Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

BERMUKA DUA


BERMUKA DUA

Pertanyaan:
بسم الله الرحمن الرحيم
            Bagaimana pendapatmu dengan orang-orang yang apabila berjumpa dengan teman-temanmu mereka memuji-mujimu, mereka mengatakan bahwa kamu orang yang masih muda, kelahiran 85, di Dammaj belum lama tapi masyaAllah….. mereka memujimu yang terkadang berlebihan –yang tentu kamu tidak menyukainya- namun bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang terlihat tidak suka denganmu atau mereka berjumpa dengan mutawaqqifin maka mereka mengatakan: Kami sebenarnya tidak setuju dengan si Khodir, dia itu perusak, dia itu anak kemarin sore, kelahiran 85, baru-baru di Dammaj tapi kurang ajar berani membicarakan dan mentahdzir ustadz-ustadz kibar yang paling lama belajar di Dammaj?
Jawaban:
بسم الله الرحمن الرحيم
          الحمد لله رب العالمين، أما بعد:
          Orang yang melakukan perbuatan seperti itu ada dua kemungkinan:
Pertama: Biar dia dan juga dakwahnya diterima dimana-mana, dan ini merupakan manhajnya mumayyi’in, yang mereka memiliki pentolan di zaman ini yaitu Muhammad bin Abdillah Al-Imam pengasuh ma’had di Ma’bar-Yaman, yang dia adalah imamnya mumayyi’in, bila berjumpa dengan Salafiyyin maka dia memuji-muji Syaikhuna Yahya, dia mengatakan: “Asy-Syaikh Yahya adalah Imam Jarh wat Ta’dil di zaman ini, memegang As-Sunnah dengan pegangan besi, beliau adalah ‘alim……” namun bila berjumpa dengan hizbiyyin dia pun menjatuhkan Syaikhuna Yahya, Asy-Syaikh Yahya termasuk ulama’ shighor, Asy-Syaikh Yahya keras…..”, tidak puas dengan pembelaannya terhadap hizbiyyin dan dia mengakui bahwa Abdurrohman Al-Adny dan hizbinya adalah saudaranya semanhaj, dia pun sekarang mengakui bahwa Rofidhah adalah saudaranya seagama.
Kedua: Dia adalah provokator dan perusak, dan orang yang melakukan perbuatan tersebut secara tidak dia sadari telah terjatuh pada salah satu dari metode-metodenya orang-orang munafiq (kami tidak katakan: Mereka adalah munafiqun akan tetapi kami katakan mereka telah melakukan salah satu dari perbuatan orang-orang munafiq):
{وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14) اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (15)}
“Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: “Kami telah beriman”. Dan bila mereka kembali kepada syaithan-syaithan mereka maka mereka mengatakan: “Sesungguhnya kami sependirian dengan kalian, kami hanyalah berolok-olok”. Allah akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka“. (Al-Baqaroh: 14-15). Bila mereka bertemu dengan orang-orang yang masih memiliki bid’ah seperti TN maka mereka pun mengatakan kami bersama kalian, kita juga memiliki seperti yang kalian miliki, kita juga melakukan seperti yang kalian lakukan. Supaya mendapatkan dukungan dan memperoleh pengikut mereka menyembunyikan kebenaran, mereka menyembunyikan penjelasan atau fatwa ulama tentang masalah tersebut, dan mereka akan menjatuhkan orang mengingkari perbuatan mereka tersebut di hadapan orang-orang yang masih memiliki TN atau di hadapan orang-orang yang mereka anggap bisa terbawa dengan syubhat mereka, mereka mengatakan: Yang mengingkari TN itu tidak lain hanyalah para perusak, mereka itu jumlahnya sedikit, lihat di Sumatra mereka bikin rusak! di Jawa juga bikin rusak! di Ambon mereka juga bikin rusak! mereka diusir!!!.
Orang-orang tersebut menjatuhkan saudaranya Ahlussunnah dengan cara menjual manhaj mereka demi untuk mendapatkan satu dua orang pengikut atau demi untuk mendapatkan satu lahan dakwah:
{أُولَئِكَ الَّذِينَ اشْتَرَوُا الضَّلَالَةَ بِالْهُدَى فَمَا رَبِحَتْ تِجَارَتُهُمْ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ (16)} [البقرة: 16]
Mereka itulah orang-orang yang membeli kesesatan dengan petunjuk, maka tidaklah beruntung perdagangan mereka dan tidaklah pula mereka mendapat petunjuk“. (Al-Baqaroh: 16).
            Adapun perkataan mereka: “….dia itu anak kemarin sore, kelahiran 85, baru-baru di Dammaj tapi kurang ajar berani membicarakan dan mentahdzir ustadz-ustadz kibar yang paling lama belajar di Dammaj maka bukanlah ini yang jadi patokan namun yang menjadi patokan adalah kebenaran yang ada padanya! Tidakkah mereka melihat Abu Taubah di Dammaj sepuluh tahun lebih, namun bodoh tentang permasalahan hizbiyyah dan jam’iyyah ketika pulang di Indonesia dia jadi apa? Abu Abayah teranggap lama di Dammaj pulang jadi apa? Apakah mereka di atas kebenaran?!!! Oh tidak sama sekali, justru mereka adalah hizbiyyun yang paling bodoh. Adapun pendalilan mereka:
{الْبَرَكَةُ مَعَ أكابركم}
“Berkah bersama orang-orang besar kalian” maka ketahuilah bahwa makna“orang-orang besar” di sini adalah orang-orang yang berilmu, Al-Imam Ibnu Abdil Barr Rahimahullah berkata:
{وأن الكبير هو العالم في أي سن كان}
“Dan sesungguhnya orang yang besar adalah orang yang berilmu pada umur berapa pun dia”. Dan beliau juga berkata:
{وقالوا: الجاهل صغير وإن كان شيخا، والعالم كبير وإن كان حدثا}
“Dan mereka berkata: Orang yang bodoh adalah shoghir (kecil) walaupun dia orang tua, dan orang yang berilmu adalah kabir (besar) walau pun dia anak muda”.
            Dan beliau juga berkata:
{واستشهد بعضهم بأن عبد الله بن عباس رضي الله عنهما كان يستفتى وهو صغير، وأن معاذ بن جبل وعتاب بن أسيد كانا يفتيان وهما صغيرا السن}
 ”Sebagian mereka mempersaksikan bahwasanya Abdulloh bin ‘AbbasRadhiyallahu ‘Anhuma dahulu telah memberikan fatwa sedangkan diashoghir (masih anak muda), dan sesungguhnya Mu’adz bin Jabal dan ‘Attab bin Usaid keduanya memberikan fatwa kepada manusia sedangkan keduanya berumur masih muda”.
            Dan temasuk dari akhlaknya hizbiyyin adalah mengambil fatwa atau pendapat orang-orang yang dianggap tua walaupun pendapatnya di atas kesalahan dan mereka meninggalkan pendapat orang-orang yang dianggap muda walau pun pendapatnya mencocoki kebenaran. (Permasalahan ini telah kami sebutkan dalam tulisan kami “THORIQATU AHLISSUNNATI WAL JAMA’AH…”.
            Dijawab oleh Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-LimboryAyyadahullah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar