Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Buletin Jum’at 22 - Kemaksiatan Melenyapkan Kenikmatan

22Buletin AL-AMIN Edisi: 22/Jum’at/6/Jumadil akhir/1436
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 : الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ. أَمَّا بَعْدُ
Abul Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy Rohimahulloh mengatakan: “Kema’siatan merupakan suatu bentuk perbuatan berupa meninggalkan perintah dan melanggar larangan Alloh Subhanahu wa Ta’ala dan Rosul-Nya Shollalohu ‘Alaihi wa Sallam. Siapa yang melakukan perbuatan ma’siat ini dan dia tidak bertaubat darinya maka sebagai balasan perbuatannya tersebut adalah neraka, seperti perbuatan meninggalkan sholat, tidak mengeluarkan zakat (memberi makan faqir miskin), dan membicarakan hal yang jelek, Alloh Ta’ala berkata: 

{مَا سَلَكَكُمْ فِي سَقَرَ . قَالُوا لَمْ نَكُ مِنَ الْمُصَلِّينَ . وَلَمْ نَكُ نُطْعِمُ الْمِسْكِينَ . وَكُنَّا نَخُوضُ مَعَ الْخَائِضِينَ . وَكُنَّا نُكَذِّبُ بِيَوْمِ الدِّينِ}
“Apakah yang memasukkan kalian ke dalam saqar (neraka)?, mereka berkata: “Kami dahulu tidak termasuk orang-orang yang mengerjakan sholat, dan Kami tidak (pula) memberi makan orang miskin, dan adalah kami membicarakan hal kejelekan bersama dengan orang-orang yang membicarakannya, dan adalah kami mendustakan hari kiamat”.
Dari apa yang dijelaskan oleh Abul Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy Rohimahulloh tersebut dapat kita simpulkan bahwa kema’siatan adalah mengantarkan kepada penderitaan dan kenistaan serta menghilangkan dan melenyapkan keni’matan baik di dunia maupun di akhirat kelak.
Tidaklah mengakibatkan Fir’aun mendapatkan azab melainkan disebabkan kema’siatan yang dia lakukan, Alloh Ta’ala berkata:
{فَأَرَاهُ الْآيَةَ الْكُبْرَى . فَكَذَّبَ وَعَصَى . ثُمَّ أَدْبَرَ يَسْعَى . فَحَشَرَ فَنَادَى . فَقَالَ أَنَا رَبُّكُمُ الْأَعْلَى . فَأَخَذَهُ اللَّهُ نَكَالَ الْآخِرَةِ وَالْأُولَى}
“Lalu Musa memperlihatkan kepadanya ayat (mu’jizat) yang besar, maka Fir´aun mendustakan dan mema’siati (mendurhakai). Kemudian dia berpaling seraya berusaha menantang (Musa). Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (seraya) berkata:”Akulah Robb kalian yang paling tinggi”. Maka Alloh mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia”.
Dan Alloh Ta’ala menjelaskan tentang keadaan Fir’aun bahwa dia memang benar-benar mendapatkan azab disebabkan perbuatannya berupa ma’siat dan kedurhakaan terhadap Rosululloh Musa ‘Alaihishsholatu Wassalam, Alloh Ta’ala berkata:
{فَعَصَى فِرْعَوْنُ الرَّسُولَ فَأَخَذْنَاهُ أَخْذًا وَبِيلًا}
“Lalu Fir’aun mendurhakai Ar-Rosul maka Kami menyiksannya dengan siksaan yang berat”.
Dengan kema’siatan yang dia lakukan tersebut mengakibatkan keni’matan yang dia peroleh sebelumnya berupa kekuasaan dan kehidupan yang mewah di istananya sirna dan lenyap darinya, Alloh Ta’ala ganti keni’matan yang pernah dia rasakan dengan azab yang pedih, Alloh Ta’ala berkata:
{وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا حَتَّى إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ . آلْآنَ وَقَدْ عَصَيْتَ قَبْلُ وَكُنْتَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ}
“Dan Kami memungkinkan bagi Bani Isroil melintasi laut, lalu mereka diikuti oleh Fir’aun dan bala tentaranya dengan maksud menghabisi dan memerangi (mereka); ketika Fir’aun itu sudah hampir tenggelam, maka dia berkata: “Aku beriman bahwa tidak ada sesembahan yang benar melainkan Sesembahan Yang diimani oleh Bani Isroil, dan aku termasuk dari orang-orang yang berislam (berserah diri kepada Alloh)”. Apakah sekarang (baru kamu beriman), padahal sungguh kamu telah berm’siat sejak dahulu, dan kamu termasuk dari orang-orang yang berbuat kerusakan”.
Karena kema’siatan dan kedurhakaannya berupa menjadikan dirinya sebagai thoghut dan permusuhannya terhadap da’wah tauhid maka Alloh Ta’ala mengazabnya dengan cara ditenggelamkan ke dalam lautan.
Begitu pula kalau kita melihat kepada keberadaan pimpinan thoghut yaitu Iblis La’anahulloh, maka kita akan mengetahui bahwa dia dahulunya berada di atas keni’matan, dia tinggal di Jannah (Surga), karena kema’siatan dan kedurhakaan serta penentangannya terhadap perintah Alloh Ta’ala maka Alloh Ta’ala menghinakannya dan merendahkannya dengan serendah-rendahnya:
{قَالَ فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ . وَإِنَّ عَلَيْكَ لَعْنَتِي إِلَى يَوْمِ الدِّينِ}
“Dia berkata (kepada Iblis): Keluarlah kamu dari Jannah, karena sesungguhnya kamu adalah terkutuk, dan sesungguhnya bagimu la’nat-Ku sampai pada hari kiamat”.
Wahai manusia ketahuilah, bahwasanya yang menjadi penyebab utama hilangnya keni’matan dan lenyapnya kesenangan adalah perbuatan ma’siat, Alloh Ta’ala berkata:
{وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا قَرْيَةً كَانَتْ آمِنَةً مُطْمَئِنَّةً يَأْتِيهَا رِزْقُهَا رَغَدًا مِنْ كُلِّ مَكَانٍ فَكَفَرَتْ بِأَنْعُمِ اللَّهِ فَأَذَاقَهَا اللَّهُ لِبَاسَ الْجُوعِ وَالْخَوْفِ بِمَا كَانُوا يَصْنَعُونَ . وَلَقَدْ جَاءَهُمْ رَسُولٌ مِنْهُمْ فَكَذَّبُوهُ فَأَخَذَهُمُ الْعَذَابُ وَهُمْ ظَالِمُونَ}
“Dan Alloh telah membuat suatu perumpamaan (dengan) sebuah negeri yang dahulunya aman lagi tenteram, rezkinya datang kepadanya melimpah ruah dari segenap tempat, tetapi (penduduk)nya mengkufuri (mengingkari) terhadap ni’mat-ni’mat Alloh; maka dengan sebab itu Alloh menimpakan kepada mereka berupa diliputi kelaparan dan ketakutan, disebabkan apa yang selalu mereka perbuat. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka seorang Rosul dari mereka sendiri, tetapi mereka mendustakannya; karena itu mereka ditimpakan azab dan mereka adalah orang-orang yang zholim”. 
Dengan keterangan tersebut maka hendaknya kita berhati-hati, dan jangan sampai kita menentang dan memusuhi da’wah yang disampaikan oleh para pengikut setia Ar-Rosul Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam, bila kita melihat kepada kehancuran pada suatu kaum maka diantara sebabnya karena mereka menentang dan memusuhi da’wah Ar-Rosul Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam yang diserukan oleh pengikut setia beliau, Alloh Ta’ala berkata:
{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ}
“Maka hendaknya takut orang-orang yang menyelisihi perkaranya akan ditimpakan kepada mereka fitnah (petaka) atau ditimpakan kepada mereka azab yang pedih”.
Ketahuilah wahai saudaraku:
نِعْمَةُ التَّمَسُّكِ بِسُنَّةِ الرَّسُوْلِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هِيَ أَعْظَمُ النِّعَمِ وَأُمُّ كُلِّ خَيْرٍ
“Keni’matan berpegang teguh kepada sunnah Ar-Rosul Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam adalah paling agungnya keni’matan-keni’matan dan induknya terhadap setiap kebaikan”.
TANYA: Afwan, ana mau Tanya: Apa yang harus kita lakukan jika menghadapi saudara kita yang sedang sakarotul maut dan apakah benar bahwa waktu sakarotul maut itu kehausan dan syaithon juga berperan, apa yang harus dilakukan selain mentalqin?.
JAWAB: Yang harus dilakukan selain mentalqin (mengajaknya untuk mengucapkan kalimat Tauhid La Ilaha Illalloh) adalah menjaganya jangan sampai syaithon dari kalangan jin dan syaithon dari kalangan manusia datang mempengaruhinya.
Syaithon sangat berperan dalam memberikan pengaruh kepada seseorang ketika seseorang tersebut menjelang kematiannya, terutama di saat sakarotul maut, dengan itu hendaknya bagi kita di saat seperti ini benar-benar memperhatikan dan serius untuk terus menerus mentalqin dan kita berupaya sekuat mungkin untuk menghalangi syaithon, sama saja syaithon dari kalangan jin maupun syaithon dari kalangan manusia, syaithon akan berdatangan baik dia berbentuk dukun atau paranormal, ketika mereka ini berada di sisi orang yang akan sakarotul maut maka keberadaan mereka sangat mengkhowatirkan, lihatlah apa yang terjadi pada Abu Tholib, bahwa Rosulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam terus menerus mentalqin kepadanya dengan mengatakan:
يا عَمِّ قُلْ لا إِلهَ إِلاّ اللهَ كَلِمَةَ أَشْهَدُ لَكَ بِها عِنْدَ اللهِ
“Wahai paman, katakanlah: Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Alloh, suatu kalimat yang aku akan menjadi saksi bagimu dengan kalimat tersebut di sisi Alloh”.
Karena di samping paman beliau ada Abu Jahal yang dia adalah syaithon dari kalangan manusia, dan dia juga terus menerus membujuk Abu Tholib dengan berkata:
أَتَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ المُطَّلِب
“Apakah kamu membenci agama Abdul Muththolib?!”.
Hingga keadaan Abu Tholib adalah:
عَلى مِلَّة عَبْدِ المُطَّلِبِ، وَأَبى أَنْ يَقُولَ لا إِلهَ إِلاّ الله
“Di atas agama Abdul Muththolib, dan dia enggan untuk mengucapkan: ” Tidak ada sesembahan yang benar kecuali Alloh”.
Maka hendaknya bagi kita benar-benar menjaga orang tua atau keluarga kita ketika akan sakarotul maut, jangan sampai ada dari kalangan syaithon datang kepada mereka lalu menipu dan menyeret mereka kepada agama kesyirikan.

PERMATA SALAF

Syaikhul Islam Abul Abbas Ahmad Al-Harroniy Rohimahulloh mengatakan:
وَقَدْ تَظَاهَرَتْ الدَّلَائِلُ عَلَى أَنَّ أَحْسَنَ الْحَسَنَاتِ هُوَ التَّوْحِيدُ كَمَا أَنَّ أَسْوَأَ السَّيِّئَاتِ هُوَ الشِّرْكُ
“Dan sungguh telah nampak dalil-dalil atas bahwasanya paling baiknya kebaikan-kebaikan adalah tauhid, sebagaimana paling jeleknya kejelekan-kejelakan adalah kesyirikan”.
Dan beliau Rohimahulloh juga mengatakan:
فَكُلُّ مَنْ كَانَ أَكْمَلَ فِي تَحْقِيقِ إخْلَاصِ “لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ” عِلْمًا وَعَقِيدَةً وَعَمَلًا وَبَرَاءَةً وَمُوَالَاةً وَمُعَادَاةً: كَانَ أَحَقَّ بِالرَّحْمَةِ
“Setiap orang yang keberadaannya lebih sempurna pada perwujudan terhadap pemurnian “La Ilaha Illalloh”, baik dalam keilmuan, keyakinan, pengamalan, pem-baro’an (berlepas diri) dan peng-wala’-an (loyalitas) serta permusuhan maka keberadaan dia lebih berhak dengan rohmat (Alloh)”.
Ditulis oleh
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy Aafaahulloh

Tidak ada komentar:

Posting Komentar