Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Buletin Jum’at 19 -Aqidah Kaum Muslimin Tentang Jin

19
AQIDAH KAUM MUSLIMIN TENTANG KEBERADAAN JIN
Buletin AL-AMIN Edisi: 19/Jum’at/15/5/1436
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله وحده، والصلاة والسلام على من لا نبي بعده، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبد الله ورسوله
 : أما بعد
Dalam menetapkan adanya jin, umat manusia berbeda-beda pandangan, diantara mereka ada yang meniadakan keberadaan jin. Diantara mereka beranggapan bahwa jin keberadaannya hanyalah angan-angan atau perasaan manusia. Diantara mereka menganggap bahwa jin adalah jelmaan manusia, ketika ada dari manusia memiliki sihir -dengan izin Alloh- dia mampu merubah bentuk, dengan itu dikatakanlah sebagai jin. Sebagian mereka menganggap pula bahwa jin adalah roh-roh leluhur atau anggapan-anggapan lainnya. Semua itu muncul dari keyakinan orang-orang musyrik dan orang-orang kafir serta orang-orang semisal mereka, kemudian ditebarkan di tengah-tengah kaum muslimin.
Adapun Ahlussunnah wal Jama’ah maka mereka menetapkan adanya jin berdasarkan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yaitu:

* Ahlussunnah menetapkan bahwa jin adalah makhluk yang Alloh Ta’ala ciptakan, dan mereka dikenai beban untuk beribadah sebagaimana manusia, Alloh Ta’ala berkata:
(وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ)
“Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah (kepada-Ku)”.
* Ahlussunnah menetapkan bahwa jin terdiri dari dua kelompok sebagaimama manusia, yaitu ada yang kafir dan ada yang muslim, Alloh Ta’ala berkata:
(يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ يَقُصُّونَ عَلَيْكُمْ آيَاتِي وَيُنْذِرُونَكُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَٰذَا ۚ قَالُوا شَهِدْنَا عَلَىٰ أَنْفُسِنَا ۖ وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَشَهِدُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ أَنَّهُمْ كَانُوا كَافِرِينَ)
“Wahai para jin dan manusia, tidakkah datang kepada kalian para Rosul dari kalian, yang mereka mengisahkan kepada kalian ayat-ayat-Ku dan memberikan peringatan kepada kalian tentang perjumpaan pada hari kalian ini?!, mereka mengatakan: “Kami mempersaksikan atas diri-diri kami”, dan kehidupan dunia menipu mereka, mereka mempersaksikan atas diri-diri mereka bahwasanya dahulu mereka adalah orang-orang yang kafir”.
Dan Alloh Ta’ala berkata:
(قُلْ أُوحِيَ إِلَيَّ أَنَّهُ اسْتَمَعَ نَفَرٌ مِنَ الْجِنِّ فَقَالُوا إِنَّا سَمِعْنَا قُرْآنًا عَجَبًا * يَهْدِي إِلَى الرُّشْدِ فَآمَنَّا بِهِ ۖ وَلَنْ نُشْرِكَ بِرَبِّنَا أَحَدًا)
“Katakanlah: Telah diwahyukan kepadaku, bahwasanya sekelompok dari jin telah mendengar, mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami telah mendengarkan Al-Qur’an yang mengagumkan, yang membimbing kepada petunjuk maka kami beriman kepadanya, dan kami tidak akan menyekutukan Robb kami dengan sesuatu apapun”.
* Ahlussunnah menetapkan bahwa Rosululloh Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam diutus oleh Alloh Ta’ala bukan hanya untuk umat manusia saja namun mencakup pula jin, Alloh Ta’ala berkata:
(وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ)
“Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rohmat bagi alam semesta”.
Perkataan-Nya “alam” yaitu segala sesuatu yang selain Alloh Ta’ala, dan yang termasuk dari “alam” adalah jin. 
Wallohu A’lam.
TANYA: Apa beda jin, syaithon dan Iblis?.
JAWAB: Lafazh jin lebih umum sebagaimana lafazh manusia, Alloh Ta’ala berkata:
(وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُومِ)
“Dan jin Kami menciptakannya sebelum manusia dari api yang panas”.
Dan Iblis termasuk dari kalangan jin, dengan dalil perkataan Alloh Ta’ala:
(وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ كَانَ مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبَّهِ)
“Dan ketika Kami mengatakan kepada para malaikat: Sujudlah kalian kepada Adam, maka mereka bersujud kecuali Iblis, keberadaan dia termasuk dari jin, dia berbuat fasiq tentang perintah Robbnya”.
Pada kelanjutan ayat, Alloh Ta’ala terangkan bahwa Iblis memiliki keturunan:
(أَفَتَتَّخِذُونَهُ وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُونِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ ۚ بِئْسَ لِلظَّالِمِينَ بَدَلا)
“Apakah kalian akan menjadikannya dan anak keturunannya sebagai para wali dari selain-Ku, dan mereka bagi kalian adalah musuh, sangat buruklah Iblis itu sebagai pengganti bagi orang-orang zholim”.
Dan Iblis ini memiliki pengikut dari kalangan jin dan manusia, yang disebut dengan syaithon, Alloh Ta’ala berkata:
(وَلَقَدْ صَدَّقَ عَلَيْهِمْ إِبْلِيسُ ظَنَّهُ فَاتَّبَعُوهُ إِلَّا فَرِيقًا مِنَ الْمُؤْمِنِينَ)
“Dan sungguh telah benar Iblis sangkaannya kepada mereka, mereka mengikutinya kecuali sekelompok dari orang-orang yang beriman”.
Para syaithon dari kalangan jin yang mengikuti Iblis maka mereka terus memberikan was-was dan bisikan-bisikan kepada manusia, dari sejak diciptakannya kedua orang tua manusia hingga hari kiamat nanti, Alloh Ta’ala berkata:
(فَقُلْنَا يَا آدَمُ إِنَّ هَٰذَا عَدُوٌّ لَكَ وَلِزَوْجِكَ فَلَا يُخْرِجَنَّكُمَا مِنَ الْجَنَّةِ فَتَشْقَى)
“Maka Kami katakan: Wahai Adam, sesungguhnya dia (Iblis) ini adalah musuh bagimu dan bagi istrimu, maka jangan sampai dia mengeluarkan kalian berdua dari Jannah yang menyebabkan kamu celaka”.
Pada kelanjutan ayat setelah beberapa ayat, Alloh Ta’ala katakan:
(فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَا يَبْلَىٰ)
“Lalu syaithon memberikan was-was kepadanya, syaithon berkata: Wahai Adam maukah aku menunjukanmu kepada pohon keabadian dan kerajaan yang tidak akan runtuh?!”.
Pada ayat yang telah kami sebutkan bahwa Iblis adalah musuh bagi kedua orang tua kita (Adam dan Hawa), dan juga musuh bagi anak keturunannya, Adam dan seluruh nabi adalah musuh bagi Iblis, dan Iblis memusuhi dengan menggerakan para pengikutnya sebagaimana yang Alloh Ta’ala nyatakan:
(وَكَذَٰلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَىٰ بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا)
“Dan demikianlah Kami telah menjadikan bagi setiap nabi itu musuh dari kalangan syaithon manusia dan syaithon jin, sebagian mereka membisikan atas sebagian yang lain perkataan yang indah dan menipu”.
TANYA: Apa benar manusia bisa melihat jin, karena ada seorang ibu mengaku bisa melihat jin dari sejak kecilnya?.
JAWAB: Hal demikian itu bisa memungkinkan, karena perkataan Alloh Ta’ala:
(إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لَا تَرَوْنَهُمْ)
“Sesungguhnya dia (syaithon) dan yang sejenisnya (dari kalangan jin) melihat kalian dari sisi kalian tidak melihat mereka”.
Perkataan “Laa” (tidak), ya’ni bukan berarti peniadaan bagi manusia selama-lamanya tidak akan bisa melihat mereka, namun terkadang ada dari manusia yang bisa melihat mereka, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam pernah melihat mereka, juga Sulaiman ‘Alaihissalam melihat mereka, dan bahkan ada riwayat dan kisah dari salaf pernah melihat mereka.
Perkara melihat adalah perkara yang memungkinkan -dengan izin Alloh-, bila ada seseorang memiliki pembawaan dari sejak lahirnya bisa melihat jin maka hal ini kita tidak bisa ingkari, karena perkara ini bisa memungkinkan, walaupun ini menyelisihi kebiasaan manusia, sebagaimana kebiasaan manusia tidak akan mampu melihat dengan mata telanjangnya di tengah malam gulita, namun di sana ada dari manusia dari sejak lahirnya bisa melihat di tengah-tengah kegelapan malam, dan ini terdapat dari seorang Ahlussunnah, ketika Dammaj dikepung oleh kaum kafir Hutsah-Rofidhoh maka ada dari seorang Ahlissunnah asal Yaman ikut jihad, bergabung dengan para mujahidin Ahlissunnah menuju Kitaf, selama beliau di Kitaf beliau digelari dengan “teropong malam”, karena pada malam hari beliau melihat pergerakan Hutsah-Rofidhoh, dengan itu beliau memerintahkan kawan-kawannya untuk menembak ke arah yang beliau lihat, dengan keberadaan beliau ini, kaum kafir Hutsah-Rofidhoh menyebutkan bahwa Ahlissunnah menggunakan sihir, padahal kelebihan beliau itu sudah menjadi pembawaan dari sejak kecilnya, dan beliau ini sebelum ikut jihad, beliau berprofesi sebagai pencari ikan, beliau pekerjaannya adalah mencari ikan, karena beliau bisa melihat langsung sampai ke dasar laut, dengan penglihatan yang menembus laut itu beliau bisa melihat dimana perkumpulan ikan?!, -semoga Alloh merohmati kami dan beliau dan menjadikan kami serta beliau termasuk dari para syuhada’-.
TANYA: Apakah benar ada dari manusia bisa merubah bentuk dari bentuknya ke bentuk jin sebagaimana jin bisa merubah bentuk ke bentuk manusia?.
JAWAB: Kalau yang diinginkan merubah bentuk ke bentuk asli jin maka bagaimana bisa terjadi?, sementara manusia tidak mengetahui bagaimana bentuk asli jin?, manusia hanya mengetahui kalau jin kafir semisal Iblis dan syaithon bentuk rupa mereka sangat jelek, Alloh Ta’ala berkata tentang pohon Zaqqum yang sangat jelek:
(إِنَّا جَعَلْنَاهَا فِتْنَةً لِلظَّالِمِينَ * إِنَّهَا شَجَرَةٌ تَخْرُجُ فِي أَصْلِ الْجَحِيمِ * طَلْعُهَا كَأَنَّهُ رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ)
“Sesungguhnya Kami telah menjadikannya sebagai fitnah bagi orang-orang zholim, bahwasanya dia adalah pohon yang keluar dari dasar neraka jahannam, mayang-mayangnya seperti kepala-kepala syaithon”.
Dipermisalkan dengan syaithon karena syaithon paling jelek rupa dan bentuknya.
Ada dari manusia yang belajar sihir dari para jin, mereka dengan izin Alloh bisa merubah bentuk dari bentuk manusia ke bentuk lain, seperti yang biasa masyarakat katakan menjadi hantu, kuntilanak, suangge, pocong, babi ngepet atau yang semisalnya maka semua itu bisa terjadi namun semua perubahan itu bukan termasuk dari bentuk asli dari jin. 
Adapun jin maka dia bisa merubah bentuk sebagaimana di dalam suatu hadits bahwa jin merubah bentuk menjadi ular, dan dalam hadits Abu Huroiroh ada jin dari kalangan syaithon merubah bentuk menjadi manusia yang datang mencuri makanan zakat, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan kepada Abu Huroiroh bahwa dia adalah syaithon, kemudian beliau katakan:
«صدقك وهو كذوب»
“Dia telah jujur kepadamu, dan dia adalah paling banyak berdusta”.
Ini termasuk diantara dari dalil-dalil yang menjelaskan bahwa jin -dengan izin Alloh- bisa merubah bentuk dari bentuk aslinya ke bentuk manusia atau bentuk yang semisalnya. Wallohu A’lam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar