Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Buletin Jum’at 20 – BAHAYA DAN TIPU DAYA SYAITHON

20Buletin AL-AMIN Edisi: 20/Jum’at/22/5/1436
BAHAYA DAN TIPU DAYA SYAITHON
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
 :الْحَمْدُ لِلَّهِ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُولُهُ. أَمَّا بَعْدُ
Sesungguhnya syaithon memiliki tipu daya terhadap umat manusia, dan bahkan dia adalah makhluk yang sangat berbahaya bagi mereka, syaithon inilah yang termasuk penyebab dikeluarkannya bapak dan ibu kita (Adam dan Hawa) dari Jannah, Alloh Ta`ala berkata:

{فَأَزَلَّهُمَا الشَّيْطَانُ عَنْهَا فَأَخْرَجَهُمَا مِمَّا كَانَا فِيهِ}
“Lalu syaithon menggelincirkan keduanya dari Jannah (Surga), dan mengeluarkan keduanya dari apa-apa yang keduanya dahulu ada padanya”.
Syaithon tidak berhenti di situ, bahkan dia terus berupaya untuk menyesatkan anak keturunan Adam ‘Alaihissalam, dengan itu Alloh Ta`ala peringatkan mereka: 
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ * إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ}
“Wahai manusia makanlah kalian dari apa-apa yang ada di bumi, dia adalah halal lagi baik, dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaithon, sesungguhnya dia adalah musuh yang jelas bagi kalian. Sesungguhnya syaithon memerintahkan kalian kepada kejelekan dan kekejian, dan supaya kalian berkata tentang Alloh terhadap apa yang kalian tidak memiliki ilmu”.
Diantara tipu daya syaithon yang telah berhasil menipu dan mencelakakan anak keturunan Adam adalah:

MENYERU KEPADA KEMA’SIATAN

Ketika syaithon melihat anak Adam masih memiliki fitroh suci, yaitu berada di atas tauhid, maka syaithon membuat tipu daya dengan menyeretnya ke dalam kema’siatan, sebagaimana yang pernah dia lakukan kepada anak Adam yang pertama, karena dia melihatnya masih di atas fitrohnya yang suci, yaitu di atas agama bapaknya, maka syaithon menyeretnya ke dalam ke ma’siatan berupa penumpahan darah, dan ini yang pertama kali dilakukan, Alloh Ta’ala berkata:
{وَاتْلُ عَلَيْهِمْ نَبَأَ ابْنَيْ آدَمَ بِالْحَقِّ إِذْ قَرَّبَا قُرْبَانًا فَتُقُبِّلَ مِنْ أَحَدِهِمَا وَلَمْ يُتَقَبَّلْ مِنَ الْآخَرِ قَالَ لَأَقْتُلَنَّكَ قَالَ إِنَّمَا يَتَقَبَّلُ اللَّهُ مِنَ الْمُتَّقِينَ * لَئِنْ بَسَطْتَ إِلَيَّ يَدَكَ لِتَقْتُلَنِي مَا أَنَا بِبَاسِطٍ يَدِيَ إِلَيْكَ لِأَقْتُلَكَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ رَبَّ الْعَالَمِينَ * إِنِّي أُرِيدُ أَنْ تَبُوءَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ * فَطَوَّعَتْ لَهُ نَفْسُهُ قَتْلَ أَخِيهِ فَقَتَلَهُ فَأَصْبَحَ مِنَ الْخَاسِرِينَ}
“Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam dengan sebenarnya, ketika keduanya mendekatkan diri (kepada Alloh) dengan berqurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua dan tidak diterima dari yang lain. Yang tidak diterima qurbannya berkata: “Aku pasti membunuhmu!”. Yang diterima qurbannya berkata: “Sesungguhnya Alloh hanya menerima (qurban) dari orang-orang yang bertaqwa”. “Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, maka aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Alloh, Robb semesta alam”. “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosaku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zholim”. Maka hawa nafsu (yang tidak diterima qurbannya itu) menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah dia termasuk dari orang-orang yang merugi”.
Tidaklah terjadi pembunuhan seperti itu melainkan karena sebab tipu daya syaithon dan kejahatannya, karena dia telah berjanji sebagaimana yang Alloh Ta’ala katakan:
{وَلَأُضِلَّنَّهُمْ وَلَأُمَنِّيَنَّهُمْ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُبَتِّكُنَّ آذَانَ الْأَنْعَامِ وَلَآمُرَنَّهُمْ فَلَيُغَيِّرُنَّ خَلْقَ اللَّهِ وَمَنْ يَتَّخِذِ الشَّيْطَانَ وَلِيًّا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَقَدْ خَسِرَ خُسْرَانًا مُبِينًا * يَعِدُهُمْ وَيُمَنِّيهِمْ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا}
“Dan aku benar-benar akan menyesatkan mereka, dan akan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka dan menyuruh mereka memotong telinga-telinga binatang ternak, lalu mereka benar-benar memotongnya, dan akan aku suruh mereka mengubah ciptaan Alloh, lalu benar-benar mereka merubahnya”.Barangsiapa yang menjadikan syaithon menjadi pelindung selain Alloh, maka sesungguhnya dia menderita kerugian yang nyata. Syaitan itu memberikan janji-janji kepada mereka dan membangkitkan angan-angan kosong pada mereka, padahal syaithon itu tidak menjanjikan kepada mereka selain dari tipuan belaka”.

SYAITHON MENYERU KEPADA KESYIRIKAN

Ketika syaithon melihat anak keturunan Adam sudah mulai bertambah banyak, dan kedua orang tua mereka (Adam dan Hawa) telah meninggal dunia, mereka mulai menanamkan benih-benih yang mengantarkan kepada kesyirikan, mereka diseru untuk membuat gambar-gambar makhluk bernyawa, dimulai dengan bisikan membuat gambar bapak-bapak mereka yang sudah meninggal dunia, lalu dipajang di tempat-tempat mereka, syaithon tidak langsung membisikan mereka untuk menyembah atau berdoa kepada gambar-gambar tersebut, karena dia tahu bahwa mereka masih memiliki tauhid, akan tetapi syaithon bersabar menunggu, ketika datang generasi berikutnya syaithon membisikan untuk dibuatkan patung yang serupa dengan gambar-gambar tersebut, dan syaithon tidak langsung membisikan mereka untuk menyembah atau berdoa kepada patung-patung tersebut, ketika datang generasi berikutnya syaithon mulai membisikan untuk menyembah dan berdoa kepada patung-patung tersebut, sebagaimana kisahnya disebutkan oleh Al-Bukhoriy di dalam “Shohih”nya dari hadits Abdulloh bin Abbas Rodhiyallohu ‘Anhuma, beliau jelaskan:
فَلَمْ تُعْبَدْ حَتَّى إِذَا هَلَكَ أُولَئِكَ وَتَنَسَّخَ الْعِلْمُ عُبِدَتْ
“Tidak diibadahi (patung-patung tersebut) hingga generasi (yang membuat (patung-patung tersebut) telah meninggal dunia dan hilang ilmu maka diibadahilah”.
Pada zaman jahiliyyah, sarana-sarana kesyirikan tersebut terkumpul pada kaum jahiliyyah, mereka memajang gambar-gambar makhluk bernyawa di dalam Ka’bah dan membangun patung-patung, ketika Nabi kita Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam diangkat sebagai nabi dan diutus sebagai rosul maka beliau melenyapkan semua sarana kesyirikan tersebut, Al-Bukhoriy meriwayatkan di dalam “Shohih”nya dari hadits Ibnu Abbas Rodhiyallohu ‘Anhu, beliau berkata:
دَخَلَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ الْبَيْتَ فَوَجَدَ فِيهِ صُورَةَ إِبْرَاهِيمَ وَصُورَةَ مَرْيَمَ
“Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam masuk di dalam Al-Bait (Ka’bah), maka beliau mendapati padanya gambar Ibrohim dan gambar Maryam”.
Dalam riwayat lain dengan lafazh:
لَمَّا قَدِمَ مَكَّةَ أَبَى أَنْ يَدْخُلَ الْبَيْتَ وَفِيهِ الْآلِهَةُ فَأَمَرَ بِهَا فَأُخْرِجَتْ فَأُخْرِجَ صُورَةُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ
“Tatkala beliau (Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam) masuk ke Makkah, beliau enggan untuk masuk ke dalam Al-Bait (Ka’bah), karena di dalamnya ada sesembahan-sesembahan, lalu beliau memerintahkan untuk mengeluarkannya, dan dikeluarkan pula gambar Ibrohim dan gambar Ismail”.
Pada zaman jahiliyyah tersebut syaithon juga membisikan orang-orang musyrik untuk membuat sarana-sarana kepada kesyirikan berupa ditinggikannya kuburan-kuburan dan mengagumkannya, dengan itu membuat Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mengutus para shohabatnya untuk membersihkan dan melenyapkan sarana-sarana kesyirikan tersebut, Al-Imam Muslim meriwayatkan di dalam “Shohih”nya dari hadits Abul Hayyaj, beliau berkata:
قَالَ لِي عَلِيُّ بْنُ أَبِي طَالِبٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ: «أَلَا أَبْعَثُكَ عَلَى مَا بَعَثَنِي عَلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَلَا تَدَعْ تِمْثَالًا إِلَّا طَمَسْتَهُ، وَلَا قَبْرًا مُشْرِفًا إِلَّا سَوَّيْتَهُ».
“Ali bin Abi Tholib Rodhiyallohu ‘Anhu berkata kepadaku: Tidakkah aku akan mengutusmu atas apa yang telah Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mengutusku dengannya?, yaitu janganlah kamu membiarkan gambar (makhluk bernyawa) melainkan kamu menghapusnya dan jangan pula membiarkan kuburan yang ditinggikan melainkan kamu meratakannya”.  
Sarana kesyirikan berupa kuburan yang ditinggikan dan diagungkan serta gambar-gambar makhluk bernyawa seperti gambar para ulama kini telah ada di tengah-tengah umat ini, bahkan banyak dari mereka sudah beribadah dengan menghadap kepadanya, berdoa kepadanya dan meminta hajat kepadanya, tidak meragukan lagi bagi orang-orang yang berakal sehat bahwa ini adalah kesyirikan yang nyata.
TANYA: Bagaimana membantah orang-orang yang semangat berziaroh kubur, yang mana mereka berdoa kepada kuburan dengan khusyu’ dan meminta hajat kepada penghuninya, dan mereka katakan itu adalah sunnah?.
JAWAB: Yang disebut sunnah dalam ziaroh kubur adalah ketika masuk ke lokasi kuburan maka mengucapkan:
«السَّلاَمُ عَلَى أَهْلِ الدِّيَارِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُسْلِمِينَ وَيَرْحَمُ اللَّهُ الْمُسْتَقْدِمِينَ مِنَّا وَالْمُسْتَأْخِرِينَ وَإِنَّا إِنْ شَاءَ اللَّهُ بِكُمْ للاَحِقُونَ».
“Semoga keselamatan bagi penghuni kubur dari kalangan orang-orang yang beriman dan orang-orang yang berislam, dan semoga Alloh merohmati orang-orang yang meninggal terdahulu daripada kami dan orang-orang yang belakangan, dan sesungguhnya kami bagi kalian Insya Alloh akan benar-benar menyusul”. Diriwayatkan oleh Muslim di dalam “Shohih”nya dari hadits Aisyah Rodhiyallohu ‘Anha.
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya jika memasuki lokasi kuburan maka mereka membaca doa tersebut, itu saja yang mereka lakukan, tidak menambah bacaan-bacaan selain itu, dan terkadang mereka menangis ketika melihat ke kuburan, sebagaimana yang pernah terjadi pada Utsman bin Affan Rodhiyallohu ‘Anhu, seorang bekas hamba sahayanya yang bernama Hani’ mengatakan: “Dahulu Utsman Rodhiyallohu ‘Anhu jika berhenti di atas kubur, maka beliau menangis sampai air matanya membasahi jenggotnya, maka dikatakan kepadanya: Disebutkan kepadamu tentang Jannah (Surga) dan neraka namun engkau tidak menangis, dan engkau menangis dari berziaroh kubur ini?. Beliau berkata: Sesungguhnya aku mendengar Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«إِنَّ الْقَبْرَ أَوَّلُ مَنَازِلِ الآخِرَةِ، فَمَنْ نَجَا مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَيْسَرُ مِنْهُ، وَمَنْ لَمْ يَنْجُ مِنْهُ فَمَا بَعْدَهُ أَشَدُّ مِنْهُ».
“Sesungguhnya kuburan adalah awal tempat tinggal bagi akhirat, barang siapa yang selamat darinya maka apa yang setelahnya adalah lebih mudah darinya, dan barang siapa yang tidak selamat darinya maka apa yang setelahnya adalah lebih pedih (siksaan) darinya”.
Berdoa serta meminta hajat kepada penghuni kubur adalah kesyirikan, Alloh Ta’ala berkata:
{وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ}
“Dan barangsiapa berdoa bersama Alloh dengan sesembahan yang lain, tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Robbnya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tidak akan beruntung”.
Ditulis oleh
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy Aafaahullah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar