Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

PENJELASAN TENTANG MENGENAL KEADAAN-KEADAAN PEMBUAT BID’AH DAN PARA PENYELIHI SUNNAH


البينة

في معرفة أحوال المبتدع ومخالف السنة

“لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَى مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَة”

PENJELASAN TENTANG MENGENAL KEADAAN-KEADAAN PEMBUAT BID’AH DAN PARA PENYELIHI SUNNAH

“Supaya Binasa Orang Yang Binasa Dengan Penjelasan Dan Hidup Orang Yang Hidup Dengan Penjelasan”
كتبها:
أبو العباس خضر بن سليم الملكي الأندونيسي
المشهور بمحمد اللمبوري
Ditulis oleh:
Abu ‘Abbas Khidir bin Salim Al-Mulky Al-Andunisy
Yang Dikenal dengan
Muhammad Al-Limbory

Diterjemahkan oleh:
Abu Sa’id Salim As-Sulawisy

المقدمة
PENDAHULUAN
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
الحَمْدَ لله، نَحْمَدُه، ونستعينُه، ونستغفرُهُ، ونعوذُ به مِن شُرُورِ أنفُسِنَا، وَمِنْ سيئاتِ أعْمَالِنا، مَنْ يَهْدِه الله فَلا مُضِلَّ لَهُ، ومن يُضْلِلْ، فَلا هَادِي لَهُ.
وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ} [آل عمران: 102] .
{يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالأرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًا} [النساء: 1] .
{يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلا سَدِيدًا * يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًا} [الأحزاب: 70، 71].
أما بعد: {إِنَّ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ، وَأَحْسَنَ الْهَدْىِ هَدْىُ مُحَمَّدٍ -صلى الله عليه وسلم-، وَشَرَّ الأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا، وَ{إِنَّ مَا تُوعَدُونَ لَآَتٍ وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ}  [الأنعام/134].
            فإني لما رأيت وسمعت الحزبيين في بلادي إندونيسيا منهم لقمان بن محمد باعبده، وذوالقرنين بن محمد سانوسي، ومحمد السربيني، وخليف الهادي، وأسامة مهري، وقمر سعيدي، ومحمد عفيف الدين، وعسكري وغيرهم –لا بارك الله فيهم- يبتدعون  في الدين علي حسب أهوائهم، ويستميلون كثيرا من الجهال والعوام، ويهدمون بتلبيسهم في أمور الدين، أحببت أن أجمع مختصرا أذكر أحوالهم التي ذكرها الله تعالى ورسوله –صلى الله عليه وسلم- في القرآن والسنة الصحيحة، وسميتها: “البينة في معرفة أحوال المبتدع ومخالف السنة لِيَهْلِكَ مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَى مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَة“.
Sesungguhnya saya tatkala melihat dan mendengar para hizbiyyin di negriku Indonesia diantara mereka adalah Luqman bin Muhammad Ba’abduh, Dzul Qornain bin Muhammad Sanusi, Muhammad As-Sarbiny, Kholiful Hadi, Usamah Faishol Mahri, Qomar Su’aidi, Muhammad Afifuddin, Askary dan yang selain mereka –semoga Alloh tidak memberkahi mereka- yang mereka mengada-adakan (perkara) di dalam agama menurut anggapan mereka, mereka menipu kebanyakan orang bodoh dan yang awam, dan mereka merobohkan dan mereka menyelubungkan pada perkara-perkara agama, aku senang untuk mengumpulkan suatu ringkasan yang aku akan menyebutkan keadaan-keadaan mereka yang telah Alloh (تعالى) dan Rosul-Nya (صلى الله عليه وسلم) sebutkan di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shohih, saya menamainya dengan “PENJELASAN TENTANG MENGENAL KEADAAN PEMBUAT BID’AH DAN PARA PENYELIHI SUNNAH “Supaya Binasa Orang Yang Binasa Dengan Penjelasan Dan Hidup Orang Yang Hidup Dengan Penjelasan”
            أسأل الله أن ينفع به قارئه وأن يعم نفعه بين المسلمين ويجعله خالصا لوجه الكريم ورفعة في جنات النعيم، والحمد لله رب العالمين.
Aku memohon kepada Alloh untuk memberikan manfaat dengannya kepada yang membacanya dan semoga tersebar secara umum manfaatnya ditengah-tengah kaum muslimin dan menjadikannya ikhlash karena wajah-Nya yang Mulia dan terangkat di Jannah yang penuh kenikmatan, segala puji bagi Alloh Robb semesta alam.  
            كتبه أبو العباس خضر بن سليم  الملكي الأندونيسي
في دار الحديث بدماج في يوم الجمعة 16 رمضان 1431 هـ
Ditulis oleh Abul Abbas Khidir bin Salim Al-Mulky Al-Andunisy
Di Darul Hadits Dammaj pada hari Jum’at 16 Romadhon 1431 Hijriyyah.

الأولى: أنهم متفرقون في دينهم.

PERTAMA: BAHWASANYA MEREKA BERPECAH BELAH DI DALAM AGAMA MEREKA

كان الدعاة السلفيون والدعاة الحزبيون في إندونيسيا مجتمعين على الطريقة البدعية، وبعضهم ابتدعوا الجمعية في الدعوة، فلما اختلفوا في عبد الرحمن العدني هل هو حزبي أم لا؟ بيّن العلماء وطلبة العلم ليفصلوا بينهما، ويقيموا الحجة عليهم، فتحزب فريق منهم مع جمعيتهم وبقي الفريق الآخر على الهدى والسنة.
Dahulu da’i-da’i salafiyyun dan da’i-da’i hizbiyyun di Indonesia bersatu di atas metode kebid’ahan, sebagian mereka mengadakan jam’iyyah (yayasan) di dalam dakwah, maka tatkala mereka berselisih tentang Abdurrohman Al-Adny apakah dia hizby ataukah bukan? Maka para ulama dan para penuntut ilmu menjelaskan untuk memisahkan keduanya, dengan menegakan hujjah atas mereka, maka ber-tahazzub (kelompoklah) sekelompok dari mereka bersama jam’iyyah mereka dan yang tersisa dari kelompok yang lain di atas petunjuk dan sunnah.   
وكان محمد عمر السويد وذو الأكمل وأصحابهما إختلفوا في بعض المسائل على حسب أهوائهم، ولكن في فتنة عبد الرحمن العدني اتفقوا أنهم معه، واتفقوا على أن عبد الرحمن العدني ليس بحزبي. وتكلموا أيضا أن دار الحديث بدماج فيها حداديون وهذه سلعة بائرة –والحمد لله هذا الكلام ما هو صحيح بل هذا الكلام كذب مفترى والواقع يشهد على هذا-.
Dan dahulu Muhammad Umar As-Sewwed, Dzul Akmal dan kawan-kawan keduanya, mereka berselisih tentang sebagian permasalahan di atas menurut anggapan mereka, akan tetapi pada fitnah Abdurrohman Al-Adny mereka bersepakat bahwasanya mereka bersamanya, dan mereka bersepakat bahwasanya Abdurrohman Al-Adny bukan hizby. Dan mereka juga berbicara bahwasanya Darul Hadits Dammaj ada padanya Haddadiyyun, ini adalah barang dagangan yang rusak –dan Al-Hamdulillah perkataan mereka ini tidaklah benar, bahkan perkataan ini adalah dusta yang menipu dan realita sebagai saksi atas perkara ini.
وهكذا أحوال المقلدين، وهذا يدل على أنهم جاهلون في الشريعة، وقد ذم الشارع التقليد، قال الله تعالى في سورة إبراهيم (21): وَبَرَزُوا لِلَّهِ جَمِيعًا فَقَالَ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا مِنْ عَذَابِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ قَالُوا لَوْ هَدَانَا اللَّهُ لَهَدَيْنَاكُمْ سَوَاءٌ عَلَيْنَا أَجَزِعْنَا أَمْ صَبَرْنَا مَا لَنَا مِنْ مَحِيصٍ. الآية.
Demikianlah keadaan-keadaan orang-orang yang taklid (mengekor/ikut-ikutan), dan ini menunjukan atas bahwasanya mereka adalah orang-orang bodoh tentang syari’at, dan sungguh Yang Membuat syari’at (Alloh) telah mencela taqlid, Alloh (تعالى) berkata di dalam surat Ibrohim (21): “Dan mereka semuanya akan berkumpul (di padang Mashyar) lalu orang-orang yang lemah berkata: Sesungguhnya kami dahulu adalah pengikut-pengikut bagi kalian maka dapatkah kalian menghindarkan bagi kami dari azab Alloh sedikit saja, mereka berkata: Seandainya Alloh memberi petunjuk kepada kami, niscaya kami dapat memberi petunjuk kepada kalian, sama saja kita mengeluh atau bersabar, sekali-kali kita tidak mempunyai tempat untuk melarikan diri”.
وقال تعالى في سورة سبأ (31): وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لَنْ نُؤْمِنَ بِهَذَا الْقُرْآَنِ وَلَا بِالَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَلَوْ تَرَى إِذِ الظَّالِمُونَ مَوْقُوفُونَ عِنْدَ رَبِّهِمْ يَرْجِعُ بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ الْقَوْلَ يَقُولُ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لَوْلَا أَنْتُمْ لَكُنَّا مُؤْمِنِينَ (31). الآية.
Dan Dia (تعالى) berkata di dalam surat Saba’ (31): “Dan orang-orang yang kafir berkata: Kami tidak beriman dengan Al-Kitab ini dan yang diantaranya, dan kalaulah kamu melihat ketika orang-orang zholim itu dihadapkan kepada Robb mereka, sebagian mereka mengembalikan perkataan kepada sebagian yang lain, orang-orang yang dianggap lemah berkata orang-orang yang menyombongkan diri: Kalaulah bukan sebab kalian maka tentu kami adalah orang-orang yang beriman”.   
وقال تعالى في سورة سبأ (32، 33): قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا لِلَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا أَنَحْنُ صَدَدْنَاكُمْ عَنِ الْهُدَى بَعْدَ إِذْ جَاءَكُمْ بَلْ كُنْتُمْ مُجْرِمِينَ (32) وَقَالَ الَّذِينَ اسْتُضْعِفُوا لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ وَنَجْعَلَ لَهُ أَنْدَادًا وَأَسَرُّوا النَّدَامَةَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ وَجَعَلْنَا الْأَغْلَالَ فِي أَعْنَاقِ الَّذِينَ كَفَرُوا هَلْ يُجْزَوْنَ إِلَّا مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (33). الآية.
Dan Dia (تعالى) berkata di dalam surat Saba’ (32-33): “Orang-orang yang mereka menyombongkan diri berkata: “Kamikah yang telah menghalangi kalian dari petunjuk sesudah petunjuk itu datang kepada kalian? Bahkan kami sendirilah orang-orang yang berbuat dosa. Dan orang-orang yang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: Sesungguhnya makar (tipu daya kalian) di waktu malam dan di waktu siang (yang menghalangi kami), ketika kalian menyeru kami  supaya kami kafir kepada Alloh dan menjadikan bagi-Nya tandingan-tandingan, kedua belah pihak menyatakan penyesalan tatkala mereka melihat azab. Dan Kami pasang belenggu di leher orang-orang yang kafir, mereka tidak dibalas melainkan terhadap apa yang mereka kerjakan”.
وقال تعالى في سورة غافر (47-49): وَإِذْ يَتَحَاجُّونَ فِي النَّارِ فَيَقُولُ الضُّعَفَاءُ لِلَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُنَّا لَكُمْ تَبَعًا فَهَلْ أَنْتُمْ مُغْنُونَ عَنَّا نَصِيبًا مِنَ النَّارِ (47) قَالَ الَّذِينَ اسْتَكْبَرُوا إِنَّا كُلٌّ فِيهَا إِنَّ اللَّهَ قَدْ حَكَمَ بَيْنَ الْعِبَادِ (48) وَقَالَ الَّذِينَ فِي النَّارِ لِخَزَنَةِ جَهَنَّمَ ادْعُوا رَبَّكُمْ يُخَفِّفْ عَنَّا يَوْمًا مِنَ الْعَذَابِ (49). الآية.
Dan Dia (تعالى) berkata di dalam surat Ghofir (47-49): “Dan ketika mereka saling berdebat di dalam neraka maka orang-orang lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: Sesungguhnya kami bagi kalian itu hanyalah pengekor, maka apakah kalian bisa menghindarkan kami dari azab neraka? Orang-orang yang menyombongkan diri berkata: Sesungguhnya setiap kita ada di dalamnya, sesungguhnya Alloh sungguh telah menghakimi diantara hamba-hamba. Dan orang-orang yang ada di dalam neraka berkata kepada penjagan neraka (jahannam): Memintalah kalian kepada Robb kalian supaya diringankan bagi kami dari azab walau hanya sehari”.
واعلم أن أكثر الاختلاف بين الأمة الذي يورث الأهواء؛ تجده من هذا الضرب، وهو: أن يكون كل واحد من المختلفين مصيبا فيما يثبته، أو في بعضه مخطئا في نفي ما عليه الآخر، وقد وصف الله تعالى اختلافا في هذه الأمة بقوله تعالى في سورة المؤمنون (52-54): {وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ (52) فَتَقَطَّعُوا أَمْرَهُمْ بَيْنَهُمْ زُبُرًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ (53). الآية.
Dan ketahuilah bahwasanya kebanyakan perselisihan diantara umat adalah mewariskan hawa nafsu, kamu akan mendapatkannya pada contoh ini, yang dia adalah: Bahwa keadaan setiap salah satu para penyelisih merasa benar terhadap apa yang ditetapkannya, atau pada sebagiannya salah pada peniadaan atas apa yang selainnya, dan sungguh Alloh (تعالى) telah mensifati perselisihan pada umat ini dengan perkataan-Nya (تعالى) di dalam surat Al-Mu’minun (52-54): “Dan sesungguhnya umat kalian ini adalah umat yang satu dan Aku adalah Robb kalian maka bertaqwalah kalian. Kemudian mereka menjadikan perkara (agama) diantara mereka terpecah belah, setiap kelompok merasa bangga terhadap apa yang ada pada mereka”.  
ووصف النبي -صلى الله عليه وسلم- أن هذه الأمة تفترق على ثلاث وسبعين فرقة كما في “سنن الترمذي” قال رحمه الله (2852): حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ حُرَيْثٍ أَبُو عَمَّارٍ حَدَّثَنَا الْفَضْلُ بْنُ مُوسَى عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِى سَلَمَةَ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: «تَفَرَّقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ أَوِ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَالنَّصَارَى مِثْلَ ذَلِكَ وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً». وَفِى الْبَابِ عَنْ سَعْدٍ وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو وَعَوْفِ بْنِ مَالِكٍ. قَالَ أَبُو عِيسَى حَدِيثُ أَبِى هُرَيْرَةَ حَدِيثٌ حَسَنٌ صَحِيحٌ.
الحديث أخرجه الإمام أبو داود  رحمه الله (4598).
وقال الإمام الوادعي رحمه الله في “الصحيح المسند مما ليس في الصحيحين” (ج 2, ص 345 برقم 1317): هذا حديث حسن.
Dan Nabi (صلى الله عليه وسلم) telah mensifati bahwasanya umat ini akan terpecah menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan sebagaimana di dalam “Sunan At-Tirmizy“, beliau (At-Tirmidzy) berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Husain bin Hurois Abu ‘Ammar, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Fadhl bin Musa dari Muhammad bin ‘Amr dari Abu Salamah dari Abu Huroiroh bahwasanya Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata: “Yahudi telah berpecah menjadi 71 (tujuh pulu satu) golongan atau 72 (tujuh puluh dua) golongan dan Nasroni (berpecah) semisal itu dan akan berpecah pada umatku menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan”. Dan di dalam bab (ini) dari Abu Said, Abdulloh bin ‘Amr dan ‘Auf bin Malik. Abu Isa (At-Tirmidzy) berkata: “Hadits Abu Huroiroh adalah hadits hasan shohih”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Dawud –semoga Alloh merahmatinya-(4598).
Dan Al-Imam Al-wadi’y –semoga Alloh merahmatinya- berkata di dalam “Ash-Shohihul Musnad Mimma Laisa Fish Shohihain” (juz. 2 hal. 345 dengan no. 1317).
فبين أن عامة المختلفين هالكون، إلا فرقة واحدة، وهم أهل السنة والجماعة.
Maka telah jelas bahwasanya keumuman para penyelisih adalah mereka binasa, kecuali satu kelompok yang mereka adalah Ahlussunnah wal Jama’ah.
قال الإمام ابن ماجه رحمه الله (4127): حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ عُثْمَانَ بْنِ سَعِيدِ بْنِ كَثِيرِ بْنِ دِينَارٍ الْحِمْصِىُّ حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ يُوسُفَ حَدَّثَنَا صَفْوَانُ بْنُ عَمْرٍو عَنْ رَاشِدِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: «افْتَرَقَتِ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِى الْجَنَّةِ وَسَبْعُونَ فِى النَّارِ وَافْتَرَقَتِ النَّصَارَى عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَإِحْدَى وَسَبْعُونَ فِى النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِى الْجَنَّةِ وَالَّذِى نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَتَفْتَرِقَنَّ أُمَّتِى عَلَى ثَلاَثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً فَوَاحِدَةٌ فِى الْجَنَّةِ وَثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِى النَّارِ». قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ هُمْ قَالَ «الْجَمَاعَةُ».
Al-Imam Ibnu Majah –semoga Alloh merahmatinya- berkata (4127): Telah menceritakan kepada kami ‘Amr bin ‘Utsman bin Sa’id bin Katsir bin Dinar Al-Himshy, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Abbad bin Yusuf, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Shofwan bin ‘Amr dari Rosyid bin Sa’d dari ‘Auf bin Malik, beliau berkata: Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata: “Yahudi berpecah belah menjadi 71 (tujuh puluh satu) golongan, 1 (satu) kelompok di dalam Jannah dan 70 (tujuh puluh) golongan di dalam neraka dan Nasroni berpecah belah menjadi 72 (tujuh puluh dua) golongan 71 (tujuh puluh satu) golongan di dalam neraka dan 1 (satu) golongan di dalam jannah. Demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, sungguh akan berpecah belah umatku menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, 1 (satu) di dalam Jannah dan 72 (tujuh puluh dua) di dalam neraka”.Dikatakan: Wahai Rosululloh siapa mereka? Beliau berkata: “Al-Jama’ah”.
فأمرنا الله عز وجل بالاجتماع، ونهانا عن التفرق، وقال عز وجل في سورة آل عمران (102-103): وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ. الآية.
Alloh (عز وجل) memerintahkan kita untuk bersatu, dan Dia melarang kita dari berpecah belah, dan Dia (عز وجل) berkata di dalam surat Ali Imron (102-103): “Dan berpegang teguhlah kalian kepada tali (agama) Alloh secara keseluruhan dan janganlah kalian berpecah belah, dan ingatlah oleh kalian nikmat Alloh atas kalian ketika kalian dalam keadaan bermusuhan lalu Dia menyatukan hati-hati diantara kalian, maka dengan nikmat-Nya menjadilah kalian dalam keadaan bersaudara, dan dahulu kalian berada di tepi jurang dari neraka lalu Dia menyelamatkan kalian darinya, demikian itulah Alloh menjelaskan bagi kalian ayat-ayat-Nya supaya kalian mendapatkan petunjuk”.
وقال سبحانه سورة الشورى (13): شَرَعَ لَكُمْ مِنَ الدِّينِ مَا وَصَّى بِهِ نُوحًا وَالَّذِي أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ وَمَا وَصَّيْنَا بِهِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَى وَعِيسَى أَنْ أَقِيمُوا الدِّينَ وَلَا تَتَفَرَّقُوا فِيهِ كَبُرَ عَلَى الْمُشْرِكِينَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَيْهِ اللَّهُ يَجْتَبِي إِلَيْهِ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي إِلَيْهِ مَنْ يُنِيبُ. الآية.
Dan Dia (سبحانه) berkata di dalam surat Asy-Syuro’ (13): “Dia telah melapangkan bagi kalian dari agama yang telah diwasiatkan dengannya kepada Nuh dan yang telah Kami wahyukan kepadamu, dan apa-apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrohim, Musa dan Isa supaya mereka menegakan agama dan janganlah kalian berpecah belah di dalamnya, amat berat bagi orang-orang musyrik tentang agama yang kalian serukan kepada mereka, Alloh menarik bagi siapa yang Dia kehendaki dan memberi petunjuk kepadanya bagi orang yang mau kembali (kepada-Nya)”.
وقال تعالى في سورة آل عمران (103): {واعتصموا بحبل الله جميعا ولا تفرقوا}. الآية.
Dan Dia (تعالى) berkata di dalam surat Ali Imron (103): “Dan berpegang teguhlah kalian dengan tali Alloh secara keseluruhan dan janganlah kalian berpecah belah”.
وقال تعالى في سورة الأنعام (159): إِنَّ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا لَسْتَ مِنْهُمْ فِي شَيْءٍ. الآية.
Dan Dia (تعالى) berkata di dalam surat Al-An’am (159): “Sesungguhnya orang-orang yang mereka memecah belah agama mereka dan keberadaan mereka menjadi berkelompok-kelompok maka kamu bukan termasuk dari mereka sedikit pun”.
وقال عز وجل في سورة آل عمران (105): وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ. الآية.
Dan Dia (عز وجل) berkata di dalam surat Ali Imron (105): “Dan janganlah kalian menjadi seperti orang-orang yang mereka berpecah belah dan berselisih setelah datang kepada mereka penjelasan-penjelasan”.
وقال الله تعالى في سورة الروم (31، 32):{وَلَا تَكُونُوا مِنَ الْمُشْرِكِينَ (31) مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ (32)}. الآية.
Dan Dia (تعالى) berkata di dalam surat Ar-Rum (31-32): “Janganlah kalian menjadi seperti orang-orang musyrik, yang mereka berpecah belah tentang agama mereka dan mereka berkelompok-kelompok, setiap kelompok merasa bangga atas apa yang ada pada mereka”.

الثانية: أن منهاجهم مبني على التقليد

YANG KEDUA: BAHWASANYA MENHAJ MEREKA DIBANGUN DI ATAS PENGEKORAN (IKUT-IKUTAN)

            فقد سمعت بأذني كلام ذي القرنين بن محمد سانوسي فلما سمع بعض السلفيين يقولون: أن الدعوة بالمدرسة ما يصلح، لأنها فيها مخالفة الشريعة الظاهرة. ورد ذوالقرنين هذا الكلام بدون دليل ولا برهان، وقال: هؤلاء متشددون، وفي السعودية المدرسة موجودة، وكثير من العلماء كمثل الشيخ مقبل، والشيخ صالح الفوزان، والشيخ ربيع تخرجوا من المدرسة.
Sungguh aku telah mendengarkan dengan kedua telingaku tentang perkataan Dzul Qornain bin Muhammad Sanusy tatkala dia mendengar sebagian Salafiyyin yang mereka mengatakan: “Sesungguhnya dakwah dengan sekolah tidak layak, karena padanya terdapat penyelisihan syari’at yang nampak (jelas). Dan Dzul Qornain membantah perkataan ini dengan tanpa dalil dan tanpa penjelasan, dan dia mengatakan: Mereka itu adalah orang-orang garis keras, dan di Su’udiyyah sekolah itu ada, dan kebanyakan dari ulama seperti Asy-Syaikh Muqbil, Syaikh Sholih Al-Fauzan dan Asy-Syaikh Robi’ mereka keluaran sekolah.
فقد رد هذه الشبهة الإمام الوادعي رحمه الله وخليفته الشيخ الناصح الأمين حفظه الله في بعض دروسهما -والحمد لله-.
Sungguh Al-Imam Al-Wadi’y –semoga Alloh merahmatinya- dan penggantinya Asy-Syaikh An-Nashihul Amin –semoga Alloh menjaganya- telah membantah syubhat (Dzul Qornain) ini pada pelajaran-pelajaran keduanya, -sega puji bagi Alloh-.
وسمعت أيضا كلام بعض المقلدين منهم لقمان باعبده، ومحمد عمر السويد، وأبو عبد الله سالم، وعبد السلام وغيرهم -من المتسولين باسم الدعوة- فلما قرأوا رسائل بعض طلبة العلم أن المسألة مذمومة، فقالوا: جوز الشيخ مقبل رحمه الله الاقتراح (ورقة المسألة).
Dan aku mendengar pula perkataan sebagian para pengekor diantara mereka Luqman Ba’abduh, Muhammad ‘Umar As-Sewwed, Abu Abdillah Salim, Abdus Salam dan selain mereka –dari para tukang minta-minta atas nama dakwah-, tatkala mereka membaca sebagian tulisan-tulisan dari sebagian para penuntut ilmu bahwasanya minta-minta adalah tercela, maka mereka berkata: Asy-Syaikh Muqbil–semoga Alloh merahmatinya- telah membolehkan proposal (selebaran minta-minta).
فنقول: أن كلام المتسولين هذا فيه نظر، لأن الإمام الوادعي رحمه الله عنده المركز العلمي بدون الجمعية ولا التسولات، وعنده أيضا رسالة “ذم المسألة“.
Maka kami katakan: Sesungguhnya perkataan para tukang minta-minta ini perlu dilihat, karena sesungguhnya Al-Imam Al-Wadi’y –semoga Alloh merahmatinya- padanya Markaz Ilmu dengan tanpa jam’iyyah (yayasan) dan tanpa meminta-minta, dan padanya juga tulisan “Tercelanya Meminta-minta“.
فهذه نوع من أنواع التقليد الأعمى، فهو القاعدة الكبرى لجميع حزب الشياطين أولهم وآخرهم كما قال الله تعالى في سورة الزخرف (23): {وَكَذَلِكَ مَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ فِي قَرْيَةٍ مِنْ نَذِيرٍ إِلَّا قَالَ مُتْرَفُوهَا إِنَّا وَجَدْنَا آَبَاءَنَا عَلَى أُمَّةٍ وَإِنَّا عَلَى آَثَارِهِمْ مُقْتَدُون}. الآية.
Ini adalah bagian dari bagian-bagian taqlid buta, dia adalah kaedah yang besar bagi seluruh kelompok syaithon-syaithon dari yang pertama sampai yang terakhir mereka sebagaimana Alloh (تعالى) berkata di dalam surat Az-Zuhruf (23): “Dan demikianlah ketika Kami mengutus sebelummu dalam suatu perkampungan, melainkan orang-orang yang hidup mewah  di kampung itu berkata:  Sesungguhnya kami mendapati nenek moyang kami di atas satu umat (satu agama) dan sesungguhnya kami terhadap jejak-jejak mereka kami mengikuti”.
وقال تعالى في سورة البقرة (170): {وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا أَلْفَيْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ}. الآية. 
Dan Dia (تعالى) berkata di dalam surat Al-Baqoroh (170): “Dan ketika dikatakan kepada mereka: Ikutilah oleh kalian apa-apa yang telah Alloh turunkan! Mereka berkata: Bahkan kami akan mengikuti apa-apa yang nenek moyang kami berada padanya, walaupun nenek moyang mereka tidak berakal dan tidak mendapatkan petunjuk?”.
وقال تعالى في سورة المائدة (104): {وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ}. الآية. 
Dan Dia (تعالى) berkata di dalam surat Al-Maidah (104): “Dan ketika dikatakan kepada mereka: Datanglah kalian kepada apa-apa yang telah Alloh turunkan dan kepada Ar-Rosul! Mereka berkata: Cukuplah bagi kami apa-apa yang kami dapatkan padanya nenek moyang kami, walaupun nenek moyang mereka tidak berilmu sedikitpun dan tidak pula mendapatkan petunjuk”. 
وقال تعالى في سورة لقمان (21): وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَى عَذَابِ السَّعِير. الآية.
Dan Dia (تعالى) berkata di dalam surat Luqman (21): “Dan jika dikatakan kepada mereka: Ikutilah oleh kalian apa-apa yang telah Alloh turunkan! mereka berkata: Bahkan kami akan mengikuti apa-apa yang kami dapatkan padanya nenek moyang kami, walaupun syaithon mengajak mereka kepada azab (neraka) yang menyala-nyala”.

الثالثة: الاستدلال على بطلان الشيء بأنه لم يتبعه إلا الصغار أو الجدد

YANG KETIGA: ALASAN ATAS BATIL SESUATU BAHWASANYA DIA TIDAK DIIKUTI MELAINKAN ORANG-ORANG KECIL DAN ORANG-ORANG BARU

                  قال الله تعالى في سورة البقرة (91): وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آَمِنُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا نُؤْمِنُ بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُونَ بِمَا وَرَاءَهُ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَهُمْ. الآية.
Alloh (تعالى) berkata di dalam surat Al-Baqoroh (91): “Dan jika dikatakan kepada mereka: Berimanlah kalian kepada apa-apa yang telah Alloh turunkan! Mereka berkata: Kami beriman terhadap apa-apa yang diturunkan kepada kami dan kami mengkufuri terhadap apa-apa yang dibelakangnya, dan (dia padahal) kebenaran yang membenarkan terhadapa apa-apa yang bersama mereka”.
                  وقال تعالى في سورة البقرة (89): وَكَانُوا مِنْ قَبْلُ يَسْتَفْتِحُونَ عَلَى الَّذِينَ كَفَرُوا فَلَمَّا جَاءَهُمْ مَا عَرَفُوا كَفَرُوا بِهِ فَلَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْكَافِرِينَ. الآية.
Dan Dia (تعالى) berkata di dalam surat Al-Baqoroh (89): “Dan dahulu mereka menanti-nanti (kedangan seorang Rosul) supaya mendapatkan kemenangan atas orang-orang kafir, maka tatkala dia telah datang kepada mereka terhadap apa-apa yang mereka ketahui mereka kufuri (ingkari) padanya maka laknat Alloh atas orang-orang yang kafir”.
                  قال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله في “اقتضاء الصراط المستقيم لمخالفة أصحاب الجحيم” (ج 1 / ص 87): فوصف اليهود: بأنهم كانوا يعرفون الحق قبل ظهور الناطق به، والداعي إليه. فلما جاءهم الناطق به من غير طائفة يهوونها لم ينقادوا له. وأنهم لا يقبلون الحق إلا من الطائفة التي هم منتسبون إليها، مع أنهم لا يتبعون ما لزمهم في اعتقادهم. اهـ.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah –semoga Alloh merahmatinya- berkata di dalam “Iqtidhoush Shirotil Mustaqimi Limukholafati Ash Habul Jahim” (juz 1/hal. 87):“Dan telah disifati orang-orang Yahudi: Dengan bahwasanya mereka dahulu mengetahui kebenaran sebelum munculnya yang berbicara tentangnya, dan yang menyeru kepadanya. Maka tatkala orang yang berbicara tentang kebenaran kepada mereka, yang dia bukan dari kelompok mereka mereka menghinakannya, mereka tidak menerimanya. Dan bahwasanya mereka tidak menerima kebenaran melainkan dari kelompok mereka yang mereka menisbatkannya kepadanya, bersamaan bahwasanya apa-apa yang mengharuskan untuk mereka meyakininya”. –selesai-.
وذهب بعض الحزبيين منهم محمد بن عبد الله الريمي ومن معه منهم وعبد الجبار الأندونيسي، ولقمان بن محمد باعبده الأندونيسي، ومحمد السربيني الأندونيسي وأصحابهم أن جرح علماء دار الحديث بدماج على عبد الرحمن العدني لا يقبل، لأنهم من العلماء الجدد وأيضا ليسوا من العلماء الكبار.
Dan telah berpendapat sebagian hizbiyyin diantara mereka adalah Muhammad bin Abdillah Ar-Rimy dan yang bersamanya, diantara mereka adalah Abdul Jabbar Al-Andunisy, Luqman bin Muhammad Ba’abduh Al-Andunisy dan Muhammad As-Sarbiny Al-Andunisy dan kawan-kawan mereka bahwasanya kritikan para ulama Darul Hadits Dammaj atas Abdurrohman Al-Adny tidak diterima, karena sesungguhnya mereka termasuk para ulama baru, juga bukan termasuk ulama besar.
                  وهذه ليست من طريقة أهل السنة والجماعة لأن طريقة أهل السنة والجماعة هي الرجوع إلى الحق متى ظهر لهم ويقبلونه ممن جاء به سواء أكان الذي جاء به صغيرا أم كبيرا، قريبا أم بعيدا.
Ini bukan termasuk dari metode Ahlussunnah wal Jama’ah karena sesungguhnya metode Ahlussunnah wal Jama’ah adalah kembali kepada kebenaran kapan muncul bagi mereka (kebenaran tersebut) dan mereka menerimanya dari siapa yang datang dengannya, sama saja yang datang dengannya orang kecil atau orang yang besar, orang dekat ataupun yang jauh.
قال الإمام البخارى رحمه الله (4294): حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ حَدَّثَنَا أَبُو عَوَانَةَ عَنْ أَبِى بِشْرٍ عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ -رضى الله عنهما- قَالَ: كَانَ عُمَرُ يُدْخِلُنِى مَعَ أَشْيَاخِ بَدْرٍ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِمَ تُدْخِلُ هَذَا الْفَتَى مَعَنَا، وَلَنَا أَبْنَاءٌ مِثْلُهُ فَقَالَ إِنَّهُ مِمَّنْ قَدْ عَلِمْتُمْ. قَالَ فَدَعَاهُمْ ذَاتَ يَوْمٍ، وَدَعَانِى مَعَهُمْ قَالَ وَمَا رُئِيتُهُ دَعَانِى يَوْمَئِذٍ إِلاَّ لِيُرِيَهُمْ مِنِّى فَقَالَ مَا تَقُولُونَ (إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ * وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ) حَتَّى خَتَمَ السُّورَةَ، فَقَالَ بَعْضُهُمْ أُمِرْنَا أَنْ نَحْمَدَ اللَّهَ وَنَسْتَغْفِرَهُ، إِذَا نُصِرْنَا وَفُتِحَ عَلَيْنَا. وَقَالَ بَعْضُهُمْ لاَ نَدْرِى. أَوْ لَمْ يَقُلْ بَعْضُهُمْ شَيْئًا. فَقَالَ لِى يَا ابْنَ عَبَّاسٍ أَكَذَاكَ تَقُولُ قُلْتُ لاَ. قَالَ فَمَا تَقُولُ قُلْتُ هُوَ أَجَلُ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – أَعْلَمَهُ اللَّهُ لَهُ (إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ) فَتْحُ مَكَّةَ، فَذَاكَ عَلاَمَةُ أَجَلِكَ (فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا) قَالَ عُمَرُ مَا أَعْلَمُ مِنْهَا إِلاَّ مَا تَعْلَمُ.
Al-Imam Al-Bukhory –semoga Alloh merahmatinya- berkata (4294): Telah menceritakan kepada kami Abun Nu’man, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Awanah dari Abu Bisyr, dari Sa’id bin Jubair dari Ibnu ‘Abbas –semoga Alloh meridhoinya-, beliau berkata:Dahulu Umar memasukan aku bersama para masyayikh yang ikut perang Badr, maka berkata sebagian mereka: Kenapa engkau memasukan anak remaja ini bersama kami, dan kami memiliki anak-anak semisalnya, maka beliau berkata: “Sesungguhnya beliau termasuk dari orang-orang yang sungguh kalian telah mengetahuinya”. Beliau berkata: Maka beliau mengundang mereka pada hari tersebut, dan aku diundang bersama mereka, dan tidaklah aku diperlihatkan dengan mengundangku pada hari tersebut melainkan untuk diperlihatkan kepada mereka tentangku, lalu beliau berkata tentang apa yang akan mereka katakan: “Jika telah datang pertolongan Alloh dan pembebasan (Makkah) dan kamu melihat banyak manusia berbondong-bondong masuk Islam”sampai selesai surat, maka berkata sebagian mereka: Kita diperintah untuk memuji Alloh dan meminta ampun kepada-Nya, jika kita ditolong maka dibukakan (Makkah) untuk kita. Dan berkata sebagian mereka: Kami tidak tahu. Atau sebagian mereka tidak mengatakan sesuatu apapun, maka Umar berkata kepadaku: Wahai Ibnu ‘Abbas! Apakah kamu mengatakan seperti itu? Aku berkata: Tidak! Beliau berkata: Apa yang akan kamu katakan? Aku berkata: Tentu Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) telah Alloh mengajarinya tentangnya: “Jika telah datang pertolongan Alloh dan pembebasan”  yaitu pembebasan kota Makkah, demikian tanda disegerakan bagimu, “Maka bertasbihlah dengan memuji Robbmu dan meminta ampunlah kepada-Nyasesungguhnya Dia adalah (تَوَّاب) Maha Menerima taubat“. Tidaklah aku tahu tentangnya melainkan seperti apa yang kamu ketahui”.
                  قال الإمام الشوكاني -رحمه الله- في “أدب الطلب ومنتهى الأرب” (ص: 142): ومن الآفات المانعة عن الرجوع إلى الحق أن يكون المتكلم بالحق حدث السن بالنسبة إلى من يناظره أو قليل العلم أو الشهرة في الناس، واللآخر بعكس ذلك فإنه قد تحمله حمية الجاهلية والعصبية الشيطانية على التمسك بالباطل أنفة منه عن الرجوع إلى قول من هو أصغر منه سنا أو أقل منه علما أو أخفى شهرة ظنا منه أن في ذلك عليه ما يحط منه وينقص ما هو فيه، وهذا الظن فاسد فإن الحط والنقص إنما هو في التصميم على الباطل، والعلو والشرف فى الرجوع إلى الحق بيد من كان وعلى أي وجه حصل. اهـ.
Al-Imam Asy-Syaukany –semoga Alloh merahmatinya- di dalam “Adabuth Tholab wa Muntahal Arob” (hal. 142): “Dan diantara petaka yang mencegah dari kembali kepada kebenaran yaitu keberadaan orang yang berbicara tentang kebenaran adalah berumur muda, bila dinisbatkan kepada orang yang semisalnya atau sedikit ilmu atau kemasyhuran di tengah manusia, dan yang lain kebalikan yang demikian itu, karena sesungguhnya terkadang terbawa kepada gelora jahiliyyah dan fanatik syaithon atas berpegang kepada kebatilan, lenyap darinya untuk kembali kepada perkataan dari orang yang dia lebih rendah umur darinya atau lebih sedikit ilmunya darinya atau paling rendah ketenaran darinya secara sangkaan, bahwasanya yang demikian itu adalah apa-apa yang merendahkan dan mengurangi apa-apa yang dia berada padanya, dan sangkaan ini adalah rusak, karena sesungguhnya kerendahan dan kekurangan itu hanyalah petaka di atas kebatilan. Ketinggian dan kemuliaan adalah kembali kepada kebenaran dimana pun kebenaran itu berada dan pada siapapun. –Selesai-.

الرابعة: أنهم يسألون الناس إلحافا

YANG KEEMPAT: BAHWASANYA MEREKA MEMINTA-MINTA MANUSIA DALAM KEADAAN MENDESAK

                  فقد قامت محاضرة الحزبيين في إندونيسيا منها محاضرة عبد الرحمن العدني وأخيه عبد الله في جوكجاكرتا، وقامت هذه المحاضرة في تحت جمعية الشريعة جوكجاكرتا، وقامت أيضا بسبب التسولات باسم دعوة السلفية.
Sungguh pernah tegak (berjalan) dauroh para hizbiyyun di Indonesia diantaranya dauroh Abdurrohman Al-Adny dan saudaranya Abdulloh di Jokjakarta, dan dauroh ini tegak di bawah naungan jam’iyyah (yayasan) Asy-Syari’ah Jogjakarta, dan dauroh ini tegak pula karena sebab meminta-minta atas nama dakwah Salafiyyah.      
وقامت أيضا معاهد الحزبيين بسبب الجمعيات والتسولات باسم دعوة السلفية منها معهد دار الآثار لخالف الهادي، ومعهد البينة الإسلامية لأغوس سعيدي، ومعهد أبي بكر الصديق لسيف الله، ومعهد ضياء السنة لمحمد عمر السويد وغيرها.
Dan berdiri pula pondok-pondok pesantren hizbiyyin dengan sebab yayasan-yayasan dan minta-minta atas nama dakwah Salafiyyah, diantaranya pondok pesantren Darul Atsar milik Kholiful Hadi, pondok pesantren Al-Bayyinah Al-Islamiyyah milik Agus Su’aidi, pondok pesantren Abu Bakar Ash-Shiddiq milik Saifulloh, dan pondok pesantren Dhiyaus Sunnah milik Muhammad Umar As-Sewwed dan yang selainnya.   
وأما محاضرة أهل السنة في إندونيسيا مع الشيخ عبد الله الإرياني وعبد الغني -حفظهما الله- فقامت بدون الجمعية ولا التسولات. ومن المعلوم أن دعوة أهل السنة دعوتهم على السنة والعفة وقد وصف الله سبحانة عنهم في سورة البقرة (273): يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيم. الآية.
Dan adapun dauroh Ahlussunnah di Indonesia bersama Asy-Syaikh Abdulloh Al-Iryany dan Abdul Ghony –semoga Alloh menjaga keduanya- maka dia tegak (berjalan) dengan tanpa yayasan dan minta-minta. Dan termasuk perkara yang diketahui bahwasanya dakwah Ahlussunnah adalah dakwah mereka di (bangun) di atas sunnah dan ‘iffah (menjaga kehormatan meminta-minta), dan Alloh (سبحانة) telah mensifati mereka di dalam surat Al-Baqoroh (273): “Orang bodoh menyangka bahwa mereka adalah orang-orang kaya karena menjaga diri dari meminta-minta, kamu mengenal mereka dengan melihat sifat-sifat mereka; mereka tidak meminta-minta manusia dengan cara mendesak. Dan apa saja dari harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Alloh) maka sesungguhnya Alloh (عَلِيم) Maha Mengetahui tentangnya”.
                  قال الإمام أحمد رحمه الله (21931): حَدَّثَنَا مَرْحُومٌ حَدَّثَنَا أَبُو عِمْرَانَ الْجَوْنِىُّ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ الصَّامِتِ عَنْ أَبِى ذَرٍّ قَالَ رَكِبَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- حِمَاراً وأَرْدَفَنِى خَلْفَهُ وَقَالَ «يَا أَبَا ذَرٍّ أَرَأَيْتَ إِنْ أَصَابَ النَّاسَ جُوعٌ شَدِيدٌ لاَ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَقُومَ مِنْ فِرَاشِكَ إِلَى مَسْجِدِكَ كَيْفَ تَصْنَعُ». قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: «تَعَفَّفْ». قَالَ: «يَا أَبَا ذَرٍّ أَرَأَيْتَ إِنْ أَصَابَ النَّاسَ مَوْتٌ شَدِيدٌ يَكُونُ الْبَيْتُ فِيهِ بِالْعَبْدِ -يَعْنِى الْقَبْرَ- كَيْفَ تَصْنَعُ». قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: «اصْبِرْ». قَالَ: «يَا أَبَا ذَرٍّ أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلَ النَّاسُ بَعْضُهُمْ بَعْضاً -يَعْنِى- حَتَّى تَغْرَقَ حِجَارَةُ الزَّيْتِ مِنَ الدِّمَاءِ كَيْفَ تَصْنَعُ». قَالَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: «اقْعُدْ فِى بَيْتِكَ وَأَغْلِقْ عَلَيْكَ بَابَكَ». قَالَ فَإِنْ لَمْ أُتْرَكْ. قَالَ: «فَائْتِ مَنْ أَنْتَ مِنْهُمْ فَكُنْ فِيهِمْ. قَالَ فَآخُذُ سِلاَحِى. قَالَ: «إِذاً تُشَارِكَهُمْ فِيمَا هُمْ فِيهِ وَلَكِنْ إِنْ خَشِيتَ أَنْ يَرُوعَكَ شُعَاعُ السَّيْفِ فَأَلْقِ طَرَفَ رِدَائِكَ عَلَى وَجْهِكَ حَتَّى يَبُوءَ بِإِثْمِهِ وإثْمِّكَ».
                  قال الإمام الوادعي -رحمه الله- في “الصحيح المسند مما ليس في الصحيحين” (ج 1، ص 214 برقم 269): هذا حديث صحيح.
Al-Imam Ahmad –semoga Alloh merahmatinya- berkata (21931): Telah menceritakan kepada kami Mahrum, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu ‘Imron Al-Jauny dari Abdillah Ibnush Shomit dari Abu Dzarr, beliau berkata: Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) naik keledai dan aku naik di belakangnya, dan beliau berkata: “Wahai Abu Dzarr apa pendapatmu jika manusia di timpa kelaparan yang sangat, kamu tidak sanggup bangun dari tempat tidurmu untuk ke masjid, apa yang kamu perbuat?” Dia berkata: “Alloh dan Rosul-Nya yang lebih mengetahui”, beliau berkata: “Jaga kehormatanmu (jangan meminta-minta)”, beliau berkata: “Wahai Abu Dzarr apa pendapatmu jika manusia ditimpa kematian yang sangat, yang rumah keberadaannya padanya terhadap hamba -yang dimaksud kuburan-, apa yang kamu perbuat? Aku berkata: Alloh dan Rosul-Nya yang paling mengetahui. Beliau berkata: “Bersabar!”, beliau berkata: “Wahai Abu Dzarr apa pendapatmu jika manusia membantai manusia yang lain, yang dimaksud sampai tenggelam pemahat minyak dari darah-darah, apa yang kamu perbuat?”, aku berkata: Alloh dan Rosul-Nya yang paling mengetahui. Beliau berkata: “Duduklah kamu di rumahmu dan tutup bagimu pintu (rumah)mu!”, beliau berkata: “Jika kamu tidak ditinggal”, beliau berkata: “Maka datanglah kamu bersama mereka maka kamu akan menjadi bersama mereka”. Dia berkata: Lalu beliau mengambil senjataku. Beliau berkata: “Jika kami berserikat terhadap apa-apa yang ada pada mereka akan tetapi jika kamu khawatir tebasan pedang mengenaimu maka lemparkan ujung pakaianmu di atas wajahmu sampai kembali dosa dengan dosanya dan dosamu”.
Al-Imam Al-Wadi’y –semoga Alloh merahmatinya- berkata di dalam “Ash-Shohihul Musnad Mimma Laisa Fish Shohihain” (juz 1/hal. 214, dengan no. 269): Ini adalah hadits shohih.

الخامسة: أنهم يكتمون الهدى والبينات

YANG KELIMA: BAHWASANYA MEREKA MENYEMBUNYIKAN PETUNJUK DAN PENJELASAN-PENJELASAN

      وأمر عبد المعطى، وعبد الرحمن لمبوك، ومهيمن، وهرغا لفرلس (مختار)، وأبو أفيفة هاريادي وغيرهم أن يكتموا ما جاءهم من الهدى والبيات عن حزبية شيخهم عبد الرحمن العدني.
Dan telah memerintahkan Abdul Mu’thi, Abdurrohman Lombok, Muhaimin, Herga Lafirlas (Mukhtar), Abu Afifah Hariyadi dan yang selain mereka untuk supaya mereka menyembunyikan apa-apa yang telah datang kepada mereka dari petunjuk dan penjelasan-penjelasan tentang hizbiyyahnya Abdurrohman Al-Adny.
            فاعلم أن هذا الفعل هو من أفعال حزب الشيطان وهو السبب الذي انحرف به أهل الكتاب، قال الله تعالى في سورة البقرة (159): {إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ الْبَيِّنَاتِ وَالْهُدَى مِنْ بَعْدِ مَا بَيَّنَّاهُ لِلنَّاسِ فِي الْكِتَابِ أُولَئِكَ يَلْعَنُهُمُ اللَّهُ وَيَلْعَنُهُمُ اللَّاعِنُونَ}. الآية.
Maka ketahuilah bahwa perbuatan ini adalah termasuk dari perbuatan-perbuatan hizbi (tentara) syaithon dan dia termasuk sebab tergelincirnya ahlul kitab (Yahudi dan Nasroni), Alloh (تعالى) berkata di dalam surat Al-Baqoroh (159): “Sesungguhnya orang-orang yang mereka menyembunyikan apa-apa yang Kami turunkan dari penjelasan-penjelasan dan petunjuk setelah Kami menjelaskannya bagi manusia di dalam Al-Kitab maka mereka itulah dilaknat oleh Alloh dan mereka dilaknat pula oleh orang-orang yang bisa melaknat”.
            وقال الله تعالى في سورة البقرة (16): أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ. الآية.
Dan Dia (تعالى) berkata di dalam surat Al-Baqoroh (16): “Mereka itu membeli kesesatan dengan petunjuk maka tidaklah beruntung jual beli mereka dan mereka tidaklah mendapat petunjuk”.
            وقال الله تعالى في سورة البقرة (174-176): إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ مِنَ الْكِتَابِ وَيَشْتَرُونَ بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا أُولَئِكَ مَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ إِلَّا النَّارَ وَلَا يُكَلِّمُهُمُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَلَا يُزَكِّيهِمْ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ (174) أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى وَالْعَذَابَ بِالْمَغْفِرَةِ فَمَا أَصْبَرَهُمْ عَلَى النَّارِ (175) ذَلِكَ بِأَنَّ اللَّهَ نَزَّلَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ وَإِنَّ الَّذِينَ اخْتَلَفُوا فِي الْكِتَابِ لَفِي شِقَاقٍ بَعِيدٍ (176). الآية.
Dan Dia (تعالى) berkata di dalam surat Al-Baqoroh (174-176): “Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah Alloh turunkan dari Al-Kitab dan dia menjual belikannya dengan harga yang sedikit maka tidaklah mereka akan memasukan makanan di dalam perutnya melainkan api (neraka) dan Alloh tidak akan mengajak mereka bicara pada hari kiamat dan tidak membersihkan (dosa-dosa) mereka dan bagi mereka adalah azab yang pedih. Mereka itu membeli kesesatan dengan petunjuk dan membeli azab dengan ampunan, maka betapa beraninya mereka menantang api neraka. Yang demikian itu karena sesungguhnya Alloh telah menurunkan Al-Kitab dengan kebenaran dan sesungguhnya orang-orang yang berselisih tentang Al-Kitab maka mereka benar-benar dalam penyimpangan yang jauh”.
قال الإمام الشوكاني رحمه الله في “أدب الطلب” (ص: 106): ومن جملة الأسباب التي يتسبب عنها ترك الإنصاف ويصدر عنها العبد عن الحق وكتم الحجة وعدم ما أوجبه الله من البيان: حب الشرف والمال”. اهـ.
Al-Imam Asy-Syaukany –semoga Alloh merahmatinya- berkata di dalam “Adabuth Tholab” (hal. 106): Dan dari jumlah sebab-sebab yang menyebabkan tentang ditinggalkannya keadilan dan bersandar padanya seorang hamba tentang kebenaran dan menyembunyikan hujjah (keterangan) dan meniadakan apa-apa yang Alloh wajibkan dari penjelasan-penjelasan”.

السادسة: نسبة باطلهم إلى العلماء

YANG KEENAM: MENYANDARKAN KEBATILAN MEREKA KEPADA PARA ULAMA

            قال أسامة المهري ومحمد عمر السويد وأصحابهما: أنهم ذهبوا إلى أمبون للجهاد في سبيل الله وخرجوا عن طاعة الأمراء ثم قتلوا وضربوا بعض المسلمين بسبب طاعتهم العلماء الذين قالوا: الجهاد في الأمبون واجب على المسلمين أو السلفيين في إندونسيا.
Berkata Usamah Mahri, Muhammad Umar As-Sewwed dan kawan-kawan keduanya: Bahwasanya mereka berangkat ke Ambon untuk berjihad di jalan Alloh dan mereka keluar dari ketaatan kepada penguasa kemudian mereka menganiaya sebagian kaum muslimin dengan sebab ketaatan mereka kepada para ulama yang para ulama tersebut berkata: “Jihad di Ambon adalah wajib atas kaum muslimin atau para salafiyyin di Indonesia”.
فهذا القول يعتبر من أخلاق أهل الكتاب نسبوا باطلهم إلى الأنبياء، قال الله تعالى في سورة البقرة (102): وَاتَّبَعُوا مَا تَتْلُو الشَّيَاطِينُ عَلَى مُلْكِ سُلَيْمَانَ وَمَا كَفَرَ سُلَيْمَانُ وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ السِّحْر. الآية.
Maka perkataan ini teranggap dari akhlak ahlul kitab (Yahudi dan Nasroni), yang mereka menyandarkan kebatilan mereka kepada para Nabi, Alloh (تعالى) berkata di dalam surat Al-Baqoroh (102): “Dan mereka mengikuti apa-apa syaithon-syaithon membacanya pada (masa) kerajaan Sulaiman, dan tidaklah Sulaiman kafir, akan tetapi syaithon-syaithonlah yang mereka telah kafir, mereka mengajarkan sihir kepada manusia”.
وقال تعالى في سورة آل عمران (67): مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ. الآية.
Dan Dia (تعالى) berkata di dalam surat Ali Imron (67): “Tidaklah Ibrohim itu sebagai seorang Yahudi dan tidak pula Nasroni, akan tetapi dia adalah umat yang kokoh lagi berislam dan dia tidak termasuk dari orang-orang yang berbuat syirik”.

السابعة: تناقضهم في النسبة، ينسبون إلى السلف الصالح مع إظهارهم ترك اتباعه.

YANG KETUJUH: MEREKA MEROBOHKAN SUNNAH, MEREKA MENYANDARKAN KEPADA PENDAHULU YANG SHOLIH BERSAMAAN DENGAN ITU MEREKA MENAMPAKAN PENIADAAN MENGIKUTINYA

فقد قامت الدعوة الحزبية بسبب الجمعيات، الذين يسمون بالجمعيات السلفية، منها: جمعية الشريعة لقمر سوعيدي، وجمعية السنة لأبي نوفل حارث، وجمعية أبي بكر الصديق أمبون لسيف الله، وجمعية أبي بكر الصديق سورابايا لأبي أحمد أغوس، وجمعية السلفي لأغوس رويفع، وجمعية البينة الإسلامية السلفية لمحمد عفيف الدين، وجمعية ابن القيم لعسكري، وجمعية المهاجرين والأنصار لأيوب، وجمعية منهاج السنة لأبي خالد التاجر وجمعية دار الآثر لخليف الهادي، وغيرها.
Sungguh telah berdiri dakwah hizbiyyah dengan sebab yayasan-yayasan, yang mereka menamainya dengan yayasan Salafiyyah, diantaranya: Yayasan Asy-Syari’ah milik Qomar Su’aidi, yayasan As-Sunnah milik Abu Naufal Harits, yayasan Abu Bakar Ash-Shiddiq Ambon milik Saifulloh, yayasan Abu Bakar Ash-Shiddiq Surabaya milik Abu Ahmad Agus, yayasan As-Salafy milik Agus Ruwaifi’, yayasan Al-Bayyinah Al-Islamiyyah As-Salafiyyah milik Muhammad Afifuddin, yayasan Ibnul Qoyyim milik Askari, yayasan Muhajirin wal Anshor milik Ayyub, yayasan Minhajus Sunnah milik Kholid Pedagang dan yayasan Darul Atsar milik Kholiful Hadi, dan yang selain itu.
وزعم الحزبيون أنهم أهل السنة والجماعة، وسمعت أن لقمان بن محمد باعبده الحزبي وأصحابه يقولون: نحن سلفيون!
Para hizbiyyun mereka menyangka bahwasanya mereka adalah Ahlussunnah wal Jama’ah, dan saya telah mendengar bahwasanya Luqman bin Muhammad Ba’abduh Al-Hizby dan kawan-kawannya, mereka mengatakan: “Kami adalah salafiyyun”.
فأقول: وكثير أهل البدعة والفرقة يقولون: نحن أهل السنة والجماعة إلخ… لكن إذا نظرت الحقيقة، كُلٌ يَدَّعِي وَصْلا بالجماعة؛ لكن هل يصح ادِّعَاؤُهُ أم لا يصح؟ قال الشاعر:
                  كلٌ يَدَّعي وصلاً لليلى       وليلى لا تُقِر لهم بذاكا
Maka aku katakan: Dan kebanyakan pembuat bid’ah dan para pemecah belah mereka mengatakan: Kami adalah Ahlussunnah wal Jama’ah –sampai akhir perkataan mereka-… akan tetapi jika kamu melihat hakekatnya, setiap orang mengaku memiliki hubungan dengan Al-Jama’ah, akan tetapi apakah benar pengakuannya ataukah tidak benar?, seorang penyair berkata:
Setiap orang mengaku memiliki hubungan dengan Laila
      Dan Laila tidak mengakui bagi mereka yang demikian itu
قال الإمام محمد بن عبد الوهاب في “مسائل الجاهلية“: أن كل فرقة تدعى أنها الناجية فأكذبهم الله بقوله: {هَاتُوا بُرْهَانَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِين} [البقرة/111] [ النحل : 64 ] ثم بين الصواب بقوله: {بَلَى مَنْ أَسْلَمَ وَجْهَهُ لِلَّهِ وَهُوَ مُحْسِن [البقرة/112]. اهـ.
Al-Imam Muhammad bin Abdil Wahhab berkata di dalam “Masailul Jahiliyyah“: Sesungguhnya setiap kelompok mengaku bahwasanya dia yang selamat, maka Alloh mendustakan mereka dengan perkataan-Nya: “Datangkanlah penjelasan kalian jika kalian adalah orang-orang yang benar”. (Al-Baqoroh: 111) (An-Nahl: 64). Kemudian Dia menjelaskan yang benar dengan perkataan-Nya: “Tentu bagi orang yang memasrahkan wajahnya untuk Alloh dan dia adalah orang yang baik”. (Al-Baqoroh: 112).
فأما الذي يزعم أنه على مذهب أهل السنة والجماعة فيتبع طريق أهل السنة والجماعة علما وعملا ودعوة ومعتقدا ويترك المخالفين، وأمَّا الذي يريد أن يجمع بين النار والماء في كِفَّة؛ فلا يمكن هذا، فلا يجتمع أهل السنة والجماعة مع مذهب المخالفين لهم كالخوارج، والمعتزلة، والحزبيين وغيرهم.
  Adapun orang yang menyangka bahwasanya dia di atas mazhab Ahlussunnah wal Jama’ah maka dia mengikuti metode Ahlussunnah wal Jama’ah dalam pengilmuan, pengamalan, dakwah dan berkeyakinan serta meninggalkan para penyelisih. Dan adapun orang yang menginginkan untuk menyatukan api dan air di dalam satu wadah, maka tidak akan mungkin, tidak akan bersatu Ahlussunnah wal Jama’ah bersama mazhab para penyelisih bagi mereka seperti Khowarij, Mu’tazilah dan para hizbiyyin dan yang selain mereka.
فالحاصل أنه لا بد من تمييز الأمور وتمحيصها.
Kesimpulan: Bahwasanya harus ada tamayyuz (pemisah) perkara-perkara dan membersihkannya.

الثامنة: أنهم اتخذوا منهاج السلف لهوا ولعبا.

YANG KEDELAPAN: BAHWASANYA MEREKA MENGAMBIL MANHAJ PARA PENDAHULU DENGAN CARA SENDA GURAU DAN BERMAIN-MAIN

                  كان عبد البر اللعاب في دار الحديث بدماج يقول لصاحبه: لا تستعجل أن تكون سلفيا حتى تستطع تلعب غيم (اللعب الإليكتروني).
Dahulu Abdul Barr suka main ketika dia di Darul Hadits Dammaj berkata kepada kawannya: “(Makanya) jangan cepat-cepat menjadi seorang salafi sehingga kamu bisa main gem (mainan elektronik).
                  وقد قرأ بعض الحزبيين كتاب “ذم المسألة” وعرفوا أن المسألة مذمومة لكنهم يريدون أن يتخذوا دينهم لهوا ولعبا من أجل الأموال، فبين الله تعالى عن مثل هؤلاء في سورة الأعراف (51): الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا وَمَا كَانُوا بِآَيَاتِنَا يَجْحَدُونَ. الآية.
Dan sungguh sebagian para hizbiyyin telah membaca kitab “Tercelanya Minta-minta“, dan mereka mengetahui bahwasanya meminta-minta adalah tercela akan tetapi mereka menginginkan untuk menjadikan agama mereka sebagai senda gurauan dan mainan karena sebab harta-harta, Alloh (تعالى) berkata tentang orang-orang yang semisal mereka di dalam surat Al-A’rof (51): “Orang-orang yang mereka menjadikan agama mereka sebagai bahan senda gurauan dan mainan  dan mereka tertipu dengan kehidupan dunia maka pada suatu hari (nanti) mereka akan dilupakan sebagaimana mereka telah melupakan tentang perjumpaan dengan hari-hari mereka ini (hari kiamat) sebagaimana mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami”.
وقال الله تعالى في سورة الأنعام (70): وَذَرِ الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَعِبًا وَلَهْوًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَذَكِّرْ بِهِ أَنْ تُبْسَلَ نَفْسٌ بِمَا كَسَبَتْ لَيْسَ لَهَا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ وَإِنْ تَعْدِلْ كُلَّ عَدْلٍ لَا يُؤْخَذْ مِنْهَا أُولَئِكَ الَّذِينَ أُبْسِلُوا بِمَا كَسَبُوا لَهُمْ شَرَابٌ مِنْ حَمِيمٍ وَعَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْفُرُون. الآية.
Dan Alloh (تعالى) berkata di dalam surat Al-An’am (70): “Dan tinggalkanlah orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai mainan dan senda gurauan, dan mereka telah tertipu dengan kehidupan dunia, dan berilah peringatan kepada mereka dengan (Al-Qur’an) itu supaya masing-masing diri tidak terjerumus ke dalam neraka karena perbuatannya sendiri, tidak ada baginya pelindung dan tidak pula ada pemberi syafa’at selain dari pada Alloh. Dan jika dia menebus dengan berbagai tebusan maka niscaya tidak akan diterima darinya. Mereka itulah orang-orang yang dijerumuskan (ke dalam neraka) disebabkan perbuatan mereka sendiri, bagi mereka disediakan minuman dari air yang sedang mendidih dan azab yang sangat pedih disebabkan kekafiran mereka dahulu”.
وقد نهانا الله تعالى عن هذه المسألة، قال الله تعالى في سورة المائدة (57): يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَكُمْ هُزُوًا وَلَعِبًا مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَالْكُفَّارَ أَوْلِيَاءَ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (57) وَإِذَا نَادَيْتُمْ إِلَى الصَّلَاةِ اتَّخَذُوهَا هُزُوًا وَلَعِبًا ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَوْمٌ لَا يَعْقِلُونَ (58). الآية.
Dan sungguh Alloh (تعالى) telah melarang kita dari meminta-minta, Alloh (تعالى) berkata di dalam surat Al-Maidah (57): “Wahai orang-orang yang beriman janganlah kalian menjadikan orang-orang yang mereka menjadikan agama mereka sebagai senda gurauan atau permainan, dari orang-orang yang telah diberikan kepada mereka Al-Kitab dari sebelum kalian dan orang-orang kafir. Dan bertaqwalah kepada Alloh jika kalian benar-benar adalah orang-orang yang beriman. Dan apabila Kami menyeru mereka untuk menegakan sholat maka mereka menjadikannya sebagai senda gurauan dan permainan, yang demikian itu karena mereka adalah suatu kaum yang tidak berakal”.

التاسعة: تحريف بعض آيات كتاب الله من بعد ما عقلوها وهم يعلمون.

YANG KESEMBILAN: MEREKA MEMALINGKAN SEBAGIAN AYAT-AYAT KITABULLOH SETELAH MEREKA MEMAHAMINYA DAN MEREKA MENGETAHUINYA

            قال الله تعالى في سورة النساء (114): {لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا}. الآية.
Alloh (تعالى) berkata di dalam surat An-Nisa’ (114): “Tidak ada kebaikan pada kebanyakan dari bisikan-bisikan mereka  melainkan bagi siapa yang memerintahkan untuk bersedekah atau kebaikan atau mendamaikan diantara manusia, dan barang siapa yang melakukan yang demikian itu karena mengharap keridhoan Alloh maka niscaya Kami akan memberikannya  balasan yang besar”.
            وفسر هذه الأية الدكتور الأحمق محمد فائق سليفي: قوله تعالى: (نَجْوَاهُمْ) أي الجمعية.
Dan dokter yang dungu Muhammad Faiq Sulaifi telah menafsirkan ayat ini: Perkataan-Nya (تعالى): “Bisikan-bisikan”  yaitu yayasan.
            وقال أبو حنيفة فرمان المكساري: أن الجمعية موجودة في عهد رسول الله صلى الله عليه وسلم.
Dan Abu Hanifah Firman Al-Makassary berkata: Bahwasanya yayasan ada di zaman Rosululloh (صلى الله عليه وسلم).
            وقد وصف الله تعالى في كتابه مثل هذين الرجلين وسائر المنحرفين الضالين، قال الله تعالى في سورة آل عمران (7): هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آَيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ وَمَا يَعْلَمُ تَأْوِيلَهُ إِلَّا اللَّهُ وَالرَّاسِخُونَ فِي الْعِلْمِ يَقُولُونَ آَمَنَّا بِهِ كُلٌّ مِنْ عِنْدِ رَبِّنَا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلَّا أُولُو الْأَلْبَاب. الآية. 
Dan sungguh Alloh (صلى الله عليه وسلم) telah mensifati di dalam Kitab-Nya semisal dua orang ini dan seluruh orang-orang yang menyimpang, Alloh (صلى الله عليه وسلم) berkata di dalam surat Ali Imron (7): “Dia yang telah menurunkan kepadamu Al-Kitab, padanya ayat-ayat yang jelas, yang dia adalah induknya Al-Kitab, yang lain adalah ayat-ayat yang rancu (belum jelas), adapun orang-orang yang didalam hati mereka ada penyimpangan maka mereka mengikuti ayat-ayat yang ada ketidak jelasannya, dari (perbuatan itu) mereka inginkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wil (pengalihan)nya dan tidak ada yang mengetahui takwilnya melainkan Alloh, dan orang-orang yang memiliki keluasan ilmu mereka mengatakan: Kami beriman dengannya, semuanya dari sisi Robb kami, dan tidak dapat mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang berakal”.
            قال الإمام البخارى (4547): حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ التُّسْتَرِىُّ عَنِ ابْنِ أَبِى مُلَيْكَةَ عَنِ الْقَاسِمِ بْنِ مُحَمَّدٍ عَنْ عَائِشَةَ -رضى الله عنها- قَالَتْ: تَلاَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- هَذِهِ الآيَةَ (هُوَ الَّذِى أَنْزَلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ فَأَمَّا الَّذِينَ فِى قُلُوبِهِمْ زَيْغٌ فَيَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ ابْتِغَاءَ الْفِتْنَةِ وَابْتِغَاءَ تَأْوِيلِهِ) إِلَى قَوْلِهِ: (أُولُو الأَلْبَابِ) قَالَتْ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: «فَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ، فَأُولَئِكَ الَّذِينَ سَمَّى اللَّهُ، فَاحْذَرُوهُمْ».
            أخرجه مسلم  (برقم 2665).
Al-Imam Al-Bukhory berkata (4547): Telah menceritakan kepada kami Abdulloh bin Maslamah, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Ibrohim At-Tustary dari Ibnu Abi Mulaikah dari Al-Qosim bin Muhammad dari Aisyah –semoga Alloh meridhoinya-, dia berkata: Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) membaca ayat ini:  “Dia yang telah menurunkan kepadamu Al-Kitab, padanya ayat-ayat yang jelas, yang dia adalah induknya Al-Kitab, yang lain adalah ayat-ayat yang rancu (belum jelas), adapun orang-orang yang didalam hati mereka ada penyimpangan maka mereka mengikuti ayat-ayat yang ada ketidak jelasannya, dari (perbuatan itu) mereka inginkan fitnah dan untuk mencari-cari ta’wil (pengalihan)nya –sampai perkataan-Nya- “Orang-orang yang berakal”, dia berkata: Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata:“Maka jika kamu melihat orang-orang yang mereka mengikuti ayat-ayat yang rancu (belum jelas) padanya, mereka itulah orang-orang yang Alloh namai, maka hati-hatilah  dari mereka”.
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim (2665).

العاشرة: أنهم لا يعملون بعلمهم

YANG KESEPULUH: BAHWASANYA MEREKA TIDAK MENGAMALKAN ILMU MEREKA

            ومن طلاب الشيخ مقبل رحمه الله أبو الحسن المأربي، وجعفر عمر طالب الأندونيسي، وعبد الرحمن العدني، ومحمد بن عبد الوهاب الوصابي، وعبد الله المرعي وغيرهم، وهؤلاء يعرفون الحق ولكن بسبب الأهواء وعدم العمل بعلمهم ثم صاروا من المنحرفين والحزبيين.
Dan diantara murid-murid Asy-Syaikh Muqbil –semoga Alloh merahmatinya- adalah Abul Hasan Al-Ma’riby, Ja’far Umar Tholib Al-Andunisy, Abdurrohman Al-Adny, Muhammad bin Abdul Wahhab Al-Washoby, dan Abdulloh Al-Mar’y serta yang selain mereka, mereka itu mengetahui kebenaran akan tetapi karena sebab hawa nafsu dan peniadaan amalan terhadap ilmu mereka kemudian mereka termasuk dari orang-orang yang menyimpang lagi hizbiyyin.
قال الإمام الشوكاني رحمه الله في “أدب الطلب” (ص: 92): فإذا سمع عالما من العلماء يفتي بخلافه أو يعمل على ما لا يوافقه اعتقد أنه من أهل الضلال ومن الدعاة إلى البدعة. اهـ.
Al-Imam Asy-Syaukany –semoga Alloh merahmatinya- berkata di dalam “Adabuth Tholab” (92): “Jika dia mendengar seseorang yang berilmu dari kalangan ulama memberi fatwa dengan menyelisihinya atau beramal di atas apa-apa yang tidak mencocokinya maka yakinilah bahwasanya dia termasuk dari orang-orang yang sesat dan termasuk dari da’i-da’i yang menyeru kepada kebid’ahan”. –selesai-.
            وقال الله تعالى في سورة الصف (2، 3): {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ (3)}. الآية.
Dan Alloh (تعالى) berkata di dalam surat Ash-Shoff (2-3): “Wahai orang-orang yang beriman kenapa kalian mengatakan apa-apa yang kalian tidak mengerjakannya? Sungguh besar kedustaan (kalian) di sisi Alloh ketika kalian mengatakan atas apa yang kalian tidak melakukannya”.

الحادية عشرة: أنهم لا يقبلون من الحق إلا مع طائفتهم.

YANG KESEBELAS: BAHWASANYA MEREKA TIDAK MENERIMA TENTANG KEBENARAN MELAINKAN DARI KELOMPOK MEREKA

            وحذر أبو عفيفة هاريادي وآيف شفر الدين وأصابهما الناس عن كتاب التجويد “إقرأ قرائتي” لأن صاحب الكتاب من طلاب دار الحديث بدماج وليس معهم. وهذا الفعل ليس من أخلاق الصالحين بل هو من أخلاق الجاهلين وأهل الكتاب، قال الله تعالى في سورة البقرة (91): وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آَمِنُوا بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا نُؤْمِنُ بِمَا أُنْزِلَ عَلَيْنَا وَيَكْفُرُونَ بِمَا وَرَاءَهُ وَهُوَ الْحَقُّ مُصَدِّقًا لِمَا مَعَهُمْ. الآية.
Dan Abu Afifah Hariadi dan Ayip Syafruddin dan kawan-kawan keduanya telah memperingatkan manusia dari kitab tajwid “Iqro Qiroati” karena sesungguhnya penulisnya adalah termasuk dari penuntut ilmu di Darul Hadits Dammaj dan dia (penulis) tidak bersama mereka. Dan perbuatan ini bukan termasuk dari akhlaknya orang-orang baik, bahkan dia adalah akhlaknya orang-orang bodoh dan ahlul kitab (Yahudi dan Nasroni), Alloh (تعالى) berkata di dalam surat Al-Baqoroh (91): “Dan jika dikatakan kepada mereka: Berimanlah kalian terhadap apa-apa yang telah Alloh turunkan, mereka berkata: Kami beriman terhadap apa-apa yang diturunkan kepada kami dan kami mengkufuri terhadap apa-apa yang dibelakang (yang datang setelah)nya dan (padahal) dia adalah kebenaran yang membenarkan terhadap apa-apa yang bersama mereka”.  

الثانية عشرة: إضافة البركة إلى البدعة

YANG KEDUABELAS: MENYANDARKAN BERKAH KEPADA BID’AH

            وزعم أبو كريمة عسكري وأصحابه أن الجمعية فيها بركة. وهذا باطل! والصواب أن الجمعية فتنة لأن البركة من الله سبحانه، قال الله تعالى في سورة الأعراف (96): {وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آَمَنُوا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكَاتٍ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ وَلَكِنْ كَذَّبُوا فَأَخَذْنَاهُمْ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُون}. الآية.
Abu Karimah Asykari dan kawan-kawannya telah menyangka bahwasanya yayasan ada padanya berkah. Dan ini adalah batil! Yang benar bahwasanya yayasan adalah fitnah karena berkah (datangnya) dari Alloh (سبحانه), Alloh (تعالى) berkata di dalam surat Al-A’rof (96): “Dan kalaulah penduduk suatu perkampungan mereka beriman dan mereka bertaqwa maka sungguh Kami akan bukakan atas mereka berkah-berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mendustakan maka Kami menyiksa mereka disebabkan apa-apa yang mereka perbuat”.
ففي هذه الآية تدل على أن البركة من الله تعالى.
Pada ayat ini menunjukan bahwasanya berkah dari Alloh (تعالى).
وفي “الصحيح” قال الإمام البخارى (5639): حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنِ الأَعْمَشِ قَالَ: حَدَّثَنِى سَالِمُ بْنُ أَبِى الْجَعْدِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ -رضى الله عنهما- هَذَا الْحَدِيثَ قَالَ قَدْ رَأَيْتُنِى مَعَ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- وَقَدْ حَضَرَتِ الْعَصْرُ وَلَيْسَ مَعَنَا مَاءٌ غَيْرَ فَضْلَةٍ فَجُعِلَ فِى إِنَاءٍ، فَأُتِىَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- بِهِ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهِ وَفَرَّجَ أَصَابِعَهُ ثُمَّ قَالَ: «حَىَّ عَلَى أَهْلِ الْوُضُوءِ، الْبَرَكَةُ مِنَ اللَّهِ». فَلَقَدْ رَأَيْتُ الْمَاءَ يَتَفَجَّرُ مِنْ بَيْنِ أَصَابِعِهِ، فَتَوَضَّأَ النَّاسُ وَشَرِبُوا، فَجَعَلْتُ لاَ آلُو مَا جَعَلْتُ فِى بَطْنِى مِنْهُ، فَعَلِمْتُ أَنَّهُ بَرَكَةٌ قُلْتُ لِجَابِرٍ كَمْ كُنْتُمْ يَوْمَئِذٍ قَالَ أَلْفًا وَأَرْبَعَمِائَةٍ. تَابَعَهُ عَمْرٌو عَنْ جَابِرٍ. وَقَالَ حُصَيْنٌ وَعَمْرُو بْنُ مُرَّةَ عَنْ سَالِمٍ عَنْ جَابِرٍ خَمْسَ عَشْرَةَ مِائَةً. وَتَابَعَهُ سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ عَنْ جَابِرٍ.
Dan di dalam “Ash-Shohih“, Al-Imam Al-Bukhory berkata (5639): Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Sa’id, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Jarir dari Al-A’masy, beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku Salim bin Abil Ju’d dari Jabir bin Abdillah –semoga Alloh meridhoi keduanya-tentang hadits ini, beliau berkata: Sungguh aku telah melihat bersama Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) dan sungguh waktu ashar telah masuk dan tidak ada pada kami air selain air sisa, lalu dijadikan di tempat (mangkok), maka didatangkan kepada Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) dengannya lalu beliau memasukan tangannya padanya, lalu merenggangkan jari jemarinya, kemudian beliau berkata: “Kesinilah wahai orang-orang yang mau berwudhu, berkah (datangnya) dari Alloh”. Maka sungguh aku telah melihat air keluar diantara jari-jemarinya, manusia berwudhu dan meminum, maka aku jadikan terhadap apa-apa yang aku jadikan di perutku darinya, aku mengetahui bahwasanya dia adalah berkah. Aku berkata kepada Jabir: Berapa kalian ketika itu? Beliau menjawab: 1.400 (seribu empat ratus). ‘Amr mengikutkan (hadits ini) dari Jabir. Hushoin dan ‘Amr bin Murroh berkata dari Salim dari Jabir 1.500 (seribu lima ratus). Said Ibnul Musayyib mengikutkan (hadits ini) dari Jabir.

الثالثة عشرة: أن رؤوس فتنتهم إما عالم فاجر وإما عابد جاهل

YANG KETIGABELAS: BAHWASANYA PENTOLAN-PENTOLAN FITNAH MEREKA BISA JADI ALIM YANG JAHAT DAN BISA JADI AHLI IBADAH YANG BODOH

            ومن دعاتهم في السعودية عبيد الجابري وعبد الله البخاري قاما ويتكلما عن دار الحديث بدماج وشيخها بلا بصيرة، وقد وصف الله تعالى مثل هذين الرجلين في كتابه الكريم في سورة  الحج (46): فَإِنَّهَا لَا تَعْمَى الْأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُور. الآية.
Dan diantara da’i-da’i mereka di Saudi adalah Ubaid Al-Jabiry dan Abdulloh Al-Bukhory, keduanya berbicara tentang Darul Hadits Dammaj  dan Syaikhnya dengan tanpa ilmu, sungguh Alloh (تعالى) telah mensifati semisal dua orang ini di dalam Kitab-Nya yang mulia dalam surat Al-Hajj (46): “Maka sesungguhnya bukanlah yang buta itu penglihatan akan tetapi hati yang di dalam dadalah yang buta”.
وقال تعالى في سورة الإسراء (72): وَمَنْ كَانَ فِي هَذِهِ أَعْمَى فَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ أَعْمَى وَأَضَلُّ سَبِيلًا. الآية.
Dan Dia (تعالى) berkata di dalam surat Al-Isro’ (72): “Dan barang siapa yang di dunia ini buta (mata hatinya) maka di akhirat pun dia buta dan sesat jalannya”.
وأما في إندونيسيا فهو لقمان بن باعبده الفاجر وأصحابه، وهم تعتبر من أجهل الناس في أمور الدين والدنيا، وقد وصف الرسول صلى الله عليه وسلم مثل هؤلاء.
Dan adapun di Indonesia maka dia adalah Luqman bin Ba’abduh Al-Fajir dan kawan-kawannya, mereka dianggap termasuk paling bodohnya manusia dalam perkara-perkara agama dan dunia, dan sungguh Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) mensifati orang yang semisal mereka.
قال الإمام ابن ماجه (4172): حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِى شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِىُّ عَنْ إِسْحَاقَ بْنِ أَبِى الْفُرَاتِ عَنِ الْمَقْبُرِىِّ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «سَيَأْتِى عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتٌ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ: الرَّجُلُ التَّافِهُ فِى أَمْرِ الْعَامَّةِ».
الحديث أخرجه الإمام أحمد  (ج 17 / ص 162 برقم 8131).
Al-Imam Ibnu Majah berkata (4172): Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abi Syaibah, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Yazid bin Harun, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdul Malik bin Qudamah Al-Jumahy dari Ishaq bin Abil Furot, dari Al-Maqbury dari Abu Huroiroh, beliau berkata: Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata: “Akan datang pada manusia masa-masa penuh tipu daya, didustakan padanya orang yang jujur dan dianggap amanah padanya orang yang pendusta, dianggap khianat orang yang amanah dan dianggap amanah orang yang pengkhianat, dan Ar-Ruwaibidhoh mulai mengangkat bicara”. Dikatakan: Dan apa itu Ar-Ruwaibidhoh? Beliau berkata: “Seseorang yang dungu berbicara tentang urusan umat (urusan orang banyak)”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad (juz 17/hal. 162 dengan no. 8131).    
وقال الإمام أحمد رحمه الله برقم (13644): أَبُو جَعْفَرٍ الْمَدَائِنِىُّ وَهُوَ مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا عَبَّادُ بْنُ الْعَوَّامِ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَاقَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-: «إِنَّ أَمَامَ الدَّجَّالِ سِنِينَ خَدَّاعَةً يُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الأَمِينُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيَتَكَلَّمُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ». قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ: «الْفُوَيْسِقُ يَتَكَلَّمُ فِى أَمْرِ الْعَامَّةِ».
الحديث في “الصحيح المسند مما ليس في الصحيحين” برقم (33), وقال الإمام الوادعي رحمه الله: هذا حديث حسن. (ج 1 / ص 53).
Dan Al-Imam Ahmad –semoga Alloh merahmatinya- berkata dengan no. (13644): Telah menceritakan kepada kami Abu Ja’far Al-Madainy dan beliau adalah Muhammad bin Ja’far, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Abbad Ibnul ‘Awwam, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaq, dari Muhammad Ibnul Munkadir dari Anas bin Malik, beliau berkata: Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata: “Sesungguhnya di depannya Dajjal ada tahun-tahun penuh tipu daya, didustakan padanya orang yang jujur dan dianggap jujur padanya orang yang pendusta, dan dianggap khianat padanya orang terpercaya dan dianggap amanah orang yang pendusta dan Ar-Ruwaibidhoh pada masa tersebut mulai angkat bicara”. Dikatakan: Dan apa itu Ar-Ruwaibidhoh? Beliau berkata: “Orang fasiq kelas rendah berbicara tentang perkara orang banyak”.
Hadits ini di dalam “Ash-Shohihul Musnad Mimma Laisa Fish Shohihain” dengan no. (33), dan Al-Imam Al-Wadi’y –semoga Alloh merahmatinya- berkata: “Ini adalah hadits hasan”. (Juz 1/hal. 53).
                قال الإمام ابن الأثير رحمه الله في “النهاية في غريب الحديث والأثر” (341): الرُّوَيبضة تصغير الرَّابِضة وهو العاجز الذي رَبَضَ عن مَعَالي الأمُور وقعَد عن طَلَبها وزيادة التَّاء للمبالغَة. والتَّافه: الخَسِيس الحَقِير. اهـ.
Al-Imam Ibnu Atsir –semoga Alloh merahmatinya- berkata di dalam “An-Nihayah fii Ghoribil Hadits wal Atsar” (341): Ar-Ruwaibidhoh adalah (kalimat) pengecilan dari Ar-Robidhoh yang dia adalah orang yang lemah berambisi tentang perkara-perkara besar dan dia memposisikan diri dari penuntutannya dan tambahan (dengan huruf“ta”) untuk mengunggulkan. Dan dungu adalah rendah lagi hina. –selesai-.
ووقوع هؤلاء علامة من علامات الساعة، قال الإمام البخارى رحمه الله (6496): حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سِنَانٍ حَدَّثَنَا فُلَيْحُ بْنُ سُلَيْمَانَ حَدَّثَنَا هِلاَلُ بْنُ عَلِىٍّ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ -رضى الله عنه- قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «إِذَا ضُيِّعَتِ الأَمَانَةُ فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ». قَالَ كَيْفَ إِضَاعَتُهَا يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ «إِذَا أُسْنِدَ الأَمْرُ إِلَى غَيْرِ أَهْلِهِ، فَانْتَظِرِ السَّاعَةَ».
Dan keberadaan mereka itu adalah tanda dari tanda-tanda hari kiamat, Al-Imam Al-Bukhory –semoga Alloh merahmatinya- berkata (6496): Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Sinan, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Fulaih bin Sulaiman, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Hilal bin Ali, dari Atho’ bin Yasar dari Abu Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya-, beliau berkata: Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata: “Jika amanah telah disia-siakan maka tunggulah hari kiamat”. Beliau berkata: Bagaimana menyia-nyiakannya wahai Rosululloh, beliau berkata: “Jika perkara diserahkan kepada selain ahlinya maka tunggulah hari kiamat”.
وقال الإمام البخارى رحمه الله (100): حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِى أُوَيْسٍ قَالَ حَدَّثَنِى مَالِكٌ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ «إِنَّ اللَّهَ لاَ يَقْبِضُ الْعِلْمَ انْتِزَاعًا، يَنْتَزِعُهُ مِنَ الْعِبَادِ، وَلَكِنْ يَقْبِضُ الْعِلْمَ بِقَبْضِ الْعُلَمَاءِ، حَتَّى إِذَا لَمْ يُبْقِ عَالِمًا، اتَّخَذَ النَّاسُ رُءُوسًا جُهَّالاً فَسُئِلُوا، فَأَفْتَوْا بِغَيْرِ عِلْمٍ، فَضَلُّوا وَأَضَلُّوا». قَالَ الْفِرَبْرِىُّ حَدَّثَنَا عَبَّاسٌ قَالَ حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا جَرِيرٌ عَنْ هِشَامٍ نَحْوَهُ.
الحديث أخرجه مسلم (6971).
Dan Al-Imam Al-Bukhory –semoga Alloh merahmatinya- berkata (100): Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Abi Uwais, beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku Malik dari Hisyam bin Urwah dari bapaknya dari Abdulloh bin ‘Amr Ibnul ‘Ash, beliau berkata: Aku mendengar Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata: “Sesungguhnya Alloh tidak akan mencabut ilmu dengan sekali cabutan, Dia mencabutnya dari para hamba akan tetapi Dia mencabut ilmu dengan dimatikannya para ulama, sampai jika tidak tersisa lagi seorang alim manusia pun menjadikan seorang pemimpin yang bodoh mereka bertanya, dia pun berfatwa kepada mereka dengan tanpa ilmu, maka mereka sesat dan menyesatkan”. Al-Firyaby berkata: Telah menceritakan kepada kami ‘Abbas, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Hisyam dengan yang semisalnya.

الرابعة عشرة: عظمة الدنيا في قلوبهم

YANG KEEMPATBELAS: PENGAGUNGAN DUNIA DI DALAM HATI-HATI MEREKA

            الجمعية هي الوسيلة الأعظم في فتنة الدنيا، فكثير الحزبيين يستطيعون رحلة إلى مراكز العلماء بسبب الجمعية، فلما رجعوا جلسوا مع أصحابهم في الجمعية، ويتكلمون ويطعنون العلماء الذين يقولون: الجمعية في الدعوة بدعة! الجمعية وسيلة إلى الحزبية!.
Yayasan adalah perantara yang paling besar dalam fitnah dunia, kebanyak para hizbiyyin mereka bisa melakukan perjalan ke markaz para ulama dengan sebab yayasan, maka tatkala mereka kembali mereka pun duduk bersama kawan-kawan mereka di yayasan, dan mereka mulai berbicara dan mencela para ulama yang mengatakan: Yayasan di dalam dakwah adalah bid’ah! Yayasan adalah perantara kepada hizbiyyah!.
            وكتب بعض الحزبيين الرسائل في مسألة الجمعية منهم عسكري وخالف الهادي وغيرهما. وكذلك المتعصبون الضائعون كتبوا هذه المسألة منهم الدكتور الأحمق محمد فائق سليفي والضيع السفيه عبد الغفور المالنجي.
Sebagian hizbiyyin telah menulis tulisan-tulisan tentang permasalahan yayasan, diantara mereka adalah Askari, Kholiful Hadi dan selain keduanya. Dan demikian pula orang-orang yang fanatik lagi gelandangan, diantara mereka yang menulis permasalahan ini adalah seorang dokter yang dungu Muhammad Faiq Sulaifi dan gelandangan tolol Abdul Ghofur Al-Malangy.
            واحذر أيها السني من هؤلاء المفتونين، ولا تفتن بفتنتهم ولا فتنة الدنيا، قال الله تعالى في سورة الكهف (28): وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا. الآية.
Hati-hatilah wahai Sunny dari mereka orang-orang terfitnah itu, dan janganlah kamu terfitnah dengan fitnah mereka dan jangan pula fitnah dunia, Alloh (تعالى) berkata di dalam surat Al-kahfi (28) Dan sabarkanlah dirimu bersama orang-orang yang mereka menyeru kepada Robb mereka di pagi dan sore hari, mereka menginginkan Wajah-Nya dan janganlah matamu berpaling dari mereka karena kamu menginginkan kehidupan dunia dan janganlah kamu mematuhi orang-orang yang telah Kami tutupi hatinya dari mengingat Kami dan dia mengikuti hawa nafsunya dan keadaannya dia itu melampui batas”.
            قال الإمام مسلم رحمه الله (7124) حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَمُحَمَّدُ بْنُ بَشَّارٍ قَالاَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ أَبِى مَسْلَمَةَ قَالَ سَمِعْتُ أَبَا نَضْرَةَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ: «إِنَّ الدُّنْيَا حُلْوَةٌ خَضِرَةٌ وَإِنَّ اللَّهَ مُسْتَخْلِفُكُمْ فِيهَا فَيَنْظُرُ كَيْفَ تَعْمَلُونَ فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ». وَفِى حَدِيثِ ابْنِ بَشَّارٍ «لِيَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ».
Al-Imam Muslim –semoga Alloh merahmatinya- berkata (7124): Telah menceritakan kepada kami Muhammad Ibnul Mutsanna dan Muhammad bin Basyar, keduanya berkata: Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Abu Maslamah, beliau berkata: Aku mendengar Abu Nadhroh, diceritakan dari Abu Said Al-Khudry dari Nabi (صلى الله عليه وسلم), beliau berkata: “Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau, dan sesungguhnya Alloh membukakan untuk kalian padanya, lalu Dia melihat bagaimana kalian beramal, maka takutlah (fitnah) dunia dan takutlah (fitnah) para wanita, karena sesungguhnya awal fitnah Bani Isroil adalah pada wanita”. Dan di dalam hadits Ibnu Basyar: “Supaya Dia melihat bagaimana kalian beramal”.
            وقال الإمام مسلم رحمه الله (7606): حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ -يَعْنِى الدَّرَاوَرْدِىَّ- عَنِ الْعَلاَءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- «الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ».
Al-Imam Muslim –semoga Alloh merahmatinya- berkata (7606): Telah menceritakan kepada kami Qutaibah bin Said, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdul ‘Aziz –yaitu Ad-Darawardy= dari Al-’Ala’ dari bapaknya dari Abu Huroiroh, beliau berkata: Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata: “Dunia adalah penjaranya orang yang beriman dan surganya orang kafir”.

الخامسة عشرة: عدائهم الشديد لأهل السنة السلفيين الثابتين وهذا ليس من المعروف في شيئ بل هو من المنكر.

YANG KELIMABELAS: PERMUSUHAN MEREKA YANG SENGIT TERHADAP AHLUSSUNNAH AS-SALAFIYYIN YANG TSABIT (KOKOH) DAN INI BUKAN TERMASUK DARI KEBAIKAN SEDIKIT PUN BAHKAN DIA TERMASUK KEMUNGKARAN

            فأمر لقمان باعبده أصحابه أن يطعنوا ويتكلموا عن طلاب دار الحديث بدماج ومن معهم، ثم قام بعضهم في الطعن واللعن والضرب وغيرها من المنكرات لأهل السنة الذين قاموا مع دار الحديث بدماج. وهذه الأفعال تعتبر من أفعال ذي الوجهين, قال الله تعالى في سورة التوبة (67، 68): الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ (67) وَعَدَ اللَّهُ الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْكُفَّارَ نَارَ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا هِيَ حَسْبُهُمْ وَلَعَنَهُمُ اللَّهُ وَلَهُمْ عَذَابٌ مُقِيمٌ (68). الآية.
Luqman Ba’abduh memerintahkan kawan-kawannya supaya mereka mencela dan berbicara tentang santri-santri Darul Hadits Dammaj dan yang bersama mereka, kemudian berdiri sebagian mereka dalam mencela dan melaknat serta melakukan pemukulan dan yang selainnya dari kemungkaran-kemungkaran (yang mereka lakukan) terhadap Ahlussunnah yang mereka berdiri bersama Darul Hadits Dammaj. Dan perbuatan-perbuatan ini dianggap termasuk sebagai perbuatan pemilik dua wajah, Alloh (تعالى) berkata di dalam surat At-Taubah (67-68): “Orang-orang munafiq laki-laki dan orang-orang munafiq wanita adalah wali sebagian mereka terhadap yang lainnya, mereka memerintahkan kepada kemungkaran dan mencegah dari kebaikan, dan mereka menggenggam tangan-tangan mereka, mereka lupa kepada Alloh maka Alloh pun melupakan mereka, sesungguhnya orang-orang munafiq itu adalah orang-orang rusak (fasiq). Alloh menyediakan bagi orang-orang munafiq laki-laki dan orang-orang munafiq wanita serta orang-orang kafir neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya dan cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Alloh melaknat mereka dan bagi mereka adalah azab yang kekal”.
            قد بين الله سبحانه في كتابه عن أحوال المنافقين أنهم ذو الوجهين: {وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آَمَنُوا قَالُوا آَمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ} [البقرة/14].
Alloh (سبحانه) telah menjelaskan di dalam Kitab-Nya tentang keadaan-keadaan orang-orang munafiq, bahwasanya mereka adalah pemilik dua wajah: “Dan jika mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman mereka berkata: Kami telah beriman, dan jika mereka kembali kepada syaithon-syaithon mereka maka mereka mengatakan: Sesungguhnya kami bersama kalian, hanyalah kami itu memperolok-olok”.
            قال الإمام البخارى رحمه الله (6058) حَدَّثَنَا عُمَرُ بْنُ حَفْصٍ حَدَّثَنَا أَبِى حَدَّثَنَا الأَعْمَشُ حَدَّثَنَا أَبُو صَالِحٍ عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ -رضى الله عنه- قَالَ: قَالَ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم-: «تَجِدُ مِنْ شَرِّ النَّاسِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عِنْدَ اللَّهِ ذَا الْوَجْهَيْنِ، الَّذِى يَأْتِى هَؤُلاَءِ بِوَجْهٍ وَهَؤُلاَءِ بِوَجْهٍ».
Al-Imam Al-Bukhory –semoga Alloh merahmatinya- berkata (6058): Telah menceritakan kepada kami Umar bin Hafsh, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami bapakku, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami: Abu Sholih, dari Abu Huroiroh –semoga Alloh merahmatinya-, beliau berkata: Nabi (صلى الله عليه وسلم) berkata: “Kamu akan mendapati termasuk yang paling jeleknya manusia pada hari kiamat di sisi Alloh adalah pemilik dua wajah, yang dia datang kepada mereka (ini) dengan satu wajah dan datang ke mereka (itu) dengan wajah (yang lain)”. 
            فلما قام أحد من أصحاب الحزب الجديد واسمه أبو عبد الرحمن الطالبي أنكره محمد عمر السويد وأصحابه لأنه من المجهولين ولكن فلما قام أبو عمر بن عبد الحميد وأبو محفوظ علي وأم عبد الله فلانة وعبد الله بن عبد الرحمن فلقمان بن باعبده ومحمد عمر السويد وأصحابهما ما عندهم كلام عليهم بل هم يظهرون أنهم مع هؤلاء المجهولين –لا جزاهم الله خيرًا-.
Maka tatkala bangkit salah seorang dari pengikuti-pengikut hizbi baru yang namanya Abu Abdirrohman Ath-Tholiby maka Muhammad Umar As-Sewwed dan kawan-kawannya mengingkarinya karena dia termasuk dari orang-orang majhul (tidak dikenal) akan tetapi ketika bangkit Abu Umar bin Abdul Hamid, Abu Mahfudz Ali, Ummu Abdillah Fulanah dan Abdulloh bin Abdirrohman maka Luqman bin Ba’abduh dan Muhammad Umar As-Sewwed serta kawan-kawan mereka tidak ada pada mereka pembicaraan atas mereka (orang-orang majhul) tersebut bahkan mereka menampakan bahwasanya mereka bersama orang-orang yang tidak dikenal itu, -semoga Alloh tidak membalas mereka dengan kebaikan-.

السادسة عشرة: أنهم يحرصون على إسكات أهل السنة عن قول الحق.

YANG KENEMABELAS: BAHWASANYA MEREKA BERSEMANGAT UNTUK MENDIAMKAN AHLUSSUNNAH DARI MENYUARAKAN KEBENARAN

            قال الإمام البخارى رحمه الله (6056) حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ مَنْصُورٍ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ هَمَّامٍ قَالَ كُنَّا مَعَ حُذَيْفَةَ فَقِيلَ لَهُ إِنَّ رَجُلاً يَرْفَعُ الْحَدِيثَ إِلَى عُثْمَانَ. فَقَالَ حُذَيْفَةُ: سَمِعْتُ النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم– يَقُولُ: «لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ».
Al-Imam Al-Bukhory –semoga Alloh merahmatinya- berkata (6056): Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Manshur dari Ibrohim dari Hammam, beliau berkata: Dahulu kami bersama Hudzaifah, maka dikatakan padanya: Sesungguhnya seseorang mengangkat pembicaraan kepada Ustman. Maka Hudzaifah berkata: Aku mendengar Nabi (صلى الله عليه وسلم) berkata: “Tidak akan masuk Jannah (surga) orang yang mengadu domba”.
            وكثير من الحزبيين منهم أبو العباية أو أبو سلمان مصطفى البطاني وأصحابه –لا بارك الله فيهم- استدلالا بهذا الحديث يحرصون على إسكات أهل السنة عن قول الحق.
Dan kebanyakan dari hizbiyyin diantara mereka adalah Abul ‘Abayah atau Abu Salman Mushthofa Al-Buthony dan kawan-kawannya –semoga Alloh tidak memberkahi mereka- mereka berdalil dengan hadits ini, mereka bersemangat mendiamkan Ahlussunnah dari mengatakan kebenaran.
وأما الشرح هذا الحديث فقد نقل الإمام النووي رحمه الله عن أَبي حَامِد الْغَزَالِيُّ رَحِمَهُ اللَّه فِي “الْإِحْيَاء” قال: اِعْلَمْ أَنَّ النَّمِيمَة إِنَّمَا تُطْلَق فِي الْأَكْثَر عَلَى مَنْ يَنِمّ قَوْل الْغَيْر إِلَى الْمَقُولِ فِيهِ، كَمَا تَقُول: فُلَان يَتَكَلَّم فِيك بِكَذَا، قَالَ: وَلَيْسَتْ النَّمِيمَة مَخْصُوصَة بِهَذَا بَلْ حَدُّ النَّمِيمَةِ كَشْف مَا يُكْرَه كَشْفه سَوَاء كَرِهَهُ الْمَنْقُول عَنْهُ، أَوْ الْمَنْقُول إِلَيْهِ، أَوْ ثَالِث، وَسَوَاء كَانَ الْكَشْف بِالْكِنَايَةِ أَوْ بِالرَّمْزِ أَوْ بِالْإِيمَاءِ، فَحَقِيقَةُ النَّمِيمَةِ إِفْشَاءُ السِّرِّ، وَهَتْك السِّتْر عَمَّا يَكْرَه كَشْفه، فَلَوْ رَآهُ يُخْفِي مَالًا لِنَفْسِهِ فَذَكَره فَهُوَ نَمِيمَة، قَالَ: وَكُلُّ مَنْ حَمَلْت إِلَيْهِ نَمِيمَة، وَقِيلَ لَهُ: فُلَان يَقُول فِيك، أَوْ يَفْعَل فِيك كَذَا، فَعَلَيْهِ سِتَّة أُمُور:
Dan adapun penjelasan hadits ini maka sungguh Al-Imam An-Nawawy –semoga Alloh merahmatinya- telah menukil dari Abu Hamid Al-Ghozaly di dalam “Al-Ihya’“, beliau berkata: Ketahuilah bahwasanya mengadu domba hanya saja dimutlakkan pada kebanyakan  atas orang yang menukil perkataan orang lain kepada orang yang mengatakannya, sebagaimana kamu mengatakan: Fulan berbicara tentangmu demikian!, beliau berkata: Dan bukanlah adu domba adalah yang khusus dengan ini bahkan batasan adu domba adalah membongkar apa-apa yang dibencinya, dibongkarnya sama saja dibencinya yang mengucapkan tentangnya atau yang dinukil kepadanya, atau yang ketiga, sama saja membongkar itu dengan sindiran atau dengan rumus atau dengan isyarat, adu domba yang sebenarnya adalah menyebarkan kejelekan dan menyingkap rahasia terhadap apa-apa yang dibencinya untuk disingkap, kalaulah dia melihatnya menyembunyikan harta untuk dirinya lalu disebutkannya maka ini adalah adu domba. Beliau berkata: dan setiap apa-apa yang dibawah kepadanya adu domba. Dan dikatakan padanya: Fulan berbicara kepadamu atau berbuat tentangmu demikian, maka padanya 6 (enam) perkara:
الْأَوَّل: أَلَّا يُصَدِّقُهُ لِأَنَّ النَّمَّام فَاسِقٌ.
Pertama: Hendaknya tidak dibenarkannya karena sesungguhnya adu domba adalah kefasiqan.
الثَّانِي: أَنْ يَنْهَاهُ عَنْ ذَلِكَ، وَيَنْصَحهُ وَيُقَبِّح لَهُ فِعْله.
Yang kedua: Hendaknya melarangnya dari yang demikian itu, dan menasehatinya dan menjelekan bagi yang melakukannya.
الثَّالِث: أَنْ يُبْغِضهُ فِي اللَّه تَعَالَى فَإِنَّهُ بَغِيضٌ عِنْدَ اللَّه تَعَالَى، وَيَجِب بُغْض مَنْ أَبْغَضه اللَّه تَعَالَى.
Yang ketiga: Hendaknya membencinya karena Alloh (تَعَالَى) maka sesungguhnya dia adalah kemurkaan di sisi Alloh (تَعَالَى), dan wajib untuk membenci siapa yang Alloh (تَعَالَى) membencinya.
الرَّابِع: أَلَّا يَظُنَّ بِأَخِيهِ الْغَائِب السُّوء.
Yang keempat: Hendaknya tidak berburuk sangka kepada saudaranya yang tidak berada di sisinya.
الْخَامِس: أَلَّا يَحْمِلهُ مَا حُكِيَ لَهُ عَلَى التَّجَسُّس وَالْبَحْث عَنْ ذَلِكَ.
Yang kelima: Hendaknya tidak membawanya kepada apa-apa yang dihikayatkan baginya atas memata-matai dan mencari-cari tentang yang demikian itu.
السَّادِس: أَلَّا يَرْضَى لِنَفْسِهِ مَا نُهِيَ النَّمَّام عَنْهُ ؛ فَلَا يَحْكِي نَمِيمَته عَنْهُ، فَيَقُول: فُلَان حَكَى كَذَا فَيَصِير بِهِ نَمَّامًا، وَيَكُون آتِيًا مَا نُهِيَ عَنْهُ. هَذَا آخِر كَلَام الْغَزَالِيِّ رَحِمَهُ اللَّه.
Yang keenam: Hendaknya tidak ridho terhadap dirinya, terhadap apa-apa yang dilarang adu domba tentangnya, dan tidak menghikayatkan adu domba tentangnya, dia mengatakan: Fulan telah menghikayatkan demikian maka menjadilah dia orang yang mengadu domba, dan keberadaannya terbawa kepada apa-apa yang dilarang darinya. Ini adalah akhir perkataan Al-Ghozaly –semoga Alloh merahmatinya-.
وَكُلّ هَذَا الْمَذْكُور فِي النَّمِيمَة إِذَا لَمْ يَكُنْ فِيهَا مَصْلَحَة شَرْعِيَّة فَإِنْ دَعَتْ حَاجَةٌ إِلَيْهَا فَلَا مَنْع مِنْهَا؛ وَذَلِكَ كَمَا إِذَا أَخْبَرَهُ بِأَنَّ إِنْسَانًا يُرِيد الْفَتْك بِهِ، أَوْ بِأَهْلِهِ، أَوْ بِمَالِهِ، أَوْ أَخْبَرَ الْإِمَام، أَوْ مَنْ لَهُ وِلَايَةٌ بِأَنَّ إِنْسَانًا يَفْعَل كَذَا، وَيَسْعَى بِمَا فِيهِ مَفْسَدَة.
Dan setiap yang disebutkan tentang adu domba ini jika tidak ada padanya kemaslahatan yang syar’i maka jika kebutuhan menuntutnya maka tidak ada larangan padanya, dan demikian itu sebagaimana jika dia mengabarkannya dengan bahwasanya manusia menginginkan kejelekan padanya, atau kepada pelakunya, atau hartanya, atau mengabarkan kepada pemimpin atau orang yang dia memiliki kekuasaan terhadap bahwasanya orang yang melakukan demikian, dan memperluas apa-apa yang ada padanya kerusakan.
وَيَجِب عَلَى صَاحِب الْوِلَايَةِ الْكَشْف عَنْ ذَلِكَ وَإِزَالَته. فَكُلّ هَذَا وَمَا أَشْبَهَ لَيْسَ بِحَرَامٍ، وَقَدْ يَكُون بَعْضه وَاجِبًا، وَبَعْضه مُسْتَحَبًّا عَلَى حَسَب الْمَوَاطِن. وَاَللَّه أَعْلَم. (شرح النووي على مسلم: ج 1 / ص 214).
Dan wajib bagi yang memiliki kekuasaan untuk menyingkap yang demikian itu dan mensirnakannya. Semua ini dan yang menyerupainya bukan harom, dan terkadang keberadaan sebagiannya wajib, dan sebagian yang lain mustahab (sunnah) disesuaikan atas keadaan. Dan Alloh yang (أَعْلَم) Paling Mengetahui-. (Syarhun Nawawy ‘Ala Muslim: Juz 1/214).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar