syaikhon
meriwayatkan di dalam "Ash-Shohihain" dari hadits Jabir bin
Abdillah (رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا), beliau berkata:
"كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ نَجْنِي الكَبَاثَ، وَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، قَالَ: «عَلَيْكُمْ بِالأَسْوَدِ مِنْهُ، فَإِنَّهُ أَطْيَبُهُ»
قَالُوا: أَكُنْتَ تَرْعَى الغَنَمَ؟ قَالَ: «وَهَلْ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ
رَعَاهَا»".
"Dahulu kami bersama Rosululloh
(صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
memetik buah dari buah-buahan pohon arok, dan sesungguhnya Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata: "Petiklah yang hitam karena dia yang paling harumnya",
mereka (para shohabat) bertanya: "Apakah dahulu kamu mengembala kambing?,
beliau berkata: "Tidaklah dari setiap Nabi melainkan telah
mengembalanya".
Dalam
suatu riwayat dengan lafadz:
"يَا رَسُولَ اللهِ، كَأَنَّكَ رَعَيْتَ الْغَنَمَ، قَالَ:
«نَعَمْ، وَهَلْ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ رَعَاهَا»".
"Wahai Rosululloh, seakan-akan engkau pernah mengembala kambing?,
beliau berkata: "Iya, tidaklah dari Nabi melainkan telah
mengembalanya".
Begitu
pula Nabiulloh Musa mengembala kambing, bahkan pekerjaan mengembala tersebut
menjadi maharnya, Alloh berkata tentang kisahnya:
{قَالَتْ
إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ
الْقَوِيُّ الْأَمِينُ (26) قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى
ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ
عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ
شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ (27)} [القصص: 26، 27]
"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya
bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya
orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang
yang kuat lagi dapat dipercaya". Dia berkatalah: "Sesungguhnya aku
bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua putriku ini, atas dasar
bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka
itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberatkanmu, dan
kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang- orang yang baik". (Al-Qoshshosh:
26-27).
Setelah
itu beliau keluar da'wah dan tidak ada penjelasan lagi bahwa beliau masih
mengembala, karena beliau sudah sangat sibuk dengan da'wahnya.
Maka
bukanlah suatu aib bagi seseorang yang tidak bekerja karena ada yang memberinya
dukungan, Alhamdulillah para ulama Ahlissunnah banyak bahkan hampir
semua tidak bekerja karena mereka didanai oleh para muhsinin, para muhsinin
meninginkan supaya mereka benar-benar terfokus kepada da'wah dan ilmu, maka
bila seperti ini keadaannya kalau kemudian mereka tidak menggunakan apa yang divasilitasi
tersebut maka teranggap mereka menelantarkan amanah dan kepercayaan.
Berbeda
halnya dengan sebagian orang tidak ada yang mendukungnya namun dia tidak juga
mau bekerja, yang pada akhirnya dia pun menempuh dengan menerjang larangan
syar'iat, mendirikan jam'iyyah atau mengemis dengan alasan karena sibuk da'wah,
bila keadaannya seperti ini maka sungguh dia benar-benar tercela.
وصَلَّى
اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar