Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

SEKOLAH & KULIAH ANTARA REALITA DAN SUNNAH


SEKOLAH & KULIAH ANTARA REALITA DAN SUNNAH

Ditulis oleh:
Abul ‘Abbas Khidhir Al-Mulkiy
Dengan Tambahan catatan kaki :Abu Turob Al-Jawi
Markiz Darul Hadits Dammaj-YAMAN
Penerbit:
Al-Ulum As-Salafiyyah www.aloloom.net

PENGANTAR PENULIS
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وآله وسلم.
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ﴾[آل عمران:102].
﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا﴾ [النساء:1].
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا﴾ [الأحزاب:70 -71].
أما بعد: فإن خير الحديث كلام الله، وخير الهدي هدي محمد صلى الله عليه وعلى آله وسلم، وشر الأمور محدثاتها، وكل محدثة بدعة، وكل بدعة ضلالة، وكل ضلالة في النار.

Alloh Subhanahu wa Ta’ala berkata dalam Al-Qur’anil Kariim:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ﴾ [المجادلة/11].
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepada kalian: “Berlapang-lapanglah dalam majelis”, Maka lapangkanlah niscaya Alloh akan memberi kelapangan untuk kalian. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kalian”, Maka berdirilah, niscaya Alloh akan mengangkat orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Alloh”Aliim” (Maha mengetahui) apa yang kalian kerjakan”. (Al-Mujadilah: 11).

Demikian Alloh Ta’ala jelaskan metode pendidikan Islamiy yang telah dipraktekkan oleh Rasulullah Shallalahu ‘Alaih wa Sallam dan orang-orang yang mengikutinya dengan baik.
Majelis seperti yang telah disebutkan dalam ayat merupakan majelis ilmu syar’i yang di dalamnya diajarkan Ayat-ayat Alloh dan Sunnah-sunnah Nabi Shallalahu ‘Alaihi wa Sallam yang fungsi dan tujuannya untuk mengeluarkan umat manusia (yang mengikuti pengajaran tersebut) dari kegelapan yang menggulita (syirik, maksiat dan bid’ah) menuju cahaya yang terang benderang (tauhid, ta’at dan sunnah),

Alloh Subhanah berkata:
﴿رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْكُمْ آَيَاتِ اللَّهِ مُبَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقًا﴾ [الطلاق/11]
“(Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepada kalian ayat-ayat Alloh yang menerangkan segala sesuatu, supaya dia mengeluarkan orang-orang yang yang beriman dan yang mengerjakan amal sholih dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Dan barang siapa beriman kepada Alloh dan mengerjakan amal sholih niscaya Alloh akan memasukannya ke dalam jannah (surga) yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, sesungguhnya Alloh memberikan rizqi yang terbaik baginya”. (Ath-Thalaq: 11).

Alloh Ta’ala juga berkata:
﴿هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ آَيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾ [الحديد/9].
“Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya Ayat-ayat yang terang (Al-Quran), supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya.Dan sesungguhnya Alloh benar-benar”Rouuf”(MahaPenyantun)lagi”Rohiim”(MahaPenyay ang) terhadap kalian”. (Al-Hadiid: 9).

Alloh Ta’ala juga berkata:
﴿هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا﴾ [الأحزاب/43].
“Dia-lah yang memberi rahmat kepada kalian dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untuk kalian), supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia “Rohiim”( Maha Penyayang) kepada orang-orang yang beriman”. (Al-Ahzab: 43).

Alloh Ta’ala juga berkata:
﴿وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآَيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ﴾ [إبراهيم/5].
“Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa Ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): “Keluarkanlah kaummu dari kegelapan yang menggulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Alloh”. Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Alloh) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur”. (Ibrohim: 5).

Alloh Ta’ala berkata:
﴿الر. كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ﴾ [إبراهيم/1].
“Alif, Laam Raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Robb mereka, (yaitu) menuju jalan Robb yang”‘Aziz”( Maha Perkasa) lagi”Hamiid”(Maha Terpuji)”. (Ibrohim: 1).

Alloh Ta’ala juga berkata:
﴿يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ﴾ [المائدة/16].
“Dengan kitab Itulah Alloh menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Alloh mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”. (Al-Maidah: 16).

Alloh Ta’ala juga berkata:
﴿اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آَمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ﴾ [البقرة/257].
“Alloh pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah syaithan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Al-Baqarah: 257).

Tulisan ini merupakan salah satu penjelasan yang berkaitan dengan pendidikan Islamiy, sekaligus tanggapan dan bantahan terhadap pendidikan yang bukan dari Islam (yang diimpor dari Barat yang kemudian dinisbatkan kepada Islam) yang kami beri judul:
“Sekolah antara realita dan sunnah”

Kami menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini tidak akan terwujudkan dengan baik melainkan karena taufiq dan pertolongan Alloh Ta’ala, Yang Dia ‘Azza wa Jalla telah memberikan keluangan waktu dan kesempatan untuk kami, sehingga kami bisa menggoreskan hitam di atas putih ini. Semoga Alloh Ta’ala menjadikan tulisan ini sebagai salah satu dari sekian sebab tertolongnya kebenaran dan agama ini, serta sebagai sebab kebaikan untuk kami, orang tua kami, saudara-saudari kami dan orang-orang yang ikhlas dalam mencari kebenaran dan kebaikan.
Dan mengingat perkataan Alloh Ta’ala:
﴿وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ﴾ [إبراهيم/7]
“Dan (ingatlah juga), tatkala Robb kalian memaklumkan; “Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih”. (Ibrohim: 7).

Begitu pula dengan apa yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dalam “Al-Adabul Mufrad” (no. 218) yang dishohihkan oleh Al-Imam Al-Albani, dari hadits Abu Hurairah, dari Nabi Shallalahu ‘Alaih wa Sallam, beliau Shallalahu ‘Alaih wa Sallam berkata:
﴿لا يشكر الله من لا يشكر الناس﴾.
“Tidak bersyukur kepada Alloh bagi siapa yang tidak bersyukur kepada manusia”. Maka dengan dua dasar ini kami haturkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua kami yang tercinta dan saudara-saudari kami dimanapun mereka berada –semoga Alloh Ta’ala merahmati dan menjaga serta menunjuki kami dan mereka semuanya-.
2. Para masyayikh (guru-guru) kami yang ada di Darul Hadits Dammaj Yaman –semoga Alloh menjaga kami dan mereka dari kejelekan dan fitnah serta memberikan kekokohan di atas agama ini hingga akhir hayat-.
3. Kepada siapa saja yang telah membantu kami, yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu dari mereka, terkhusus shahabat-shahabat kami yang ada di Darul Hadits Dammaj Yaman ini, yang komitmen di atas da’wah dan manhaj yang lurus ini atau dimana pun mereka berada –semoga Alloh merahmati dan selalu menjaga serta memberi petunjuk kepada kami dan mereka semuanya-.
4. Juga kepada yang menyebarkan (menerbitkan) tulisan ini –semoga Alloh memberi kekokohan dan berkah kepada kami dan kepadanya-.

Semoga shalawat dan salam tercurahkan kepada junjungan kita Nabi akhir zaman Muhammad Shallalahu ‘Alaih wa Sallam, keluarga dan para shahabatnya serta orang-orang yan mengikuti mereka dengan baik.
Ditulis oleh Abul ‘Abbas Khidhir bin Nursalim Al-Mulkiy, pada hari Senin 26 Sya’ban 1430 H di Darul Hadits Dammaj-Sho’dah Yaman. –semoga Alloh menjaganya-.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring dengan laju dan pergantian zaman didapati berbagai macam bidang kehidupan mengalami perubahan yang sangat drastis, baik bidang ekonomi, sosial, budaya dan pendidikan. Diantara salah satu perubahan yang paling kentara adalah perubahan di bidang pendidikan, dengan adanya perubahan seperti itu banyak berumunculan anggapan dan ide-ide yang saling bertolak-belakang antara satu dengan yang lainnya, bahkan ada yang sangat bersebrangan atau bertentangan dengan aturan dan tatanan kehidupan yang Islami yang diatur oleh syari’at Alloh (Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shohihah).
Sejarah kebudayaan Islam (SKI) telah jelas dan gamblang di mata umat Islam khususnya dan umat manusia pada umumnya, Rasulullah Shallalahu ‘Alaih wa Sallam diutus di tengah-tengah umat manusia sebagai rahmat bagi mereka, sebagaimana yang Alloh Subhaanahu wa Ta’ala katakan:
﴿وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ﴾ [الأنبياء/107].
“Dan tidaklah kami mengutusmu (wahai Muhammad) melainkan sebagai rahmat untuk semesta alam”. (Al-Anbiya’: 107). Yang dengan keberadaannya Shallalahu ‘Alaih wa Sallam itu sebagai penerang di tengah gulita, yang mengeluarkan umat manusia dari kegelapan menuju yang terang benderang.

Alloh Ta’ala berkata:
+اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آَمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ _ [البقرة/257]
“Alloh pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah syaithan, yang mengeluarkan mereka daripada cahaya kepada kegelapan (kekafiran). mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Al-Baqarah: 257)

Sebelum diutusnya Rasulullah Shallalahu ‘Alaih wa Sallam zaman ketika itu dikenal dengan zaman jahiliyyah, banyak dari umat manusia tidak lagi mengenal dan mengajarkan ilmu melainkan hanya sedikit orang saja –yang Alloh rahmati- diantara mereka yaitu: sebagian Uskup yang ada di negri Syam mengajarkan ilmu kepada Salman Al-Farisiy dan mereka mengamalkan ilmunya [Lihat kisahnya dalam "Ash-Shohihul Musnad Lil Imam Al-Wadi'iy" pada "Musnad Salman Al-Farisiy"] atau seorang ahli ilmu dan ahli ibadah yang kokoh keilmuan dan keimanannya, yang ada di Makkah, beliau adalah seorang penulis dan penerjemah terpercaya, yang menterjemahkan kitab Injil ke dalam bahasa Arob dalam keadaan usianya sudah sangat tua, namun keilmuan dan keimanannya tetap kokoh, beliau adalah Waroqah bin Naufal bin Asad bin ‘Abdil ‘Uzza –RadhiayAllohu ‘anhu- [Lihat kisahnya dalam "Shohihul Bukhariy" (no. 3)].
Dengan diutusnya Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam maka terjadilah perubahan zaman, yang tadinya zaman jahiliyyah dan zaman penuh dengan kegelapan [baik kegelapan syirik, ma'siat dan khurafat] berubah menjadi zaman yang terang benderang [yang diterangi dengan ilmu dan sunnah]. Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam menda’wahkan al-haq, tauhid dan hikmah serta memberikan pengajaran-pengajaran, bimbingan-bimbingan dan mengadakan majelis-majelis ilmu [sebagaimana hadits Jibril dalam "Shohih Muslim" dan banyak hadits lainnya menjelaskan masalah itu] . Dengan pendidikan yang Islami tersebut -dengan izin Alloh Ta’ala- mampu mengkader generasi terbaik dari umat ini; generasi para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in. Tiga generasi terbaik tersebut kemudian mewariskan metode tarbiyyah (pendidikan) Nubuwwah yang paling baik dan terbagus itu.
Namun kemudian muncul setelah itu metode pendidikan baru yang dikemas oleh kaum kafir Barat, yang diserap dari peradaban dan budaya Yunani Kuno (dan kemudian Yunani Modern) yang pada akhirnya tersebar ke seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia mendapatkan andil dalam menerapkan pendidikan tersebut yang dibawa oleh penjajah kolonial Belanda. Dengan keberadaan pendidikan dari Barat tersebut mengakibatkan pendidikan yang diwariskan dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam mulai terkikis dan terkotori, bahkan dianggap pendidikan murni yang diwariskan dari Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam adalah asing dan tidak lagi selaras dengan zaman , sungguh benar perkataan Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam “Shohihnya” (no. 232) dari hadits Abu Huroirah –RadhiyAllohu ‘anhu-, beliau –RadhiyAllohu ‘anhu- berkata: Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam berkata:
بدأ الإسلام غريبا وسيعود كما بدأ غريبا فطوبى للغرباء
“Islam berawal dengan keasingan dan akan kembali asing sebagaimana permulaannya maka beruntunglah orang-orang (yang dianggap) asing”.

1.2 Maksud dan Tujuan
Tulisan ini kami maksudkan sebagai penjelasan singkat dan ringkas tentang pendidikan Islami yang diwariskan dari para nabi sebagai bentuk tanggapan positif dan sekaligus sebagai bentuk penyelisihan terhadap pendidikan yang diimpor dari Barat .
Disamping itu tulisan ini juga sebagai jawaban singkat, padat dan jelas atas komentar-komentar miring dari Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain bin Muhammad Sanusi Al-Makassariy –Hadahullah- , dan kami menulis ini sebagai tanggapan untuknya yang sebelumnya telah disampaikan kepada kami seseorang bahwasanya kalau Ustadz Dzulqarnain akan diangkat [dibantah dan disindir] maka nantinya dia akan marah besar dan akan bertambah miring.
Maka kami jawab: Kalau dia benar-benar faham tentang perkara agamanya maka tentu dengan ini tidak akan menjadikan dia bertambah miring atau marah besar tapi bahkan akan menjadi pemacu baginya untuk menjalankan perkataan Alloh ta’ala:
﴿فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ﴾ [البقرة/148]
“Maka berlomba-lomba (bersegera)lah dalam kebaikan”. (Al-Baqarah: 148).
Dan juga memacu dia untuk istighfar dan taubat dengan sebenar-benarnya taubat terhadap penyelisihannya kepada As-Sunnah An-Nabawiyyah yang dia lakukan, serta dia akan semakin takut dari berbuat dan berpendapat dengan seenak hawa nafsunya , karena salah satu tipe dan ciri ahlul bathil adalah ketika diungkap kebatilannya maka dia akan marah dan semakin menjadi-jadi berbuat batil, namun bagi ahlul khoir (orang baik) ketika diungkap kebatilan yang pernah dia lakukan maka dia akan bergegas dan sadar serta terus berjalan di atas kebaikan dan sentiasa beristighfar karena peringatan itu bermanfaat bagi mereka, Alloh -Subhaanahu wa Ta’ala- berkata:
﴿وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنْفَعُ الْمُؤْمِنِينَ﴾ [الذاريات/55]
“Dan berilah peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat untuk orang-orang yang beriman”. (Adz-Dzariyat: 55).
Dan kalau dia enggan dengan peringatan dan marah serta jengkel dengannya dan sampai berbuat zhalim, maka Alloh Ta’ala telah berkata:
﴿يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ﴾ [يونس/23]
“Hai manusia! sesungguhnya akibat dari kemarahan (kezhaliman) kalian akan menimpa diri kalian sendiri; (akibat dari kemarahan kalian) itu hanyalah perhiasan hidup dunia, kemudian kepada Kami-lah kalian kembali, lalu Kami khabarkan kepada kalian apa yang telah kalian kerjakan”. (Yunus: 23). Jika dia atau siapa saja selain dia dari orang-orang yang pernah kami bantah terus marah-marah dan jengkel dengan apa yang kami katakan dan jelaskan, serta mereka marah-marah, jengkel dan terus menilai miring terhadap kebenaran maka cukuplah perkataan Alloh Ta’ala:
﴿مُوتُوا بِغَيْظِكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِذَاتِ الصُّدُورِ﴾ [آل عمران/119]
“Matilah kalian karena kemarahan kalian itu”. Sesungguhnya Alloh mengetahui segala isi hati”. (Ali Imron: 119).

1.3 Saran dan Kritik
Sebelum kami menulis tulisan ini, telah ada saran dan kritikan yang masuk kepada kami berupa himbauan untuk membantah hizbiyyin saja dan jangan menyinggung Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sanusi, karena dia termasuk musuh hizbiyyun -katanya-, maka sebagai amanat ilmiyah dan dalam rangka merealisasikan perkataan Alloh Ta’ala:
﴿وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾ [آل عمران/104]
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Ali Imron: 104) dan dalam merealisasikan apa yang diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam “Shohihnya” dari hadits Abu Sa’id Al-Khudriy, Rasulullah ShallAllohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
﴿مَنْ رَأَى مِنْكُمْ مُنْكَرًا فَلْيُغَيِّرْهُ بِيَدِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ أَنْ يُغَيَّرَهُ بِيَدِهِ فَبِلِسَانِهِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَبِقَلْبِهِ وَذَلِكَ أَضْعَفُ الإِيْمَان﴾
“Barang siapa melihat kemungkaran maka hendaknya dia merubahnya dengan tangannya, jika tidak sanggup merubah dengan tangannya maka dengan lisannya, bila tidak sanggup maka dengan qolbunya, dan demikian itu selemah-lemahnya iman”.
Maka kami tegaskan siapa pun yang menyelisihi As-sunnah baik lawan atau pun kawan bila bersikeras dengan kebatilannya dan bahkan terang-terangan membela dan mempertahankan kebatilan dan pemikiran miringnya maka tidaklah rasa segan akan mencegah kami untuk mendiamkannya, bahkan justru kami akan tetap mengatakannya, dalam rangka menerapkan apa yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad bin Hanbal dalam “Musnadnya” (Juz 3, hal. 5, no. 11030) dari hadits Abu Sa’id Al-Khudriy, beliau Rodhiyallohu ‘anhu berkata: Berkata Rasulullah ShallAllohu ‘Alaihi wa Sallam:
” لا يمنعن أحدكم هيبة الناس أن يقول في حق إذا رآه أو شهده أو سمعه”
“Janganlah salah seorang dari kalian tercegah karena (perasaan) segan kepada manusia untuk mengatakan kebenaran bila dia melihatnya, menyaksikannya atau mendengarnya “.
Maka dengan berpijak pada hadits ini kami tidak akan diam kepada siapa pun yang melakukan kebatilan [apalagi kalau nasehat sudah sampai kepada mereka namun masih keras kepala], membela kebatilan dan yang mengkampanyekannya untuk kami kritik dan membantahnya walaupun dia adalah saudara kami, kawan atau pun lawan.
Dan bila didapati pada tulisan ini terdapat kata-kata yang dianggap tidak sopan, kasar atau menyinggung para pembaca serta dinilai lebih dari itu, maka kami mohon maaf kalau kata-kata semisal itu yang terucapkan dari kami ditanggapi lain. Apa yang kami katakan memiliki dasar hukum dengan dalil-dalil dari Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shohihah serta dari ucapan salafush sholih sebagaimana telah kami sebutkan dalam sebuah tulisan kami yang berjudul “Akhlaq Nabi ShallAllohu ‘Alaihi wa Sallam dalam Mengkritik”.
Dan perlu diketahui bahwa tidaklah kami ucapkan perkataan semisal itu kepada para pengekor hawa nafsu baik dari kalangan hizbiyyin atau orang-orang yang berpemikiran miring-miring, melainkan karena kecemburuan kami terhadap da’wah Islamiyyah Salafiyah, betapa banyak kedustaan dan penipuan mereka tebarkan di tengah-tengah umat, padahal Alloh Tabaraka wa Ta’ala telah berkata:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَخُونُوا اللَّهَ وَالرَّسُولَ وَتَخُونُوا أَمَانَاتِكُمْ وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ﴾ [الأنفال/27]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengkhianati Alloh dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kalian mengetahui”. (Al-Anfal: 27).
Sekadar contoh: Mereka sudah tahu hukum minta-minta (proposal atau minta-minta lewat sms, telpon atau dengan bicara langsung) bahwa itu hukumnya harom, namun kemudian mereka berkhianat dengan mengoles (mengganti) nama dengan ta’awun (tolong menolong) atas nama da’wah, dan menghiasinya dengan dalil-dalil yang bukan pada tempatnya, sebagaimana terdapat pada proposal Yayasan Asy-Syari’ah, Yayasan MANIS, Yayasan Abu Bakar atau dengan proposal ma’had dan majelis-majelis ta’lim dengan tertanda Al-Ustadz…….Lc., demi untuk mendapatkan dana dengan cara batil, dengan penuh kebanggaan dan tanpa malu menulis gelar-gelar yang lucu-lucu (Lc). Yang lebih bodoh lagi Luqman bin Muhammad Ba’abduh dan kawan-kawannya membolehkan proposal penggalangan dana dengan alasan karena Asy-Syaikh Muqbil pernah memberi rekomendasi (tanda tangan) kepada orang-orang yang mau mendirikan masjid [Ini sebagaimana kami dikhabarkan oleh seorang ikhwan di Ambon, juga ketika kami di Cirebon mendengarkan dari Abu Abdillah Salim ketika dia mengajar "Syarhu Ibnu 'Aqil" menyebutkannya].
Demikian cara mereka dalam menipu umat supaya dapat menguras harta umat, memaksa-maksakan dalil untuk membela kebobrokan mereka atau menjadikan perbuatan sebagaian keterpelesetan ulama’ sebagai penghapus hukum dari dalil-dalil syari’I yang ada, padahal Asy-Syaikh Muqbil Rahimahullah dalam salah satu kitab yang berkaitan dengan tanya jawab bersama beliau, telah menyebutkan bahwa perbuatannya memberi rekomendasi (tanda tangan) tesebut adalah salah dan beliau telah taubat darinya. Apa yang para pengekor hawa nafsu lakukan itu adalah bentuk penipuan yang paling jelas bagi yang memiliki bashirah, maka jangan sekali-kali menyalahkan siapa-siapa kalau kemudian ada dari umat yang kalian tipu itu mengatakan kepada kalian: Menguras dan memakan harta harom dengan cara minta-minta, kenapa tidak sekalian menguras, menyedot dan memakan kotoran manusia yang ada di dalam WC? Atau kalau WC-nya sudah kering, kenapa tidak sekalian menyedot dari sumber keluarnya kotoran itu?!
Mungkin akan ada yang berkata bahwa ucapan: …..kenapa tidak sekalian menyedot dari sumber keluarnya kotoran itu?! Sebagai ucapan tidak sopan, kasar dan keras maka kami katakan: Harta yang diperoleh dari minta-minta itu sama halnya dengan kotoran manusia, hal ini sebagaimana disebutkan oleh ahli ilmu. Dan bagaimana kiranya penilain para penilai terhadap apa yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dalam “Shohihnya” (no. 2731 dan no. 2732) dari Hadits Miswar bin Makhramah dan Marwan pada hadist yang sangat panjang yang berkaitan dengan perjanjian Hudaibiyah ketika itu Abu Bakar Ash-Shiddiq berkata kepada ‘Urwah bin Mas’ud:
“امْصُصْ بَظْرَ اللاَّتِ”
“Sedot (isap)lah kamu kemaluan Al-Laat itu”.
Al-Imam Ibnu Atsiir Rahimahullah dalam kitabnya “An-Nihayah fii Ghoribil Hadits wal Atsar” (hal. 82) mengatakan bahwa bazhru adalah secuil kulit (lidah kecil) pada kemaluan wanita yang biasa dipotong sisinya ketika khitan. Kalau orang-orang Francis mengatakannya: “Va sucer le clitoris de Al-Lat (une expression de dedain)”.
Al-Hafidz Ibnu Hajar Rahimahullah dalam “Fathul Bariy” (Juz 5, hal. 417): Pada perkataan Abu Bakar kepada ‘Urwah bin Mas’ud menunjukan bolehnya mengucapkan perkataan yang menyakitkan dari lafadz-lafadz yang diinginkan dengannya gugatan terhadap siapa saja yang tampak darinya apa-apa yang layak untuk disandangnya.
Ibnu Munayyir berkata: Dalam perkataan Abu Bakar menunjukan perendahan terhadap lawan dan pengingkaran terhadap mereka yang mengatakan dengan ucapan mereka bahwa Al-Laat anak perempuannya Alloh Ta’ala. Dan kalaulah Al-Laat itu anak perempuan maka tentu padanya terdapat kelamin wanita (vagina).
Maka dari sini kalian bisa menjawab: Manakah yang lebih keras, pedas dan menyakitkan ucapan dari seorang umat tersebut kepada para pengekor hawa nafsu ataukah ucapan Abu Bakar RadhiyAllohu ‘Anhu kepada ‘Urwah bin Mas’ud? Kalau para pembaca atau para pengekor hawa nafsu berani mencela Abu Bakar Ash-Shiddiq dengan sengaja dan setelah tegak hujjah kepada mereka maka tidak diragukan kalian munafiq tulen atau bahkan bisa jadi kafir. Adapun bila mereka mencela seorang mu’min yang pernah mereka tipu dengan rayuan gombal untuk menguras hartanya maka cukup dengan apa yang diriwayatkan oleh Al-Imam Bukhariy dalam “Shohihnya”, beliau Rahimahullah berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin ‘Ar’arah, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Zubaid, beliau berkata: Aku bertanya kepada Abu Wail tentang Murji’ah, maka beliau menjawab: Telah menceritakan kepadaku ‘Abdullah Bahwasanya Nabi Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«سِبَابُ الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ، وَقِتَالُهُ كُفْرٌ»
“Mencela seorang muslim adalah kefasiqan dan membunuhnya adalah kekafiran”.
Sudah merupakan sifat seseorang sebagai manusia biasa tentu tidak luput dari salah dan keliru maka bila didapati pada tulisan kami ini terdapat kesalahan atau terdapat penyelisihan terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shohihah maka kami mengharapkan masukan berupa saran, koreksian dan kritikan yang ilmiyah yang dapat dipertanggung jawabkan dan dibuktikan dengan hujjah dari Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shohihah, sebagai bentuk antisipasi dari mengikuti sikap dan tingkah laku ahlu kitab yang berpaling dari Kitab Alloh, Alloh Ta’ala berkata:
﴿أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِينَ أُوتُوا نَصِيبًا مِنَ الْكِتَابِ يُدْعَوْنَ إِلَى كِتَابِ اللَّهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ يَتَوَلَّى فَرِيقٌ مِنْهُمْ وَهُمْ مُعْرِضُونَ﴾ [آل عمران/23]
“Tidakkah kamu memperhatikan orang-orang yang telah diberi bagian yaitu Al-Kitab (Taurat), mereka diseru kepada kitab Alloh supaya Kitab itu menetapkan hukum diantara mereka; kemudian sebagian dari mereka berpaling, dan mereka selalu membelakangi (kebenaran)”. (Ali Imron: 23).

BAB II
PERBANDINGAN DAN PERBEDAAN PENDIDIKAN ISLAM DENGAN PENDIDIKAN BARAT
2.1 Asal Mula Sekolah.
Berkata Ustadz Abu Muhammad Dzulqarnain bin Muhammad Sanusi -Hadahullah- (sebagaimana dalam “Kaset Tanya Jawabnya”: Bahwa madrasah pada asalnya dari Islam kemudian orang-orang kafir menyontoh (mengikuti).
Maka kami katakan: Apa yang dida’wahkan oleh Ustadz Dzulqarnain, yang tampak dari seruannya itu terasa manis dan membuat orang-orang terkecoh dan tertipu dengannya, sungguh bagus perkataan Alloh Ta’ala untuk diingat:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ [البقرة/204].
“Dan diantara manusia itu ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Alloh (atas keebnaran) isi hatinya, padahal dia adalah penentang yang paling keras”. (Al-Baqarah: 104).
Dan apa yang diserukan oleh Ustadz Dzulqarnain termasuk salah satu tipu daya dan permainannya dalam berda’wah, tidak diragukan lagi ini adalah salah satu bentuk keteledoran dan pemutar balikan fakta yang dicanangkan oleh ash-shhabul hawa’ (pengekor hawa nafsu) , Sungguh benar apa yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Baihaqiy dalam “Sunannya” (no. 21439) dari Ibrohim bin ‘Abdirrohman Al-’Adzariy, beliau berkata: Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam berkata:
يَرِثُ هَذَا الْعِلْمَ مِنْ كُلِّ خَلَفٍ عُدُولُهُ يَنْفُونَ عَنْهُ تَأْوِيلَ الْجَاهِلِينَ وَانْتِحَالَ الْمُبْطِلِينَ وَتَحْرِيفَ الْغَالِينَ.
“Akan terus diwariskan (dibawa) ilmu ini oleh orang-orang yang adilnya dari setiap generasi, yang mereka membersihkan (menafikan) darinya ta’wilan orang-orang bodoh, penyimpangan orang-orang batil dan penyelewengan orang-orang ghulu’ (berlebih-lebihan)”. [Hadits ini dishohihkan oleh Asy-Syaikh Salim 'Ied Al-Hilaliy Hafidzahullah sebagaimana beliau kemukakan sendiri ketika ziaroh ke Darul Hadits Dammaj].
Coba perhatikan pada masa kejayaan para shahabat ketika terjadi ekspansi kekuasaan ke negri kafir semisal di Persia dan Romawi serta tersebarnya da’wah di negara-negara bagian Eropa, ketika itu telah didapati pendidikan (sekolah) yang mereka dirikan mulai pendidikan dari para Uskup sampai pada Biarawan dan Biarawati. Dan salah satu pendidikan yang terkenal dimasa itu adalah pendidikan para Biarawati yang khusus menggemleng para wanita-wanita Nasrani, dan pendidikan ini dikenal dimana-mana.
Adapun dari sisi lain telah kita maklumi bersama bahwa sistem madrasah atau pendidikan yang sekarang gencar diterapkan oleh para hizbiyyin adalah sistem pendidikan yang sejalan (mengikuti) sistem pendidikan Barat, sekadar contoh adanya sistem semester atau catur wulan, sistem kelas dan batasan pendidikan penentuan selama pendidikan , semuanya sejalan (mengikuti) aturan pendidikan Barat, dan penanggalan (kalender) pendidikan menggunakan kalender masehi, penentuan liburan juga mengikuti sistem pendidikan Barat, maka tentu bagi orang yang mau mencermati tidak akan tertipu dengan gaya dan tipu muslihat Ustadz Dzulqarnain tersebut.
Dan sekadar contoh sistem pendidikan Indonesia semisal itu adalah bermula dari penjajahan Belanda, ketika penjajah Belanda masuk ke Nusantara mulailah mereka mengotori sistim belajar Islamiy yang ada di Pondok-pondok Pesantren khususnya di Jawa, mereka menerapkan sistem pendidikan yang murid-murid dari pendidikan (sekolah) Belanda tersebut adalah dari kalangan para pria, kemudian tampil seorang pahlawan negara dari seorang wanita yang dikenal dengan RA Kartini dengan semboyannya “Habis Gelap Terbitlah Terang” ikut melibatkan dirinya ke dalam pendidikan Belanda tersebut, yang akhirnya kemudian diikuti oleh kaum wanita lainnya. Pada asalnya peradaban Islam di Indonesia ketika itu, para wanita tinggal di rumah-rumah. Maka apakah kemudian Ustadz Dzulqarnain mau mengatakan asal pendidikan (sekolah) Belanda itu dari kaum Muslimin? Dari sisi mana anda Ya Ustadz mengambil hukum serampangan dan rendahan semacam itu?
Jika anda wahai Ustadz berpendapat: Para imam terdahulu memiliki madrasah sebagaimana orang-orang mengikisahkan bahwa Ibnu Taimiyyah pernah masuk di madrasah maka apakah sama madrasah yang anda promosikan dan damba-dambakan itu dengan madrasah mereka ketika itu? Apakah anda mau menyamakan kegelapan dengan cahaya yang terang? Apakah anda lupa atauakah pura-pura lupa dengan perkataan Alloh Ta’ala:
﴿وَمَا يَسْتَوِي الْأَعْمَى وَالْبَصِيرُ * وَلَا الظُّلُمَاتُ وَلَا النُّورُ * وَلَا الظِّلُّ وَلَا الْحَرُورُ * وَمَا يَسْتَوِي الْأَحْيَاءُ وَلَا الْأَمْوَاتُ إِنَّ اللَّهَ يُسْمِعُ مَنْ يَشَاءُ﴾ [فاطر/19-22]
“Dan tidaklah sama orang yang buta dengan orang yang melihat. Dan tidak (pula) sama gelap gulita dengan cahaya, dan tidak (pula) sama yang teduh dengan yang panas, dan tidak (pula) sama orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati. Sesungguhnya Alloh memberi pendengaran kepada siapa yang dikehendaki-Nya”. (Fathir: 19-22).
Apakah madrasah mereka diatur dengan penanggalan masehi, semester, liburan-liburan dan aturan-aturan yang datangnya dari budaya Barat? Apakah sebelum seseorang mau masuk di madrasah mereka mengharuskan serahkan foto? Mau dikemanakan fatwa Al-Imam Al-Wadi’y (yang anda dengan tanpa malu mengeluk-elukkan sebagai gurumu)? Bukankah Al-Imam Al-Wadi’iy -Rahimahullah- telah katakan tidak bolehnya bagi seseorang masuk sekolah yang mengharuskan untuk foto atau menyerahkan foto?
Kalau anda wahai Ustadz beralasan di Saudi Arobia ada sekolah-sekolah semisal itu atau dengan alasan sekolah-sekolah semisal itu telah menghasilkan para ulama’ maka itu menunjukan kalau anda itu telah meletakan kitab “Shohih Muslim” di atas punggungmu (yang katanya anda hafal)! dan itu menunjukan anda adalah pembebek dan pembeo (taqlid buta), sungguh telah benar perkataan Alloh:
﴿فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ﴾ [الصف/5]
“Maka tatkala mereka berpaling, maka Alloh palingkan hati-hati mereka. Dan Alloh tidak akan memberi petunjuk orang-orang yang fasiq” (Ash-Shoff: 5).
Mungkin akan ada yang berkata apa kaitannya ayat ini dengan Ustadz Dzulqarnain? Maka kami tegaskan: Sungguh dia itu tidak puas dengan pendidikan yang ada di Markiz Darul Hadits Dammaj , semasa dia di Dammaj hatinya condong untuk kuliah ke Jami’ah Madinah, hingga dia buktikan sendiri dengan mengikuti seleksi ke Jami’ah Madinah (dan sangat disayangan oleh Al-Imam Al-Wadi’iy karena dia seperti itu), maka tatkala dia lulus seleksi dan ditanya: Belajar dimana sebelumnya?: Dia katakan belajar di Markiz di Dammaj (bersama Asy-Syaikh Muqbil Al-Wadi’iy) dia pun akhirnya tidak diterima [ini sebagaimana kami diceritakan oleh Al-Ustadz Abu Mas'ud dari Al-Ustadz Muhammad Irwan]. Sungguh mengherankan orang-orang meninggalkan kuliah di Jami’ah Madinah dan ke Dammaj namun orang yang tergiur dengan dunia semisal orang ini justru sebaliknya, maka tidak heran kalau kemudian sekarang dia menjadi pembela dan pecinta madrasah (sekolah) ala Barat, maka pantas ayat tersebut untuk menghujatnya.
Da’wah Ustadz Dzulqarnain terhadap madrasah itu merupakan seruan yang tampak jelas bentuk penyelisihannya terhadap prinsip dan metode dalam berda’wah, Alloh ta’ala berkata:
قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ [يوسف/108]
“Ini adalah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kalian) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Alloh, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrik” (Yusuf: 108). .
Tidaklah Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam dan para shahabatnya serta orang-orang yang megikutinya dengan benar menyerukan sebagaimana yang diserukan oleh Ustadz Dzulqarnain, menyerukan sesuatu dengan tanpa dilandasi bashiroh dan hujjah yang jelas serta tidak meninjau lebih lanjut tentang akibat miring dan kebobrokan yang muncul dari balik slogan madrasah (sekolah) itu. Sesungguhnya yang berdalil dengan keadaan di Saudi Arobia atau berdalil dengan perbuatan keliru sebagian ulama’ maka Ustadz Dzulqarnain bukanlah orang yang pertama atau penggagas prinsip itu, namun telah didahului oleh kaum sufiyisme yang menjadikan kuburan tokoh-tokoh mereka sebagai masjid dengan dalil di Madinah (Saudi Arobia) kuburan Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam di dalam masjid Nabawiy Madinah.
Sungguh sangat menakjubkan dan memilukan dengan alasan rendahan lagi murahan yang dipaparkan oleh Ustadz Dzulqarnain ini bahwa dia mempromosikan sekolah karena ada ulama lulusan sekolah dan dengan sekolah menghasilkan ulama’ . Tidakkah pernah dia berdialog dengan iparnya yang bernama Ustadz Luqman Jamal [pemilik SD di Goa] atau berdialog dengan teman-temannya alumni universitas Madinah tentang keberadaan sekolah atau universitas-universitas semisal universitas Madinah Saudi Arobia? Telah tersebar dengan luas perkataan para alumni universitas Madinah bahwa mereka mengenal manhaj ahlussunnah dengan benar karena menghadiri majelis-majelis yang diadakan oleh ulama’ ahlussunnah di masjid-masjid semisal di masjid Nabawiy atau dengan cara berkonsultasi langsung dengan ulama’ sunnah semisal Asy-Syaikh Robi’ bin Hadi dan ulama’ sunnah lainnya. Adapun jika mengharapkan mata kuliah yang diajarkan di Universitas Madinah maka sangat tidak mencukupi dan tidak memuaskan bagi yang niatnya untuk belajar, adapun yang niatnya hanya sekedar dunia dan mencari selembar ijazah maka biasa-biasa saja dan bahkan merasa keberatan dengan pelajaran yang ada, sebagaimana dikhabarkan kepada kami: Kalau besoknya sudah mau ujian semester maka semalam penuh dipakai untuk belajar demi untuk mendapatkan nilai (A) .
Dan apakah Ustadz Dzulqarnain mengira bahwa para masyayikh yang lulusan sekolahan atau universitas itu hanya mencukupkan belajar di kampus? Dan tidak ada pelajaran khususnya dengan guru-guru mereka?!
Tidak diragukan lagi bahwa sekolah atau universitas ini telah membuat permainan yang menipu orang yang tergiur dengan angan-angan dan perhiasan dunia, Alloh Subahanah berkata:
﴿وَمَا هَذِهِ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا لَهْوٌ وَلَعِبٌ وَإِنَّ الدَّارَ الْآَخِرَةَ لَهِيَ الْحَيَوَانُ لَوْ كَانُوا يَعْلَمُونَ﴾ [العنكبوت/64].
“Dan tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. dan sesungguhnya akhirat itulah yang sebenar-benarnya kehidupan, kalau mereka mengetahui”. (Al-’Ankabut: 64).
Dan coba perhatikan dan cermati bahwa di Universitas Madinah masih tersisa beberapa ulama’ sunnah yang menjadi pengajar (dosen) namun keadaannya sudah begitu, lalu bagaimana kiranya dengan sekolah-sekolah yang didirikan oleh orang-orang rendahan dan bodoh semisal Abdussalam, Iqbal [yang keduanya mukim di Ambon] atau orang yang setipe dengan mereka yang mendirikan sekolah-sekolah? Tidak ragu lagi dan bahkan tampak sangat besar kerusakannya. Dan tidaklah kami melihat dari sekolah yang mereka dirikan itu melahirkan seorang penuntut ilmu yang baik dan sukses melainkan menjadi gelandangan, pengemis atas nama dakwah dan pengekor-pengekor hawa nafsu.
Sudah menjadi kebiasaan buruk dan jelek mereka beramai-ramai dulu berbuat baru kemudian bertanya kepada ulama’, omong kosong dengan apa yang dida’wahkan oleh pasukan siluman yang dikomandai oleh Luqman bin Muhammad Ba’abduh dan Agus Ruwaifi Lc., dalam buletin mereka yang bernama “Al-Ilmu, berilmu sebelum berkata dan beramal” ternyata kebalikannya “Al-Jahlu, bermasa bodoh setelah berkata dan berbuat” sungguh benar apa yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dalam “Shohihnya” (no. 100 dan 7307) dari Abdillah bin ‘Amr bin ‘Aash, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah sallAllohu ‘alaihi wa sallam berkata:
﴿إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا ، يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا ، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا﴾ .
“Sesungguhnya Alloh tidaklah mencabut ilmu dengan serentak (sekaligus), Dia tidaklah mencabutnya sekaligus dari hamba, akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan mewafatkan ulama’, hingga tidak tersisa orang berilmu, maka manusia menjadikan pemimpin mereka dari orang bodoh, lalu mereka bertanya kepadanya akhirnya berfatwa tanpa didasari ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan”.

BAB III
PENYIMPANGAN-PENYIMPANGAN SEKOLAH YANG DIGAGAS DAN DIIMPOR DARI BARAT SERTA YANG AKAN DICANANGKAN OLEH PARA PENGEKOR HAWA NAFSU
3.1 Penentuan dan Pembatasan Umur
Tidaklah didapati di zaman terbaik dari umat ini (zaman Nabi Shallallohu ‘alaihi wa sallam dan para shahabatnya) ada penentuan dan batasan umur dalam menuntut ilmu, dan ini termasuk persyaratan batil yang ditentukan oleh musuh-musuh Islam dalam rangka mempersempit ruang lingkup da’wah Islam serta termasuk persyaratan yang dicanangkan pula oleh para pengekor hawa nafsu dari kalangan hizbus syaithan dan yang semisal mereka, baik dari Barat atau yang kebarat-baratan (baca; taqlid).
Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam dalam mendidik murid-murid (shahabat-shahabat)nya tidak membeda-bedakan diantara mereka, kaya ataupun miskin, muda atau tua, besar atau kecil, semuanya mendapatkan pendidikan yang sama, sebagaimana hal itu ditunjukan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dalam “Shohihnya” (no. 72) dari Mujahid, beliau Rahimahullah berkata: Aku menemani Ibnu ‘Umar ke Madinah, tidaklah aku mendengarkan beliau menceritakan (hadits) dari Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa sallam kecuali satu hadits saja, beliau Rodhiyallohu ‘anhu berkata: Kami berada di sisi Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa Sallam maka didatangkanlah kurma, maka Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam bertanya:
﴿إن من الشجرة شجرة مثلها كمثل المسلم). فأردت أن أقول هي النخلة فإذا أنا أصغر القوم فسكت فقال النبي صلى الله عليه و سلم (هي النخلة)﴾
“Sesungguhnya ada dari pohon yang perumpamaannya seperti seorang muslim”. Ibnu ‘Umar berkata: Aku ingin menjawab: Dia adalah pohon korma, tapi karena aku orang yang paling kecil (dari orang-orang yang hadir di majelis Rasulullah ShallAllohu ‘alaihi wa sallam) maka aku diam (tidak menjawab pertanyaan Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam). (Karena tidak ada yang menjawab) maka Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Dia adalah pohon korma” .
Dari hadits ini tampak jelas bahwa yang hadir di majelis Rasulullah ShallAllohu ‘alaihi wa sallam ada yang besar dan ada yang kecil, ada yang kaya dan ada yang miskin, ada yang tua dan ada yang muda, dan masih sangat banyak hadits-hadits yang menjelaskan masalah ini [Silahkan lihat "Shohih Al-Bukhariy" pada "Kitabul Ilmi" juga "Al-Jami'ush Shohih mimma Laisa fii Shohihain" pada "Kitabul 'Ilmi"].
3.2 Adanya Unsur Penipuan Terhadap Pemerintah, Orang Tua/Wali Murid dan Kaum Muslimin.
Diantara tipuan nyata yang dilakukan oleh para pengekor hawa nafsu yang mereka menpromosikan sekolah salafiyyah atau SDIT/SDIP adalah pernyataan tidak diajarkannya bidang studi (mata pelajaran) undang-undang Negara (yang bukan undang-undang Islam) semisal PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) ilmu-ilmu filsafat, dan ilmu-ilmu lainnya yang bertentangan dengan undang-undang Islam, namun di raport atau syahadah (ijazah) terdapat nilai, maka ini merupakan penipuan terhadap penguasa (pemerintah) dan orang-orang yang nantinya menggunakan ijazah tersebut, ini termasuk dari qauluz zuur (perkataan dusta dan palsu) atau syahadatuz zuur (persaksian atau ijazah dusta dan palsu). Dan ini termasuk dosa dari sekian dosa-dosa besar, diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dalam “Shohihnya” (no. 2230) dari hadits Anas bin Malik, beliau RadhiyAllohu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam telah menyebutkan atau telah ditanya tentang dosa-dosa besar, maka beliau ShallAllohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
﴿الشرك بالله وقتل النفس وعقوق الوالدين فقال ألا أنبئكم بأكبر الكبائر؟ قال قول الزور أو قال شهادة الزور﴾
“(Yang termasuk dosa-dosa besar adalah) syirik kepada Alloh, membunuh jiwa, durhaka kepada kedua orang tua.” Beliau juga berkata: “Maukah aku khabarkan tentang yang paling besarnya dosa dari dosa-dosa besar? Beliau Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Perkataan palsu (atau dusta)” atau beliau Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata: “Persaksian palsu (atau dusta)”.
3.3 Ikhtilath (Campur Baur Pria-Wanita dalam Pendidikan)
Adapun tentang masalah ini sudah mendunia ketenarannya, hampir setiap sekolah atau pendidikan-pendidikan terdapat ikhtilath. Maka tidak mengherankan pendidikan para hizbiyyin tidak luput dari masalah ini, minimalnya terdapat pada TK atau yang mereka namakan dengan Ma’had Tahfizh Al-Qur’an, anak-anak pria campur baur dengan anak-anak wanita yang pembimbingnya terkadang laki-laki dan terkadang perempuan, ini merupakan pintu kerusakan, yang sampai didapati pada Ma’had hizbiyah yang di asuh oleh tokoh hizbiyyin semisal Muhammad Afifudin As-Sidawiy di Gresik pada Tarbiyatul ‘Athfal (Ma’had anak-anak); adanya seorang anak kecil menggambarkan dan menceritakan mode (fisik) pengajarnya yang wanita secara jelas. Tidaklah terjadi masalah ini melainkan karena salah satu faktor penyebabnya adalah berawal dari ikhtilath. Maka bagi orang yang berakal dan memiliki prinsip dalam beragama tentu tidak akan terlena dengan propaganda Barat dan pengekor hawa nafsu.
Asy-Syaikh Muhammad bin Abdillah Al-Imam dalam kitabnya “Al-Ikhtilath Ashlusy Syarr” (hal. 30) menyatakan dalam kutipannya: “Ikhtilath bukanlah termasuk dari akhlaq Islam”.
Maka sangat memalukan kalau kemudian dokter Muhammad Faiq Sulaifi dan para pengikut jejaknya dari kalangan mahasiswa ikhtilath mengaku-ngaku memiliki akhlaq, dan lebih aneh dan mengherankan lagi mengaku-ngaku dan mengatasnamakan diri-diri mereka mahasiswa salafiyah universitas……, dan yang lebih bodoh lagi orang-orang yang mereka ustadzkan yang ikut dimanfaatkan dan yang saling memanfaatkan.
Sangat tidak pantas dan sangat memalukan serta kurang adab bagi anak-anak muda yang kuliah di universitas ikhtilath kemudian menamakan diri-diri mereka dengan mahasiswa salafiy atau perkumpulan atau organisasi mahasiswa salafiy universitas, sungguh kengerian dan penyimpangan di tempat kuliahan tidak hanya sekedar penyimpangan namun lebih dari sekedar, sekadar contoh kulian di universitas pada fakultas kedokteran tidaklah terjadi melainkan yang negatif, yang jelas merusak akhlaq dan mengikis keimanan seseorang mu’min, bagaimana tidak?!
Mahasiswa-mahasiswi sejak masuk kuliah mengikuti tes (seleksi) kesehatan diperiksa yang terkadang panitia penerimaan MaBa seorang laki-laki memeriksa para wanita atau sebaliknya. Belum lagi ketika proses kuliah pembimbing menyuruh mahasiswi ketika praktek untuk membuka atau menyingkap pakaian mahasiswa atau sebaliknya dengan uji coba (praktikum) dengan melihat perut, memegang dan bahkan anggota tubuh yang lainnya, dan sampai “hand to hand” atau “hands up” yang bukan perkara darurat. Belum lagi ketika praktek di RS atau di Laboratorium: Mahasiswa diperintah untuk merawat pasien putri dan begitu sebaliknya, yang padahal kalau mahasiswa merawat pasien putra sangat memungkinkan. Belum lagi ketika konsultasi mahasiswa ke dosen wanita atau sebaliknya, maka hukum demi hukum diterjang dan dilanggar. Tidakkah mereka [semisal dokter Faiq yang sok bergaya da'i atau yang semisal dia itu] membaca perkataan manusia terbaik, sebagaimana diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dalam “Shohihnya” (5233) dari Ibnu ‘Abbas, Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«لاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ إِلاَّ مَعَ ذِى مَحْرَمٍ»
“Tidak boleh seorang laki-laki berdua-duaan dengan seorang wanita kecuali wanita tersebut bersama mahromnya” Dan Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«اياكم و الدخول على النساء»
“Hati-hatilah (janganlah) kalian masuk kepada para wanita”
Dan sangat lucu kemudian muncul dan tampil anak-anak mahasiswa yang ikut bergabung sebagai pegiat da’wah di kampus-kampus ikhtilath, ada dari mereka belum selesai kuliah sudah futur, dan ada di masa-masa kuliah penuh kesok-sokkan berbicara tentang agama bahkan ikut-ikutan tahdzir sana tahdzir sini, bahkan tidak tanggung-tanggung menampakkan diri seolah-olah ahlussunnah sejati; celana pentalon di atas mata kaki, terkadang memakai baju taqwa dan terkadang yang mahasiswi memakai cadar, hingga ada pula yang berani pakai sandal ketika sholat di masjid kampus sehingga melahirkan keributan di dunia kampus, namun belum selesai kuliah atau ketika setelah mereka selesai kuliah kebanyakan dari mereka futur.
Maka kami katakan: Kalau kalian wahai para mahasiswa ikhtilath juga kalian wahai para hizbiyyin merasa sebagai ahlussunnah maka buktikan kesunniyan kalian! Jangankan kalian, kaum nasrani juga mengklaim kalau mereka orang yang terbaik dan mengklaim bahwa mereka adalah anak-anak Maryam (Ibu Nabi ‘Isa ‘Alaihis Salam), maka betapa bagusnya suatu perkataan:
“And everyone claims to have drawn close to Maria, but Maria does not affirm this for any of them” .
Atau telah popular dalam sebuah sya’ir tentang orang yang suka mengaku-ngaku:
كلٌ يدعي وصلاًً بليلى **** وليلى لا تقرّ لهم بذاك
“Semua orang mengaku memiliki hubungan dengan Laila
Namun Laila tidak mengakui (tidak merasa memiliki hubungan) dengan mereka” .
Maka buktikanlah kesunniyan kalian wahai para mahasiswa ikhtilath dengan tinggalkan maksiat berupa kuliah ikhtilath atau belajar dan berteman dengan orang-orang jelek, tinggalkan memandang wanita yang tidak halal kalian pandang, jauhi berdua-duan serta seluruh perusak akhlak kalian, karena ciri dan tipe ahlussunnah adalah siap mendengar dan taat terhadap Al-Qur’an dan As-Sunnah, Alloh Ta’ala berkata:
﴿إِنَّمَا كَانَ قَوْلَ الْمُؤْمِنِينَ إِذَا دُعُوا إِلَى اللَّهِ وَرَسُولِهِ لِيَحْكُمَ بَيْنَهُمْ أَنْ يَقُولُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ﴾ [النور/51]
“Sesungguhnya jawaban oran-orang mu’min, bila mereka diajak kepada Alloh dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka adalah ucapan: “Kami mendengar, dan kami taat”. Mereka itulah orang-orang yang beruntung”. (An-Nuur: 51). Alloh Ta’ala berkata:
﴿كَانَ النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً فَبَعَثَ اللَّهُ النَّبِيِّينَ مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَأَنْزَلَ مَعَهُمُ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ لِيَحْكُمَ بَيْنَ النَّاسِ فِيمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ وَمَا اخْتَلَفَ فِيهِ إِلَّا الَّذِينَ أُوتُوهُ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ فَهَدَى اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَا اخْتَلَفُوا فِيهِ مِنَ الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَاللَّهُ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (213) أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آَمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلَا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ (214)﴾ [البقرة/213، 214]
“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Alloh mengutus Para Nabi, sebagai pemberi peringatan, dan Alloh menurunkan bersama mereka kitab yang benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, Yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Alloh memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkann itu dengan kehendak-Nya. dan Alloh selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus. Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, Padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Kapan datang pertolongan Alloh?” Ingatlah, Sesungguhnya pertolongan Alloh itu Amat dekat”. (Al-Baqarah: 213-214). Alloh Ta’ala berkata:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ﴾ [البقرة/208]
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kalian ke dalam Islam secara menyeluruh, dan janganlah kalian turuti langkah-langkah syaithan. Sesungguhnya syaithan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian”. (Al-Baqarah: 208).
Jika kalian wahai mahasiswa menerapkan ayat tersebut dengan meninggalkan segala perusak dan pengotor manhaj ahlussunnah yang kalian mengakuinya, maka pantas bagi kalian untuk mengatakan: Aku salafiy, Saya sunniy! Bila kalian mengamalkan kebaikan maka itu bertambah keberuntungan untuk kalian “Do good, that you may be successful”. Alloh Ta’ala berkata:
﴿مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ﴾ [النحل/97].
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami akan berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (An-Nahl: 97). Dan Alloh Ta’ala berkata:
﴿مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ﴾ [غافر/40].
“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka Dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu, dan barangsiapa mengerjakan amal yang saleh baik laki-laki maupun perempuan sedang ia dalam keadaan beriman,maka mereka akan masuk surga, mereka diberi rezki di dalamnya dengan tanpa hisab”. (Ghafiir: 40).
Untuk para wanita bahwa Alloh Ta’ala telah sebutkan tentang mereka bila menjaga kehormatan maka itu kebaikan dan keberuntungan bagi mereka, Alloh Ta’ala berkata:
﴿وَأَنْ يَسْتَعْفِفْنَ خَيْرٌ لَهُنَّ﴾ [النور/60]
“Dan menjaga kehormatan adalah lebih baik bagi mereka”. (An-Nuur: 60).
Adapun tentang kejelekan dan kebobrokan seputar sekolah-sekolah, guru-guru dan apa yang diajarkan di dalamnya maka silahkan membaca kitab “Tahdzirud Daaris min Mukhalifatil Mudarris” karya Abu Umamah Abdillah Al-Jahdariy .

3.4 Adanya Uang Muka dan Uang SPP (Bulanan atau Semester)
Tidaklah didapati sama sekali di zaman Salafush sholih adanya uang muka dan menyerahkan gambar atau foto ketika akan datang mendaftar atau masuk ke madrasah mereka sekadar contoh: Ketika Salman Al-Farisiy datang menemui Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam, maka Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam tidaklah meminta darinya satu dirham atau setengah dinar untuk uang muka karena mau belajar dan menjadi murid Rasulullah ShallAllohu ‘Alaihi wa Sallam, justru Rasulullah ShallAllohu ‘Alaihi wa Sallam mengajak para shahabatnya untuk membantu meringankan beban Salman Al-Farsiy, berupa membantu memerdekakannya dari perbudakan. (Lihat Kisahnya dalam “Ash-Shohihul Musnad Lil Imam Al-Wadi’iy” pada “Musnad Salman Al-Farisiy”.]. Begitu pula ketika Al-Imam Asy-Syafi’iy datang menemui Al-Imam Darul Hijroh Malik bin Anas untuk menjadi muridnya, tidaklah diminta untuk membayar uang muka atau uang SPP sedikitpun.
Atau contoh yang tidak jauh semisal para hizbiyyin semisal Luqman bin Muhammad Ba’abduh, Muhammad Afifudin, Muhammad As-Sarbiniy, Asykariy, Yunus, Iqbal, Hammam, Abu Bakar, Saifullah, Abu Salman Musthafa dan yang semisal mereka, apakah ketika datang di Markiz Darul Hadits Dammaj mereka diminta bayar uang muka atau uang bulanan (SPP)? Tidak sama sekali! Tapi bahkan mereka terkadang mendapat tunjangan, namun semua itu mereka balas dengan kotoran dan kejahatan, qabbahahumullah
. Kemudian tampil Ustadz Dzulqarnain yang tanpa malu mengaku murid Al-Imam Al-Wadi’iy (bahkan dijuluki murid teladan) dengan menetapkan adanya iuran bulanan di Ma’hadnya [As-Sunnah Makassar] dengan alasan murahan: ” Karena kalau tidak dipungut biaya tidak ada kesungguhan dari santri untuk belajar dan bila ditetapkan bayar maka santri akan bersungguh-sungguh karena ada pengorbanan (bayar iuran perbulan)” (atau semakna dengan itu).
Iuran semisal ini ternyata ditiru pula oleh sekelompok orang yang mengadakan majelis-majelis ta’lim sebagaimana ketika kami di Cikarang dikhabarkan bahwa mereka yang hadir rutin dalam majelis ta’lim atau istilah mereka “Ikhwah Cikarang” dikenai iuran bulanan untuk gaji atau kebutuhan ustadz, ketika itu yang diustadzkan Abul Hasan dan Abdussalam, dan ketika ada yang mengeluhkan karena iuran ditentukan seperti itu dengan mengatakan: Kita itu berinfaq semampu kita dan seikhlasnya tidak perlu ditentukan sekian dan sekian!. Orang yang berkata seperti itu akhirnya diperbincangkan dan tidak disenangi.
Begitu pula adanya ma’had-ma’had yang memanfaatkan iuran (SPP), yang SPP tersebut digunakan untuk gaji para karyawan dan pengajar ma’had, dan bila ada santri yang tidak sanggup membayar atau ditunda pembayarannya karena belum punya uang maka pengurus ma’had tidak tanggung-tanggung mengumumkan dan memberitahukan atau menelpon langsung orang tua/wali santri untuk membayar SPP dengan mengatakan: Belum terbayar beberapa bulan, bulan sekian dan sekian, jadi total yang harus dibayar sekian!.
Hal ini sebagaimana terjadi pada Program Tahfidz Al-Qur’an dan Tarbiyatul Auladnya di Ma’had Al-Bayyinah Al-Islamiyyah Sedayu-Gresik yang kini telah sukses sebagai ma’had hizbiyyah, yang diasuh oleh pentolan hizbiyyah Muhammad Afifudin bin Husnunnuri As-Sidawiy Al-Hizbiy.
3.5 Menyerahkan Foto.
Al-Imam Muqbil bin Hadi Al-Wadi’i Rahimahullah berkata di dalam “Hukmu Tashwir Dzawatil Arwah” (hal. 64): “Apabila seseorang terpaksa untuk membuat pasport, baik itu untuk naik haji ataupun selainnya dari perjalanan-perjalanan yang mengharuskannya, atau KTP, SIM, surat keterangan kerja, ataupun uang (bergambar), maka dosanya dipikul oleh pemerintah yang mengharuskanmu (memaksamu) membuatnya. Dan batasan darurat di sini adalah: Apabila maslahatmu yang merupakan kewajiban bagimu tidak dapat diraih dengan meninggalkan foto. Adapun foto yang dituntut dari pelajar sekolahan (kartu tanda pelajar atau foto persyaratan masuk), atau (foto untuk menjadi) tentara maka itu bukanlah suatu hal yang darurat, karena memungkinkan bagi pelajar tersebut untuk tidak belajar di sekolahan dan menuntut ilmu di depan ulama di mesjid-mesjid. Dan tentara bisa saja baginya untuk mencari pekerjaan lain dan tidak menjadi tentara”.
Maka mau dikemanakan fatwa ini wahai orang-orang yang tidak merasa malu? Bukankah kalian mengaku mati-matian bahwa pemberi fatwa tersebut adalah syaikh kalian? Dan tidak hanya sekolah umum namun sekolah yang dikatakan sebagai sekolah salafiyah pun terdapat kemungkaran ini, sebagaimana SD Salafiyah di Riau ketika orang tua/wali melihat soal ujian semester atau ujian catur wulan di dapati gambar manusia yang sangat jelas, dan disampaikan kepada Ustadz Dzulqarnain bin Muhammad Sanusi lewat e-mail, ternyata tidak dia tanggapi, apakah Ustadz Dzulqarnain mau menghalalkan segala cara dalam mengkampanyekan sekolah?!. Dan telah disampaikan kepada kami Utsman Al-Makassariy bahwa dia pernah menjadi wakil kepala sekolah SD di Baji Rupa milik Ustadz Dzulqarnain dan dia juga ketika pertama kali masuk di ma’had As-Sunnah milik Ustadz Dzulqarnain dia disuruh serahkan foto dan dibuatkan kartu santri berfoto. Dan pernah disampaikan kepada kami seseorang yang bernama Arif (asal Surabaya) bahwa istrinya pernah di Makassar dan ingin masuk ke Ma’had As-Sunnah Baji Rupa milik Ustadz Dzulqarnain ternyata diminta serahkan foto. Maka apakah Ustadz Dzulqarnain menganggap gambar itu masalah remah dan bukan dosa?!
Tentu bagi orang yang menjaga kewibawaan serta tidak terkecok dengan propaganda yang dikampanyekan oleh Ustadz Dzulqarnain akan selalu memperhatikan perkataan Alloh Ta’ala:
﴿وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا (72)﴾ [الفرقان/72]
“Dan orang-orang yang tidak menghadiri kemungkaran, dan apabila mereka melewati orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui dengan menjaga kehormatan dirinya.” (Al-Furqon: 72).
Dan yang lebih mengherankan lagi si penipu dari tokoh hizbiyyah yang paling jahat dengan penuh tipu daya dalam buku murahannya “Mereka Adalah Teroris” menyebutkan tentang haromnya gambar serta cepat-cepat merevisinya karena sampul bukunya ada gambar kecil tampak Imam Samudra namun ketika pondoknya mau diserang oleh kaum sufi dari kalangan Nahdatul Ulama Jember [sebagaimana diceritakan kepada kami Abdul Wahid], belum diserang sudah lancang dan menerjang hukum-hukum Alloh, cepat-cepat memasang kamera untuk memantau gerakan kaum yang mau menyerang, ini belum diserang sudah berbuat dosa apalagi kalau diserang? Tentu mereka akan berbuat dosa lebih sadis dan tidak berperikemanusiaan sebagaimana ketika jahat di Ambon dulu.

Dalil-dalil tentang haromnya gambar bernyawa (foto, kamera dan video dan yang semisalnya).
Dalil tentang masalah ini sangatlah banyak di dalam As-Sunnah, hanya saja di sini kami sebutkan satu dalil saja, bagi yang ingin mendapatkan banyak dalil tentang masalah ini silahkan membaca kitab “Hukmu Tashwir Dzawatil Arwah”karya Al-Imam Al-Wadi’iy Rahimahullah.
Diriwayatkan Al-Imam Tirmidzi dalam “Sunannya” yang dihasankan oleh Al-Imam Al-Wadi’iy dari hadits Jabir Rodhiyallohu ‘Anhu beliau berkata:
﴿نهى رسول الله صلى الله عليه و سلم عن الصورة في البيت ونهى أن يصنع ذلك﴾
“Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam melarang memasukkan gambar ke dalam rumah dan melarang membuatnya”.

3.6 Kerusakan dan Kemungkaran Kejelekan Sekolah
Adapun yang berkaitan dengan kerusakan dan kemungkaran sekolah sebagaimana telah disinggung sebagiannya [untuk kemungkaran lainnya dapatkan pada pembahasan lembaran-lembaran berikutnya dari tulisan ini]. Dengan melihat betapa besar dan ngerinya kerusakan dan kejelekan sekolah maka berlakulah kaidah syari’ayyah sebagaimana dalam kitab “Al-Bahrul Muhiith” (juz 7, hal 51):
دَفْعَ الْمَفَاسِدِ مُقَدَّمٌ عَلَى جَلْبِ الْمَصَالِحِ
“Menolak kerusakan lebih didahulukan dari pada mendatangkan maslahat”.
Sekolah, universitas dan perguruan-perguruan tinggi dengan kemungkaran dan kejelekannya yang begitu jelas terang dan gamblangnya tidaklah muncul diawal generasi terbaik dari umat ini namun muncul di kemudian hari (belakangan), jika umat ini komitmen sebagaimana generasi terbaik dahulu maka tentu kebaikan bagi mereka, memang benar apa yang dikatakan oleh Al-Imam Darul Hijroh Malik bin Anas Rahimahullah sebagaimana dalam “Iqtidha’ Ash-Shiratil Mustaqim” (hal. 296):
لن يصلح آخرَ هذه الأمة إلا ما أصلح أولها
“Tidak akan memperbaiki akhir umat ini kecuali dengan apa-apa yang memperbaiki awalnya”.
Ini di zaman Al-Imam Malik, beliau Rahimahullah sudah mengatakan seperti itu, padahal di zamannya masih tersebar luas ilmu dan para imam masih banyak dan sekolahan belum muncul sebagaimana zaman sekarang ini, lalu bagaimana kiranya kalau beliau menyaksikan zaman kita yang sejelek ini? Al-Imam Malik di zamannya sangat tidak suka dan bahkan sangat marah dengan pertanyaan tentang membagaimanakan Alloh? Namun di zaman ini, di sekolahan dan perguruan-perguaruan tinggi pemuja akal, pertanyaan semisal itu dianggap biasa bahkan dianggap cerdas dan aktif karena bertanya.

BAB IV
SEKOLAH-SEKOLAH KHUSUS WANITA
4.1 Sekolah Wanita yang di Gembleng oleh Para Biarawati
Ini salah satu pendidikan kaum nasroni yang mengharuskan mereka untuk tidak menikah, ini merupakan metode pendidikan yang sangat jelek. Mereka tidak menikah namun realitanya ada dari mereka hamil, yang dihamili oleh pendeta-pendeta atau pemuda-pemuda nasroni kemudian setelah mereka melahirkan anak yang ada dalam kandungan itu, kemudian mereka membuat kedustaan bahwa anak yang mereka lahirkan adalah anak Alah (yakni Alloh memiliki anak) .
Dan sebagian model pendidikan khusus seperti ini kemudian ditiru oleh hizbiyyun dengan beramai-ramai mendirikan TN (Tarbiyatun Nisa’), yang TN tersebut dipakai untuk menampung wanita-wanita yang berbeda latar belakang, yang mereka tidak memiliki mahrom untuk menemani mereka di TN tersebut. [Lihat bahasan berikutnya pada "Tarbiyatun Nisa'"]. Hanya saja perbedaan yang tampak sekolah yang para biarawati dibimbing oleh wanita secara khusus, namun TN dibimbing oleh wanita sekaligus suami pembimbing tersebut. Bahkan semua santriwati TN dikenal baik oleh sang ustadz.
4.1 Sekolah Kebidanan
Sekolah ini merupakan sekolah khusus untuk kaum wanita, hanya saja sangat disayangkan ternyata dikendalikan oleh para pria; mulai dari dosen sampai pegawa-pegawainya dari kaum pria. Salah satu dosen yang menjadi boneka bidan adalah dokter Muhammad Faiq Sulaifi sekaligus dia sebagai ustadz gadungan dari comberan hizbiyyin yang dungu, yang tidak ada rasa malunya lagi menghinakan dirinya di jurang kehinaan.

4.2 Tarbiyatun Nisa’ (TN)
Ini merupakan pendidikan khusus wanita yang para hizbiyyin berama-ramai mendidirikannya, dengan berbagai alasan murahan dan rendahan. Diantara alasan mereka adalah untuk menampung para wanita-wanita yang membutuhkan ilmu syar’i (katanya), hingga didapati para wanita yang masuk di dalamnya dengan berbeda-beda latar belakang, diantara mereka masuk di TN ini dengan alasan di rumah orang tuanya diboikot (atau perkataan mereka; disiksa), atau alasan kalau tidak di TN nanti dikuliahkan atau disuruh ikut TKW (Tenaga Kerja Wanita) dan atau alasan-alasan rendahan yang tidak selayaknya diungkapkan .
Syaikhuna An-Nashih Al-Amin hafizhahullah ketika ditanya tentang wanita yang dirumahnya diboikot (atau dizholimi) maka apakah boleh baginya untuk lari (meninggalkan rumahnya) dan pergi di TN dengan tanpa mahrom? Maka Asy-Syaikh menjawab:”Tidak boleh baginya pergi dari rumahnya, wajib baginya untuk bersabar di rumahnya”. Penanya berkata: Tapi dia dizholimi di rumahnya?! Asy-Syaikh menjawab: Tetap dirumahnya, walau di zholimi atau disiksa tetap dirumahnya! Dan dia sabar di rumahnya”.
Mungkin dari jawaban tersebut akan ada yang berkata: Ini kan perkara darurat maka boleh lari dari rumahnya! Dan supaya dia leluasa menjalankan agamanya.
Maka kami katakan: Justru dengan larinya dia meninggalkan rumahnya akan bermadharat besar:
Pertama: Dia memaksiati Alloh dengan lari meninggalkan rumahnya, padahal rumah mereka lebih baik untuk mereka menetap di dalamnya, sebagaimana disebutkan dalam “Al-Mustadzrak ‘alash Shohihain lil Hakim ma’a Ta’liqaat Adz-dzahabiy fit Talkhiis” (Juz 1, hal. 327) dari hadits Ibnu ‘Umar, beliau Radhiayallohu ‘Anhuma berkata: Rasulullah shallallohu ‘alaihi wa sallam telah berkata:
﴿لا تمنعوا نساءكم المساجد وبيوتهن خير لهن﴾
“Janganlah kalian melarang wanita-wanita (istri-istri) kalian ke Masjid dan rumah-rumah mereka lebih baik bagi mereka”
Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa sallam menetapkan bahwa rumah mereka lebih baik untuk mereka shalat di dalamnya dari pada pergi sholat di masjid bersama Rasulullah ShallAllohu ‘alaihi wa sallam lalu bagaimana kalau dia pergi keliang hizbiyyah (TN) dan menetap di sana dengan tanpa ditemani mahrom maka tentu lebih terlarang bagi mereka.
Kedua: Dia melakukan safar yang bukan dhoruri(seperti hijroh) dengan tanpa ditemani mahrom , padahal Rasulullah Shallallohu ‘alaihi wa sallam telah berkata sebagaimana yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dalam “Shohihnya” (no. 1763) dari Ibnu ‘Abbas Rodhiyallohu ‘anhuma Rasulullah ShallAllohu ‘alaihi wa sallam berkata:
﴿لا تسافر المرأة إلا مع ذي محرم ولا يدخل عليها رجل إلا ومعها محرم﴾.
“Tidak boleh bagi wanita melakukan safar kecuali bersama mahrom dan tidak boleh bagi seseorang masuk (menemui) wanita kecuali wanita tersebut bersama mahromnya” Dari sini dapat dilihat wanita yang safar tanpa mahrom (lari) ke TN sampai di TN pun terkadang mengalami gangguan baik itu gangguan jin atau selainnya, kemudian para penjahat da’wah (ustadz TN) masuk menemui wanita itu dengan alasan meruqyah atau mencarikan kebutuhan lainnya sehingga terjadilah penerjangan hukum-hukum Alloh.
Dan salah satu yang perlu diperhatikan: Ketika seorang wanita akan lari dari rumahnya atau ketika sedang safar dengan tanpa mahrom atau ketika dia duduk asyik di liang hizbiyyah (TN) dia tidak tahu madharat apa bakalan dia akan dapat? dan jika dia mendapatkan madharat baik itu berupa gangguan dari orang-orang jahat atau gangguan hidung belang atau ketika dalam bermaksiatnya tersebut dia mati maka sangat dikhawatirkan dia mati di atas menyelisihi syari’at Alloh (mati di atas kejelekan dan maksiat) dan Alloh Ta’ala telah tegaskan bahwa siapa saja yang menyelisihi perintah Alloh Ta’ala akan ditimpakan azab baginya, Alloh Ta’ala berkata:
+فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ_ [النور/63]
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (An-Nuur: 63).
Dan kalaulah wanita tersebut ketika lari dari rumahnya atau safar dengan tanpa mahrom atau duduk di TN dengan tanpa mahrom, bila di dunia dia tidak mendapatkan madharat (azab) maka diakhirat kelak mungkin dia akan dapatkan balasannya, Alloh Ta’ala berkata:
وَمَنْ يُشَاقِقِ الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُ الْهُدَى وَيَتَّبِعْ غَيْرَ سَبِيلِ الْمُؤْمِنِينَ نُوَلِّهِ مَا تَوَلَّى وَنُصْلِهِ جَهَنَّمَ وَسَاءَتْ مَصِيرًا [النساء/115].
“Dan Barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat kembali”. (An-Nisa’: 115).
Dan kalaulah lari dari rumah atau safar dengan tanpa mahrom atau duduk di TN dengan tanpa mahrom bagi wanita itu adalah bagus maka tentu wanita terbaik semisal Asiyah Rodhiyallohu ‘anha (istri Fir’aun) akan lebih memilih lari dari istana suaminya Fir’aun dan mengikuti penyejuk mata (anak angkat)nya yaitu Musa ‘Alaihis Salam untuk lari dari kejaran Fir’aun, namun dia dengan keimanannya yang kokoh tetap milih untuk tinggal di rumahnya walaupun resikonya disiksa dan diseret ke terik matahari dan diikat oleh suaminya [Fir'aun] yang kafir lagi tolol itu, namun Aasiyah Rodhiyallohu ‘Anha sabar di atas keimanannya sebagai seorang mu’minah yang sholihah, sebagaimana Alloh Ta’ala sebutkan tentangnya:
وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آَمَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ [التحريم/11].
“Dan Alloh membuat perumpamaan isteri Fir’aun bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berdo’a: “Ya Robbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam surga firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim”. (At-Tahriim: 11).
Maka tentu bagi wanita muslimah yang baik, apalagi mengaku dirinya sebagai wanita salafiyyah tidak akan tergiur dengan seruan dan rayuan serta ajakan du’at hizbiyyin melalui bayang-bayang TN. Kalau mereka benar-benar mengikuti manhaj salaf tentu mereka akan lebih memilih mengikuti salafnya semisal Asiyah Rodhiyallohu ‘anha tersebut, dan serta mereka tidak tertipu lagi dengan seruan da’i-da’i yang mengajak kepada pintu-pintu jahannam.
Para wanita mu’minah diperintahkan oleh Alloh Ta’ala dan Rasul-Nya Shallallohu ‘alaihi wa sallam untuk selalu di atas keta’ata dengan menjaga kehormatan serta menjauhi larangan-larangan Alloh dan larangan-larangan rasul-Nya Shallallohu ‘alaihi wa sallam. Masuknya para wanita di sekolah-sekolah merupakan bentuk keterpurukan dan kegelapan sebagaimana di zaman jahiliyyah terdahulu, Alloh Ta’ala berkata:
﴿وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا (33) وَاذْكُرْنَ مَا يُتْلَى فِي بُيُوتِكُنَّ مِنْ آَيَاتِ اللَّهِ وَالْحِكْمَةِ إِنَّ اللَّهَ كَانَ لَطِيفًا خَبِيرًا (34) إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا (35)﴾ [الأحزاب/33-35].
“Dan hendaklah kalian tetap di rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan tegakkanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Alloh dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Alloh bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kalian, hai ahlul bait dan membersihkan kalian sebersih-bersihnya. Dan ingatlah apa yang dibacakan di rumah kalian dari ayat-ayat Alloh dan Hikmah (sunnah nabi ShallAllohu ‘alaihi wa sallam). Sesungguhnya Alloh adalah”Lathif”(Maha Lembut) lagi “Khobir” (Maha Mengetahu)”. (Al-Ahzaab: 33-35).
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang jujur (benar), laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Alloh, Alloh telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar”. (Al-Ahzab: 33-35).
Wanita tetap dirumahnya dan kebutuhannya akan ilmu syar’i dia bisa dapatkan dari wali-walinya sebagaimana yang pernah dijalankan oleh wanita utama kaum mu’minah Maryam Ash-Shiddiqah (Ibu Nabi ‘Isa ‘alaihis salam), Alloh Ta’ala berkata:
﴿وَإِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ اصْطَفَاكِ وَطَهَّرَكِ وَاصْطَفَاكِ عَلَى نِسَاءِ الْعَالَمِينَ (42) يَا مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِينَ (43) ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهِ إِلَيْكَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يُلْقُونَ أَقْلَامَهُمْ أَيُّهُمْ يَكْفُلُ مَرْيَمَ وَمَا كُنْتَ لَدَيْهِمْ إِذْ يَخْتَصِمُونَ (44) إِذْ قَالَتِ الْمَلَائِكَةُ يَا مَرْيَمُ إِنَّ اللَّهَ يُبَشِّرُكِ بِكَلِمَةٍ مِنْهُ اسْمُهُ الْمَسِيحُ عِيسَى ابْنُ مَرْيَمَ وَجِيهًا فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَمِنَ الْمُقَرَّبِينَ (45)﴾ [آل عمران/42-45]
“Dan (ingatlah) ketika Malaikat (Jibril) berkata: “Hai Maryam, Sesungguhnya Alloh telah memilih kamu, mensucikan kamu dan melebihkan kamu atas segala wanita di dunia (yang semasa dengan kamu). Hai Maryam, taatilah Robbmu, sujud dan ruku’lah bersama orang-orang yang ruku’. Yang demikian itu adalah sebagian dari berita-berita ghaib yang Kami wahyukan kepada kamu (wahai Muhammad); Padahal kamu tidak hadir beserta mereka, ketika mereka melemparkan anak-anak panah mereka (untuk mengundi) siapa di antara mereka yang akan memelihara Maryam. dan kamu tidak hadir di sisi mereka ketika mereka bersengketa. (Ingatlah), ketika Malaikat berkata: “Hai Maryam, sesungguhnya Alloh memberimu kabar gembira (dengan kelahiran seorang putera yang diciptakan) dengan kalimat-Nya, namanya Al Masih Isa putera Maryam, seorang terkemuka di dunia dan di akhirat dantTermasuk orang-orang yang didekatkan (kepada Alloh)”. (Ali Imron: 42-45).
Karena keta’atan dan keimanannya Alloh Ta’ala sebutkan Asiyah (istri Fir’aun) dan Maryam Ash-Shiddiqah sebagai permisalan yang bagus untuk wanita mu’minah, Alloh Ta’ala berkata:
﴿وَضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آَمَنُوا اِمْرَأَةَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (11) وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ (12)﴾ [التحريم/11، 12].
“Dan Alloh membuat perumpamaan dengan isteri Fir’aun bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Ya Rabbku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam jannah firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim. Dan (ingatlah) Maryam binti Imran yang memelihara kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rahimnya sebagian ruh dari Kami, dan dia membenarkan kalimat Rabbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk orang-orang yang taat”. (At-Tahrim: 11-12)
Merupakan alasan rendahan dan hina bila ada para wanita mu’minah di zaman ini masuk sekolah karena alasan “Ilmu itu hanya didapati dengan masuk sekolah”. Jika demikian alasannya maka itu merupakan penguat kalau mereka adalah pendusta dan suka berma’siat.
Seandainya wali-wali mereka tidak memiliki kemampuan untuk mendidik mereka (karena tidak memiliki ilmu) maka dengan kemajuan zaman yang ada, mereka bisa mengambil manfaat, baik itu melalui rekaman, membaca buku-buku dan atau saling berkomunikasi dengan wanita-wanita sholihah yang dipercaya. Apabila solusi seperti itu bagusnya para wanita itu masih mengomentarinya dan tidak puas dengannya maka satu pertanyaan untuk mereka: Wanita idola kaum mu’minah Asiyah (istri Fir’aun) dia tidak masuk sekolah namun dia senatiasa di rumahnya serta dia tidak safar (ikut bersama Nabi Musa ‘alaihis salam) atau duduk bermajelis dengan nabi Musa, apakah kemudian dia kufur atau berma’siat kepada Robbnya?!
Dengan keberadaan mereka para wanita yang mencemplungkan diri-diri mereka ke sarang-sarang hizbiyyah berupa TN, ikhtilath, safar tanpa mahrom, tabarruj dan kemungkaran lainnya maka perlu sekali bagi mereka untuk membaca kitab “Nashihatiy Linnisa’” karya Asy-Syaikhah Ummu Abdillah bintu Al-Imam Al-Wadi’iy hafizhahAlloh dengan bacaan yang teliti, direnungi, diresapi dan kemudian diamalkan sebagai bentuk dan upaya mereka mencari ilmu atau peduli akan ilmu syari’i, sehingga dengan sebab itu –Biiznillah- mereka jauh dari penyimpangan dan penyelewengan, hal ini sebagai mana diisyaratkan oleh Al-Imam Al-Wadi’iy tentang mereka ketika memberi pengantar (muqaddimah) kitab putrinya “Nashihatiy Linnisa’”.

BAB V
PENGARUH NEGATIF SEKOLAH, IJAZAH, DAN GELAR
Salah satu pendorong seseorang memilih untuk sekolah dari pada belajar di ma’had (pondok pesantren) adalah karena bayang-bayang masa depan. Tidak jarang kita dapati banyak orang-orang yang sekolah mengatakan bahwa mereka sekolah tujuannya untuk mencari ilmu. Bila dikatakan ilmu itu bisa diperoleh dengan banyak cara; baik itu melalui kursus, atau mengikuti privat atau solusi yang paling mudah dan gampang bertanya langsung kepada ahlinya sebagai bentuk perwujudan perkataan Alloh subhanah:
+فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ_ [النحل/43]
“Maka bertanyalah kepada ahli ‘ilmu jika kalian tidak mengetahui”. (An-Nahl: 4).
Bila diberikan solusi cara mendapatkan ilmu dengan yang paling praktis ini maka akan tampaklah keadaan mereka yang sebenarnya, apakah benar mereka memiliki keinginan untuk mendapatkan ilmu ataukah ada keinginan sampingan yang merupakan tujuan utama mereka terjun ke sekolah.
Tidak jarang didapati banyak dari manusia supaya bisa diterima di sekolah-sekolah menempuh cara-cara batil dan menghalalkan segala cara, apalagi kalau sekolah tersebut adalah sekolah terpadu maka mereka rela mengorbankan segala-galanya; harta dan bahkan sampai kehormatan jadi korban demi untuk menjadi siswa dan mendapatkan ijazah dari sekolah tersebut, semua itu karena niat awal mereka sudah rusak maka tidak heran kalau nantinya membuahkan kerusakan dan kejelekan, sungguh bagus apa yang diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dan Al-Imam Muslim dalam “Shohihain” dari hadits ‘Umar bin Al-Khaththab, beliau radhiyAllohu ‘anhu berkata:
وَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Barang siapa hijrohnya karena dunia yang akan diperolehnya atau wanita yang akan dinikahinya maka hijrohnya hanya akan sampai terhadap apa yang dia tuju”.
Demikian fenomena yang ada, dan yang lebih mengherankan lagi adanya sekolah-sekolah atau universitas-universitas yang berlabel Islam kejadiannya semisal itu, sekadar contoh universitas Islam Madinah Saudi Arobia ketika membuka penerimaan mahasiswa baru itu memiliki beberapa persyaratan yang kemudian banyak membuat orang-orang yang ingin masuk, karena tidak memenuhi persyaratan yang ada, maka mulailah melakukan tindakan kesewenang-wenangan; baik berupa memalsukan ijazah, atau membeli ijazah atau menyogok orang yang menguruskannya atau berbagai cara batil lainnya, tidak lain semua itu diterjang karena bayang-bayang dunia berupa gelar, dan profesi (masa depan), jadi tidak heran kalau didapati kebanyak lulusan dari sekolah-sekolah atau universitas-universitas Islam semisal itu menyeleweng, tergelincir dan menyimpang dari jalan yang lurus atau menjadi tokoh-tokoh hizbiyyah.
Begitu pula orang-orang yang memakan harta manusia (dengan cara batil) baik dengan menipu, mendusta, meminta-minta, dan cara-cara bisnis licik lainnya atau mengambil (korupsi) harta manusia untuk kepentingan da’wah baik untuk pembangunan masjid, ma’had, madrasah atau yang semisalnya maka itu sebagai sebab ketergelinciran, kesesatan, penyimpangan dan sebab mereka menjadi hizbiyyun dengan tanpa mereka sadari. Hal itu semua disebabkan asal (awal) perbuatan mereka dibangun tidak di atas taqwa, Alloh Subhanah berkata:
﴿وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مَسْجِدًا ضِرَارًا وَكُفْرًا وَتَفْرِيقًا بَيْنَ الْمُؤْمِنِينَ وَإِرْصَادًا لِمَنْ حَارَبَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ مِنْ قَبْلُ وَلَيَحْلِفُنَّ إِنْ أَرَدْنَا إِلَّا الْحُسْنَى وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّهُمْ لَكَاذِبُونَ (107) لَا تَقُمْ فِيهِ أَبَدًا لَمَسْجِدٌ أُسِّسَ عَلَى التَّقْوَى مِنْ أَوَّلِ يَوْمٍ أَحَقُّ أَنْ تَقُومَ فِيهِ فِيهِ رِجَالٌ يُحِبُّونَ أَنْ يَتَطَهَّرُوا وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُطَّهِّرِينَ (108) أَفَمَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى تَقْوَى مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٍ خَيْرٌ أَمْ مَنْ أَسَّسَ بُنْيَانَهُ عَلَى شَفَا جُرُفٍ هَارٍ فَانْهَارَ بِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ (109)﴾[التوبة/107-109].
“Dan orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mu’min), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mu’min serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Alloh dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah:”Kami tidak menghendaki selain kebaikan.” dan Alloh menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya). Janganlah kamu sholat dalam mesjid itu selama-lamanya. Sesungguhnya mesjid yang didirikan atas dasar taqwa (mesjid Quba), sejak hari pertama adalah lebih patut kamu sholat di dalamnya. di dalamnya mesjid itu ada orang-orang yang ingin membersihkan diri. dan Sesungguhnya Alloh menyukai orang-orang yang bersih. Maka Apakah orang-orang yang mendirikan mesjidnya di atas dasar taqwa kepada Alloh dan keridhaan-(Nya) itu yang baik, ataukah orang-orang yang mendirikan bangunannya di tepi jurang yang runtuh, lalu bangunannya itu jatuh bersama-sama dengan Dia ke dalam neraka Jahannam. dan Alloh tidak memberikan petunjuk kepada orang- orang yang zhalim”. (At-Taubah: 107-109).
Perbuatan mereka semisal itu merupakan tindakan yang akan merugikan mereka sendiri, mereka membeli kesesatan dengan menjual hidayah (petunjuk), maka Alloh subhanahu sebutkan akibat (balasan) dari perbuatan semisal itu diakhiat kelak, Alloh ta’ala berkata:
﴿إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلَّا النَّارَ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (174) أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى وَالْعَذَابَ بِالْمَغْفِرَةِ فَمَا أَصْبَرَهُمْ عَلَى النَّارِ (175) ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ نَزَّلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِي الْكِتَابِ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ (176)﴾ [البقرة/174-176] .
“Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah diturunkan Alloh, Yaitu Al-Kitab dan menjualnya dengan harga yang sedikit (murah), mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api, dan Alloh tidak akan berbicara kepada mereka pada hari kiamat dan tidak mensucikan mereka dan bagi mereka siksa yang amat pedih. Mereka Itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk dan siksa dengan ampunan. Maka alangkah beraninya mereka menentang api neraka. yang demikian itu adalah karena Alloh telah menurunkan Al kitab dengan membawa kebenaran; dan Sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang (kebenaran) Al-Kitab itu, benar-benar dalam penyimpangan yang jauh (dari kebenaran)”. (Al-Baqaroh: 173-176)
Dengan begitu jelasnya pengaruh negatifnya maka sangat jelas, telah salah para pengamat dan para komentator semisal Dzulqarnain -hadahullah- dan orang-orang yang setipe dengannya, yang berani berkata miring terhadap orang-orang yang tidak setuju dengan keberadaan sekolah-sekolah yang apalagi dinisbatkan kepada sekolah Salafiyyah atau sekolah Islamiyyah.

Tokoh-tokoh yang mengaku sebagai salafiyyun yang menjadi korban fitnah Ijazah, Gelar (Titel) dan Profesi.
1. Usamah Qushi, dia ini memiliki beberapa tulisan tentang masalah agama dan tampak seolah-olah da’i yang menyerukan al-haq namun ternyata menenggelamkan dirinya ke dalam ikhtilath dengan kuliah kedokteran di Mesir.
Bercerita kepada kami kawan-kawan kami asal Rusia yang bernama Ilyas, Abdullah dan bapaknya bahwa sebelum mereka ke Dammaj awalnya mereka di Mesir, dan pernah melihat Usamah Al-Qushi memakai celana pentalon dan kuliah di kedokteran.
Orang sesat semisal ini kemudian Kholiiful Hadi menjadikan kitab-kitabnya sebagai rujukan dan pedoman sebagaimana yang dia sebutkan dalam lembaran-lembaran amburadulnya yang dia beri judul “Adz-Dzakhiroh An-Nafisah”, begitu pula kitab-kitab Abul Hasan Al-Ma’ribiy dia jadikan rujukan dan pedoman dalam masalah ibadah. Maka kami tegaskan lagi bahwa ahlussunnah tidak butuh dengan kitab-kitab mubtadi’ dan kitab-kitab hizbiyyun, hanya hizbiyyun semisal Kholiif inilah yang sangat butuh dengan alasan murahannya mengemban amanah ilmiah makanya dia kutip! Miskin!.
Telah berkomentar para komentator dengan tidak setuju keberadaan tulisan kami “Mereka Adalah Hizbiyyun” dalam membela Kholiiful Hadii ini, maka kami katakan dengan perkataan Alloh Ta’ala:
+هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ_ [البقرة/111]
“Datangkanlah bukti jika kalian adalah orang yang benar”. (Al-Baqarah: 111).
+هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ هَذَا ذِكْرُ مَنْ مَعِيَ وَذِكْرُ مَنْ قَبْلِي بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ الْحَقَّ فَهُمْ مُعْرِضُونَ _[الأنبياء/24]
“Tunjukkanlah hujjah kalian! Ini adalah peringatan bagi orang-orang yang bersamaku, dan peringatan bagi orang-orang yang sebelumku”. Sebenarnya kebanyakan mereka tiada mengetahui yang al-haq, karena itu mereka berpaling”. (Al-Anbiya’: 24).
+هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ فَعَلِمُوا أَنَّ الْحَقَّ لِلَّهِ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ_ [القصص/75]
“Tunjukkanlah bukti kebenaran kalian”, Maka mereka pun tahu bahwasanya yang al-hak itu kepunyaan Alloh dan lenyaplah dari mereka apa yang dahulunya mereka ada-adakan”. (Al-Qoshash: 75).
Apa yang telah kami kemukakan pada beberapa tulisan kami tentang mereka terkhusus Kholiiful Hadii ini maka itu adalah termasuk dari sekian poin hizbiynya mereka, sekaligus sebagai tambahan; ciri dan tipe ahlussunnah adalah senang melaksanakan as-sunnah ash-shohihah, namun Kholiif ini malu mau mengamalkan sunnah dan juga takut dibilang sesat!. Sebagaimana ketika kami dari toko, Kholiif menjumpai kami di jalan dan mengajak kami naik bersamanya ke sepeda motornya menuju ma’hadnya, di tengah jalan kami berjumpa Hisyam mau ke pasar dan dia memakai imamah, Kholiif pun berkata kepada kami: Hisyam ya pakai imamah! Antum juga sering pakai imamah kalau ana malu memakainya di Yaman to’ dulu, sepulang dari Yaman ana udah nggak pake!”
Juga dia ketika membacakan kutaib Al-Imam Al-Wadi’iy tentang disyari’atkannya memakai sandal ketika sholat, kami pun menyampaikan usulan: kami ingin memakai sandal ketika akan sholat di masjid ini, dia pun menjawab: Jangan! Jangan nanti kita dibilang sesat!.
Sampai ada salah seorang muridnya berkata kepada kami: Pondok ini kan dipinggir desa, orang-orang pun tidak ada yang sholat di sini, siapa yang lihat? Lagi pula lantainya seperti ini! [ketika itu belum pakai keramik]. Maka orang semisal Kholif ini pantas untuk dipukul kepalanya dengan apa diriwayatkan oleh Al-Imam Ibnu Khuzaimah dalam “Shohihnya” (no. 197) dari hadits Abdullah bin ‘Amr, dari Nabi –Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam-, beliau Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
﴿من رغب عن سنتي فليس مني﴾
“Barang siapa yang benci dengan sunnahku maka dia bukanlah dari (golongan)ku”.
Sehingga dia semakin percaya dan tahu tentang siapa dirinya yang sebenarnya?
Orang semisal Kholiful Hadi ini kalau dikritik dan dibantah dari sisi kemiringan pemikiran dan tingkah lakunya sangat banyak sekali, namun menanggapi orang semisal ini hanya membuang waktu, maka meninggalkan orang semisal ini lebih afdhal, dan tidaklah ada yang membela dan senang belajar serta berteman dengannya melainkan memiliki kemiripan dengannya.
2. Mubarak Ba Mu’allim, sebelumnya dia telah menjadi da’i yang dianggap hebat baik ketika di Pondok Pesantren Gontor dan Ali Irsyad, dan dia salah satu lulusan Universitas Madinah Saudi Arobia, karena tertipu dan terfitnah dengan ijazah S2, gelar magister dan profesi (sebagai dosen) rela melelang agamanya dengan menjerumuskan dirinya ke dalam sarang JIL (IAIN).
3. Muhammad Faiq Sulaifi, ketika masih mahasiswa di Fakultas Kedokteran Universitas Airangga Surabaya dia sudah mengenal da’wah hizbiyyah kemudian ikut bergabung dengan laskar jahat dan terjun berlagak di medan jihad Ambon dan dianggap sebagai salah satu ustadz, kemudian balik melanjutkan studinya di Universitas ikhtilath tadi, kemudian setelah selesai (karena asyiknya ikhtilath) masuk kerja di Rumah Sakit ikhtilath pula dengan profesi seperti itu masih belum puas kemudian mengambil profesi sampingan dengan menjadikan dirinya boneka bidan yaitu menjadi dosen di sekolah tinggi ilmu kesehatan.
4. Karena terfitnah dengan ijazah, gelar (titel), dan profesi tidak heran kalau didapati banyak dari lulusan-lulusan Universitas Madinah Saudi Arobia dan LIPIA Jakarta melanjutkan S2 di Universitas-universitas pemuja akal.

BAB VI
KERANCUAN-KERANCUAN SEPUTAR SEKOLAH
DAN BANTAHANNYA

Komentar dan Kerancuan Pertama:
Dzulqarnain menegaskan sebagaimana dalam rekaman “Tanya Jawabnya” bahwa orang yang menyalahkan adanya sekolah-sekolah semisal SDIT/SDIP atau madrasah Salafiyyah itu sebagai oang-orang ekstrim.
Tanggapan:
Kalaulah sekolah yang dibela atau yang dicanangkan oleh Dzulqarnain itu bagus tentunya Al-Imam Al-Wadi’iy rahimahullah lebih dahulu mendirikan sekolah-sekolah semisal itu, karena beliau rahimahullah lebih memenuhi persyaratan; beliau pernah sekolah, dan termasuk keluaran universitas Islam Madinah. Adapun Dzulqarnain apa? Dengan seenak perut dan akalnya membuat pendapat. Bukanlah akhlaq dari salafush sholih mengatakan kepada orang-orang yang mempertahankan dan membela pendidikan yang diwariskan dari Rasulullah –shollallohu ‘alaihi wa alihi wasallam- sebagai orang ekstrim? Cukuplah perkataan Alloh subhanahu sebagai hujatan terhadap orang-orang yang membenci apa saja yang diwariskan dari para nabi, Alloh ta’ala berkata:
﴿وَمَنْ يَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ إِبْرَاهِيمَ إِلَّا مَنْ سَفِهَ نَفْسَهُ وَلَقَدِ اصْطَفَيْنَاهُ فِي الدُّنْيَا وَإِنَّهُ فِي الْآَخِرَةِ لَمِنَ الصَّالِحِينَ﴾ [البقرة/130]
“Dan tidak ada yang benci kepada agama Ibrahim, melainkan orang yang memperbodoh dirinya sendiri, dan sungguh Kami telah memilihnya di dunia dan Sesungguhnya Dia di akhirat benar-benar termasuk orang-orang yang saleh”. (Al-Baqarah: 130).
Dan diriwayatkan oleh Ibnu Khuzaimah dalam “Shohihnya” (no. 197) dari hadits Abdullah bin ‘Amr, dari Nabi –Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Sallam-, beliau Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
“من رغب عن سنتي فليس مني”
“Barang siapa yang benci dengan sunnahku maka dia bukanlah dari (golongan)ku”.[lihat "Shohih Musnad"].
Kalaulah Dzulqarnain –Hadahullah- dan orang-orang yang membebek kepadanya dalam mendirikan sekolah yang mereka angan-angankan maka kami katakan: Tidak akan masuk ke sekolah mereka itu melainkan orang-orang yang sama seperti mereka atau yang seide, karena sesungguhnya sekolah-sekolah yang mereka canangkan dari hari perencanaannya sudah tidak di atas taqwa, maka tidaklah akan membuahkan kebaikan melainkan kejelekan sebagaimana Alloh sebutkan pada surat At-Taubah: 107-109.
Dan tidaklah ada yang cocok dengan kejelekan melainkan dari orang-orang yang jelek yang serupa, begitu pula kebaikan hanya akan cocok dengan orang-orang yang baik semisalnya, Alloh Ta’ala berkata:
﴿الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ﴾ [النور/26]
“Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki- laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). bagi mereka ampunan dan rezki yang mulia (surga)”. (An-Nuur: 26). Alloh Ta’ala juga berkata:
﴿الزَّانِي لَا يَنْكِحُ إِلَّا زَانِيَةً أَوْ مُشْرِكَةً وَالزَّانِيَةُ لَا يَنْكِحُهَا إِلَّا زَانٍ أَوْ مُشْرِكٌ وَحُرِّمَ ذَلِكَ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ﴾ [النور/3]
“Laki-laki yang berzina tidak menikahi melainkan perempuan yang berzina, atau perempuan yang musyrik; dan perempuan yang berzina tidak dinikahi melainkan oleh laki-laki yang berzina atau laki-laki musyrik, dan yang demikian itu diharamkan atas orang-orang yang mukmin”. (An-Nuur: 3)

Komentar dan Kerancuan Kedua:
Yang mengkritik sekolah itu dulunya juga sekolah!
Tanggapan:
Orang-orang yang sekarang mengkritik sekolah-sekolah kalau dulunya pernah sekolah semisal kami dan pernah memuji-muji sekolah semisal pujian kami kepada SDIT/SDIP Al-Manshuroh Ambon maka itu semua karena ketidak tahuan kami (belum kami ilmui), begitu pula pujian kami terhadap para komentator dan pembela serta para pendiri sekolah-sekolah maka ketika kami tahu keadaan yang sebenarnya menuntut kami untuk menjelaskannya.
Dan salah satu pujian kami yang paling kami sesalkan adalah pujian terhadap Luqman bin Muhammad Ba’abduh dan pasukan silumannya (Laskar Jihad Aswaja dan Forumnya) yang pujian kami itu kemudian dikampanyekan oleh para pembela dan pengekor Luqman bin Muhammad Ba’abduh. Wallohi, tidaklah kami memuji dan membela-bela Luqman Ba’abduh dan Laskar Jahatnya melainkan karena kami ditipu dan didustai , berapa banyak kedustaan yang mereka tebarkan di tengah-tengah kaum muslimin baik lewat ceramah-ceramah mereka, buletin-buletin, Koran-koran, situs internet dan buku-buku serta siaran radio mereka. Karena takut ketahuan kedustaan, kebiadaban dan kejahatan mereka, dengan bergegas mengumumkan LJ dan Forumnya bubar serta merta menghanguskan segala macam berkas-berkas dan bukti-bukti itu.
Yang kemudian mereka diam seribu bahasa dengan tanpa menjelaskannya kepada umat dan orang-orang yang telah mereka tipu tentang kebobrokan, kejahatan dan keseatan mereka.
Komentar dan Kerancuan Ketiga:
Kalaulah sekolah itu tidak layak untuk da’wah menurut orang-orang yang ekstrim itu maka tidak bisa kemudian langsung mentahdzir dan menyalahkan orang yang membolehkan karena itu hanya masalah perbedaan pendapat saja yang saling memberi toleransi, dan seharusnya ada diskusi dan nasehat terlebih dahulu.
Tanggapan:
Perkataan semisal ini, tidak lain karena dibangun di atas perasaan dan dilandasi kebodohan, perkara memberi toleransi atau udzur itu hanya pada perkara yang masing-masing memiliki hujjah dan dalil-dalil yang shohih, adapun bila hanya dibangun di atas pembebekan (baca; taqlid buta) dan karena mengikuti perubahan zaman sebagaimana yang diutarakan oleh Dzulqarnain maka seperti itu tidak ada prinsip “saling memberi toleransi” dan tidak butuh lagi adanya nasehat karena pemikiran dan faham yang akan dicanangkan dan yang dibela oleh Dzulqarnain telah tersebar luas, dan setiap orang yang mendirikan sekolah (yang mereka mengaku salafiyyun) alasan mereka karena dibolehkan oleh Dzulqarnain hampir beberapa tempat alasannya seperti itu atau mengikuti alasan Dzulqarnain: Di Saudi ada sekolah….. dan telah menghasilkan ulama’ atau alasan semisal itu yang tidak memiliki bobot sama sekali.
Katika kami menanti pemberangkatan ke Yaman (tahun 1429 H) di Jawa sempat kami mendengar suara Dzulqarnain tepat pada proses tanya jawab tentang madrasah yang disiarkan lewat radio online pada situs bisnis Al-ilmu Jogjakarta, Dzulqarnain menegaskan bolehnya madrasah dengan rincian; selama sekolah itu tidak ada unsur penyelisihan syari’at maka tidak mengapa!
Maka kami Tanya: Coba datangkan bukti satu saja sekolah yang tidak menyelisihi syari’at? Di kerajaan Saudi Arobia saja dengan berlandaskan hukum Islam sekolah-sekolahnya sudah ada penyelisihan syari’at apalagi negara selainnya!

DIANTARA PENYELISIHAN SYARI’AT YANG TERDAPAT DI SEKOLAH
Adapun diantara penyelisihan terhadap syari’at pada sekolah-sekolah umumnya:
1. Awal pendirian sekolah dengan menggunakan harta hasil minta-minta sebagaimana sekolah yang dicanangkan oleh Dzulqarnain; dengan membuat proposal untuk dikirim ke Saudi Arobia. Memulai dengan cara batil seperti ini bila kemudian berhasil mendirikan madrasah, maka tidak lain, tidak terlepas dari ketergelinciran, asasnya saja bukan di atas taqwa maka tentu akan membuahkan keterpurukan. Belum lagi kalau sudah berdiri madrasahnya akan menghasilkan uang berupa gaji bulanan yang diperoleh dari iuran bulanan atau SPP atau dengan cara bisnis, semisal menaikan SPP yang terkadang memberat-beratkan orang tua murid dan bahkan didapati sekolah orang awam jauh lebih murah SPP-nya dibanding sekolah yang didirikan oleh para pengekor hawa nafsu yang mereka atas namakan sekolah da’wah atau tanpa malu mengatakan madrasah salafiyyah. Begitu pula gaji para pegawai atau guru-gurunya sebagaimana di SDIT/SDIP Al-Manshuroh Ambon (yang sekarang dikenal Madrasah Al-Manshurah) bila SPP-nya dibandingkan dengan sekolah awam semisal Madrasah Ibtidaiyah Swasta atau selainnya maka sangat jauh berbeda. Maka apakah dengan keadaan atau cara bisnis seperti itu mereka tidak takut dengan ancaman Alloh ta’ala karena mereka meniru-niru ahli ilmu dan ahli ibadah orang-orang sesat kaum terdahulu? Alloh subhanahu berkata:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ [التوبة/34] .
“Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Alloh. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Alloh, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih”. (At-Taubah: 34).
Demikian keberadaan orang-orang yang menjadikan madrasah sebagai sarana bisnis (kebutuhan hidup), ini jelas sangat menyelisihi manhaj dan da’wah para nabi dan rasul, para nabi dan rasul tidak meminta upah sedikitpun kepada manusia dari da’wah mereka, sebagaimana Alloh terangkan dalam Al-Qur’an surat Asy-Syu’ara’ yang berulang penyebutannya sebanyak empat kali:
﴿وَمَا أَسْأَلُكُمْ عَلَيْهِ مِنْ أَجْرٍ إِنْ أَجْرِيَ إِلَّا عَلَى رَبِّ الْعَالَمِينَ﴾ [الشعراء/109]
“Dan aku sekali-kali tidak minta upah kepada kalian atas ajakan-ajakan itu; Upahku tidak lain hanyalah dari” Robb”(Pencipta, Pengatur, Pemilik) semesta alam”. (Asy-Syu’araa’: 109, 127, 145, 163, dan 180).
2. Diajarkannya berbagai bidang studi (pelajaran) yang bertentangan dengan Islam, seperti pelajaran bagaimana berdusta.(karena dalam jadwal ada pelajaran PPKN, akan tetapi pada kenyataannya tidak ada hanya sekedar mengelabuhi penilik), sekolah di dalamnya ada penggembosan masalah tawakkal, belajar dengan tujuan dunia, pelajaran akhlak yang campur baur antara Islam dan kemoderenan dll.
3. Pembatasan umur.
4. Masuk dengan menyerahkan foto [telah lewat pembahasannya].
5. Mempelajari bahasa inggris yang tidak diperlukan dan bukan sampai tingkat darurat.
Belajar bahasa Inggris bagi seorang muslim hukumnya diperselisihkan oleh para ulama’, namun yang sepantasnya bagi seseorang muslim untuk lebih memvokuskan kepada perkara yang lebih baik baginya yaitu mempelajari bahasa Arob yang merupakan bahasa pedoman hidupnya (Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-Shohihah). Dan termasuk salah satu kesalahan dalam membimbing anak-anak memuai dengan pendidikan yang kurang penting, karena pendidikan Islam sebagaimana yang dikatakan oleh Asy-Syaikh An-Nashih Al-Amin: “Memulai dari yang terpenting kemudian yang penting kemudian seterusnya dan yang seterusnya”.
Dan yang paling baik dan terpenting bagi seorang muslim untuk membimbing anak-anak mereka dengan pendidikan Islam baik ilmu yang diajarkan kepada mereka ilmu pokok ataupun ilmu penunjang dan ini suatu kebaikan baginya, diriwayatkan oleh Al-Imam At-Tirmidziy dalam “Sunannya” (no. 2857) dari Ibnu ‘Abbas dan dalam “Shohihain” dari hadits Mu’awiyah, beliau berkata: Aku mendengar Rasulullah sallAllohu ‘alaihi wa sallam berkata:
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ
“Barang siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Alloh maka difahamkan tentang agamanya”.
Dan merupakan kesalahan bila anak-anak kaum muslimin yang baru mulai belajar baca Al-Qur’an dan baru belajar berbahasa Arob di sekolahnya (SDIP) kemudian disisipkan pelajaran bahasa Inggris sebagai pelajaran penunjang atau sampingan, hal ini sebagaimana terdapat di SD yang dikelola oleh ipar Dzulqarnain bin Muhammad Sanusi Al-Makassariy yang bernama Luqman Jamal, Lc. Di Kabupaten Goa Sulawesi Selatan, berkata kepada kami Qomarudin pada bulan Romadhan 1428 H bahwa dia salah seorang mahasiswa UNEM dan sekaligus sebagai pengajar di SD Goa dengan kepala sekolah Luqman Jamal, Lc. Kami bertanya kepadanya: Apa yang kamu ajarkan? Dia berkata: Bahasa Indonesia dan bahasan Inggris.
Begitu pula kami ketika di Cikarang berjumpa dengan salah seorang yang pekerjaan kesehariannya mengajar orang-orang yang kursus bahasa Inggris, dan dia ikut ta’lim dia memperkenalkan dirinya bahwa dia pernah ikut jihad ke Ambon dan salah satu pengajar bahasa Inggris di SDIP Al-Manshuroh Ambon yang diasuh oleh Abdussalam-Iqbal dan kawan-kawannya.
Termasuk keajaiban yang berhias keterpurukan kalau ada anak yang dianggap salafiy [yang dia bukan orang Inggris dan tidak tinggal di negri yang berbahasa Inggris] pandai Inggris dan tolol bahasa Arob dan ilmu syar’iy.
6. Pembatasan waktu belajar.
7. Adanya uang pendaftaran, uang muka, uang perbulan (SPP) dan uang sarana prasarana lainnya .
8. Adanya apel masuk sekolah. Rasulullah sallalahu ‘alaih wa sallam tidak pernah melakukan perbuatan seperti ini, kecuali beliau sallalahu ‘alaih wa sallam mengatur shaf pada sholat jama’ah atau mengatur shaf (barisan) ketika jihad.
9. Adanya orientasi pengenalan siswa/mahasiswa atau lebih dikenal PPS atau Ospek.
Dan ketika Ospek inilah tempat yang biasa para aktivis mahasiswa yang mereka katakan SKI (Seksi Kerohanian Islam) mengambil andil untuk memperkenalkan kepada MaBa (Mahasiswa Baru) tentang Islam yang sebatas mereka anut, terkadang mereka katakan kepada MaBa: Kalian sekarang sudah menjadi calon MaBa dan kalian telah masuk di kampus ini dalam rangka menuntut ilmu maka ikhlaskan niat kalian, karena menuntut ilmu itu setinggi-tingginya ibadah! Begitu pula para guru-guru atau dosen-dosen muslim ketika berjumpa dengan MaBa atau ketika mereka memberi pidato kepada MaBa sering terdengar ucapan semisal itu, dan terkadang membawakan hadits dhoif bahkan palsu:
اطلبوا العلم ولو بالصين
“Tuntutlah ilmu walau di negri Cina,”.
Maka kami katakan: Sangat benar menuntut ilmu itu adalah setinggi-tingginya ibadah, bahkan ahli ilmu mengatakan setinggi-tingginya jihad di zaman sekarang ini adalah menuntut ilmu. Dan adalah termasuk perkataan yang benar bahwa menuntut ilmu itu adalah termasuk ibadah, maka oleh karena itu perlu diketahui tentang kaidah fiqhiyyah sebagaimana yang disebutkan dalam “Syarhu Mandzumatil Qawa’idil Faiqhiyyah” (hal. 157):
الأصل في العبادات الحظر
“Asal ibadah-ibadah adalah terlarang”.
Dan ahli ushul telah menegaskan bahwa asal ibadah itu terlarang kecuali ada padanya ketetapan bahwa ibadah yang disyari’atkan, dan syarat ibadah itu ada dua; ikhlas dan mutaba’ah, dan tidak ada mutaba’ah kecuali datang dengannya petunjuk dari Al-Qur’an dan As-Sunnah. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata: Ibadah landasannya dibangun di atas syari’at dan ittiba’ bukan di atas hawa nafsu dan bid’ah.
Bila mereka para guru, dosen, kiyai, dan para ustadz mengatakan sekolah itu didirikan untuk ibadah yaitu tempat menuntut ilmu maka ini perlu ditinjau lagi, karena kemungkaran, kejelekan dan penyimpangan ada pada sekolah-sekolah tersebut, yang tentu tidaklah Alloh Ta’ala ridhai sementara yang dikatakan ibadah itu bila Alloh ridhai, berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah sebagaimana dalam “Al-’Ubudiyyah” (juz 1, hal. 3):
العبادة اسم جامع لكل ما يحبه الله ويرضاه من الأقوال والأعمال الباطنة والظاهرة
“Ibadah adalah nama yang mencakup apa saja yang Alloh cintai dan ridhai baik berupa perkataan dan perbuatan yang tampak atau yang tersembunyi”.
10. Terkadang kepala sekolah atau rektor universitas adalah dari kaum wanita.
Pernah kami ke Wonosari dan mendapati sebuah Madrasah Tsanawiyyah milik hizbiyyin yang semua muridnya laki-laki, namun ada seorang wanita yang dijadikan guru. Dan juga kami dapati sebuah Madrasah Ibtida’iyyah Muhammadiyyah di Surabaya dengan kepala sekolah seorang wanita, maka berikut ini kami sampaikan perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah sebagaimana dalam “Iqtidha’ Ash-Shiratil Mustaqiim” (hal. 189-199): Hendaklah bagi orang-orang yang berakal khawatir dari mentaati wanita pada perkara seperti itu, dalam “Ash-Shahihain” dari Usamah bin Zaid, beliau berkata: Rasulullah shallAllohu ‘alaihi wa sallam berkata:
ما تركت بعدي فتنة أضر على الرجال من النساء.
“Tidak aku tinggalkan pada umatku setelahku yang lebih berbahaya atas seorang laki-laki dari pada fitnah wanita”. Dan paling banyak dari apa yang merusak kerajaan atau negara karena menta’ati wanita, dan di dalam “Shohih Al-Bukhariy” dari Abu Bakrah Radhiayallohu ‘Anhu, beliau berkata: Rasulullah Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
لن يفلح قوم ولوا أمرهم امرأة
“Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada wanita”. Dan diriwayatkan pula:
«هلكت الرجال حين أطاعت النساء»
“Kebinasaan bagi laki-laki ketika dia menta’ati para wanita”.
Belum lagi di sekolah terkadang ketua OSIS dari kaum wanita atau di kampus-kampus terkadang UKM dari wanita, dan lebih mengherankan lagi kalau ada organisasi yang dikatakan sebagai organisasi Islam ternyata dipimpin oleh wanita, maka silahkan menantikan saat-saat kehancurannya!.
11. Memakai celana bantalon yang tampak apa yang tampak dari anggota tubuh seseorang yang memakainya, ini berawal dari kaum kafir yang kemudian ditiru oleh kaum muslimin, Asy-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah telah menfatwakan tentang tidak sepantasnya celana atau pakaian semisal ini dipakai oleh setiap muslim,
12. Terjadi sistem penerapan demokrasi berupa pemilu yaitu adanya pemilihan ketua OSIS pada sekolah-sekolah atau bahkan pada SKI untuk mengangkat ketua menerapkan sistem pemilu Dan telah jelas cara seperti ini adalah kebatilan, tidaklah ada yang membolehkannya pemilu melainkan orang menyimpang semisal Ubaid Al-Jabiriy dan tokoh-tokoh ikhwanul muslimin.
13. Adanya upacara dan hormat bendera, karena mengikuti peraturan (undang-undang) pendidikan nasional.
14. Memakai topi berlidah yaitu topi yang sisi depannya memanjang ke depan yang orang-orang kafir maksudkan untuk melindungi mata atau wajah dari terik matahari, Asy-Syaikh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin ketika memberi bimbingan dan nasehat kepada anak-anaka pramuka maka beliau ditanya tentang topi seperti itu, beliau menfatwakan bahwa itu penyerupaan terhadap orang kafir,
15. Adanya sanksi (hukuman) bagi yang melanggar peraturan, walaupun peraturan tersebut menyelisihi (bertentangan) dengan hukum Islam.
16. Adanya pelajaran kesenian atau bernyanyi ketika upacara bendera.
Asy-Syaikhah Ummu Abdillah bintu Al-Imam Al-Wadi’iy telah menjelaskan tentang wanita yang mendengar nyanyian dan musik serta yang menggunakan alat-alatnya bahwa itu merupakan keharoman [lihat dalam kitabnya "Nashihatiy Linnisa'" (hal. 273-274). Dan disebutkan pula bahwa nyanyian dan musik merupakan salah satu penyebab hati seseorang sakit. Adapun tantang haromnya nyanyian dan musik Alloh sebutkan dalam Al-Qur'an:
+ وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَشْتَرِي لَهْوَ الْحَدِيثِ لِيُضِلَّ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ وَيَتَّخِذَهَا هُزُوًا أُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ_ [لقمان/6]
“Dan di antara manusia (ada) orang yang mempergunakan Perkataan yang tidak berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Alloh tanpa pengetahuan dan menjadikan jalan Alloh itu olok-olokan. mereka itu akan memperoleh azab yang menghinakan”. (Luqman: 6).
Sebagian ulama’ telah menafsirkan al-lahwu adalah nyanyian. Dalam ayat tersebut disebutkan nyanyian secara umum, lalu bagaimana kalau nyanyian tersebut mengandung unsur kesyirikan, bid’ah dan maksiat serta ucapan-ucapan kotor seperti yang diucapkan oleh sang PENGACARA hizbiyyah yang bernama Maimunah alias Nikmatus Tsaniyah dalam tulisan populernya, yang judul tulisannya diserap dari bahasa para penyanyi dan bintang film (sinetron) begitu pula isinya, yang judul tulisannya “Si Roman Picisan Mayat-mayat Cinta” maka tentu lebih jelas keharomannya.
17. Mengibarkan bendera di depan sekolah atau di depan kantor sekolah, padahal Rasulullah sallalahu ‘alaih wa sallam tidak pernah melakukan itu melainkan ketika perang saja dan beliau menyuruh panglima perang yang dia tunjuk untuk membawa bendera.
18. Memakai seragam dengan lengkap atribut dan papan nama dan memakai celana pentalon.
Syari’at menganjurkan untuk memakai pakaian yang sopan yang mencocoki syari’at, namun herannya kemudian Dzulqarnain dan kawan-kawannya tampil mempromosikan sekolah yang berpakaian seragam, pentalon dan berembel-embel, pernah bercerita kepada kami Amin Al-Banyuwangiy bahwa yayasan Al-Madinah Solo milik Jauhari,Lc. Dan kawan-kawannya yang berkawan pula dengan Dzulqarnain sekolahnya sangat parah, berseragam dan sekarang sudah ada SMP-nya, maka apakah pantas kalau kemudian mereka katakan itu boleh karena ada ulama’ lulusan sekolah? Padahal Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah telah berkata sebagaimana dalam “Iqtidha’ Ash-Shiratil Mustaqim” (Juz 2, hal. 95):
لا يجوز لأحد أن يغير شيئًا من الشريعة لأجل أحد
“Tidak boleh bagi seseorang merubah sesuatu dari syari’at karena seseorang”.
19. Tabarruj [berhias seperti berhiasnya kaum jahiliyyah dahulu]. Ada sebuah pertanyaan yang dijawab oleh Asy-Syaikhah Ummum Abdillah bin Al-Imam Al-Wadi’iy sebagaimana dalam kitabnya “Nashihatiy Linnisa’” (hal. 270): Apakah boleh bagi wanita keluar (rumah) bertabarruj? Ia menjawab: Tidak boleh, karena tabarruj termasuk dari pintu-pintu kerusakan dan sungguh Alloh telah perintahkan para wanita untuk berhijab dan memakai pemisah (penutup) dari laki-laki yang bukan mahromnya, Alloh Ta’ala berkata:
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا [الأحزاب/59]
“Hai Nabi, Katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. dan Alloh adalah”Ghofur”(Maha Pengampun) lagi”Rohiim” (Maha Penyayang)”. (Al-Ahzab: 59). Dan Alloh berkata:

+وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى وَأَقِمْنَ الصَّلَاةَ وَآَتِينَ الزَّكَاةَ وَأَطِعْنَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ إِنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُمُ الرِّجْسَ أَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُمْ تَطْهِيرًا_ [الأحزاب/33]
“Dan hendaklah kamu tetap di rumah kalian dan janganlah kalian berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan taatilah Alloh dan Rasul-Nya. Sesungguhnya Alloh bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai ahlul bait dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya”. (Al-Ahzab: 33).

20. Ikhtilath.
Berkata Asy-Syaikh An-Nashih Al-Amin [pada malam Rabu antara Maghrib dan Isya' tanggal 12 Syawal 1430 H]: Belajar di sekolah ikhtilath baik itu di negri Arob atau di negri selain Arob hukumnya tetap harom”.
Kami katakan bahwasanya sekolah iktilath bukan hanya terdapat di selain negri Arob, tapi bahkan di Jazirah Arobiyah terdapat sekolah ikhtilath, berkata kepada kami seorang anak yang bernama Abdurrohman Ash-Shon’aniy bahwa dia baru lulus SD di Shon’a-Yaman dan dia datang ke Dammaj bersama orang tua dan adik-adiknya untuk belajar ilmu syar’i, dan dia menceritakan bahwa SD yang pernah dia sekolah di dalamnya terdapat ikhtilath.
21. Melahirkan pergaulan bebas yang tidak jarang kita dapatkan banyak anak-anak SD kelas empat sampai kelas enam sudah ada yang melakukan penyimpangan (pergaulan bebas) yang lebih kentara lagi anak-anak SMP dan SMA serta Perguruan Tinggi, demikian fenomena yang ada, namun sangat disayangkan ketika ada warga yang ingin menjaga kehormatan anggota keluarganya dengan cara menikahkan anak perempuannya yang sudah berumur 13 tahun ke atas (yang telah masuk baligh (sudah haid) dipersoalkan dan laki-laki yang menikahinya dihukum penjara karena alasan menikahi anak-anak.
Dan perkara ini telah terjadi di Maluku, seorang laki-laki ahlussunnah dipenjara karena alasannya menikahi anak-anak, yang membuat para hizbiyyin yang bernaung di bawah kolong yayasan Abu Bakar Ash-Shiddiq Ambon bergembira dengan masuknya seorang ahlussunnah ke dalam penjara , sebagaimana ucapan mereka: Nama ahlussunnah sudah bagus di mata penguasa kemudian datang seorang ahlussunnah membuatnya jelek.
Maka kami katakan: Nama ahlussunnah dari zaman terbaik dari umat ini selalu bagus dan di atas kebaikan dan harum, hanyalah para hizbiyyun yang mengotori dan merusaknya, siapa yang tidak kenal LJ (Laskar Jahat) yang mereka menamai diri mereka Laskar Jihad Ahlussunnah wal Jama’ah? Kejahatan, kebiadaban, dan dosa mereka terhadap kaum muslimin dan penguasanya. Dan diantara kegembiraan mereka terhadap terpenjaranya seorang ahlussunnah karena menikahi wanita ahlussunnah berumur 13 tahun yaitu jaringan laskar siluman pengikut Luqman bin Muhammad Ba’abduh menyebutkan di internet bahwa “Telah masuk penjara seorang Turobiy yang belum sempat berbulan madu sudah dikurung dipenjara, tinggal menanti kalau Turobiyyin pulang dari Dammaj bakalan satu persatu akan masuk penjara”.
Maka kami katakan: Itu menunjukan betapa bodohnya mereka tentang Al-Qur’an begitu pula tokohnya tentang Al-Qur’an, tidakkah mereka melewati perkataan Nabi Yusuf yang Alloh kisahkan dalam Al-Qur’an:
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُنْ مِنَ الْجَاهِلِينَ [يوسف/33]
“Yusuf berkata: “Wahai Robbku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. dan jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku Termasuk orang-orang yang bodoh”. (Yusuf: 33).
Penjara karena di atas al-haq lebih disukai ahlul haq dari pada berkeliaran penuh dengan dosa hizbiyyah! Nabi Yusuf, Al-Imam Ahmad, Syaikhul Islam dan sebagian salafush Sholih dipenjara karena mempertahankan al-haq.
Catatan penting:
Menikahi seorang wanita yang berumur 13 tahu ke atas bukan suatu aib dan kesalahan dan bukan pula dosa serta tidak menyelisihi tatakrama Islam, dan barang siapa yang tidak setuju dengan ini maka dia telah membenci Rasulullah sallAllohu ‘alaihi wa sallam yang menikahi Aisyah umur enam tahun dan dukhul (menggaulinya) pada umur 9 (Sembilan) tahun.
22. Tenaga pengajar ilmu-ilmu umum terkadang bodoh (tidak faham) tentang masalah agamanya.
23. Mengajarkan ilmu yang sangat bertolak belakang dengan ilmu syar’i, semisal: undang-undang thoghut, filsafat, demokrasi dan teori-teori kaum kafir seperti teori siluman kera [Charles Darwin] bahwa manusia berasal dari kera.
24. Dan masih banyak lagi penyimpangan-penyimpangan tentang sekolah, maka apakah Dzulqarnain dan orang yang tertipu dengannya telah buta sehingga tidak lagi melihat penyimpangan-penyimpangan seperti itu?! Alloh ta’ala berkata:
وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا [الإسراء/72].
“Dan Barangsiapa yang buta (hatinya) di dunia ini, niscaya di akhirat (nanti) ia akan lebih buta (pula) dan lebih tersesat dari jalan (yang benar)”. (Al-Isra; 72). Alloh Subhanahu berkata:
﴿أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آَذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ﴾ [الحج/46]
“Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada”. (Al-Hajj: 46).
Komentar dan Kerancuan Keempat.
Mereka mengatakan: kalau kita tidak mendirikan sekolah khusus salafi, akan dikemanakan anak-anak salafi disekolahkan? begitu pula dengan terbukanya sekolah salafi banyak diantara orang tua awam yang memasukkan putra-putrinya di sekolah salafi yang merupakan salah satu bentuk da’wah kepada mereka! Bukankah lebih baik memasukkan mereka ke sekolah salafi walaupun banyak kekurangannya daripada kesekolah umum?
Tanggapan : Untuk masalah pertama, maka sudah kita jawab dengan ringkas, bahwa kalau memang kita mengikuti manhaj salaf tentunya tidak perlu kita bingung-bingung memikirkan solusinya, bawa anak-anak antum ke masjid, suruh mereka belajar, menghafal, memahami dan dengan terus dibimbing agar mencari ilmunya karena Alloh semata dan diberi semangat dan dicontohi dalam mengamalkan ilmu yang telah dipelajarinya, dan Insya Alloh kalau ini dilakukan dengan rotin dan sungguh-sungguh dengan banyak memohon bimbingan Alloh dan kekuatan dari-Nya niscaya akan menbuahkan hasil yang menggembirakan.
Adapun tanggapan syubhat kedua: bagaimana kita mengajak mereka dengan cara yang banyak kesalahannya, sementara ada jalan benar yang belum kita tempuh, bukankan lebih baik mengajari mereka dengan cara yang benar walaupun hanya sedikit yang mengikutinya, karena Alloh tidak melihat banyak dan sedikitnya yang menerima ajakan kita akan tetapi Alloh melihat benar dan salahnya perbuatan itu, kalau benar Alloh terima dan kalau salah ditolak.
Dan bukankah suatu kerugian yang fatal, jika kita sudah capek-capek bekerja dan banyak berkorban lantas hasilnya tertolak mentah-mentah.
Seharusnya kalianlah wahai para salafi terutama para ustadz memberi contoh dan suri tauladan yang baik serta menampakkan kemantapannya dalam memegang sunnah dan tidak plin-plan serta menolah-noleh ke kanan dan ke kiri hanya untuk mendapatkan pengikut atau murid walaupun harus melampau kemaksiatan bahkan merekalah orang yang pertama meninggalkan kemaksiatan ,bukan yang menjadi pencari celah untuk bisa menghindarnya.
Umat sangat membutuhkan contoh dan bimbingan kita yang telah dikaruniai Alloh sedikit ilmu, bukan kita yang dibimbing oleh mereka, dan sungguh mereka sangat rindu untuk di bimbing dengan ilmu yang benar, karena telah terlalu banyak orang yang telah menyesatkan mereka.
Dan Alloh menyuruh kita untuk menyampaikan syari’at bukan untuk membela adat, dan umat siap untuk dituntun dan diajak kepada perkara utama, walaupun harus menanggung resiko, karena mereka berjalan sesuai dengan yang mengantarnya, adapun kalau seorang da’i selalu memenuhi kemauan khalayak yang notebennya diluar syari’at maka apa faedahnya kita menjadi da’i salafi, da’i kepada sunnah.
Kalau kita mendatangkan kepada mereka perkara yang mereka sendiri lebih lihai dan mapan –seperti sekolah– maka tidak ada gunanya kita menamakan diri penegak kebenaran, karena apa yang kita bawa sama dengan apa yang sudah ada pada mereka, berarti kita dan mereka sama-sama benarnya, padahal kita sepakat bahwa yang ada peda mereka lebih banyak salahnya daripada benarnya. [Abu Turob].
Komentar dan Kerancuan Kelima:
Kamu (Abul ‘Abbas) pilih-pilih dalam mentahdzir dan menjarh, orang-orang yang mendirikan sekolah dan membelanya langsung dijarh, sementara Abu Hazim balik dari Yaman langsung duduk enak dan santai di yayasan yang didirikan oleh Abu Arqom sampai berlarut-larut hingga tahun 2007 Masehi terus menikmatinya sampai puas dan puas tanpa dijarh dan ditahdzir apa itu keadilan atau pilih kasih? Jawab kau?
Tanggapan:
Perlu diketahui dan digaris atasi bahwa kami ketika di Indonesia belum tahu hukum yang berkaitan dengan yayasan serta kami menganggap minta-minta dengan alasan ta’awun dalam da’wah adalah boleh, dan kami ke Dammaj tahun 1429 Hijriyah dan sampai di Dammaj baru kami tahu permasalahan itu. Dan kalaulah setelah kami tahu ternyata Abu Hazim dan Abu Arqom masih asyik dengan jami’yat dan membelanya mati-matian sebagaimana Dzulqarnain membela warisan penjajah maka tentu kami akan berbicara tentang mereka sebagaimana kami berbicara tentang laskar siluman yang membela jam’iyat dan TN serta kami akan berlepas diri dari mereka setelah hujjah tegak kepada mereka. Dan prinsip kami tetap bersama al-haq, siapapun yang membela kebatilan baik terang-terangan ataupun sembunyi-sembunyi ketika mereka congkak dan keras kepala maka kami berlepas diri dari mereka, siapapun mereka dan bagaimanapun kedudukan mereka.
+قُلْ هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي وَسُبْحَانَ اللَّهِ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ_ [يوسف/108]
“Katakanlah: “Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Alloh dengan hujjah yang nyata, Maha suci Alloh, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik”. (Yusuf: 108).
+قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ إِذْ قَالُوا لِقَوْمِهِمْ إِنَّا بُرَآَءُ مِنْكُمْ وَمِمَّا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ كَفَرْنَا بِكُمْ وَبَدَا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمُ الْعَدَاوَةُ وَالْبَغْضَاءُ أَبَدًا حَتَّى تُؤْمِنُوا بِاللَّهِ وَحْدَهُ إِلَّا قَوْلَ إِبْرَاهِيمَ لِأَبِيهِ لَأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ وَمَا أَمْلِكُ لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ رَبَّنَا عَلَيْكَ تَوَكَّلْنَا وَإِلَيْكَ أَنَبْنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ_ [الممتحنة/4]
“Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia; ketika mereka berkata kepada kaum mereka: “Sesungguhnya Kami berlepas diri daripada kamu dari daripada apa yang kalian sembah selain Alloh, Kami ingkari (kekafiran)kalian dan telah nyata antara Kami dan kalian permusuhan dan kebencian selama-lamanya sampai kalian beriman kepada Alloh saja. kecuali Perkataan Ibrahim kepada bapaknya: “Sesungguhnya aku akan memohonkan ampunan bagi kamu dan aku tiada dapat menolak sesuatupun dari kamu (siksaan) Alloh”. (Ibrahim berkata): “Ya Robb Kami hanya kepada Engkaulah Kami bertawakkal dan hanya kepada Engkaulah Kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah Kami kembali.” (Al-Mumtahanah: 4).

BAB VII
PENUTUP
7.1 Kesimpulan dan Saran
Sebelum tulisan ini kami tutup maka terlebih dahulu kami simpulkan pada bahasan dalam tulisan ini, sekaligus dengan beberapa saran:
1. Dengan melihat semua sekolah atau universitas baik yang atas nama umum (negri) atau atas nama Islam (swasta) ketika seseorang akan melakukan daftar masuk diharuskan menyerahkan foto maka merupakan suatu keharusan untuk tidak masuk pada sekolah atau universitas tersebut, dan ini adalah pendapat Al-Imam Al-Wadi’iy dan kholifahnya (yaitu Asy-Syaikh An-Nashih Al-Amin).
2. Tidaklah kami mendengar dan menyaksikan ada sekolah atau universitas melainkan terdapat unsur-unsur penyelisihan syari’at. Maka hendaklah ketika seseorang sudah mengetahui untuk tidak masuk ke sekolah atau universitas sebagaimana telah disebutkan.
3. Kebanyakan lulusan sekolah/universitas adalah mereka jauh dari manhaj salafush sholih kecuali beberapa orang saja dari mereka -yang Alloh rahmati-, maka hendaklah seseorang tidak coba-coba karena takut terjerumus ke dalam faham dan manhaj selain manhaj salafush sholih.
4. Tenaga pengajar sekolah atau universitas campur dari berbagai latar belakang dan kelompok. Maka sepantasnya bagi seseorang untuk tidak bermudah-mudan mengambil ilmu dari selain ahlussunnah. Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam “Muqaddimah Shohihnya” berkata: Ibnu Sirin rahimahullah:
﴿إِنَّ هَذَا الْعِلْمَ دِينٌ فَانْظُرُوا عَمَّنْ تَأْخُذُونَ دِينَكُمْ﴾.
“Sesungguhnya ilmu itu adalah agama maka lihatlah oleh kalian dari siapa kalian mengambil agama kalian”.
Ringkas kata; demikian tulisan ringkas ini kami tulis semoga termasuk sebagai salah satu pengetuk hati orang-orang yang menda’wahkan, mempromosikan serta membela madrasah untuk sadar mengingat perkataan Alloh ta’ala:
﴿لِيَحْمِلُوا أَوْزَارَهُمْ كَامِلَةً يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَمِنْ أَوْزَارِ الَّذِينَ يُضِلُّونَهُمْ بِغَيْرِ عِلْمٍ أَلَا سَاءَ مَا يَزِرُونَ﴾ [النحل/25].
“Supaya mereka memikul dosa-dosa mereka dengan sempurna pada hari kiamat, dan dari dosa-dosa orang yang mereka sesatkan tanpa ilmu. Ketahuilah, Amat buruklah dosa yang mereka perbuat itu.” [QS.An-Nahl: 25].
Diriwayatkan oleh Al-Imam oleh Al-Imam Muslim nomor: ( 1017 ), dari hadits Jarir Radhiyallohu ‘Anhu, dari Nabi Shallallohu ‘Alaihi wa Sallam, beliau berkata:
من سن في الإسلام سنة حسنة كان له اجرها وأجر من عمل بها من بعده من غير ان ينتقص من أجورهم شيء ومن سن في الإسلام سنة سيئة كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعده من غير ان ينتقص من أوزارهم شيء.
“Barang siapa membuat sunnah hasanah (tuntunan yang baik) dalam Islam maka baginya ganjaran (pahala)nya dan ganjaran orang-orang yang mengamalkannya dan tanpa mengurangi sedikitpun dari ganjaran (pahala) mereka. Dan barangsiapa yang menghidupkan tuntunan yang jelek dalam Islam maka dia menanggung dosanya dan dosa orang-orang yang mengamalkan setelahnya dan tanpa mengurangi sedikitpun dari dosa-dosa mereka”.
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلاّ أنت أستغفرك وأتوب إليك

DAFTAR RUJUKAN
1. Al-Qur’anul Kariim
2. Syarhu Mandzumatil Qawa’idil Fiqhiyyah/Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’diy/Penerbit Darul Qasim/Cetakan I/Tahun 1425 H.
3. Al-Iktilath Ashlusy Syarr/Asy-Syaikh Muhammad bin Abdullah Al-Imam/Penerbit Darul Atsar/Cetakan I/Tahun 1430 H-2009 M.
4. Nashihatiy Linnisa’/Asy-Syaikhah Ummu Abdillah bintu Al-Imam Al-Wadi’iy/ Penerbit Darul Atsar/Cetakan I/Tahun 1426 H-2005 M.
5. Tahdzirud Daaris min Mukhalifatil Madaris/Abdullah Al-Jahdariy/tanpa penerbit.
6. Iqtidha’ Ash-Shiratil Mustaqiim/Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah/Pnerbit Darul Kitab Al-Arobiy/Tahun 1425 H-2005 M.
7. An-Nihayah fii Ghoribil Hadits wal Atsar/Al-Imam Ibnu Atsiir/Penerbit Daar Ibnu Jauziy/Cetakan ke III/Tahun 1425 H.
8. Shohih Al-Bukhariy/Al-Imam Muhammad bin Isma’il Al-Bukhariy/Penerbit Darul Kitab Al-’Arabiy/Tahun 1428 H.
9. Ash-Shahih Al-Musnad/Al-Imam Muqbil bin Hadi AlWadi’iy/Penerbit Darul Atsar/Cetakan ke III/Tahun 1426 H-2005 M.
10. Al-Maktabah Asy-Syamilah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar