Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

KULTUM UNTUK SAUDARA SAUDARA DI PULAU SERAM


KULTUM  UNTUK SAUDARA SAUDARA DI PULAU SERAM    

oleh
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbori
-Hafizhahulloh-

بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله رب العالمين، والصلاة والسلام على أشرف الأنبياء والمرسلين، وعلى آله وصحبه أجمعين.
أما بعد:
Sejak empat tahun yang lalu aku meninggalkan pulau tempat kelahiranku, Seram Bagian Barat itulah lokasi kampung halamanku, kini aku mendengar bahwa di pulau Seram tersebut telah banyak perubahan, hati bergembira ketika mendengarnya, aku mengira bahwa perubahan itu adalah kebaikan namun ternyata perubahan kepada kejelekan yang sangat mendominasi.
Aku sangat bersedih ketika ada yang mengabariku, bahwa di sana semakin semarak ilmu perdukunan. Begitu pula aku sangat bersedih ketika ada laporan yang sampai kepadaku bahwa banyak dari pemuka-pemuka masyarakat, tokoh-tokoh adat  dan guru-guru bila mereka berada di kampung mereka berpakaian islami namun bila mereka pergi ke kota maka mereka mendatangi tempat pelacuran di Tanjung.
Begitu pula banyak kabar yang sampai kepadaku bahwa di sana banyak terjadi korupsi, penculikan harta masyarakat, penipuan, membeli ijazah, menyogok, perzinaan dan free sex.
Dengan melihat keadaan seperti itu maka kami sedikit meluangkan waktu untuk menyampaikan KULTUM ini, yang kami berharap semoga dengan sebab apa yang kami sampaikan ini –dengan izin Alloh- mampu menyadarkan orang yang telah terjerumus ke dalam kejelakan tersebut dan menjadi peringatan kepada semua kalangan untuk menjaga diri supaya tidak terjatuh ke dalam kejelekan tersebut, berkata salah seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang bernama Huzaifah Ibnul Yaman Rodhiyallahu ‘Anhu:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي
“Dahulu manusia bertanya kepada Rosulallah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang kebaikan dan aku bertanya kepadanya tentang kejelekan karena takut kejelekan tersebut akan menimpaku”. (HR. Al-Bukhori dan Muslim).
            Pada pertemuan ini Insya Alloh kita akan mengkaji sebuah hadits shohih yang terdapat di dalam “Shohihul Bukhori” dan “Shohihu Muslim”.
            Berkata Al-Imam Al-Bukhori Rohimahulloh: “Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Musa, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Al-Walid, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Jabir, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Busyr bin ‘Ubaidillah Al-Hadhromi, beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku Abu Idris Al-Khulani bahwasanya beliau mendengar Huzaifah Ibnul Yaman berkata:
كَانَ النَّاسُ يَسْأَلُونَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ الخَيْرِ، وَكُنْتُ أَسْأَلُهُ عَنِ الشَّرِّ مَخَافَةَ أَنْ يُدْرِكَنِي، فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا كُنَّا فِي جَاهِلِيَّةٍ وَشَرٍّ، فَجَاءَنَا اللَّهُ بِهَذَا الخَيْرِ، فَهَلْ بَعْدَ هَذَا الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟
“Dahulu manusia bertanya kepada Rosulallah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang kebaikan dan aku bertanya kepadanya tentang kejelekan karena takut kejelekan tersebut akan menimpaku, aku bertanya: Ya Rosulallah! Sesungguhnya kami dahulu (berada) di atas jahiliyyah dan kejelekan, lalu Alloh mendatangkan kepada kami dengan kebaikan (agama Islam) ini, maka apakah setelah kebaikan ini akan ada kejelekan?  Rosululloh menjawab:
«نَعَمْ»
“Iya (akan ada kejelekan)”. Aku bertanya:
وَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الشَّرِّ مِنْ خَيْرٍ؟
“Dan apakah setelah kejelekan itu akan ada kebaikan?” Rosululloh menjawab:
«نَعَمْ، وَفِيهِ دَخَنٌ»
“Iya (akan ada kebaikan) dan pada (zaman tersebut) ada dakhn (asap)”. Aku bertanya:
وَمَا دَخَنُهُ؟
“Dan apa itu Dakh-nya? Rosululloh menjawab:
«قَوْمٌ يَهْدُونَ بِغَيْرِ هَدْيِي، تَعْرِفُ مِنْهُمْ وَتُنْكِرُ»
Suatu kaum yang mereka mengambil bimbingan (petunjuk) bukan dari petunjukku dan kamu mengenal mereka dan kamu ingkari (tidak mengenal mereka)”. Aku bertanya: 
فَهَلْ بَعْدَ ذَلِكَ الخَيْرِ مِنْ شَرٍّ؟
“Apakah setelah kebaikan itu ada kejelakan (lagi)?” Rosululloh berkata:
«نَعَمْ، دُعَاةٌ إِلَى أَبْوَابِ جَهَنَّمَ، مَنْ أَجَابَهُمْ إِلَيْهَا قَذَفُوهُ فِيهَا»
Iya  (akan ada kejelakan), yaitu da’i-da’i yang menyeru kepada pintu-pintu neraka jahannam, barang siapa yang menyambut seruan da’i-da’i tersebut maka mereka akan menjerumuskannya ke dalam jahannam”. Aku berkata:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، صِفْهُمْ لَنَا؟
“Wahai Rosulalloh (terangkanlah) sifat-sifat mereka (para da’i-da’i tersebut) kepada kami?” Rosululloh berkata:
«هُمْ مِنْ جِلْدَتِنَا، وَيَتَكَلَّمُونَ بِأَلْسِنَتِنَا»
Mereka (para da’i-da’i itu sifatnya) seperti kulit kita dan mereka berbicara dengan bahasa kita”. Aku berkata:
فَمَا تَأْمُرُنِي إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟
“Apa yang engkau perintahkan kepadaku jika aku mendapati zaman terserbut?” Rosululloh berkata:
تَلْزَمُ جَمَاعَةَ المُسْلِمِينَ وَإِمَامَهُمْ
“Kamu tetap bersama jama’ahnya kaum muslimin dan pimpinan mereka”. Aku bertanya:
فَإِنْ لَمْ يَكُنْ لَهُمْ جَمَاعَةٌ وَلاَ إِمَامٌ؟
“Bagaimana kalau tidak ada pada kaum muslimin itu jama’ah dan mereka tidak memiliki pemimpin?” Rosululloh berkata:
«فَاعْتَزِلْ تِلْكَ الفِرَقَ كُلَّهَا، وَلَوْ أَنْ تَعَضَّ بِأَصْلِ شَجَرَةٍ، حَتَّى يُدْرِكَكَ المَوْتُ وَأَنْتَ عَلَى ذَلِكَ»
“Kamu jauhi semua firqoh (kelompok/aliran), walaupun kamu menggigit (memakan akar kayu) sampai kematian menjemputmu dan kamu dalam keadaan demikian itu”.
            Hadits ini diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim Rohimahullah.

Faedah-faedah yang bisa kita petik dari hadits tersebut:
Faedah Pertama:
Al-Imam Al-Bukhori Rohimahulloh namanya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il bin Ibrohim Ibnul Mughiroh, beliau berasal dari negri Bukhora, beliau bukan orang Arob akan tetapi beliau adalah orang ‘Ajm (non Arob).
Maka janganlah kalian wahai saudara-saudariku kemudian melarang putra-putri kalian dari menuntut ilmu agama dengan sebab anggapan kalian yang salah bahwa yang layak jadi ulama itu hanyalah orang arob! Lihatlah di zaman shahabat Nabi ada pula ulama yang bukan orang Arob diantaranya Salman Al-Farisi Rodhiyallahu ‘Anhu, beliau berasal dari negri Persia.

Faedah Kedua:
Perkataan Al-Imam Al-Bukhori: ((Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Musa)) ini menunjukan bahwa ilmu itu diperoleh dengan bimbingan guru, hal ini berbeda dengan orang-orang di zaman ini, mereka bergaya-gaya dengan gelar SAg, MA atau DR namun ternyata diperoleh hanya dengan menyogok atau dengan melakukan penipuan, Rasululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata: 
«مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا»
“Barang siapa menipu kami maka dia bukan dari (golongan) kami”. (HR. Muslim dan Ibnu Majah dari Abu Huroirah, dan di dalam “Sunan Ibni Majah” dengan lafadz:
«لَيْسَ مِنَّا مَنْ غَشَّ»
Bukan termasuk (golongan) kami orang yang menipu”).

            Faedah Ketiga:
            Perkataannya: ((Telah menceritakan kepadaku Abu Idris Al-Khulani)). Penyebutan dengan menggunakan kuniyah yaitu memberikan tambahan pada awal nama dengan Abu adalah termasuk perkara yang disyari’atkan, sebagaimana Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memiliki kuniyah Abul Qosim dan beliau sendiri senang memanggil para shahabatnya dengan kuniyah dan bahkan beliau memberi kuniyah kepada shahabatnya, beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Ali bin Abi Tholib:
«قُمْ أَبَا تُرَابٍ، قُمْ أَبَا تُرَابٍ»
Bangun ya Aba Turob, bangun ya Aba Turob!” (HR. Al-Bukhori dan Muslim dari hadits Sahl bin Sa’d).
            Dan permasalahan ini mencocoki adat kebiasaan orang Limboro, bila mereka mengagumi atau memuliakan seseorang maka mereka memanggil mereka dengan panggilan Ama  yang maknanya Abu.

Faedah Keempat:
Perkataannya: ((Sesungguhnya kami dahulu (berada) di atas Jahiliyyah dan kejelekan)), dan diantara perkara-perkara jahiliyyah yang masih terwarisi sampai saat ini adalah:
  1. Memusuhi Pengikut Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Orang-orang di zaman ini bila mereka melihat orang-orang yang beriman, yang benar-benar berpegang teguh kepada ajaran agama maka mereka pun akan mengejek dan mengolok-oloknya; ada dari mereka mengatakan: “Lebih baik saya menjadi artis dari pada menjadi seperti Ahlussunnah!”, dan ada pula yang berkata: “Lebih baik anakku hamil di tempat kuliahan sambil menyelesaikan kuliahnya dari pada menjadi seperti Ahlussunnah”, bahkan sangat banyak dari mereka menampakan ejeken, diantaranya perkataan mereka: “Lihat mereka (Ahlussunnah) itu orang miskin-miskin! Tidak punya pangkat dan jabatan!”.
Ejekan dan perkataan seperti ini dan atau yang semisalnya adalah bukan hal yang baru, bahkan dia adalah terwariskan dari zaman jahiliyah, ketika Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyeru orang-orang jahiliyah kepada kebaikan maka mereka mengejeknya, begitu pula Nabi-nabi sebelumnya ketika menyeru umatnya maka mereka mengalami perlakuan yang sama, Alloh Ta’ala berkata:
{فَقَالَ الْمَلَأُ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ قَوْمِهِ مَا نَرَاكَ إِلَّا بَشَرًا مِثْلَنَا وَمَا نَرَاكَ اتَّبَعَكَ إِلَّا الَّذِينَ هُمْ أَرَاذِلُنَا بَادِيَ الرَّأْيِ وَمَا نَرَى لَكُمْ عَلَيْنَا مِنْ فَضْلٍ بَلْ نَظُنُّكُمْ كَاذِبِينَ } [هود: 27]
Berkata sekelompok orang-orang kafir dari kaumnya: Tidaklah kami melihat kamu melainkan hanya sebagai seorang manusia yang seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu melainkan orang-orang rendahan yang bodoh, dan kami tidak melihat kalian itu atas kami memiliki keutamaan bahkan kami menyangka kalian itu adalah para pendusta”. (Huud: 27).  
  1. Taqlid buta, Orang-orang di zaman ini bila mereka diajak untuk mengikuti ajaran agama Islam sebagaimana yang telah diajarkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam maka mereka pun menentang sambil mengejek dengan berkata: “Sedikit sedikit syirik, bid’ah, harom”, akhirnya mereka pun memilih ajaran nenek moyangnya, Alloh Ta’ala berkata:
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ } [المائدة: 104]
“Dan jika dikatakan kepada mereka: Datanglah kalian kepada apa-apa yang telah Alloh turunkan (Al-Qur’an) dan kepada Rosul (As-Sunnah) maka mereka berkata: Cukuplah bagi kami apa-apa yang kami telah dapatkan nenek moyang kami berada di atasnya, walau pun bapak-bapak mereka tidak memiliki ilmu sama sekali dan tidak pula memiliki petunjuk”. (Al-Maida: 104). 
  1. Mendatangi dukun, di dalam “Shahih Muslim” dari hadits Mu’awiyyah Ibnul Hakam As-Sulami Rodhiyallahu ‘Anhu beliau berkata: Aku berkata:
يا رسول الله أمورا كنا نصنعها في الجاهلية، كنا نأتي الكهان
“Ya Rosululloh perkara-perkara yang dahulu pada zaman jahiliyyah kami mengerjakannya adalah kami mendatangi dukun” Rosululloh berkata:
«فلا تأتوا الكهان»
“Jangan kalian mendatangi dukun”.
            Dan siapa saja yang tetap mendatangi dukun baik untuk mencari kesembuhan atau supaya dipercepat meraih cita-cita atau yang bertanya tentang sesuatu atau yang semisal itu maka sungguh dia telah terjatuh ke dalam kesesatan, Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
«مَنْ أَتَى حَائِضًا، أَوِ امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا، أَوْ كَاهِنًا، فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ».
“Barang siapa menyetubui wanita yang sedang haid atau menyetubui wanita lewat duburnya atau mendatangi dukun maka sungguh dia telah mengingkari terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad (Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam)”. (HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi Abu Huroirah dan At-Tirmidzi berkata: Ini adalah hadits hasan shohih ghorib).
  1. Berkeliarannya para wanita dan keluar dari rumah-rumah mereka dengan berpakaian serba mini serta ber-ikhtilat (campur baur antara pria dan wanita), Alloh Ta’ala berkata:
 {وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَى } [الأحزاب: 33]
“Dan menetaplah kalian di dalam rumah-rumah kalian dan janganlah kalian berselok seperti berseloknya orang-orang jahiliyah terdahulu”. (Al-Ahzab: 33).
                
                 Faedah Kelima:
                 Perkataannya: ((Iya  (akan ada kejelakan), yaitu da’i-da’i yang menyeru kepada pintu-pintu neraka jahannam)). Ini telah muncul dan terbukti, ada dari mereka dengan terang-terangan menyeruh untuk memusuhi dakwah yang disampaikan oleh pengikut Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, tidak hanya itu bahkan mereka bangkit dan ikut tampil dalam melakukan permusuhan, mereka menyangka bahwa apa yang mereka lakukan adalah suatu amal kebaikan padahal Alloh Ta’ala telah jelaskan salah satu dari sifat-sifat mereka:  
{قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا (104)} [الكهف: 103، 104]
Katakanlah: Apakah kami akan kabarkan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi amalannya? Yaitu mereka yang telah sesat perbuatan mereka di kehidupan dunia dan mereka menyangka bahwa sesungguhnya mereka melakukan perbuatan yang sebaik-baiknya”. (Al-Kahfi: 103-104).
                
                 Faedah Keenam:
                 Perkataannya: ((Mereka (para da’i-da’i itu sifatnya) seperti kulit kita dan mereka berbicara dengan bahasa kita)). Mereka diangkat sebagai para khotib (pemberi ceramah), mereka berdiri di mimbar-mimbar yang kulit-kulit mereka seperti kulit orang Arob (tidak dari kulit putih dan tidak pula dari kulit hitam), mereka berbicara dengan menggunakan dalil-dalil, baik dalil dari Al-Qur’an maupun dalil dari As-Sunnah, mereka mengajak manusia untuk berbuat baik namun mereka tidak berbuat baik, mereka mentahzir (memperingati) manusia untuk menjauhi perbuatan zina, korupsi, menipu, mencuri, dan maksiat lainnya namun mereka sendiri melakukannya, Rosululloh Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
يُجَاءُ بِالرَّجُلِ يَوْمَ القِيَامَةِ فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُهُ فِي النَّارِ، فَيَدُورُ كَمَا يَدُورُ الحِمَارُ بِرَحَاهُ، فَيَجْتَمِعُ أَهْلُ النَّارِ عَلَيْهِ فَيَقُولُونَ: أَيْ فُلاَنُ مَا شَأْنُكَ؟ أَلَيْسَ كُنْتَ تَأْمُرُنَا بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَانَا عَنِ المُنْكَرِ؟ قَالَ: كُنْتُ آمُرُكُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَلاَ آتِيهِ، وَأَنْهَاكُمْ عَنِ المُنْكَرِ وَآتِيهِ “     
“Didatangkan seseorang pada hari kiamat, lalu dilemparkan ke dalam neraka, maka keluarlah usus (perutnya) di neraka lalu dia berputar (mengelilingi) sebagaimana berputarnya keledai terhadap penggilingan (tempat pengikat)nya, maka berkumpullah penduduk neraka menyaksikannya, lalu mereka berkata: “Wahai Fulan ada apa denganmu? Bukankah kamu dulu yang memerintahkan kami kepada kebaikan dan melarang kami dari kemungkaran? Dia pun berkata: “Dahulu aku memerintahkan kalian kepada kebaikan namun aku tidak melakukannya, dan aku melarang kalian dari kemungkaran namun aku mendatangi (melakukan)nya”. (HR. Al-Bukhori dan Muslim dariUsamah bin Zaid).
                 Demikian apa yang bisa kami sampaikan pada pertemuan yang singkat ini semoga dapat memberikan manfaat kepada kita semua.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ

Tidak ada komentar:

Posting Komentar