Tanya: Orang-orang IM (Ikhwanul Muslimin) tambah merasa berjaya dengan beralasan karena dakwah mereka didukung ulama Ahlissunnah seperti Syekh Jibrin, apa betul itu?.
Jawab: Justru alasan ini menunjukan tentang semakin jelasnya kesesatan mereka, kapan ada fatwa ulama bersesuaian dengan hawa nafsu mereka maka mereka langsung menerimanya dengan tanpa memperdulikan dalil lagi, ini keadaannya mereka dan siapa saja yang memiliki kecondongan hati dengan mereka. Ketika Ahlussunnah berbicara tentang Hasan Albanna maka mereka pun mengatakan: “Kami menunggu fatwa ulama besar seperti Al-Imam Ibnu Bazz apalagi beliau telah memuji IM”.
Demikian keadaan mereka, apakah benar kalau Al-Imam Ibnu Bazz menjatuhkan hukum tentang sesatnya IM maka mereka akan mengikuti beliau?. Sekali-kali tidak, bahkan ketika Al-Imam Ibnu Bazz memfatwakan bahwa IM dan JT (Jama’ah Tabligh) termasuk ke dalam 72 (tujuh puluh dua) golongan di neraka, sebagaimana dalam hadits:
«وستفترق هذه الأمة على ثلاث وسبعين، كلها في النار إلا واحدة»
“Akan berpecah belah umat ini kepada 73 (tujuh puluh tiga) golongan, semuanya di dalam neraka kecuali satu”.
Ketika sampai kepada mereka penghukuman Asy-Syaikh Ibnu Bazz maka mereka pun mencari pendukung dari yang lain, mereka mulai melakukan pendekatan dengan Asy-Syaikh Jibrin hingga dia mengeluarkan fatwa sesuai kemauan mereka, dengan itu mereka pun saling membela diantara satu dengan yang lainnya, Firanda Cs pun mulai memberikan dukungan dan pembelaan:
(وَلَا تُجَادِلْ عَنِ الَّذِينَ يَخْتَانُونَ أَنْفُسَهُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ خَوَّانًا أَثِيمًا)
“Dan janganlah kamu (mendebat) untuk membela orang-orang yang mereka mengkhianati diri-diri mereka sendiri, sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang yang keberadaannya adalah suka berkhianat dan suka berbuat dosa”.
Apa yang difatwakan Asy-Syaikh Jibrin ini tidak boleh untuk dibenarkan dan diikuti, dan ini adalah ketergelinciran dan penyelewengan darinya. Ada beberapa ulama keadaannya sama dengan Asy-Syaikh Jibrin ini, awalnya di atas keistiqomahan kemudian dipenghujung umurnya tergelincir:
(رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا)
“Wahai Robb kami janganlah Engkau memalingkan hati kami setelah Engkau memberikan hidayah kepada kami”.
Apa yang terjadi pada mereka ini disebabkan karena teman duduk yang jelek:
«المرء على دين خليله فلينظر أحدكم من يخالل»
“Seseorang di atas agama kawannya, maka hendaklah salah seorang diantara kalian melihat kepada siapa dia jadikan sebagai kawan”.
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy (18/2/1436).
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy (18/2/1436).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar