Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Suntuk Terpuruk-Mendingan Rujuk

lukman sukses 3
Luqman dan jaringannya dari sejak dulu memang suka mencari muka dihadapan manusia, cari muka dihadapan ulama. Kapan nama syaikh Muqbil itu kira-kira disenangi orang , dia akan munculkan dirinya sebagai murid syaikh Muqbil. Ketika dia  berkunjung ke Saudi bersama temannya, agar diterima oleh syaikh Ahmad an-Najmi  (rahimahullah) maka ia membawa nama syaikh Muqbil.

Dia katakan dia termasuk dari muridnya syaikh Muqbil. Apa maksudnya? Maksudnya adalah agar mendapatkan penghormatan penghargaan. Namun ketika nama syaikh Muqbil itu tidak  diterima orang atau orang membenci syaikh Muqbil, maka ia tidak menampakkan diri. Dan memang, semenjak pulang dari Dammaj menampakkan penentangan terhadap dakwah syaik Muqbil. Syaikh Muqbil mentahdzir dari tasawul (meminta-minta), jamiyyah (yayasan), hizbiyyah. Dia pulang justru membentuk penyelisihan, menampakkan penyelisihan terang-terangan. Mulai meminta-minta sampai mendirikan jamiyyah-jamiyyah, jamiyyah syariah, jamiyyah salafi, jamiyyah almanshuroh. Bahkan sekarang mendapatkan Jam’iyyah baru. DzulAkmal dengan kerendahan diri tunduk kepada dia menyerahkan Jam’iyyah Abi Hurairah yang ada disumatera. Inilah yang diinginkan Luqman. Ingin dakwah salafiyyah di indonesia dia yang pegang dan dikendalikan. Sehingga dengan sekuat tenaga berusaha agar namanya dapat diterima oleh Syaikh Robi’, diterima oleh Usamah Athoya dengan pendekatan berbagai macam cara. DzulAkmal kini merasakan akibatnya. Dulu dia Dzul-Akmal-lah  yang memperkenalkan syaikh Rabi‘ dan syaikh  Usamah Athoyakepada orang-orang indonesia. Dia yang memashurkan nama-nama mereka. Sekarang apa yang dia alami? Ternyata syaikh Usamah athoya memerintahkan agar dia  tunduk kepada Luqman. Dan dengan penuh kerendahan dia merendahkan dirinya dihadapan Lukman ba abduh. Bahwa asy- syaikh telah mengakui dirinya.  Ini jelas-jelas menyelisihi fitrahnya dia sendiri. Dan terakhir Dzulqarnain juga ikut-ikutan tunduk juga. DzulAkmalsudah sumpek. Disumatera mau kemana dia?. Disekelilingnya sudah tersebar dakwah Ahlussunnah. Sumpek mau kemana dia, Terpaksa merendah kepada Luqman agar mendapatkan posisi diapun menyerahkan Jam’iyyah Abi Hurairah kepada Luqman. DzulQornain sudah mulai sumpek, disekelilingnya dakwah ahlussunah, wahdah, dipangkep ada Abdurrahim orangnya Luqman.Dzulqarnain merasa sumpek, bagaimana caranya ? 
Sehingga dia bisa diterima bisa tenar, maka diapun merendah kepada Luqman dan mengakui Luqman. Inilah keadaan dia yang plin plan. Ketika dia dikritik masalah jam’iyyahnya, Apa yang dia katakan ??
Kemana perginya mereka yang mengaku murid-murid syaikh Muqbil (dari generasi yang pertama)??
Jadi Luqman sudah terangkat tinggi (sukses), berhasil menjadikan mereka-mereka itu berada dibawah pengawasannya atas nama syaikh  Rabi’.
Jadi  kata syaikh Rabi, kata syaikh Rabi. Jadi syaikh Rabi seakan akan Rabb ??
Apa buktinya ??
Memang manusia telah banyak tertipu dengan gelar-gelar. Padahal ukurannya adalah apakah dia istiqomah diatas AL-HAQ sampai mati  akhir hayat ??
Oleh : Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy (Hafidzahullah)
di Markiz As-Sunnah Sa’wan Shan’a – Yaman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar