NIKMATNYA KEAMANAN DAN KETENANGAN DALAM ISLAM DAN SIKAP SEORANG MUSLIM DALAM MENGHADAPI FITNAH
Disadur dari ceramah:
Asy-Syaikh Abu Abdirrahman Yahya bin Ali Al-Hajuriy
Asy-Syaikh Abu Abdirrahman Yahya bin Ali Al-Hajuriy
Disertai dengan:
SEBAB-SEBAB MERAIH KEAMANAN DAN KETENANGAN DALAM KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA, BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA
SEBAB-SEBAB MERAIH KEAMANAN DAN KETENANGAN DALAM KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA, BERMASYARAKAT BERBANGSA DAN BERNEGARA
Ditulis oleh:
Abul ‘Abbas Khidhir bin Nursalim Al-Limboriy Al-Mulkiy
Abul ‘Abbas Khidhir bin Nursalim Al-Limboriy Al-Mulkiy
Diterjemahkan oleh:
Abu Nu’aim Ali bin Mu’allim Al-Bloriy Al-Jawi
Abu Nu’aim Ali bin Mu’allim Al-Bloriy Al-Jawi
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
الحمد لله رب العالمين والصلاة والسلام على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم. أما بعد:
Sesungguhnya seagung-agungnya wasiat adalah wasiatnya Robb semua makhluk yaitu bertaqwa kepada Allah dengan ketaqwaan diperoleh keamanan disemua tempat (dunia dan akhirat) dan terjaga dari kehancuran serta diperoleh pula kebahagiaan hidup dan bertempat tinggal, kebaikan yang banyak dan mendatangkan barakah, Allah Ta’ala berkata:
وَلَوْأَنَّأَهْلَالْقُرَىآَمَنُواوَاتَّقَوْالَفَتَ حْنَاعَلَيْهِمْبَرَكَاتٍمِنَالسَّمَاءِوَالْأَرْضِ [الأعراف/96].
” Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi”(. (Al-A’raf: 96).
Sesungguhnya keamanan adalah tuntutan yang penting dan simpanan yang berharga, karena keamanan adalah ketenangan seseorang, keluarga dan manusia untuk hidup dengan kehidupan yang bahagia di dunia yang mereka tidak takut akan ancaman teraniayannya agama mereka, jiwa-jiwa mereka, kehormatan mereka danharta-harta mereka.
Bahkan keamanan adalah asas semua kehidupan yang berperikemanusian. Dan Allah telah menganugerahkan keamanan atas hamba-hamba-Nya, Allah Ta’ala berkata:
+فَلْيَعْبُدُوارَبَّهَذَاالْبَيْتِ (3) الَّذِيأَطْعَمَهُمْمِنْجُوعٍوَآَمَنَهُمْمِنْخَوْفٍ _ [قريش/3، 4].
” Maka hendaklah mereka menyembah Robb pemilik rumah ini (Ka’bah (yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”. (Al-Qurasiy: 3-4). Dan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«من أصبح آمنا في سربه معافى في بدنه، عنده قوت يومه ، فكأنما حيزت له الدنيا»
“Siapa saja yang pada pagi harinya dia beriman di rumahnya, yang sehat badannya serta memiliki makanan yang cukup untuk hari itu maka seolah-olah dunia dan seluruh isinya dikumpulkan untuknya. (HR. At-Timridziy, dari Ubadillah bin Mihshan).
Dan jika keamanan sudah hilang serta sudah goncang tiang-tiangnya maka janganlah kamu bertanya tentang fitnah dan kerusakan yang besar yang akan terjadi yang diakibatkan hilangnya keamanan tersebut, karena keamanan dan keimanan adalah beriringan yang saling menguatkan (mengharuskan), tidak bisa terpisahkan dan tidaklah para shahabat Radhiyallahu ‘Anhum hijrah dari Mekkah ke Habasyah (Etiopia) kecuali untuk memperoleh keamanan. Dan tidaklah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan para shahabatnya yang mulia Radhiayallahu ‘Anhum hijrah dari Mekkah ke Madinah kecuali untuk mendapatkan keamanan sehingga kaum muslimin bisa beribadah kepada Allah ‘Azza wa Jalla dalam keadaan aman. Karena bagaimana mungkin kehidupan itu bisa tegak tanpa adanya keamanan dan ketenangan?. Dan bagaimana mungkin ditegakkan peribadahan kepada Allah Ta’ala, berjalankan kegiatan masjid, ditegakkannya syia’r-syi’ar Islam tanpa adanya keamanan dan ketenangan?! Dan bagaimana mungkin kehidupan manusia bisa tegak tanpa keamanan dan ketenangan?!.
Sesungguhnya Islam adalah agama rahmat dan penuh ketenangan dan juga Islam adalah agama keamanan dan ketentraman, dan karena menjaga keamanan dan ketentramanlah Allah memperingatkan kaum muslimin dari fitnah. Allah Ta’ala berkata:
وَاتَّقُوافِتْنَةًلَاتُصِيبَنَّالَّذِينَظَلَمُوامِ نْكُمْخَاصَّةًوَاعْلَمُواأَنَّاللَّهَشَدِيدُالْعِق َابِ [الأنفال/25].
“Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zhalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya)”. (Al-Anfaal: 25). Dan berkata Nabi Shallallahu ‘Aalihi wa Sallam ketika menjelaskan bahayanya fitnah:
«يُوشِكُ (أن يقرب) أَنْ يَكُونَ خَيْرَ مَال ِالْمُسْلِم ِغَنَمٌا يَتْبَعُ بِهَا شَعَفَ الْجِبَالِ (أي رؤوس الجبال) وَمَوَاقِعَ الْقَطْرِ، يَفِرُّبِدِينِهِ مِنَ الْفِتَنِ».
“Hampir-hampir akan terjadi suatu waktu yang sebaik-baik harta seorang muslim adalah seekor kambing yang dia mengikutinya kepuncak-puncak gunung dan tempat air yang dialari mengasingkan diri dari fitnah, dengan membawa agamanya”. (Muttafaqun ‘Alaih, dari Abu Said Al-Khudriy).
Dan karena inilah tugasnya orang yang bahagia adalah menjauhi fitnah sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«إن السعيد لَمَن جُنِّبَ الفِتَن، إن السعيد لَمَن جُنِّبَ الفِتَن، إن السعيد لَمَن جُنِّبَ الفِتَن، ولَمن ِابْتُلِي َفصبر، فَواها (أي فوا عجبا له».
“Sesungguhnya orang yang bahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah, sesungguhnya orang yang bahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah, sesungguhnya orang yang bahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah, dan juga diberi cobaan maka dia bersabar, maka betapa mengagumkan kebahagian yang dimilikinya)”. (HR. Abu Dawud, dari hadits Miqdad bin Aswad).
Maka yang wajib bagi seorang muslim ketika menghadapi fitnah adalah bersabar dan bergegas untuk beramal shalih dan menyibukan diri dengan beribadah kepada Allah Ta’ala, karena Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
بادروا بالأعمال فتنا كقطع الليل المظلم يصبح الرجل مؤمنا ويمسي كافرا أويمسي مؤمنا ويصبح كافرا يبيع دينه بعرض من الدنيا قليل.
“Bergegaslah untuk beramal ketika menghadapi fitnah, yang fitnah itu seperti sebagian malam yang gelap yang seseorang itu beriman pada pagi hari dan menjadi kafir di sore harinya, atau seseorang itu beriman di sore hari lalu menjadi kafir di pagi harinya. Dia menjual agamanya dengan harta benda dunia yang sedikit). (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Dan wajib bagi seorang muslim untuk memenuhi panggilan Allah dan Rasul-Nya Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika Allah dan Rasul-Nya menyerunya. Karena dalam seruan itu terdapat kebahagian dunia dan akhirat. Berkata Allah Ta’ala:
يَاأَيُّهَاالَّذِينَآَمَنُوااسْتَجِيبُوالِلَّهِوَل ِلرَّسُولِإِذَادَعَاكُمْلِمَايُحْيِيكُمْ [الأنفال/24].
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kalian).(Al-Anfaal: 24).
Dan siapa saja yang tidak memenuhi seruan Allah dan Rasul-Nya maka sungguh dia memasukan dirinya ke dalam fitnah, Allah Ta’ala berkata:
فَلْيَحْذَرِالَّذِينَيُخَالِفُونَعَنْأَمْرِهِأَنْت ُصِيبَهُمْفِتْنَةٌأَوْيُصِيبَهُمْعَذَابٌأَلِيمٌ [النور/63].
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih). (An-Nuur: 63).
Karena seorang muslim wajib untuk berhukum dengan syari’at Allah dan dia menundukkan dirinya dalam pergaulannya, perbuatannya, dan aktivitasnya pada syari’at Allah Ta’ala. Hal ini tidak akan terwujud kecuali dia harus kembali kepada ulama yang memiliki pemahaman yang dalam dan orang yang diberi pemahaman oleh Allah Ta’ala, dan juga orang yang diberi hikmah dan diberi petunjuk tentang kebenaran dakwah di jalan Allah terutama waktu terjadinya fitnah, karena ketika terjadi fitnah maka tercampurlah kebenaran dengan kebatilan sehingga perkara-perkara menjadi samar pada kebanyakan manusia maka wajib kembali kepada ulama, Allah Ta’ala berkata:
وَإِذَاجَاءَهُمْأَمْرٌمِنَالْأَمْنِأَوِالْخَوْفِأَ ذَاعُوابِهِوَلَوْرَدُّوهُإِلَىالرَّسُولِوَإِلَىأُو لِيالْأَمْرِمِنْهُمْلَعَلِمَهُالَّذِينَيَسْتَنْبِط ُونَهُمِنْهُمْ [النساء/83].
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. Dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya akan dapat mengetahuinya dari mereka). (An-Nisa’: 83.(
Dan karena inilah maka agama Islam memerintahkan untuk taat kepada pemimpin kaum muslimin dalam perkara yang bukan maksiat, supaya menjaga keamanan dan ketenangan kaum muslimin, Allah Ta’alaberkata:
يَاأَيُّهَاالَّذِينَآَمَنُواأَطِيعُوااللَّهَوَأَطِ يعُواالرَّسُولَوَأُولِيالْأَمْرِمِنْكُمْ [النساء/59].
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya, dan ulil amri di antara kalian). (An-Nisa’: 59).
Dan Islam memperingatkan dari ketidaktaatan kepada pemimpin untuk menjauhi fitnah sebagaiamana perkataan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
«من خرج من الطاعة وفارق الجماعة ، فمات على ذلك فميتته جاهلية»
“Siapa saja yang keluar dari ketaatan (kepada penguasa) dan memisahkan diri dari jama’ah (kaum muslimin), lalu dia mati dalam keadaan seperti itu maka matinya itu adalah mati jahiliyyah”. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Dan siapa saja yang ingin mematahkan tongkat kaum muslimin dan memecah persatuan mereka serta menggoyangkan keamaan mereka maka hukumnya sebagimana yang dikatakan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
مَنْ أَتَاكُمْ وَأَمْرُكُمْ جَمِيعٌ يُرِيدُ أَنْ يُفَرِّقَ جَمَاعَتَكُمْ فَاقْتُلُوهُ (كائنا من كان).
“Siapa saja yang ingin memecahkan tongkat kalian atau memecah (persatuan) jamaah kalian maka bunuhlah (siapapun orangnya)”. (HR. Muslim dari hadits Arfajah Al-Asyja’iy).
Maka hendaknya orang-orang muslimin berhati-hati dari sebagian manusia yang dunggu akal pikirannya, yang muda-muda umurnya, yang mereka berusaha untuk mengobarkan fitnah, kekacauan, kebencian, kedengkian dan kebencian diantara pemuda-pemuda mereka. Benarlah Allah ketika dia berkata:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يُعْجِبُكَ قَوْلُهُ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيُشْهِدُ اللَّهَ عَلَى مَا فِي قَلْبِهِ وَهُوَ أَلَدُّ الْخِصَامِ (204) وَإِذَا تَوَلَّى سَعَى فِي الْأَرْضِ لِيُفْسِدَ فِيهَا وَيُهْلِكَ الْحَرْثَ وَالنَّسْلَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْفَسَادَ (205) وَإِذَا قِيلَ لَهُ اتَّقِ اللَّهَ أَخَذَتْهُ الْعِزَّةُ بِالْإِثْمِ فَحَسْبُهُ جَهَنَّمُ وَلَبِئْسَ الْمِهَادُ (206) [البقرة/204-206].
“Dan diantara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal dia adalah penantang yang paling keras. Dan apabila dia berpaling (dari kalian), dia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertaqwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya”. (Al-Baqarah: 204-206).
Sesungguhnya kami mendengar pada hari ini dan kami membaca hal-hal yang sedang terjadi di negara-negara tetangga seperti: Somali, Iraq dan negara lainnya yang sedang menderita dari ketidak adanya keamanan dan ketenangan yang disebabkan adanya pergolakan, perang, perpecahan dan pembunuhan sehingga ditumpahkanlah darah, dihancurkannya rumah-rumah, dirusakkan kebun-kebun dan pabrik-pabrik dan tidak terpakainya pasar-pasar dan diputuskan jalan-jalan maka di sana para manusia tidak aman atas kehidupan mereka, tidak pula atas harta-harta mereka dan tidak pula atas kehormatan mereka.
Semua ini sedang terjadi di sekitar kalian wahai penduduk yaman! maka ambillah pelajaran dan berwaspadalah dari dai-dai (penyeru) fitnah yang tujuan mereka hanyalah kepentingan pribadi mereka, dan mereka berusaha untuk menyalakan api fitnah. Allah berkata:
كُلَّمَا أَوْقَدُوا نَارًا لِلْحَرْبِ أَطْفَأَهَا اللَّهُ وَيَسْعَوْنَ فِي الْأَرْضِ فَسَادًا وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ [المائدة/64].
“Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan di muka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan”. (Al-Maidah:64).
Dan waspadalah kalian dari surat kabar-surat kabar (koran-koran) yang menanam kedengkian, kebencian dan perpecahan diantara orang-orang Yaman yang bersatu, karena sesungguhnya hal-hal yang terjadi pada hari ini disebagian kota-kota di Yaman berupa demonstrasi, pencarian perlindungan, fanatik pada kabilahnya dan fanatik pada daerahnya dan terputusnya jalan-jalan umum dan adanya seruan untuk memisahkan diri atau untuk memecahkan persatuan rakyat Yaman maka ini semua sungguh telah menyelisihi agama Allah dan termasuk zhalim (melampui batas dan permusuhan).
Karena fitnah itu tidak menghilangkan kerusakan kefakiran, dan tidak pula kemaksiatan. Bahkan fitnah itu manambahi kejelekan dan menyeret negara Yaman ke jurang kehancuran dan kerusakan serta menyeret pula pada pembunuhan dan perang diantara orang-orang Yaman, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
….إن دماءكم وأموالكم وأعراضكم عليكم حرام, كحرمة يومكم هذا فى بلدكم هذا فى شهركم هذاوستلقون ربكم فيسألكم عن أعمالكم ألا فلا ترجعوا بعدى كفارا يضرب بعضكم رقاب بعض.
“….Sesungguhnya darah-darah kalian (muslimin), harta-harta kalian, kehormatan kalian adalah haram atas kalian seperti diharamkannya (disucihkannya) hari kalian ini dalam Negara kalian ini, dalam bulan ini dan kalian akan bertemu Robb kalian lalu dia akan bertanya kepada kalian tentang amal-amal kalian maka ingat-ingatlah janganlah kalian kembali ke dalama kekafiran sepeningalku yang sebagian kalian memenggal leher atau membunuh sebagian yang lainnya”. (Muttafaqun ‘Alaih dari hadits Abu Bakrah).
Dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
ومن قاتل تحت راية عمية يغضب لعصبة أو يدعو إلى عصبة أو ينصر عصبة فقتل فقتلة جاهلية ومن خرج على أمتي يضرب برها وفاجرها ولا يتحاش من مؤمنها ولا يفي لذي عهد عهده فليس مني ولست منه.
“Dan siapa saja dia berperang di bawah bendera kesombongan yang dia marah karena kefanatikan atau dia mengajak kepada kefanatikan atau menolong karena kefanatikan lalu dia dibunuh maka terbunuh seperti terbunuhnya orang-orang jahiliyyah. Dan siapa saja yang dia keluar (memerangi) umatku, dia membunuh orang-orang baik dan orang orang-orang jeleknya serta tidak memperdulikan orang-orang mukminnya, dia tidak menepati janji kepada orang yang memiliki janji maka dia bukan termasuk golonganku dan aku bukan dari golongannya”. (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Dan dahulu salaf (pendahulu umat ini) menyukai untuk membuat permisalan dengan bait-bait ini ketika menghadapi fitnah sebagaiamana yang disebutkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy:
الْحَرْبُ أَوَّلُ مَا تَكُونُ فَتِيَّةً
تَسْعَى بِزِينَتِهَا لِكُلِّ جَهُولِ
حَتَّى إِذَا اشْتَعَلَتْ وَشَبَّ ضِرَامُهَا
وَلَّتْ عَجُوزًا غَيْرَ ذَاتِ حَلِيلِ
شَمْطَاءَ يُنْكَرُ لَوْنُهَا وَتَغَيَّرَتْ
مَكْرُوهَةً لِلشَّمِّ وَالتَّقْبِيلِ
Perang itu awalnya bagaikana seorang gadis
Dia berusaha untuk menghiasi (menggiurkan semua orang-orang bodoh
Sampai jika perang sudah menyala dan berkobar bara apinya
Dan wanita tadi sudah berlalu menjadi nenek yang tidak memiliki kecantikan
Beruban yang dibenci warnanya dan sudah berubahlah dia
Tidak disenangi lagi untuk menciumnya.
Dan karena inilah maka wajib atas orang-orang muslim untuk menjauhi fitnah dan menutup pintu-pintunya, dan mencela orang-orang yang suka mencarinya karena perkataan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
إنها ستكون فتن القاعد فيها خير من الماشي فيها والماشي فيها خير من الساعي إليها ألا فإذا نزلت أو وقعت فمن كان له إبل فليلحق بإبله ومن كانت له غنم فليلحق بغنمه ومن كانت له أرض فليلحق بأرضه……
“Akan terjadi banyak fitnah yang mana orang-orang yang duduk dalam fitnah itu lebih baik dari pada orang-orang yang berjalan dan orang-orang yang berjalan lebih baik dari pada orang-orang yang berlalri-lari pelan. Ketahuilah jika fitnah itu sudah terjadi maka siapa saja yang punya onta maka hendaklah dia mengikuti ontanya dan siapa saja yang memiliki kambing maka hendaklah mengikuti kambingnya dan siapa saja yang memiliki sebidang tanah (untuk bertani) hendaklah dia pergi ke tanah itu”. (HR. Muslim dari Abu Bakrah).
Dan tidak ada keselamatan bagi umat ini dari fitnah dan bencana yang menimpanya kecuali dengan berpegang teguh dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah yang sesuai dengan manhajnya salaf umat ini dan dibuang sebab-sebab perpecahan dan perselisihan. Karena Allah berkata:
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا [آل عمران/103]
“Dan berpeganglah kalian semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kalian bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepada kalian ketika kalian dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hati kalian, lalu menjadilah kalian karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara”.(Ali Imran: 103).
Ya Allah jauhkanlah kami dari fitnah baik itu yang nampak atau yang tersembunyi. Ya Allah siapa saja yang ingin berbuat makar atau kejelekan kepada rakyat Yaman atau berusaha untuk membuat perpecahan dan perselisihan maka jadikanlah makarnya untuk kecelakaan mereka sendiri dan hancurkanlah mereka sehancur-hancurnya. Dan segala puji bagi Allah Robb semesta alam.
SEBAB-SEBAB MERAIH KEAMANAN DAN KETENANGAN DALAM KEHIDUPAN BERUMAH TANGGA, BERMASYARAKAT, BERBANGSA DAN BERNEGARA
Ditulis oleh:
Abul ‘Abbas Khidhir bin Nursalim Al-Limboriy Al-Mulkiy
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
االحمد لله رب العالمين, والعاقبة للمتقين, وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه. أما بعد:
Diantara sebab-sebab tergapainya keamanan dan ketentraman dalam berumah tangga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara adalah:
1. Berislam (Memeluk Agama Islam).
Bila seseorang telah memeluk agama Islam dan menjalankan segala macam aturan-aturan dan syari’at-syari’atnya maka dia telah berada di puncaknya kenikmatan, yang kenikmatan tersebut meliputi ketenangan, keamanan dan ketentraman hidup, Allah Ta’ala berkata tentang agama Islam yang telah sempurna ini:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا [المائدة/3]
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu”. (Al-Maidah: 3).
Syari’at Islam telah memberikan jaminan kepada siapa saja yang mau memeluk Islam dengan jaminan keamanan dan ketenangan hidup, di dalam “Ash-Shahihain” dari Abu Hurairah Radhiayallahu ‘Anhu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَيُقِيمُوا الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّى دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّ الإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ».
“Aku diutus untuk memerangi manusia sampai mereka bersaksi: Tidak ada sesembahan yang berhaq disembah kecuali Allah, dan Muhammad adalah Rasulullah, menegakan shalat, menunaikan zakat, jika mereka mengerjakan yang demikian itu maka terlindungi dariku darah-darah mereka, harta-harta mereka kecuali dengan haq Islam, dan perhitungan mereka kepada Allah”.
2. Bertauhid dan Beriman
Allah Ta’ala berkata:
وَعَدَ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْفَاسِقُونَ [النور/55].
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik”. (An-Nuur: 55).
3. Bertaqwa dan Bertawakkal
Allah Ta’ala berkata:
وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْرًا (3) [الطلاق/2، 3]
“Barangsiapa bertaqwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. (Ath-Thalaq: 2-3).
4. Dzikir (Mengingat Allah).
Allah Ta’ala berkata:
الَّذِينَ آَمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُمْ بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ [الرعد/28]
“Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram”. (Ar-Ra’d: 28).
5. Berpegang Teguh dengan Kebenaran
Berpegang teguhnya seseorang kepada suatu kebenaran maka dengan sebab itu akan lenyap darinya segala macam yang tidak mencocoki dirinya dan tidak mencocoki kebenaran itu, juga akan memunculkan kebaikan yang dia senangi, baik itu berupa ketenangan, ketentraman dan kebahagian hidup, hal ini disebabkan dengan berkibarnya kebenaran dan lenyapnya kebatilan yang selalu mempengaruhi hidupnya, Allah Ta’ala berkata:
وَقُلْ جَاءَ الْحَقُّ وَزَهَقَ الْبَاطِلُ إِنَّ الْبَاطِلَ كَانَ زَهُوقًا (81) وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآَنِ مَا هُوَ شِفَاءٌ وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ وَلَا يَزِيدُ الظَّالِمِينَ إِلَّا خَسَارًا (82) [الإسراء/81، 82].
“Dan katakanlah: “Yang benar telah datang dan yang batil telah lenyap”. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti lenyap. Dan Kami turunkan dari Al-Quran suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian”. (Al-Isra’: 81-82).
Kebenaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang barang siapa berpegang teguh kepadanya maka Allah Ta’ala akan memberinya penerang (cahaya) kejalan jalan yang lurus, yang dipenuhi dengan ketenangan dan ketentraman ketika seseorang mengikuti jalan tersebut, Allah Ta’ala berkata:
﴿رَسُولًا يَتْلُو عَلَيْكُمْ آَيَاتِ اللَّهِ مُبَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَ الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَمَنْ يُؤْمِنْ بِاللَّهِ وَيَعْمَلْ صَالِحًا يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا قَدْ أَحْسَنَ اللَّهُ لَهُ رِزْقًا﴾ [الطلاق/11]
“(Dan mengutus) seorang Rasul yang membacakan kepada kalian ayat-ayat Allah yang menerangkan segala sesuatu, supaya dia mengeluarkan orang-orang yang yang beriman dan yang mengerjakan amal shalih dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang. Dan barang siapa beriman kepada Alloh dan mengerjakan amal shalih niscaya Allah akan memasukannya ke dalam jannah (surga) yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya, sesungguhnya Alloh memberikan rizqi yang terbaik baginya”. (Ath-Thalaq: 11). Allah Ta’ala juga berkata:
﴿هُوَ الَّذِي يُنَزِّلُ عَلَى عَبْدِهِ آَيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَإِنَّ اللَّهَ بِكُمْ لَرَءُوفٌ رَحِيمٌ﴾ [الحديد/9].
“Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya Ayat-ayat yang terang (Al-Quran), supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar Ar-Rauuf lagi Ar-Rohiim terhadap kalian”. (Al-Hadiid: 9).
Allah Ta’ala juga berkata:
﴿هُوَ الَّذِي يُصَلِّي عَلَيْكُمْ وَمَلَائِكَتُهُ لِيُخْرِجَكُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَكَانَ بِالْمُؤْمِنِينَ رَحِيمًا﴾ [الأحزاب/43].
“Dia-lah yang memberi rahmat kepada kalian dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untuk kalian), supaya Dia mengeluarkan kalian dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). dan adalah Dia Ar-Rahiim kepada orang-orang yang beriman”. (Al-Ahzab: 43). Allah Ta’ala juga berkata:
﴿وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا مُوسَى بِآَيَاتِنَا أَنْ أَخْرِجْ قَوْمَكَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَذَكِّرْهُمْ بِأَيَّامِ اللَّهِ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآَيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ﴾ [إبراهيم/5].
“Dan Sesungguhnya Kami telah mengutus Musa dengan membawa Ayat-ayat Kami, (dan Kami perintahkan kepadanya): “Keluarkanlah kaummu dari kegelapan yang menggulita kepada cahaya terang benderang dan ingatkanlah mereka kepada hari-hari Allah”. Sesunguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi setiap orang penyabar dan banyak bersyukur”. (Ibrohim: 5). Allah Ta’ala berkata:
﴿الر. كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَى صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ﴾ [إبراهيم/1].
“Alif, Laam Raa. (ini adalah) kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Robb mereka, (yaitu) menuju jalan Robb yang Al-’Aziz lagi Al-Hamiid”. (Ibrohim: 1). Allah Ta’ala juga berkata:
﴿يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلَامِ وَيُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِهِ وَيَهْدِيهِمْ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ﴾ [المائدة/16].
“Dengan kitab Itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaan-Nya ke jalan keselamatan, dan (dengan kitab itu pula) Allah mengeluarkan orang-orang itu dari gelap gulita kepada cahaya yang terang benderang dengan seizin-Nya, dan menunjuki mereka ke jalan yang lurus”. (Al-Maidah: 16). Allah Ta’ala juga berkata:
﴿اللَّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آَمَنُوا يُخْرِجُهُمْ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَوْلِيَاؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُمْ مِنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ﴾ [البقرة/257].
“Allah pelindung orang-orang yang beriman; Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan (kekafiran) kepada cahaya (iman). Dan orang-orang yang kafir, pelindung-pelindungnya adalah syaithan, yang mengeluarkan mereka dari cahaya kepada kegelapan. Mereka itu adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”. (Al-Baqarah: 257).
Dan barang siapa melepaskan dirinya dan berpaling dari kebenaran yang ada di dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah serta tidak melaksakan apa yang disyari’atkan maka hidupnya tidak akan tenang baik di dunianya maupun diakhiratnya, Allah Ta’ala berkata:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آَيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126) وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآَيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الْآَخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى (127) [طه/124، 127].
“Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta”. Orang tersebut berkata: “Ya Robbku, mengapa Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang yang melihat?” Allah berkata: “Demikianlah, telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, lalu kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun dilupakan”. Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Robbnya. dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal”. (Thaahaa: 124-127).
6. Beramal Shalih.
Dengan amalan shalih seseorang akan dapat meraih ketenangan hidup di dunia dan akan terjaga serta terpelihara jiwa raga, harta benda dan kehormatannya, dan akan anak keturunannya pun akan merasakan kebaikan tersebut, Allah Ta’ala berkata:
وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ [الكهف/82].
“(Berkata Khidhir kepada Musa): Adapun dinding rumah adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang bapaknya adalah orang shalih, maka Robbmu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Robbmu”. (Al-Kahfi: 82).
Demikianlah pengaruh amal shalih terhadap pelakunya di dunia ini. Tidak hanya itu, namun diakhirat pun dia dapatkan kebaikan dan pengaruhnya, Allah Ta’ala berkata:
مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ [النحل/97].
“Barangsiapa yang beramal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan dia beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (An-Nahl: 94).
وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا [النساء/124].
“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal shalih, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam Jannah dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun”. (An-Nisa’: 124).
7. Keharusan bagi Muslimah yang Safar untuk Ditemani Mahramnya
Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhariy dalam “Shohihnya” dari Ibnu ‘Abbas Radhiyallahu ‘Anhuma, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
﴿لا تسافر المرأة إلا مع ذي محرم ولا يدخل عليها رجل إلا ومعها محرم﴾.
“Tidak boleh bagi wanita melakukan safar kecuali bersama mahrom dan tidak boleh bagi seseorang masuk (menemui) wanita kecuali wanita tersebut bersama mahramnya”.
Demikianlah indahnya syari’at Islam yang telah memposisikan kaum Hawa (para wanita) pada posisi yang paling mulia. Tidaklah syari’at membuat aturan semisal itu melainkan untuk kemaslahatan dan terjaganya kehormatan kaum Hawa, bila aturan tersebut ditaati maka buah yang akan dipetik adalah ketenangan, ketentraman, kedamaian dan kebahagian hidup baik di dunia ini maupun diakhirat kelak, dan dila dilanggar maka kenistaan, penderitaan dan kesengsaraan yang akan dirasa, Allah Ta’ala berkata:
مَنْ عَمِلَ سَيِّئَةً فَلَا يُجْزَى إِلَّا مِثْلَهَا وَمَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ يُرْزَقُونَ فِيهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ [غافر/40].
“Barangsiapa mengerjakan perbuatan jahat, maka dia tidak akan dibalasi melainkan sebanding dengan kejahatan itu. Dan barangsiapa mengerjakan amal yang shalih baik laki-laki maupun perempuan sedang dia dalam keadaan beriman, maka mereka akan masuk Jannah (surga), mereka diberi rezki di dalamnya tanpa hisab”. (Ghaafir: 40).
Dan bila syariat dan aturan-aturannya tersebut dilanggar dan diselisihi maka petaka, penderitaan dan bencana akan Allah Ta’ala timpakan, Allah Ta’ala berkata:
فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ [النور/63]
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih”. (An-Nuur: 63).
Dan merupakan perkara yang sangat memilukan adanya sekelompok anak Adam yang dianggap sebagai pegiat dakwah, atau tidak tanggung-tanggung melabeli namanya dengan gelar Al-Ustadz atau bahkan tidak malu-malu berlagak sebagai anggota ulama’ (anggota masyayikh) yang berani-baraninya mendirikan tempat penampung khusus kaum Hawa, yang mereka namai dengan TN (Tarbiyatun Nisa’) padahal lebih pastasnya dinamai dengan TN (Tadhribun Nisa’), yang sarang atau tempat penampung seperti itu tidak satu pun dari kalangan salafush shalih mendirikannya, tidak pula mereka menjadi para pengajarnya, dan tidak pula menjadi pengurusnya. Dan didapati pada TN (Tarbiyatun Nisa’) ini penyelisihan syariat bermodel-model ragamnya, diantaranya:
- Safaranya para wanita ke TN tersebut dengan tanpa ditemani mahram.
- Tinggal di asrama TN berkumpul sesama kaum wanita dan bila dari mereka ada yang sakit maka mahram kontrak (pak ustadz) ikut melibatkan diri, atau kalau ada halangan maka menunjuk asistennya untuk menanganinya, baik diterapi (ruqyah) atau diantar ke Rumah Sakit dengan tanpa mahram.
- Pada waktu-waktu tertentu (liburan) pak ustadz yang jahat dan jelek mengajak para wanita-wanita di TN-nya untuk melakukan rekreasi bersamanya, baik rekresinya ke tempat yang sepi semisal rekreasi ke gunung-gunung. Atau rekreasi ke tempat keramaian semisal ke kolam renang, ke kebun binatang dan ke tempat lainnya, yang para orang tua dan para mahram wanita-wanita tersebut tidak mengetahui keberadaan putri-putrinya yang dipermainkan oleh ustadz-ustadz tolol lagi jahat itu.
8. Menghadiri Majelis Ilmu
Allah Ta’ala berkata:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ وَإِذَا قِيلَ انْشُزُوا فَانْشُزُوا يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ [المجادلة/11]
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepada kalian: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untuk kalian. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kalian”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Al-Khabiir atas apa yang kalian kerjakan”. (Al-Mujadilah: 11).
Diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dalam “Shahihnya” dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
ومن سلك طريقا يلتمس فيه علما سهل الله له به طريقا إلى الجنة وما اجتمع قوم في بيت من بيوت الله يتلون كتاب الله ويتدارسونه بينهم إلا نزلت عليهم السكينة وغشيتهم الرحمة وحفتهم الملائكة.
“Dan barangsiapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka untuk menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju jannah, dan tidaklah berkumpul suatu kaum di rumah dari rumah-rumah Allah (masjid) yang mereka membaca kitab Allah (Al-Qur’an) dan mereka saling mengajarkannya diantara mereka melainkan akan turun kepada mereka ketenangan, dan diliputi rahmat dan dinaungi oleh malaikat”.
9. Mentaati Ulil Amri (Penguasa dan Ulama) dan Mengembalikan Probkematika Umat Kepada Mereka
Allah Ta’ala berkata:
وَإِذَا جَاءَهُمْ أَمْرٌ مِنَ الْأَمْنِ أَوِ الْخَوْفِ أَذَاعُوا بِهِ وَلَوْ رَدُّوهُ إِلَى الرَّسُولِ وَإِلَى أُولِي الْأَمْرِ مِنْهُمْ لَعَلِمَهُ الَّذِينَ يَسْتَنْبِطُونَهُ مِنْهُمْ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ لَاتَّبَعْتُمُ الشَّيْطَانَ إِلَّا قَلِيلًا [النساء/83]
“Dan apabila datang kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka lalu menyiarkannya. dan kalau mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya dari mereka (Rasul dan ulil Amri). kalau tidaklah karena karunia dan rahmat Allah kepada kalian, tentulah kalian mengikut syaithan, kecuali sebahagian kecil saja (di antara kalian)”. (An-Nisa’: 83).
Allah Ta’ala berkata:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآَخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا (59) [النساء/59]
“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (Sunnahnya), jika kalian benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya”. (An-Nisa’: 59).
10. Membenci dan Berlepas Diri dari Kaum Hizbiyyah dan Fitnah-fitnah yang Mereka Tebarkan
Sudah merupakan perkara yang dimaklumi bahwa keberadaan kaum hizbiyyah di manapun mereka berada akan melahirkan perpecahan dan menimbulkan ketidak tenangan dalam segala aspek kehidupan, lebih-lebih di bidang pendidikan, akan mengalami pengaruh akibat dari makar dan prilaku kaum hizbiyyah tersebut, sekedar contoh di markiz Darul Hadits Dammaj awalnya para penuntut ilmu dari berbagai negara dan suku, hidup penuh dengan ketenangan, ketentraman dan kebaikan yang banyak, namun kemudian muncul sekelompok kaum hizbiyyin yang dikomandai oleh Abdurrahman Al-Adeniy melakukan upaya perpecahan, provokator massa, dan berbagai macam makar, yang tidak sedikit dari para penuntut ilmu menjadi korban kejahatannya, yang pada akibatnya mereka sendiri menjadi korbannya, begitu pula orang-orang yang fanatik dan taklid kepada mereka merasakan kepedihannya, pendidikannya terbengkalai, sebagiannya terusir dengan hina dari Darul Hadits Dammaj, sebagiannya lagi terus menjadi bebek dan beo (baca; taqlid). Maka sungguh kebahagian bagi siapa saja yang tidak ikut melibatkan diri dalam hizbiyyahnya mereka, betapa benar apa yang diriwayatkan oleh Al-Imam Abu Dawud dari Miqdad bin Aswad, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«إن السعيد لَمَن جُنِّبَ الفِتَن، إن السعيد لَمَن جُنِّبَ الفِتَن، إن السعيد لَمَن جُنِّبَ الفِتَن، ولَمن ِابْتُلِي َفصبر، فَواها (أي فوا عجبا له».
“Sesungguhnya orang yang bahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah, sesungguhnya orang yang bahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah, sesungguhnya orang yang bahagia adalah orang yang dijauhkan dari fitnah, dan juga diberi cobaan maka dia bersabar, maka betapa mengagumkan kebahagian yang dimilikinya)”.
Allah Ta’ala berkata:
وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ ثُمَّ إِذَا مَسَّكُمُ الضُّرُّ فَإِلَيْهِ تَجْأَرُونَ [النحل/53]
“Dan apa saja nikmat yang ada pada kalianu, maka itu datangnya dari Allah, dan bila kalian ditimpa oleh kemudharatan, maka hanya kepada-Nya-lah kalian meminta pertolongan”. (An-Nahl: 53).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar