Tanya: Ada dari mahasiswa LIPIA Jakarta dan alumni mahasiswa Universitas Sana’a mengatakan bahwa penduduk Yaman dan Suriyah mayoritasnya adalah Ahlussunnah sedang syi’ah adalah sedikit, namun karena syi’ah masuk parlemen atau memiliki kedudukan di pemerintahan maka mereka pun kuat dan Ahlussunnah pun ketakutan, apakah benar demikian?.
Jawab: Yang mengatakan itu mungkin keadaannya seperti yang Alloh katakan:
(مُذَبْذَبِينَ بَيْنَ ذَٰلِكَ لَا إِلَىٰ هَٰؤُلَاءِ وَلَا إِلَىٰ هَٰؤُلَاءِ)
“Mereka dalam keadaan ragu-ragu antara demikian itu, mereka tidak masuk pada golongan yang ini dan tidak pula pada golongan yang itu”.
Demikianlah keadaan mereka selalu di atas kebingungan, ketika terjadi jihad melawan Rofidhoh mereka pun bingung, apa yang harus diperbuat?!.
Mau maju untuk jihad ragu, apakah ini jihad syar’iy ataukah bukan?!.
Mau maju untuk jihad ragu, apakah ini jihad syar’iy ataukah bukan?!.
Kalau yang menyatakan itu adalah orang awwam maka kita bisa ma’lumi, karena penilaian mereka bahwa Ahlusssunnah cirinya adalah sholat dengan meletakan tangan kanan di atas tangan kiri lalu diletakan di dada, atau anggapan mereka selain syi’ah berarti Ahlussunnah.
Sangat memalukan kalau yang mengatakan itu adalah mahasiswa atau para penuntut ilmu yang mengaku-ngaku sebagai Ahlussunnah?!.
Kalaulah seandainya benar di Yaman mayoritasnya Ahlussunnah maka orang yang ingin belajar ke Dammaj dahulu akan mudah masuk ke propinsi Sho’dah namun kenyataannya tidak demikian, para penuntut ilmu dari Sana’a menuju Sho’dah itu melalui banyak pemukiman syi’ah, bahkan kota Sho’dah hampir 95 % adalah warga syi’ah, dan bisa dilihat kenyataannya ketika hishor (pengepungan) yang dilakukan oleh syi’ah terhadap Ahlussunnah di Dammaj, kaum muslimin yang ingin membantu tidak bisa masuk ke Dammaj melalui jalur yang biasa dilewati karena padatnya penduduk syi’ah, yang pada akhirnya kaum muslimin memilih masuk lewat jalur dari arah Ma’rib.
Dan cukuplah bagi kita untuk bisa menilai tentang kebatilan para mahasiswa tersebut, bukankah Ikhwanul Muslimin telah berada di dalam suatu wadah yang disebut dengan Al-Ishlahiy? mereka bersekongkol dalam upaya untuk menggulingkan Ali Abdulloh Sholih, bukankah tokoh besar Ikhwanul Muslimin yang dikenal dengan Az-Zandaniy telah menggerakan mahasiswanya di Universitas Al-Iman Sana’a, mana hasil demikian itu?!. Kemudian mereka kabur lalu berteriak seperti itu!.
Sekarang apa lagi yang mereka inginkan?. Bukankah presiden Yaman sekarang ini adalah masih muslim?, dan bukankah yang menduduki pemerintahan sekarang ini tidak hanya syi’ah namun ada juga selain mereka dari orang awwam yang dinamai oleh mahasiswa itu sebagai Ahlussunnah?!:
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا)
“Wahai orang-orang yang beriman bertaqwalah kalian kepada Alloh dan berkatalah kalian dengan perkataan yang baik”.
Ucapan-ucapan mereka itu adalah bukti kalau mereka adalah orang-orang yang terpengaruh dengan Ikhwanul Muslimin atau mereka Ikhwanul Muslimin sesungguhnya, keadaan mereka untuk memegang atau menguasai kepemimpinan selalu gagal, di Mesir mereka gagal untuk memegang kepemimpinan, hingga terbunuh pendiri firqoh sesat mereka yang bernama Hasan Al-Banna, di Yaman begitu pula mereka gagal, dengan perjuangan mereka di bawah wadah dengan nama Al-Ishlahiy dan Universitas Al-Iman ternyata malah tampak kehinaan mereka, tidak mereka mendapatkan keutamaan jihad syar’iy sebagaimana Ahlussunnah di Dammaj dapatkan dan tidak pula mereka dapatkan hidup mulia di pemerintahan.
Tinggal kita melihat di Tanah Air kita Indonesia, apakah Ikhwanul Muslimin dengan wadah PKS (Partai Keadilan Sejahtera)nya akan berhasil menguasai kepemimpinan dan memperjuangkan da’wah sesuai versi mereka sebagaimana yang dikampanyekan oleh Firanda dengan alasan karena mereka lebih dekat kepada As-Sunnah sebagaimana sangkaannya?!.
Apakah Firanda sudah terjepit da’wahnya atau terlarang da’wahnya di Indonesia dengan sebab munculnya pemimpin di Tanah Air sekarang ini, yang dia bukan dari PKS?!.
Yang berangan-angan memperjuangkan Islam lewat partai sampai saat ini belum kita dapati mereka membawa hasil menegakan syari’at Islam, bahkan justru mereka melakukan penyelisihan nyata terhadap syari’at Islam itu sendiri, bahkan fatwa-fatwa yang membolehkan sepak terjang mereka tersebut terbawa hembusan angin, tidak satu pun terbukti memenangkan Islam, malah justru madhorot terhadap da’wah Islam terjadi, di Mesir, Algeria, Yaman dan negara-negara Islam lainnya tidak membuahkan hasil dari angan-angan mereka, malah yang ada hanyalah kepedihan dan kerendahan:
(فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ)
“Maka bertaqwalah kalian kepada Alloh wahai orang-orang yang berakal, supaya kalian beruntung”.
Dijawab oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy ‘Afallohu ‘anhu (16/2/1435).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar