Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Wahai Saudaraku ! Pastikan Kemana Tujuanmu !



الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Wahai Suadaraku!
Pastikan kemana tujuanmu!.
Janganlah kamu membiarkan kakimu melangkah sesuai pandangan matamu kemana mengarah!.

Wahai Suadaraku!
Sesungguhnya di hadapanmu terdapat berbagai cabang jalan dan terdapat gunung yang tinggi atau terdapat penghalang-penghalang maka lihatlah dan ikutilah jalan yang jelas dan terang:
{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} [الأنعام: 153]
"Dan sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kalian dari jalan-Nya, yang demikian itu Dia (Alloh) perintahkan kepada kalian supaya kalian bertaqwa". (Al-An'am: 153).



Wahai Suadaraku!
Jika kamu sudah terasa letih dan membutuhkan untuk beristrahat maka bersitrahatlah, namun perlu kamu tahu bahwa di tengah-tengah tempat peristrahatanmu itu akan datang orang-orang yang mengajakmu untuk mengikuti jalan-jalan mereka, maka waspadalah!.

Wahai Suadaraku!
Ada dari mereka akan mengajakmu dengan menampakan akhlak yang terpuji padahal mereka menyembunyikan akhlak yang rusak, mereka menampakan muka berseri-seri namun kebencian dan kedengkian terus membakar di dalam hati-hati mereka, jika kamu mengikuti ajakan mereka maka di tengah jalan atau di pinggir bukit kamu akan dilemparkan dari atas bukit seraya mereka berkata bahwa kamu adalah perusak dan pelaku ma'siat.
Jika kamu tidak mengikuti ajakan mereka karena kamu mengetahui ciri-ciri mereka maka di tengah peristrahatanmu itu akan datang pula orang yang nampak jelas pada akhlak mereka yang rusak, ketika mereka melihatmu di tempat peristrahatanmu maka mereka menampakan muka yang seram, kusut dan kasar, mereka sangat tidak menyukaimu karena kamu menyelisih mereka dengan menempuh jalan yang terang dan jelas.
Mereka akan melemparkan tuduhan kepadamu dengan tuduhan yang tidak benar, karena kamu sedang menempuh jalan yang jelas dan terang itu maka kamu akan dituduhkan dengan tuduhan sebagai perusak atau tuduhan lainnya.
Atau jika mereka mendapatimu sedang beristrahat di tempat peristrahatanmu itu maka mereka akan menuduhmu dengan tuduhan ingin melakukan ma'siat, jika kamu menganggap tuduhan itu seakan-akan siksaan yang turun dari langit maka hatimu akan bertambah sempit, matamu akan kabur yang pada akhirnya kamupun meloncat dari atas bukit karena kecewa.



Wahai Suadaraku!
Ingatlah! ketika kamu sudah mendapati jalan-jalan yang bercabang-cabang itu, dan kamu mulai mendaki gunung atau kamu sudah berjumpa dengan dua gerombolan tadi maka pastikanlah tujuanmu, teruslah tempuh jalanmu!.
Di tengah perjalananmu hiasilah dirimu lahir dan batin dengan akhlak yang mulia, jangan sampai dengan perjalananmu itu, ketika kamu melewati suatu pemukiman mengakibatkan penduduknya berlarian karena sebabmu melewati perkampungan mereka.
Janganlah keberadaanmu membuat orang lain lari dari kebenaran!.
Jika ada yang datang menemuimu atau datang ke tempatmu maka sambutlah dengan ramah, ceria dan dengan wajah yang penuh dengan senyuman serta dada yang penuh kelapangan!.
Sesungguhnya orang yang baru datang atau baru berjumpa denganmu bila kamu nampakan dengan akhlaq yang terpuji maka kamu akan dicintai, adapun orang yang menyambut orang yang baru datang atau baru berjumpa dengan sambutan muka masam, ditambah dengan perselisihan dan pertengkaran maka cukuplah itu sebagai penampakan akhlaq yang rusak, buruk dan jahat, maka janganlah kamu berbuat seperti itu.

Wahai Suadaraku!
Berakhlaqlah dengan akhlaq Nabi kita Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, pandai-pandailah menempatkan akhlaq pada tempatnya sebagaimana yang telah diterapkan oleh Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam:
{وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ} [القلم: 4]
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar di atas akhlaq yang agung". (Al-Qolam: 4).
Janganlah kamu berakhlaq dengan akhlaq orang-orang lembek, dengan alasan akhlaq mulia mereka bermudah-mudahan duduk dengan orang sesat, bermudah-mudahan menghalalkan sesuatu, bahkan menyebarkan perkataan orang sesat karena mereka anggap mendukung mereka, janganlah berbuat seperti itu dan jangan pula berloyalitas dengan mereka karena semua itu adalah penyakit yang membahayakan dirimu, Ibnu 'Abbas Rodhiyallohu 'anhuma berkata:
"وَلَا تُجَالِسْ أَهْلَ الْأَهْوَاءِ، فَإِنَّ مُجَالَسَتَهُمْ مُمْرِضَةُ الْقُلُوبِ".
"Dan janganlah kamu duduk dengan pengikut hawa nafsu, karena sesungguhnya duduk dengan mereka menimbulkan sakitnya hati".

Wahai Suadaraku!
Pastikan pendirianmu!
Kokohkan prinsipmu!
Dan janganlah kamu memiliki dua pendirian!.
Jika kamu mengetahui terhadap seseorang ada padanya penyelisihan dan penentangan terhadap kebenaran akan tetapi kamu tetap bersengaja datang kepadanya, kamu mendukungnya dan membelanya karena kamu diseberi sesuatu, bersamaan dengan itu kamu juga mendatangi orang-orang baik yang dimusuhi oleh seseorang tersebut, kamu duduk bersama mereka, lalu kamu mengambil ucapan mereka kemudian kamu sampaikan kepada seseorang yang memberimu tersebut maka ketahuilah perbuatanmu ini sangatlah membahayakan kebenaran dan para pemeluk kebenaran di dunia ini, mungkin kamu di dunia ini bisa ber-happy dan berpangku tangan di atas kegembiraan karena mendapatkan sesuatu dari seorang tersebut namun kamu tidak sadar kalau kamu telah berada di tepi jurang kehancuran:
«إِنَّ شَرَّ النَّاسِ ذُو الوَجْهَيْنِ، الَّذِي يَأْتِي هَؤُلاَءِ بِوَجْهٍ، وَهَؤُلاَءِ بِوَجْهٍ»
"Sesungguhnya paling jeleknya manusia adalah pemilik dua wajah, yang dia datang ke orang-orang ini dengan bentuk satu wajah dan datang ke orang-orang itu dengan bentuk wajah (yang lain)". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy, dari hadits Abu Huroiroh.
Bila pendirianmu seperti ini maka tidak ada bedanya dengan para hizbiyyun, yang dahulunya mereka menampakan sebagai orang-orang mutawaqqifin (berada di tengah-tengah); bersama pihak ini dan bersama pihak itu, jika pihak ini terlihat nampak padanya kemenangan atau pengikutnya banyak maka dia mengatakan kami bersama mereka, dan mereka terkadang mengeluarkan ucapan dan jarh terhadap pihak itu, namun bila mereka ke pihak itu maka merekapun mengatakan "lain dulu lain sekarang".
Maka bertaubatlah kepada Alloh Ta'ala dengan sebenar-benar taubat, karena sesungguhnya kamu telah menerapkan prilaku orang-orang munafiq:
{وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ} [البقرة: 14]
"Dan jika mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan jika mereka kembali kepada syaithon-syaithon (kelompok) mereka maka mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami sependirian dengan kalian, kami hanyalah berolok-olok". (Al-Baqoroh: 14).

Wahai Suadaraku!
Jika kamu sudah diustadzkan maka akan berdatangan kepadamu manusia dari berbagai macam latar belakang; ada dari mereka yang masih sangat bodoh dan tidak mengerti apa-apa, bahkan ada dari mereka dari para pelaku ma'siat, maka pandai-pandailah dalam menghadapi mereka!.
Tidak menutup kemungkinan ada dari mereka yang datang kepadamu sangat bakhil, egois dan kibr maka janganlah kamu bergegas menerapkan hajr (pemboikotan) karena dengan sikapmu itu akan menampakan kalau kamu tidak berakhlaq, dan mereka akan lari darimu dan bertambah benci dengan da'wah:
{وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ} [آل عمران: 159]
"Dan kalaulah kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu". (Ali Imron: 159).
Lihatlah Nabi kita Shollallohu 'Alaihi wa Sallam betapa lembutnya dengan orang bodoh yang datang ingin belajar kepadanya, Al-Bukhoriy dan Muslim meriwayatkan dari hadits Anas bin Malik semoga Alloh meridhoinya, beliau berkata:
"قَامَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي المَسْجِدِ، فَتَنَاوَلَهُ النَّاسُ، فَقَالَ لَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «دَعُوهُ وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ، أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ، فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ، وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ»".
"Seorang Arob Badui (pedalaman) berdiri lalu kencing di dalam masjid, maka orang-orang membentaknya, maka Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata kepada mereka: “Biarkan kalian dia itu (menyelesaikan kencingnya) dan tuangkanlah oleh kalian atas kencingnya dengan setempat dari air atau seember dari air, karena sesungguhnya kalian diutus untuk memberi kemudahan dan tidaklah kalian diutus untuk membuat kesulitan". Dan hadits ini adalah lafadznya Al-Bukhoriy dari hadits Abu Huroiroh semoga Alloh meridhoinya.
Janganlah kamu menjadi sebab seseorang menjadi sesat lantaran perbuatanmu, janganlah kamu berbuat seperti orang-orang yang menerapkan hajr atau tahdzir terhadap seseorang dengan alasan karena bakhil dan egois yang pada akhirnya orang tersebut sesat dan menjauh dari al-haq maka tidakkah kamu takut akan dikatakan sebagaimana Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam mengatakan kepada seorang shohabatnya:
«أَتُرِيدُ أَنْ تَكُونَ فَتَّانًا»
"Apakah kamu ingin menjadi tukang fitnah?!!!".
Tidakkah kamu malu melihat saudaramu yang kamu anggap sebagai perusak da'wah, kamu menggibahinya dan menzholiminya namun ternyata dengan sebabnya manusia berbondong-bondong menyambut, menerima dan mengamalkan kebenaran?, bahkan ada dari mereka datang ke majelismu atau ke pondok yang kamu berada di dalamnya! Tidakkah kamu merasa malu!:
"إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ".
 "Jika kamu tidak memiliki rasa malu maka berbuatlah sesukamu!".

Wahai Suadaraku!
Janganlah kamu merasa bangga karena kamu merasa telah hafal Al-Qur'an atau hafal sebagian mutun atau telah dikatakan kepadamu telah menghafal "Shohihul Bukhoriy" dan menghafal yang lainnya.
Tidaklah berarti dan berharga bagimu semua hafalan itu, bahkan dia tidak akan bermanfaat bagimu jika perbuatanmu menyelisihi apa yang telah kamu hafal:
"وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ".
"Dan Al-Qur'an adalah hujjah bagimu atau dia adalah hujjah atasmu". Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Malik Al-Asy'ariy dari Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.



Wahai Suadaraku!
Amalkanlah apa yang kamu telah hafal dan apa yang telah kamu pelajari serta apa yang telah kamu ketahui, dan lebih-lebih apa yang telah kamu da'wahkan kepada manusia, jika kamu menyelisihi semua itu maka sungguh kamu benar-benar berada di dalam kerugian yang nyata.
Kasihanilah dirimu, kamu sudah keliling kemana-mana dalam rangka menda'wahi manusia, kamu berdiri di mimbar-mimbar, kamu membuka dan membaca kitab di hadapan umat namun kamu lupa terhadap dirimu yang akibatnya kamu dipermalukan pada hari kiamat di hadapan orang-orang yang kamu telah menda'wahi mereka:
«يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُلْقَى فِي النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ، فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ الْحِمَارُ بِالرَّحَى، فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ، فَيَقُولُونَ: يَا فُلَانُ مَا لَكَ؟ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ، وَتَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ؟ فَيَقُولُ: بَلَى، قَدْ كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ، وَأَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ»
"Didatangkan seorang lelaki pada hari kiamat, lalu dilemparkan ke dalam neraka, maka keluarlah usus (atau sesuatu dari isi) perutnya, dia berputar padanya sebagaimana berputarnya keledai pada tali pengikatnya, maka penduduk neraka berkumpul kepadanya, mereka berkata: Wahai Fulan ada apa denganmu? Bukankah dahulu kamu memerintahkan kepada kebaikan, dan melarang dari kemungkaran? Dia pun berkata: "Tentu, dahulu aku memerintahkan kepada kebaikan namun aku tidak melakukan (kebaikan itu), dan aku melarang dari kemungkaran namun aku melakukannya". Diriwayatkan oleh Muslim dari Usamah bin Zaid dari Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.

Wahai Suadaraku!
Sesungguhnya waktumu dan waktu kami adalah sama 24 (dua puluh empat) jam dalam sehari semalam, maka apakah dengan waktu tersebut kamu telah menggunakannya pada tempatnya? Apakah dengan waktu tersebut kamu telah memanfaatkannya dengan sebenar-benar pemanfaatan ataukah justru waktu-waktu itu menjadi peluang untukmu dalam berbuat dosa dan ma'siat?:
«نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ، الصِّحَّةُ، وَالْفَرَاغُ»
"Dua keni'matan terlalaikan pada keduanya kebanyakan dari manusia yaitu kesehatan dan waktu luang". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dari hadits Ibnu 'Abbas dari Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.
Jangan sampai kamu menyesal sebagaimana orang-orang yang telah menyesal, yang pada akhirnya mereka berkata:
{بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ} [سبأ: 33]
"Bahkan makar (tipu daya kalian) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kalian menyeru kami supaya kami kafir kepada Alloh". (Saba': 33).

Wahai Suadaraku!
Sesungguhnya kami di atas kesibukan yang melebihi kesibukanmu, namun kami menyempatkan di tengah kesibukan itu untuk menulis nasehat ini sebagai bentuk kasih sayang kami kepadamu maka bersyukurlah atas ni'mat ini dengan selalu mengamalkan kebenaran sebagaimana yang syari'at Islam inginkan.
Bersyukurlah wahai saudaraku karena dengan syukur itu kamu akan mendapatkan kebaikan yang banyak:
{وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ} [إبراهيم: 7]
"Dan (ingatlah), tatkala Robbmu mengumumkan; "Sesungguhnya jika kalian bersyukur maka pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrohim: 7).
وصَلَّى اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والحمد لله رب العالمين.
Ditulis oleh hamba yang sangat faqir kepada Robbnya Al-Ghoniy Al-Karim Ar-Rohim:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuni dan mema'afkannya
Di Darul Hadits Dammaj-Yaman

  1. Pada malam Jum'at 19 Rojab 1434.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar