بِسم الله
الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه،
وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ،
وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Sesungguhnya
manusia dalam menjalankan makar berbeda-beda modelnya, sudah sangat banyak kita
dapati di tengah-tengah masyarakat kita, ketika mereka melakukan makar maka
mereka tidak lepas dari menjerumuskan diri-diri mereka ke dalam dosa yang
beraneka ragam modelnya, terkadang mereka menganggap dosa itu kecil atau remeh
namun mereka tidak menyadari ketika mereka menerapkannya di dalam makar mereka
maka berubahlah dosa tersebut menjadi besar dan bertumpuk-tumpuk karena
madhorat dan mafsadatnya (lihat tulisan "MENGINGKARI KEMUNGKARAN DENGAN
MEMBUAT KERUSAKAN").
Sepandai-pandainya
orang yang membuat makar maka pasti makarnya akan hancur:
{وَمَكْرُ
أُولَئِكَ هُوَ يَبُورُ} [فاطر: 10]
"Dan makarnya mereka itu adalah hancur". (Fathir:
10).
Lebih-lebih
kalau makar tersebut direncanakan untuk memudhoratkan atau mengganggu
hamba-hamba Alloh yang beriman maka sungguh pasti akan hancur makar tersebut,
Alloh Ta'ala berkata:
{وَمَكَرُوا
وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ} [آل عمران: 54]
"Dan
mereka membuat makar (tipu daya), dan Alloh membalas makar mereka itu. Dan Alloh
adalah sebaik-baik pembalas tipu daya". (Ali
Imron: 54).
Dan Dia berkata:
{وَمَكَرُوا مَكْرًا وَمَكَرْنَا مَكْرًا وَهُمْ لَا يَشْعُرُونَ}
[النمل: 50]
"Dan
mereka membuat makar dengan sungguh-sungguh dan Kami membuat makar (pula)
dengan sebenar-benar makar, dan mereka tidak menyadari".
(An-Naml: 50).
Para pembuat makar terkadang merasa
bangga karena mereka merasa berhasil dalam makar mereka, namun mereka tidak
menyadari kalau ternyata mereka diulur-ulur dalam membuat makar tersebut:
{اسْتِكْبَارًا فِي الْأَرْضِ وَمَكْرَ السَّيِّئِ وَلَا يَحِيقُ
الْمَكْرُ السَّيِّئُ إِلَّا بِأَهْلِهِ فَهَلْ يَنْظُرُونَ إِلَّا سُنَّتَ
الْأَوَّلِينَ فَلَنْ تَجِدَ لِسُنَّتِ اللَّهِ تَبْدِيلًا وَلَنْ تَجِدَ
لِسُنَّتِ اللَّهِ تَحْوِيلًا (43) أَوَلَمْ يَسِيرُوا فِي الْأَرْضِ فَيَنْظُرُوا
كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ وَكَانُوا أَشَدَّ مِنْهُمْ
قُوَّةً وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعْجِزَهُ مِنْ شَيْءٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا
فِي الْأَرْضِ إِنَّهُ كَانَ عَلِيمًا قَدِيرًا (44)} [فاطر: 43، 44].
"Karena
kesombongan (mereka) di muka bumi dan karena makar (mereka) yang jahat, dan tidaklah
makar yang jahat itu akan menimpa selain orang yang merencanakannya sendiri.
Tidaklah yang mereka nanti-nantikan melainkan (berlakunya) sunnah (ketentuan Alloh
yang telah berlaku) kepada orang-orang yang terdahulu, maka sekali-kali kamu
tidak akan mendapat penggantian terhadap sunnah Alloh, dan sekali-kali tidak
(pula) akan menemui penyimpangan bagi sunnah Alloh itu. Dan apakah mereka tidak
berjalan di muka bumi, lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang yang
sebelum mereka, sedangkan orang-orang itu adalah lebih besar kekuatannya dari
mereka? dan tiada sesuatupun yang dapat melemahkan Alloh baik di langit maupun
di bumi. Sesungguhnya Alloh adalah Al-'Alim (Maha mengetahui) lagi Al-Qodir (Maha
Kuasa)". (Fathir: 43-44).
Mereka tidak menyadari di
tengah-tengah menjalankan makar itu kalau Alloh Ta'ala seret mereka ke
dalam kesesatan disebabkan penyelisihan mereka terhadap kebenaran dan
disebabkan pula perbuatan mereka dengan melakukan makar kepada orang-orang yang
beriman:
{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ
تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور: 63]
"Maka
hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan
atau ditimpa azab yang pedih". (An-Nuur:
63).
Tidaklah manusia terjatuh ke dalam
kesesatan atau mereka bertambah sesat melainkan karena:
Pertama:
Mereka memusuhi hamba-hamba Alloh Ta'ala yang beriman, Rosululloh Shollallohu
'Alaihi wa Sallam berkata:
«إِنَّ
اللَّهَ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالحَرْبِ».
"Sesungguhnya
Alloh telah berkata: Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku maka sungguh Aku telah
mengumumkan peperangan dengannya".
Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dari hadits Abu Huroiroh.
Kedua:
Penyelisihan mereka kepada syari'at dan bermudah-mudahnya mereka dalam
meninggalkan sunnah Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.
Abu Bakr Ash-Shiddiq Rodhiyallohu
'Anhu berkata:
"لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا، كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ، فَإِنِّي أَخْشَى
إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيغَ".
"Tidaklah
aku meninggalkan sesuatupun yang dahulu Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa
Sallam melakukannya melainkan aku mengamalkannya, karena sesungguhnya aku
takut jika aku meninggalkan sesuatu dari perkaranya aku akan menyimpang
(tersesat)". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Aisyah Rodhiyallohu
'anha.
Ini yang berkaitan dengan
meninggalkan beramal terhadap sunnah, lalu bagaimana dengan yang mengamalkan
larangan-larangan syari'at? atau yang mengadakan sesuatu yang tidak pernah Nabi
Shollallohu 'Alaihi wa Sallam adakan? maka tentu tidak diragukan lagi bahwa
mereka akan lebih mudah untuk terseret ke dalam penyimpangan dan kesesatan:
{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ
تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور: 63]
"Maka
hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan
atau ditimpa azab yang pedih". (An-Nuur:
63).
Dan Alloh Ta'ala berkata:
{وَمَنْ يَعْصِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَيَتَعَدَّ حُدُودَهُ
يُدْخِلْهُ نَارًا خَالِدًا فِيهَا وَلَهُ عَذَابٌ مُهِينٌ} [النساء: 14]
"Dan barangsiapa
yang mema'siati Alloh dan Rosul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, maka
niscaya Dia (Alloh) akan memasukkannya ke dalam neraka, dia kekal di dalamnya;
dan baginya azab yang menghinakan". (An-Nisa':
14).
Semoga apa yang kami tulis ini
sebagai pengetuk hati kaum muslimin untuk sadar dan bertambah sadar dengan
tidak lagi melakukan makar terhadap kaum muslimin yang lainnya.
Dan semoga tulisan ini juga menjadi
salah satu sebab diberikannya hidayah kepada umat manusia untuk mengikuti
kebenaran yang dibawa oleh Rosululloh Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.
Kami memohon kepada Alloh supaya Dia
menjadikan tulisan ini bermanfaat, sebagaimana kami memohon kepada-Nya untuk
mengampuni kami, kedua orang tua kami, saudara-saudara kami.
وصَلَّى اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ
وَصَحْبِه وَسَلِّم
والحمد
لله رب العالمين
Ditulis
oleh:
Abu
Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Di
Darul Hadits Dammaj-Yaman
Pada
hari Sabtu-Dhuha, 16 Rojab 1434 Hijriyyah
MEMBUNUH ORANG YANG BERIMAN
Tidaklah
suatu pembunuhan yang dilakukan oleh pelakunya secara bersengaja melainkan
karena memiliki tujuan, diantara tujuan pembunuhan adalah untuk menghentikan
orang yang akan dibunuh dari kegiatan kesehariannya, jika dia seorang da'i maka
tujuan dibunuhnya supaya da'wahnya da'i tersebut terputus atau berhenti, jika
dia adalah seseorang yang mengingkari kemungkaran maka tujuan dibunuhnya supaya
kemungkaran tidak teringkari lagi sehingga si pembunuh tersebut bertambah
leluasa dalam melakukan kemungkaran.
Membunuh
jiwa seorang mu'min dengan pembunuhan yang disengaja adalah termasuk dari
dosa-dosa terbesar, karena dia termasuk dari dosa-dosa terbesar maka ancaman
dan hukumnya besar pula.
Al-Imam
Ahmad meriwayatkan di dalam "Musnad"nya dengan sanad hasan,
dari hadits Abu Idris, beliau berkata: Aku mendengar Mu’awiyyah –dan dia
sedikit haditsnya dari Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam-, beliau
berkata: "Aku mendengar Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam
berkata:
« كُلُّ ذَنْبٍ عَسَى اللهُ أَنْ يَغْفِرَهُ، إِلَّا
الرَّجُلُ يَمُوتُ كَافِرًا، أَوِ الرَّجُلُ يَقْتُلُ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا».
"Semua
dosa semoga Alloh mengampuninya, kecuali seseorang yang mati dalam keadaan
kafir atau seseorang yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja".
Dan Alloh
Ta'ala juga berkata:
{وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ
خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا
عَظِيمًا} [النساء: 93]
"Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengan
sengaja maka balasannya adalah Jahannam, dia kekal di dalamnya dan Alloh murka
kepadanya, dan Dia mela'natnya serta menyediakan azab yang besar baginya". (An-Nisa': 93).
At-Tirmidziy
dan yang selainnya meriwayatkan dari hadits 'Amr bin Dinar, dari Abdulloh bin
Dinar, dari Abdulloh bin 'Abbas Rodhiyallohu 'anhuma dari Nabi Shollallohu
'Alaihi wa Sallam, beliau berkata:
«يَجِيءُ المَقْتُولُ بِالقَاتِلِ يَوْمَ القِيَامَةِ
نَاصِيَتُهُ وَرَأْسُهُ بِيَدِهِ وَأَوْدَاجُهُ تَشْخَبُ دَمًا، يَقُولُ: يَا
رَبِّ، قَتَلَنِي هَذَا، حَتَّى يُدْنِيَهُ مِنَ العَرْشِ».
"Orang yang dibunuh akan datang pada hari kiamat dengan
(membawa) orang yang membunuhnya, dengan memegang jambul (rambut depan) dan kepalanya
dengan tangannya dan urat lehernya mengalirkan darah, dia berkata: Wahai
Robbku! Orang ini membunuhku sampai (orang yang membunuh tersebut) dihinakannya
dari Al-'Arsy".
MENCELA DAN MENCACI KAUM MUSLIMIN
Asy-Syaikhon
meriwayatkan di dalam "Shohihaihima" dari hadits Syu'bah, dari
Zubaid, dari Abu Wail, dari Abdulloh bin Mas'ud, beliau berkata:
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«سِبَابُ
الْمُسْلِمِ فُسُوقٌ وَقِتَالُهُ كُفْرٌ».
"Mencela seorang muslim adalah (perbuatan) kefasikan dan
membunuhnya adalah (perbuatan) kekafiran".
DUSTA, KHIANAT DAN MENGINGKARI JANJI
Dusta merupakan salah satu ciri
dari ciri-ciri para hizbiyyun, Al-Wadi'iy Rohimahulloh berkata sebagaimana
di dalam "An-Nashihatu wal Bayan" (hal. 116): Rukun hizbiyyah
ada tiga:
Pertama: Dusta,
Kedua: Tipu muslihat, dan
Ketiga: Talbis (menyamarkan antara kebenaran dengan
kebatilan).
Disamping
dia sebagai tanda atau ciri dari ciri-ciri para hizbiyyun dia juga termasuk
salah satu dari tanda atau ciri orang-orang munafiq, Rosululloh Shollallohu
'Alaihi wa Sallam berkata:
«مِنْ
عَلَامَاتِ الْمُنَافِقِ ثَلَاثَةٌ: إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ، وَإِذَا وَعَدَ
أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ».
"Termasuk dari tanda-tanda orang munafiq adalah tiga; Jika
berkata dia dusta, jika dia berjanji maka dia selisihi (janjinya) dan jika
diberi amanah dia berkhianat". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari
hadits Abu Huroiroh.
Di
dalam suatu riwayat dari hadits Abdulloh bin 'Amr Rodhiyallohu 'anhuma
ada padanya tambahan:
«وَإِذَا
خَاصَمَ فَجَرَ».
"Dan jika dia berselisih maka dia berbuat jahat".
NAMIMAH (ADU DOMBA)
Namimah hukumnya adalah harom, dan dia termasuk dari dosa
besar, karena ancamannya adalah neraka.
Setiap perbuatan yang ancamannya adalah neraka maka dia
teranggap sebagai dosa besar.
Al-Imam Al-Bukhoriy Rohimahulloh
berkata di dalam "Ash-Shohih":
"بَابٌ:
النَّمِيمَةُ مِنَ الكَبَائِرِ".
"Bab: Namimah
termasuk dari dosa-dosa besar".
Namimah memiliki dua ma'na:
Pertama:
"نقل
الكلام بين الناس بقصد الإفساد".
"Menukil perkataan di antara manusia dimaksudkan
(dengannya) membuat kerusakan".
Kedua:
"هو
الذي يتسمع على القوم وهم لا يعلمون ذلك ثم ينقل ما سمعه منهم".
"Dia yang mendengar atas (perkataan) suatu kaum dan mereka
tidak mengetahui demikian itu kemudian dia menukil apa yang dia mendengarkannya
dari mereka".
Setelah Al-Imam Al-Bukhoriy Rohimahulloh
membuat bab tersebut, beliau membawakan dalil-dalil, lalu menyebutkan bab
baru:
"بَابُ
مَا يُكْرَهُ مِنَ النَّمِيمَةِ".
"Bab apa-apa yang dibenci dari namimah".
Setelah
bab tersebut beliau membawakan dua ayat, lalu beliau berkata: "Telah
menceritakan kepada kami Abu Nu'aim, beliau berkata: Telah menceritakan kepada
kami Sufyan, dari Manshur, dari Ibrohim, dari Hammam, beliau berkata: Kami
bersama Huzaifah, maka dikatakan kepadanya:
"إِنَّ
رَجُلًا يَرْفَعُ الحَدِيثَ إِلَى عُثْمَانَ، فَقَالَ لَهُ حُذَيْفَةُ: سَمِعْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «لَا يَدْخُلُ الجَنَّةَ
قَتَّاتٌ»".
"Sesungguhnya seseorang menyandarkan satu perkataan kepada Utsman,
maka Hudzaifah berkata kepadanya: Aku mendengar Rosululloh Shollallohu
'Alaihi wa Sallam berkata: "Tidak akan masuk Jannah orang yang
melakukan qottat".
Qottat
pada hadits ini berma'na namimah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh
Muslim di dalam "Shohih"nya dari hadits Abu Wail dari Huzaifah
dengan lafadz:
«لَا
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ نَمَّامٌ».
"Tidak
akan masuk Jannah orang yang berbuat namimah".
GHIBAH
Rosululloh
Shollallohu
'Alaihi wa Sallam bertanya kepada para shohabatnya:
«أَتَدْرُونَ
مَا الْغِيبَةُ؟»
"Taukah kalian apa itu ghibah?", mereka (para
shohabat) berkata:
"اللهُ
وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ".
"Alloh dan Rosul-Nya yang lebih tahu". Beliau berkata:
«ذِكْرُكَ
أَخَاكَ بِمَا يَكْرَهُ».
"Kamu menyebutkan saudaramu dengan apa yang dia membenci
(menyebutkan)nya". Dikatakan kepada beliau:
"أَفَرَأَيْتَ
إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ؟".
"Apa pendapatmu kalau (benar ada) pada saudaraku atas apa
yang aku katakan?", beliau berkata:
«إِنْ
كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ، فَقَدِ اغْتَبْتَهُ، وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ فَقَدْ
بَهَتَّهُ».
"Jika ada padanya apa yang kamu katakan maka sungguh kamu
telah menggibahinya, dan jika tidak ada padanya maka sungguh kamu telah membuat
kedustaan padanya". Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Huroiroh.
Siapa
saja yang menggibahi orang lain maka dia telah melakukan makar kepadanya, Alloh
Ta'ala berkata tentang kisah Nabi-Nya Yusuf 'Alaihis Salam:
{وَقَالَ
نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَتُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَنْ نَفْسِهِ
قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ مُبِينٍ (30) {فَلَمَّا
سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً
وَآتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ
فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ
لِلَّهِ مَا هَذَا بَشَرًا إِنْ هَذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ} [يوسف: 30-31] .
"Dan
wanita-wanita di kota berkata: "Isteri Al-Aziz (permaisuri) menggoda anak
angkat (pangeran)nya untuk menundukkan dirinya (kepadanya), sesungguhnya
cintanya kepada pangerannya itu adalah sangat mendalam, sesungguhnya kami
memandangnya dalam kesesatan yang nyata", maka tatkala sang permaisuri
mendengar makar (ghibah) mereka, diundanglah wanita-wanita itu dan
disediakannya bagi mereka tempat duduk, dan diberikannya kepada masing-masing
mereka sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada
Yusuf): "Keluarlah (nampakkanlah dirimu) kepada mereka". Maka tatkala
wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan
mereka melukai (jari) tangan-tangan mereka dan mereka berkata: "Maha
sempurna Alloh, ini bukanlah manusia, sesungguhnya ini tidak lain hanyalah
malaikat yang mulia". (Yusuf: 30-31).
MENCARI-CARI AIB KAUM MUSLIMIN
Merupakan suatu
kewajiban dan keharusan bagi siapa saja yang bekerja sebagai jasus
(memata-matai) orang-orang mu'min atau dipekerjakan sebagai jasus dalam memata-matai
orang-orang mu'min untuk bertaubat kepada Alloh Ta'ala, karena
memata-matai orang-orang mu'min adalah termasuk salah satu dari dosa-dosa
besar.
Tidaklah seseorang
memata-matai orang-orang mu'min melainkan karena dia memiliki dzon
(sangkaan) kepada mereka, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«إِيَّاكُمْ
وَالظَّنَّ، فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذَبُ الحَدِيثِ، وَلاَ تَحَسَّسُوا، وَلاَ
تَجَسَّسُوا».
"Berhati-hatilah
kalian dari sangkaan, karena sesungguhnya sangkaan itu adalah paling dustanya
perkataan, dan janganlah kalian saling mencari-cari aib dan saling
memata-matai". Diriwayatkan oleh
Asy-Syaikhon dari Abu Huroiroh.
Ini sangat jelas tentang
keharomannya, Alloh Ta'ala berkata:
{يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ
الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا أَيُحِبُّ
أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ} [الحجرات: 12].
"Wahai
orang-orang yang beriman, jauhilah oleh kalian berbanyak sangka, sesungguhnya
sebagian sangkaan itu adalah dosa, dan janganlah kalian saling memata-matai dan
janganlah sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain, apakah suka salah
seorang diantara kalian memakan bangkai saudaranya yang sudah mati? maka tentu
kalian merasa jijik (benci)". (Al-Hujarot: 12).
Rosululloh Shollallohu
'Alaihi wa Sallam berkata:
«مَنْ
تَتَبَّعَ عَوْرَةَ أَخِيهِ المُسْلِمِ تَتَبَّعَ اللَّهُ عَوْرَتَهُ».
"Barang
siapa yang mencari-cari (membongkar) aib saudaranya seorang muslim maka Alloh
akan membongkar aibnya".
Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dari Nafi' dari Abdulloh bin Umar.
Dan merupakan salah satu
kelancangan dari para jasus yang memata-matai orang-orang mu'min ketika
sudah mendapatkan apa yang dimata-matai maka langsung mereka beberkan di
hadapan manusia, ini termasuk pula kesalahan dan dosa besar, dari Mu'awiyyah,
beliau berkata: Aku mendengar Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«إِنَّكَ
إِنِ اتَّبَعْتَ عَوْرَاتِ النَّاسِ أَفْسَدْتَهُمْ أَوْ كِدْتَ أَنْ
تُفْسِدَهُمْ».
"Sesungguhnya kamu jika mencari-cari (memata-matai) aib-aib
manusia maka kamu telah menyobek-nyobek (merusak) mereka atau barangkali kamu
akan membinasakan mereka". Diriwayatkan oleh Abu Dawud dan
Ath-Thobariy.
Abu
Darda'
berkata:
"كَلِمَةٌ
سَمِعَهَا مُعَاوِيَةُ مِنْ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ،
نَفَعَهُ اللهُ بِهَا".
"Ini
adalah kalimat yang Mu'awiyyah mendengarkannya dari Rosululoh Shollallohu
'Alaihi wa Sallam, Alloh telah
memberikannya manfaat dengannya".
MEMBANTU ORANG DENGAN NIAT SUPAYA DIPUJI
Tidak
boleh bagi seseorang untuk membantu orang lain dengan niat mencari pujian atau
sanjungan, karena ini termasuk dari syirik kecil, bila seseorang berbuat seperti
ini maka dia tidak diberi pahala atas bantuannya, Alloh Ta'ala berkata:
{وَقَدِمْنَا
إِلَى مَا عَمِلُوا مِنْ عَمَلٍ فَجَعَلْنَاهُ هَبَاءً مَنْثُورًا} [الفرقان: 23]
"Dan Kami hadapkan kepada apa yang telah mereka lakukan
dari suatu amalan, lalu Kami menjadikannya seperti debu yang berterangan". (Al-Furqon:
23).
Tidak
diragukan lagi bahwa orang yang suka pujian dan sanjungan atau menampakan
sesuatu yang tidak ada padanya akan terhujati dengan perkataan Alloh Ta'ala:
{لَا
تَحْسَبَنَّ الَّذِينَ يَفْرَحُونَ بِمَا أَتَوْا وَيُحِبُّونَ أَنْ يُحْمَدُوا
بِمَا لَمْ يَفْعَلُوا فَلَا تَحْسَبَنَّهُمْ بِمَفَازَةٍ مِنَ الْعَذَابِ
وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [آل عمران: 188].
"Janganlah kamu mengira tentang orang-orang yang mereka
bergembira terhadap apa-apa yang mereka kerjakan dan mereka senang supaya
dipuji tentang perbuatan yang tidak pernah mereka kerjakan, maka janganlah kamu
mengira bahwasanya mereka terbebas dari azab, dan bagi mereka adalah azab yang
pedih".
(Ali Imron: 188).
MENGAMBIL KEMBALI PEMBERIAN YANG SUDAH DIBERIKAN
Orang yang memberi suatu pemberian kemudian mengambil
lagi pemberiannya maka dia tidak ada bedanya dengan anak kecil yang masih
ingusan, bahkan dia persis dengan anjing, Rosululloh
Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«العَائِدُ
فِي هِبَتِهِ كَالكَلْبِ يَقِيءُ ثُمَّ يَعُودُ فِي قَيْئِهِ».
"Orang yang mengambil kembali
pemberiannya seperti anjing yang muntah lalu memangsa kembali
muntahannya". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Abdulloh bin
Abbas.
MENUDUH ORANG ORANG YANG BERIMAN DENGAN TUDUHAN KEJI YAITU ZINA. HOMOSEX DAN SEMISALNYA
Alloh Ta'ala berkata:
{إِنَّ الَّذِينَ يَرْمُونَ المُحْصَنَاتِ الغَافِلاَتِ
المُؤْمِنَاتِ لُعِنُوا فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ وَلَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ}
[النور: 23].
"Sesungguhnya
orang-orang yang mereka melemparkan tuduhan kepada wanita-wanita suci dengan
tuduhan berbuat zina maka mereka dila'nat di dunia dan di akhirat, dan bagi
mereka azab yang besar". (An-Nur: 23).
Dan Dia juga berkata:
{وَالَّذِينَ يَرْمُونَ المُحْصَنَاتِ ثُمَّ لَمْ يَأْتُوا
بِأَرْبَعَةِ شُهَدَاءَ فَاجْلِدُوهُمْ ثَمَانِينَ جَلْدَةً وَلاَ تَقْبَلُوا
لَهُمْ شَهَادَةً أَبَدًا وَأُولَئِكَ هُمُ الفَاسِقُونَ إِلَّا الَّذِينَ تَابُوا
مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ وَأَصْلَحُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ} [النور: 5].
"Dan
orang-orang yang mereka melemparkan tuduhan kepada wanita-wanita yang suci
kemudian mereka tidak mendatangkan 4 (empat) saksi maka mereka dicambuk dengan
80 (delapanpuluh) cambukan dan tidaklah diterima persaksian mereka
selama-lamanya, dan mereka itu adalah orang-orang yang fasiq, kecuali
orang-orang yang mereka bertaubat
setelah itu dan mereka melakukan perbaikan, maka sesungguhnya Alloh
adalah Al-Ghofur (Maha Pengampun) lagi Ar-Rohim (Maha Penyayang)". (An-Nur:
5).
Dari ayat tersebut sangat
jelas menerangkan bahwasanya siapa saja yang menuduh orang-orang beriman dengan
tuduhan zina atau homoseks sementara dia tidak bisa mendatangkan empat saksi
maka dia dihukum cambuk dengan 80 (delapan puluh) cambukan, kalau dia terbebas
dari hukuman ini karena mungkin makarnya kuat maka dia mendapatkan hukuman yang
lain berupa tidak diterimanya persaksiannya selama-lamanya ketika di dunia, bersamaan
dengan itu dia dila'nat di kehidupan dunia dan begitu pula ketika di akhirat
nanti masih mendapatkan la'nat dan ditambah dengan azab yang pedih sebagaimana
penjelasannya pada ayat An-Nur (23) tersebut.
MENDANAI PARA PEMBUAT DOSA
Barangsiapa yang terus
mendanai atau memfasilitasi para pembuat dosa maka Alloh Ta'ala akan
mela'natnya, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«وَلَعَنَ
اللهُ مَنْ آوَى مُحْدِثًا»
"Dan
la'nat Alloh atas orang yang menaungi pelaku dosa".
Perkataannya "muhdits"
masuk di dalamnya pelaku bid'ah dan pelaku seluruh kema'siatan sebagaimana
telah dikatakan oleh para ulama.
Demikian tulisan yang
ringkas ini, semoga bermanfaat untuk kami, kedua orang tua kami dan siapa saja
yang membacanya dan yang menyebarkannya.
وصَلَّى
اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والحمد
لله رب العالمين.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar