Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Mengharapkan Mati Syahid dengan Mendholimi Da'i dan Para Murid



KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله، نحمده، ونستعينه، ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا، ومن سيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأن محمدا عبده ورسوله. أما بعد:
Sungguh Alloh Ta'ala telah menyebutkan di dalam Al-Qur'anul Karim tentang kisah hamba-Nya yang sholih yaitu Dzul Qornain Rodhiyallohu 'anhu ketika beliau berkata:
{أَمَّا مَنْ ظَلَمَ فَسَوْفَ نُعَذِّبُهُ ثُمَّ يُرَدُّ إِلَى رَبِّهِ فَيُعَذِّبُهُ عَذَابًا نُكْرًا} [الكهف: 87]
"Adapun orang yang zholim, maka kami akan mengazabnya, kemudian dikembalikan kepada Robbnya, lalu Dia mengazabnya dengan azab yang tidak ada taranya". (Al-Kahfi: 87).
Ayat tersebut sebagai hujjah atas orang-orang yang berbuat zholim di muka bumi ini, dan mungkin mereka di muka bumi ini masih berluasa dan terus menerus melakukan tindak kezholiman namun di akhirat nanti mereka akan melihat akibat dari kezholiman mereka, Alloh Ta'ala berkata:
{الْيَوْمَ تُجْزَى كُلُّ نَفْسٍ بِمَا كَسَبَتْ لَا ظُلْمَ الْيَوْمَ إِنَّ اللَّهَ سَرِيعُ الْحِسَابِ} [غافر: 17]
"Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang dilakukannya, tidak ada yang dizholimi pada hari ini. Sesungguhnya Alloh sangat cepat hisabnya". (Ghofir: 17).
Orang-orang yang melakukan kezholiman di dunia maka pada hari kiamat mereka akan mengalami kegelapan:
«الظُّلْمُ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ القِيَامَةِ»
"Kezholiman adalah kegelapan pada hari kiamat". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Abdul 'Aziz Al-Majisyun, dari Abdullah bin Dinar, dari Abdullah bin 'Umar, dari Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.
Dengan adanya ancaman yang begitu mengerikan maka hendaknya setiap insan berupaya untuk menjauhi kezholiman, dan hendaknya mereka berupaya untuk mengetahui macam-macam dan bentuk-bentuk dari kezholiman sehingga mereka tidak cemplung ke dalamnya.
Pada kesempatan ini Insya Alloh kami akan menyebutkan diantara bentuk kezholiman, yang kezholiman tersebut dianggap bagus dan indah di hadapan para pelakunya, ketahuilah dia adalah "pemberian ancaman dan tekanan keras terhadap para da'i dan murid-murid mereka", yang para pelaku kezholiman ini menganggap bahwa ini adalah salah satu bentuk jihad untuk meraih mati syahid.
Tidaklah seorang IM membunuh Asy-Syaikh Jamilurrohman melainkan karena mereka (IM) menganggap bahwa beliau adalah penghalang mereka untuk meraih mati syahid.
Tidaklah LJ (Laskar Jihad) melakukan penyembelihan, penculikan dan pemukulan terhadap kaum muslimin melainkan karena mereka menganggap bahwa kaum muslimin tersebut adalah penghalang dan penghambat jihad mereka dalam mencari mati syahid!.
Dan tidaklah kaum Rofidhoh melakukan pemboikotan, pengepungan dan pembunuhan terhadap para da'i dan para murid Ahlissunnah yang di Dammaj melainkan karena mereka (Rofidhoh) berkeyakinan sedang berjihad untuk meraih kemuliaan mati syahid, dengan anggapan itu kemudian mereka menyerang para da'i dan para murid Ahlissunah dengan serangan yang membabi buta.



MERAIH MATI SYAHID DENGAN SENANTIASA BERIBADAH

Amirul Mu'minin Umar Ibnul Khoththob dan saudaranya Utsman bin 'Affan merupakan suatu pelajaran yang indah untuk orang-orang yang dizholimi oleh para penjahat, Umar dan Utsman Rodhiyallahu 'anhuma adalah termasuk dari orang-orang yang mati syahid, keduanya paling pemberani ketika bertempur di medan jihad, namun keduanya tidak terbunuh ketika sedang di medan jihad, keduanya terbunuh ketika sedang beribadah kepada Robbnya namun dengan sebab itu keduanya teranggap sebagai orang-orang yang mati syahid, Al-Bukhoriy Rohimahulloh berkata: "Telah menceritakan kepada kami Musaddad, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Yahya, dari Sa'id, dari Qotadah, bahwasanya Anas Rodhiyallahu 'anhu menceritakan kepada mereka, beliau berkata:
"صَعِدَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أُحُدًا وَمَعَهُ أَبُو بَكْرٍ، وَعُمَرُ، وَعُثْمَانُ، فَرَجَفَ، وَقَالَ: «اسْكُنْ أُحُدُ - أَظُنُّهُ ضَرَبَهُ بِرِجْلِهِ -، فَلَيْسَ عَلَيْكَ إِلَّا نَبِيٌّ، وَصِدِّيقٌ، وَشَهِيدَانِ»
"Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam mendaki gunung Uhud, bersama beliau Abu Bakr, Umar dan Utsman, maka bergetarlah (gunung Uhud), lalu beliau (Shollallohu 'Alaihi wa Sallam) berkata: "Diam wahai Uhud" –aku menyangka beliau memukulnya dengan kakinya"-, tidaklah ada di atasmu melainkan seorang Nabi, seorang Shiddiq dan dua orang Syahid".
Apa yang menyebabkan para penjahat menzholimi Utsman bin 'Affan? Tidak lain karena alasan mereka untuk menegakan keadilan, mereka menganggap Utsman tidak adil, beliau dikepung dan dihishor di dalam rumahnya.
Ibnu Katsir Rohimahulloh berkata di dalam "Al-Bidayah wan Nihayah" (7/212):
"كانت مدة حصار عُثْمَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي دَارِهِ أَرْبَعِينَ يَوْمًا عَلَى الْمَشْهُورِ، وَقِيلَ كَانَتْ بِضْعًا وَأَرْبَعِينَ يَوْمًا".
"Waktu pengepungan Utsman Rodhiyallohu 'anhu di dalam rumahnya 40 (empat puluh) hari, ini yang masyhur (dikenal), dan dikatakan pula: 40 (empat puluh) hari lebih".
Dan Asy-Sya'biy berkata:
"كَانَتْ ثِنْتَيْنِ وَعِشْرِينَ لَيْلَةً".
"Waktu pengepungannya adalah 22 (dua puluh dua) malam".
Selama pengepungan ini, Utsman tidak melawan dengan memerangi orang-orang yang mengepungnya namun beliau tetap bersabar dengan berdiam diri di dalam rumahnya, hingga kemudian beliau terbunuh, Ibnu Katsir Rohimahulloh berkata di dalam "Al-Bidayah wan Nihayah" (7/212):
"ثُمَّ كَانَ قَتْلُهُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي يَوْمِ الْجُمُعَةِ بِلَا خِلَافٍ".
"Kemudian terbunuhnya beliau Rodhiyallohu 'anhu pada hari Jum'at dengan tanpa ada perselisihan (tentang hari terbunuhnya)".
Kejadian beliau ini sebagai bantahan terhadap para teroris, Al-Qaedah, dan siapa saja yang menganggap bahwa mati syahid itu hanya bisa diraih dengan berlagak di medan tempur, sangat menyayangkan adanya para simpatisan da'wah beramai-ramai menghabiskan waktu-waktu mereka dengan alasan persiapan untuk jihad dan mereka mengabaikan dari beribadah dan dari menuntut ilmu dengan alasan itu.
Kita katakan: "Ahlussunnah sejati adalah sibuk dengan ilmu dan mengamalkannya, ketika masuk waktu untuk beribadah maka mereka bergegas beribadah, ketika terjadi jihad syar'iy maka mereka bergegas menyambutnya dan mereka paling terdepan".
  

TERANGGAP MATI SYAHID BILA TERBUNUH KARENA MEMBELA DIRI DARI KEZHOLIMAN

Bila seseorang dibunuh oleh para pelaku kezholiman dikarenakan dia membela dirinya, hartanya dan kehormatannya maka dia terhitung mati syahid, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دِينِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ دَمِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ قُتِلَ دُونَ أَهْلِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ»
"Barangsiapa yang dibunuh (karena mempertahankan) hartanya maka dia syahid, barangsiapa yang dibunuh (karena membela) agamanya maka dia adalah syahid, barangsiapa yang dibunuh (karena membela) darahnya maka dia adalah syahid, dan barangsiapa yang dibunuh (karena membela) keluarganya maka dia adalah syahid". Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dan An-Nasa'iy dari hadits Sa'id bin Zaid.
Al-Imam Muslim meriwayatkan di dalam "Shohih"nya dari hadits Abu Huroiroh, beliau berkata:
"جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللهِ، أَرَأَيْتَ إِنْ جَاءَ رَجُلٌ يُرِيدُ أَخْذَ مَالِي؟ قَالَ: «فَلَا تُعْطِهِ مَالَكَ» قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ قَاتَلَنِي؟ قَالَ: «قَاتِلْهُ» قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلَنِي؟ قَالَ: «فَأَنْتَ شَهِيدٌ»، قَالَ: أَرَأَيْتَ إِنْ قَتَلْتُهُ؟ قَالَ: «هُوَ فِي النَّارِ»".
"Datang seseorang kepada Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam lalu berkata: "Wahai Rosululloh, apa pendapatmu jika datang seseorang merampas hartaku?, beliau berkata: "Jangan kamu berikan hartamu!", dia berkata lagi: "Apa pendapatmu kalau dia mau membunuhku (karena aku tidak memberikan hartaku kepadanya)?, beliau berkata: "Kamu bunuh dia!", apa pendapatmu dia (berhasil membunuhku?, beliau berkata: "Kamu syahid!", dia berkata: "Apa pendapatmu kalau aku yang membunuhnya? Beliau berkata: "Dia di dalam neraka".
Dan ini diperjelas lagi dengan hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy di dalam "Shohih"nya dari hadits Abdulloh bin 'Amr, beliau berkata: Aku mendengar Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«مَنْ قُتِلَ دُونَ مَالِهِ فَهُوَ شَهِيدٌ»
"Barangsiapa yang dibunuh (karena mempertahankan) hartanya maka dia syahid". Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ashhabussunan.
Adapun yang membunuhnya maka balasannya adalah neraka, Alloh Ta'ala mengisahkan perkataan anak Adam yang pertama:
{إِنِّي أُرِيدُ أَنْ تَبُوءَ بِإِثْمِي وَإِثْمِكَ فَتَكُونَ مِنْ أَصْحَابِ النَّارِ وَذَلِكَ جَزَاءُ الظَّالِمِينَ} [المائدة: 29]
"Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (karena membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zholim". (Al-Maidah: 29).
Dan Alloh Ta'ala juga berkata:
{وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا} [النساء: 93]
"Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja maka balasannya adalah Jahannam, dia kekal di dalamnya dan Alloh murka kepadanya, dan Dia mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya". (An-Nisa': 93).
Ayat ini sebagai hujatan atas para teroris, Al-Qaedah dan Laskar Jihad serta orang-orang yang seperti mereka, mereka bersengaja membunuh orang-orang yang beriman dengan sangkaan mereka sedang berjihad dan mencari mati syahid:
{قُلْ هَلْ نُنَبِّئُكُمْ بِالْأَخْسَرِينَ أَعْمَالًا (103) الَّذِينَ ضَلَّ سَعْيُهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ يَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ يُحْسِنُونَ صُنْعًا} [الكهف: 103، 104]
"Katakanlah: "Apakah akan Kami beritahukan kepada kalian tentang orang-orang yang paling merugi amalannya?, yaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya di dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baik perbuatan". (Al-Kahfi: 103-104).
Karena anggapan sedang berjihad maka tidak heran kalau para penjahat LJ (Laskar Jihad) melakukan kezholiman terhadap seorang da'i, karena mereka menilai bahwa da'i tersebut sibuk dengan dagang atau jualan daging dan juga alasan mereka karena da'i tersebut hanya memakai baju kaos dalam, maka mereka beramai-ramai mengkroyok, memukulnya dan mematahkan tulang-tulang rusuknya.
Begitu pula ketika ada yang ingin untuk mengangkat mereka ke pengadilan negara karena kejahatan mereka maka merekapun mendatanginya dengan diberi ancaman kalau dia tetap naik ke pengadilan maka akan disembelih dan dibunuh, dengan rasa takut orang tersebut kemudian membatalkan rencananya, dan orang tersebut sudah di atas penderitaan karena sebelumnya sudah diiris tubuhnya dengan pedang.
Tidak hanya itu, ketika ada yang membantah mereka dan menyatakan bahwa mereka keluar dari ketaatan kepada penguasa maka mereka langsung mendatangi di depan rumahnya lalu dipukul, sampai orang yang dipukul teriak sambil berkata: "Tolong! tolong! tolong! ada maling!", ada pula yang diculik lalu disembelih kemudian jenazahnya dibuang di sungai.
Kasian mereka benar-benar kalau sudah buta mata hati mereka, mereka takut dari hukuman pemerintah namun berani menantang hukuman Alloh.
Al-Imam Ahmad meriwayatkan di dalam "Musnad"nya dengan sanad hasan, dari hadits Abu Idris, beliau berkata: Aku mendengar Mu’awiyyah –dan dia sedikit haditsnya dari Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, beliau berkata: "Aku mendengar Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
" كُلُّ ذَنْبٍ عَسَى اللهُ أَنْ يَغْفِرَهُ، إِلَّا الرَّجُلُ يَمُوتُ كَافِرًا، أَوِ الرَّجُلُ يَقْتُلُ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا".
"Semua dosa semoga Alloh mengampuninya, kecuali seseorang yang mati dalam keadaan kafir atau seseorang yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja".
Dan Alloh Ta'ala juga berkata:
{وَمَنْ يَقْتُلْ مُؤْمِنًا مُتَعَمِّدًا فَجَزَاؤُهُ جَهَنَّمُ خَالِدًا فِيهَا وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِ وَلَعَنَهُ وَأَعَدَّ لَهُ عَذَابًا عَظِيمًا} [النساء: 93]
"Dan barangsiapa yang membunuh seorang mu'min dengan sengaja maka balasannya adalah Jahannam, dia kekal di dalamnya dan Alloh murka kepadanya, dan Dia mengutuknya serta menyediakan azab yang besar baginya". (An-Nisa': 93).

BERBUAT ZHOLIM KEMUDIAN MATI SYAHID

Banyak dari para pelaku kezholiman mengangan-angankan mati syahid, setelah mereka melakukan kezholiman berupa membantai, membunuh, menyembelih, memukul, mencekik atau mendorong maka mereka bergegas ingin membersihkan kezholiman itu dengan cara mencemplungkan diri mereka ke medan jihad dengan anggapan sebagai penebus dosa mereka.
Mereka mengira dengan perkiraan itu akan selesailah masalah mereka dengan orang yang pernah mereka zholimi, tidak demikian keadaannya, bahkan mereka akan dituntut di akhirat kelak, taruhlah kalau mereka mati di medan tempur tapi urusannya dengan hak hamba masih terus dituntut.
At-Tirmidziy dan yang selainnya meriwayatkan dari hadits 'Amr bin Dinar, dari Abdulloh bin Dinar, dari Abdulloh bin 'Abbas Rodhiyallohu 'anhuma dari Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, beliau berkata:
«يَجِيءُ المَقْتُولُ بِالقَاتِلِ يَوْمَ القِيَامَةِ نَاصِيَتُهُ وَرَأْسُهُ بِيَدِهِ وَأَوْدَاجُهُ تَشْخَبُ دَمًا، يَقُولُ: يَا رَبِّ، قَتَلَنِي هَذَا، حَتَّى يُدْنِيَهُ مِنَ العَرْشِ».
"Orang yang dibunuh akan datang pada hari kiamat dengan (membawa) orang yang membunuhnya, dengan memegang jambul (rambut depan) dan kepalanya dengan tangannya dan urat lehernya mengalirkan darah, dia berkata: Wahai Robbku! Orang ini membunuhku sampai (orang yang membunuh tersebut) dihinakannya dari Al-’Arsy".
Ini yang berkaitan dengan yang membunuh, adapun yang berkaitan dengan kezholiman secara umum maka Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam telah berkata:
«إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ، وَصِيَامٍ، وَزَكَاةٍ، وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا، وَقَذَفَ هَذَا، وَأَكَلَ مَالَ هَذَا، وَسَفَكَ دَمَ هَذَا، وَضَرَبَ هَذَا، فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ، فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ، ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ».
"Sesungguhnya orang yang merugi dari umatku adalah dia datang pada hari kiamat dengan (membawa pahala) sholat, puasa dan zakat, dan dia datang dalam keadaan sudah menghina (orang) ini, dan menuduh orang itu berzina, dan memakan harta orang ini, menumpahkan darah orang itu, maka diberikanlah kepada orang ini (yang dizholimi tersebut) dari kebaikannya, dan diberikanlah kepada orang itu (yang dizholimi tersebut) dari kebaikannya, jika sudah habis kebaikannya (untuk diberikan kepada orang-orang yang dia zholimi) sebelum diputuskan atas apa yang dia berada di atasnya maka diberikanlah dari dosa-dosa mereka (orang-orang yang dia zholimi) lalu dipikulkan kepadanya (orang yang berbuat zholim tersebut), kemudian dilemparkan ke dalam neraka". Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Huroiroh.
Demikian penjelasan singkat ini kami tulis, semoga sebagai penerang di tengah gelapnya gulita dan semoga dia sebagai penghibur bagi orang yang terzholimi:
{إِنَّهُ مَنْ يَأْتِ رَبَّهُ مُجْرِمًا فَإِنَّ لَهُ جَهَنَّمَ لَا يَمُوتُ فِيهَا وَلَا يَحْيَى (74) وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُولَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى (75) جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاءُ مَنْ تَزَكَّى (76)} [طه: 74 - 76]
"Sesungguhnya barangsiapa datang kepada Robbnya dalam keadaan berdosa, maka sesungguhnya baginya neraka Jahannam, dia tidak mati di dalamnya dan tidak (pula) hidup. Dan barangsiapa datang kepada Robbnya dalam keadaan beriman, lagi sungguh-sungguh telah beramal sholih maka mereka itulah orang-orang yang memperoleh tempat-tempat yang tinggi (mulia), (yaitu) syurga 'Adn yang mengalir sungai-sungai di bawahnya, mereka kekal di dalamnya, dan itu adalah balasan bagi orang yang bersih (dari kekafiran dan kema'siatan)". (Thoha: 74-76).
وصَلَّى اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم
 والحمد لله رب العالمين.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar