Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Tanya Jawab Seputar Ramadhan

Ramadhan GIF
بسم الله الرحمن الرحيم
Pertanyaan: Bila seseorang bertanya kepada orang yang sedang puasa: Kamu puasa atau tidak?, apakah dia jawab dengan “iya, saya puasa” atau jawab “Insya Alloh saya puasa”?.
Jawaban: Hendaknya dia menjawab dengan jawaban: “Iya, saya puasa”, dengan dalil perkataan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam kepada orang yang sedang puasa bila diganggu oleh orang lain untuk mengatakan:

إني صائم
“Sesungguhnya aku adalah berpuasa”.
Dan kalau dia ragu apakah bisa berpuasa hingga sampai waktu berbuka puasa ataukah tidak? mengingat keadaannya berupa adanya udzur baik itu sedang safar atau yang semisalnya maka tidak mengapa dia menjawab: “Insya Alloh saya berpuasa”. Wallohu A’lam.
Pertanyaan: Saya kalau sholat tarawih senang untuk melakukannya di akhir malam, namun sering saya tertidur darinya, maka apakah saya sholatkan di waktu saya bangun tidur walau sudah bukan waktunya?.
Jawaban: Bila seseorang tertidur dari suatu sholat atau dia lupa tentang sholat tersebut maka boleh baginya melakukan sholat itu di selain waktunya, disaat dia mengingatnya, dengan dalil perkataan Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam:
من نسي صلاة أو نام عنها فكفارتها أن يصليها إذا ذكرها.
“Barang siapa lupa terhadap suatu sholat atau tertidur darinya maka penggantinya adalah hendaknya dia mensholatkannya ketika mengingatnya”. Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Anas bin Malik.
Kalau dia terbangun atau teringat di waktu iqomah untuk sholat shubuh maka wajib baginya untuk sholat shubuh terlebih dahulu karena dia adalah wajib, baru setelah itu dia melaksanakan sholat yang dia tertidur darinya atau yang dia lupa itu.
Bila keadaan penanya seperti itu ya’ni sering tertidur dari sholat tarawih maka hendaknya dia melakukannya di awal malam yaitu dia sholat setelah sholat isya’ sebelum dia tidur, sehingga dia mendapatkan keutamaan sholat pada waktunya, karena sholat tarawih dan witr waktunya adalah dari setelah sholat isya’ hingga masuk waktu fajar shodiq.
Pertanyaan: Anak-anak saya biasanya kalau sudah berbuka puasa atau sudah makan malam mereka tidak mau lagi bangun makan sahur, dengan alasan karena mereka masih terasa kenyang, mana yang baiknya?, saya tetap bangunkan untuk sahur atau saya biarkan, perlu diketahui walaupun mereka tidak sahur namun mereka kuat hingga waktu berbuka?.
Jawaban: Kamu sebagai orang tua hendaknya membiasakan membangun mereka untuk sahur, walaupun hanya minum atau memakan sesendok atau sesuap makanan, karena demikian terdapat berkah, Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
تسحروا فإن في السحور بركة
“(Makan) sahurlah kalian karena sesungguhnya pada makan sahur itu ada berkah”. Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari hadits Anas bin Malik.
Hendaknya para orang tua membiasakan anak-anak mereka untuk mengikuti As-Sunnah baik berupa makan sahur ini atau sunnah-sunnah lainnya, juga membiasakan mereka untuk bangun di waktu sahur, karena waktu-waktu tersebut adalah waktu terkabulkannya doa, dan waktu tersebut Alloh turun ke langit dunia dan Dia mengabulkan setiap yang berdoa kepada-Nya. 
Maka tentu ini kesempatan terbaik buat para orang tua untuk membangunkan anak-anak mereka sehingga mereka mendoakan dan memohonkan ampun untuk ibu-bapak mereka, karena waktu tersebut waktu terkabulkan doa dan permohonan ampun kepada Alloh, sebagaimana telah Alloh katakan di dalam kitab-Nya:
وبالأسحار هم يستغفرون
“Dan di waktu sahur mereka adalah beristighfar”.
Dijawab oleh: Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy Al-Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar