Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Terjemah Hukum Jual Buku-buku Tulis

حكم بيع الدفاتر لمن يتخذها كتب الضلالة

HUKUM MENJUAL BUKU-BUKU TULIS KEPADA ORANG YANG MENGGUNAKANNYA UNTUK BUKU-BUKU SESAT

قال الأخ: لقد سمعنا قول بعض الناس في فتواكم أنكم تقولون على جواز بيع كل شيء يعلم من صاحبه أنه يستخدمه في المعصية أو في البدعة، ما هو الصحيح من قولكم بارك الله فيكم؟.
Al-Akh berkata: "Sungguh kami telah mendengar perkataan sebagian manusia tentang jawaban kalian, bahwasanya kalian berkata tentang bolehnya menjual segala sesuatu yang diketahui dari pemiliknya bahwasanya dia akan menggunakannya dalam kema'siatan atau dalam kebid'ahan, apa yang benar dari perkataan kalian semoga Alloh memberkahi kalian?".
قال أبو أحمد محمد بن سليم اللمبوري الأندونيسي عفا الله عنه:
والصحيح من قولنا في هذه المسألة أن المعاملة قد تكون أساسها حلالا، لكنها تؤدي إلى محرم كمن يبيع الدفاتر لمن يتخذها كتب الضلالة، وكذلك لا يجوز بيع تلك الكتب، قال النووي رحمه الله: "لا يجوز بيع كتب الكفر، لأنه ليس فيها منفعة مباحة، بل يجب إتلاها، وكذلك كتب التنجيم والشعوذة والفلسفة وغيرها من العلوم الباطلة المحرمة، فبيعها باطل، لأنه ليس فيه منفعة مباحة". اهـ.

Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy 'Afallohu 'anhu berkata:
"Dan yang benar dari perkataan kami tentang masalah ini, bahwasanya mu'amalah terkadang keberadaan asalnya adalah halal, akan tetapi dia mengantarkan kepada yang diharomkan sebagaimana orang yang menjual buku-buku tulis kepada orang yang menjadikannya untuk buku-buku sesat. Dan demikian pula tidak boleh menjual buku-buku sesat tersebut, An-Nawawiy Rohimahulloh berkata: "Tidak boleh menjual buku-buku kekafiran, karena sesungguhnya tidak ada padanya manfaat yang dibolehkan, bahkan wajib untuk melenyapkannya, demikian pula buku-buku ilmu perbintangan, ilmu sulap dan filsafat serta yang selainnya dari ilmu-ilmu kebatilan yang diharomkan, maka menjualnya adalah batil, karena sesungguhnya tidak ada padanya manfaat yang dibolehkan". Selesai perkataan beliau.

وكذلك لا يجوز بيع كل شيء يعلم من صاحبه أنه يستخدمه في المنكرة والسيئة، لقول الله تعالى: {وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ}. قال ابن العثيمين رحمه الله: "كل ما أدى إلى الحرام وأعان عليه فهو حرام، وعلى هذا فلا يجوز معاونة من يستعين بالمباح في فعل المحرم". اهـ.

Dan demikian pula tidak boleh menjual segala sesuatu yang diketahui dari pemiliknya bahwasanya dia akan menggunakannya dalam kemungkaran dan kejelekan, dengan dalil perkataan Alloh Ta'ala"Dan janganlah kalian tolong menolong di atas perbuatan dosa dan permusuhan". Ibnul Utsaimin Rohimahulloh berkata: "Setiap apa-apa yang mengantarkan kepada keharoman dan membantu kepadanya maka dia adalah harom. Oleh karena ini, maka tidak boleh membantu orang yang meminta bantu terhadap yang boleh dalam melakukan keharoman". Selesai perkataan beliau.

وأما فعل النبي صلى الله عليه وسلم أنه رهن درعه عند يهودي بالمدينة، فأخذ لأهله منه شعيرا، فهذا اليهودى الذى رهنه النبى صلى الله عليه وسلم درعه من أهل الذمة، ولم يكن حربيًا، وممن لا تخشى منه مكيدة أهل الإسلام، وأما أهل الحرب فلا يجوز أن يباع منهم السلاح، ولا كل ما يتقوون به على أهل الإسلام. فنبين هذه المسألة إن شاء الله في سلسلة تفاسيرنا السلفية.

Adapun perbuatan Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, bahwasanya beliau menggadaikan baju besinya kepada seorang Yahudi di Madinah, lalu beliau mengambil untuk istrinya dari penggadaian itu adalah gandum, maka orang Yahudi yang RosulullohShollallohu 'Alaihi wa Sallam menggadaikan baju besinya kepadanya dia termasuk orang-orang yang dilindungi, dan keberadaannya dia bukan orang yang diperangi, dan dia termasuk dari orang yang tidak dikhowatirkan darinya tipu daya terhadap orang-orang Islam. Adapun orang-orang kafir yang diperangi maka tidak boleh untuk dijualkan senjata kepada mereka, dan tidak (boleh pula) terhadap setiap apa-apa yang menguatkan mereka dengannya atas orang-orang Islam. Kami akan menjelaskan permasalahan ini Insya Alloh di dalam "Silsilah At-Tafasir As-Salafiyyah" kami.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar