PEMBUKAAN
بِسمِ الله
الرَّحمنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ
أَحْمَدُهُ، وَأَسْتَعِينُهُ، وَأَسْتَنْصِرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ، أمَّا بَعدُ:
Puasa
merupakan salah satu ibadah yang mulia, karena mulianya maka seseorang dituntut
untuk menjaganya, menjaga keutamaannya dan menjaga pula dari berbagai perusak
atau pembatal-pembatalnya.
HUKUM
BAGI YANG BERBEKAM SEDANGKAN DIA BERPUASA
Diantara
perkara yang diperbincangkan oleh kaum muslimin adalah permasalahan yang
berkaitan dengan bekam, apakah dia membatalkan puasa ataukah tidak?.
Ibnul
Bathol Rohimahulloh berkata di dalam "Syarhu Shohihil Bukhoriy"
(4/81):
"وأما
الحجامة للصائم: فجمهور الصحابة والتابعين والفقهاء على أنه لا تفطره".
"Adapun
berbekam bagi orang yang berpuasa maka (telah berpendapat) jumhur
(kebanyakan) para shohabat, tabi'in (murid-murid para shohabat) dan para
ahli fiqih bahwasanya dia tidak membatalkan puasa".
Dan ini adalah pendapat yang
rojih (kuat/benar).
PENDAPAT ABU HANIFAH DAN
PENGIKUTNYA
Abu Hanifah dan para
pengikutnya berkata:
"إِنِ
احْتَجَمَ الصَّائِمُ لَمْ يَضُرُّهُ شَيْءٌ".
"Jika orang yang berpuasa berbekam maka tidak memudhorotkan
(puasa)nya sedikitpun". (Al-Istidzkar: 3/326).
Pendapat
Abu Hanifah serta para pengikutnya ini adalah global, yang benar adalah adanya
rincian, lihat perkataan Asy-Syaukaniy Rohimahulloh pada kesimpulan
(akhir pembahasan ini).
PENDAPAT
ORANG-ORANG YANG MENGANGGAP BERBEKAM MEMBATALKAN PUASA
Adapun
pendapat yang menyebutkan tentang batalnya puasa bagi yang berbekam maka ini
adalah pedapat Al-Auza'iy, Ahmad dan Ishaq, serta yang selain mereka.
Mereka
berhujjah dengan hadits:
«أَفْطَرَ
الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُومُ».
"Batal puasanya orang yang membekam dan yang
dibekam".
Hadits
ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu Huroiroh (no. 1679) dan Tsauban
(no. 1680), An-Nasa'iy dari Tsauban (no. 3120) dan Syaddad bin Aus
(no. 3126), Abu Dawud dari Syaddad bin Aus (no. 2369) dan Tsauban
(no. 2367), At-Tirmidiy (no. 774) dari Rofi' bin Khodij, dan beliau
(At-Tirmidziy) berkata: "Pada bab ini diriwayatkan dari 'Ali, Sa'd,
Syaddad bin Aus, Tsauban, Usamah bin Zaid, Aisyah, Ma'qil
bin Sinan dan dikatakan pula Ibnu Yasar, Abu Huroiroh, Ibnu
'Abbas, Abu Musa dan Bilal, dan hadits Rofi' bin Khodij
adalah hadits hasan shohih.
Diriwayatkan
oleh Ahmad dari Abu Huroiroh (no. 8768), Tsauban (no. 22371), Aisyah
(no. 26217), Rofi' bin Khodij (no. 15828), Ma'qil bin Sinan
Al-Asja'iy (15901), Bilal (no. 23888), dan Syaddad bin Aus
(no. 17119).
Hadits
tersebut adalah shohih, hanya saja hukumnya terhapus dengan adanya
penjelasan dari Abu Qilabah, bahwasanya beliau mengabarkan:
"أَنَّ
شَدَّادَ بْنَ أَوْسٍ بَيْنَمَا هُوَ يَمْشِي مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ بِالْبَقِيعِ..."
"Bahwasanya Syaddad bin Aus ketika dia berjalan
bersama Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam di Baqi'…".
Dan
yang menguatkan tentang itu adalah apa yang dikatakan oleh Ibnul Bathol Rohimahulloh,
beliau berkata di dalam "Syarhu Shohihil Bukhoriy" (4/81):
"والفتح
كان فى سنة ثمان، وحجة الوداع سنة عشر، فخبر ابن عباس متأخر ينسخ المتقدم".
"Dan Fathul Makkah terjadi pada tahun ke 8 (delapan), dan
haji Wadda' pada tahun ke 10 (sepuluh), dan khobar Ibnu 'Abbas adalah
terakhir dan menghapus yang terdahulu".
Adapun
khobar Ibnu Abbas maka lafadznya adalah:
"أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ احْتَجَمَ وَهُوَ مُحْرِمٌ، وَاحْتَجَمَ
وَهُوَ صَائِمٌ".
"Bahwasanya Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam
berbekam dan dia adalah berihrom, dan dia adalah berpuasa". Diriwayatkan
oleh Al-Bukhoriy di dalam "Shohih"nya (no. 1938).
Ibnu
'Abbas Rodhiyallohu 'anhuma tidaklah menemani Nabi Shollallohu
'Alaihi wa Sallam ketika ihrom melainkan pada haji Wada'.
Adapun
hadits:
«أَفْطَرَ
الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُومُ».
"Batal puasanya orang yang membekam dan yang
dibekam", maka dia terjadi pada Fathul Makkah (hari pembebasan
Makkah).
BERBEKAM
BAGI YANG PUASA ADALAH RUKHSOH (KERINGANAN).
Datang
dalam suatu riwayat dari hadits Abu Sa'id Al-Khudriy, yang diriwayatkan
oleh Ibnu Khuzaimah (no. 1971) dan dishohihkan oleh Al-Albaniy dengan lafadz:
"أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَخَّصَ فِي الْحِجَامَةِ لِلصَّائِمِ".
"Bahwasanya Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam telah
memberikan keringanan tentang berbekam bagi orang yang berpuasa".
Dan
lafadz ini diriwayatkan pula oleh An-Nasa'iy di dalam "As-Sunan Al-Kubro'"
(no. 3228).
Ibnu
Hazm Rohimahulloh berkata di dalam "Al-Muhalla"
(4/337):
"وَلَفْظَةُ
"أَرْخَصَ" لَا تَكُونُ إلَّا بَعْدَ نَهْيٍ".
"Dan lafadz "arkhosh" (keringanan) tidak
akan terjadi kecuali setelah larangan".
Dan
diperjelas lagi dengan apa yang diriwayatkan oleh Ad-Daruquthniy di dalam
"Sunan"nya (no. 2260) dari Tsabit Al-Bunaniy, dari Anas bin
Malik, beliau berkata:
"أَوَّلُ
مَا كُرِهَتِ الْحِجَامَةُ لِلصَّائِمِ أَنَّ جَعْفَرَ بْنَ أَبِي طَالِبٍ احْتَجَمَ
وَهُوَ صَائِمٌ، فَمَرَّ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ:
«أَفْطَرَ هَذَانِ»، ثُمَّ رَخَّصَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعْدُ
فِي الْحِجَامَةِ لِلصَّائِمِ".
"Awal kali dibencinya berbekam bagi orang yang puasa adalah
bahwasanya Ja'far bin Abi Tholib berbekam dan beliau berpuasa, Nabi Shollallohu
'Alaihi wa Sallam lewat lalu berkata: "Telah batal puasa dua orang
ini (yang berbekam dan yang membekam)".
Tsabit
Al-Bunaniy Rohimahulloh berkata:
"وَكَانَ
أَنَسٌ يَحْتَجِمُ وَهُوَ صَائِمٌ".
"Dan dahulu Anas berbekam dan dia adalah
berpuasa".
Khobar
ini adalah shohih, Ad-Daruquthniy dalam membawakan khobar ini beliau
berkata tentang sanadnya:
"كُلُّهُمْ
ثِقَاتٌ وَلَا أَعْلَمُ لَهُ عِلَّةً".
"Semua (para perowi)nya adalah tsiqot (terpercaya),
dan aku tidak mengetahui padanya ada kecacatan (kedho'ifan)".
SEBAB ADANYA RUKHSOH
Malik
bin Anas Rohimahulloh berkata di dalam "Al-Muwatho'":
"لَا
تُكْرَهُ الْحِجَامَةُ لِلصَّائِمِ إِلَّا خَشْيَةَ أَنْ يَضْعُفَ".
"Tidak di-makruh-kan bekam bagi yang berpuasa, melainkan
khowatir akan melemahkan (orang yang berpuasa)".
Dan
diriwayatkan dari sekelompok shohabat Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam
bahwasanya mereka membenci bekam bagi yang berpuasa. Lihat "Al-Istidzkar"
(3/326).
KESIMPULAN
PEMBAHASAN
Asy-Syaukaniy
Rohimahulloh berkata di dalam "Nailul Author" (4/241):
"فَيُجْمَعُ
بَيْنَ الْأَحَادِيثِ بِأَنَّ الْحِجَامَةَ مَكْرُوهَةٌ فِي حَقِّ مَنْ كَانَ يَضْعُفُ
بِهَا وَتَزْدَادُ الْكَرَاهَةُ إذَا كَانَ الضَّعْفُ يَبْلُغُ إلَى حَدٍّ يَكُونُ
سَبَبًا لِلْإِفْطَارِ، وَلَا تُكْرَهُ فِي حَقِّ مَنْ كَانَ لَا يَضْعَفُ بِهَا، وَعَلَى
كُلِّ حَالٍ تَجَنُّبُ الْحِجَامَةِ لِلصَّائِمِ أَوْلَى، فَيَتَعَيَّنُ حَمْلُ قَوْلِهِ:
"أَفْطَرَ الْحَاجِمُ وَالْمَحْجُومُ".
"Maka dijama' (dikompromikan) antara hadits-hadits
bahwasanya berbekam adalah makruh (dibenci) bagi orang yang berpuasa melemah
karena sebab berbekam, dan bertambah hukumnya makruh (dibenci) jika
kelemahan itu mencapai batasan sebab batalnya puasa, dan tidaklah dimakruhkan
bagi orang yang tidak melemah dengan sebab berbekam, dan pada setiap keadaan
menjauhi berbekam bagi yang berpuasa itu lebih utama".
PENUTUP
Demikian
pembahasan yang singkat ini, dan ini adalah pendapat terakhir yang kami pegang.
Harapan
kami semoga Alloh menjadikan pembahasan ini bermanfaat untuk kami, kedua orang
tua kami, dan siapa saja yang mencintai kami karena Alloh serta bagi siapa saja
yang mendoakan kebaikan kepada kami dan yang membantu kami.
رَبَّنَا لَا تُزِغْ
قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ
أَنْتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا لَا
تُؤَاخِذْنَا إِنْ نَسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا
إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلَا
تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا
وَارْحَمْنَا أَنْتَ مَوْلَانَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِين
سبحانك اللهم وبحمدك
أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
Ditulis
oleh hamba yang faqir atas ampunan Robbnya
Abu
Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Di
Darul Hadits Dammaj-Yaman
Pada
hari Jum'at Dhuha 15 Rojab 1434 Hijriyyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar