Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

ENAM LANDASAN AGUNG






PENGANTAR PENERJEMAH

بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Tulisan yang ada di hadapanmu ini merupakan salah satu terjemahan dari kitab Asy-Syaikh Abul Hasan Muhammad An-Najdiy Rohimahulloh yang berjudul "Sittatu Ushulin 'Azhimatin" yang kami beri beberapa catatan kaki, kemudian kami beri judul dengan "Enam Landasan Agung Di Bawah Naungan Al-Qur'an dan As-Sunnah".
Terjemahan yang ada di hadapanmu ini adalah salinan dari terjemahan yang pertama, yaitu terjemahan yang pernah kami lakukan ketika di Indonesia, yang dia merupakan terjemahan yang pertama kali kami lakukan, pada saat itu kami masih dikenal dengan nama Khodhir Al-Limboriy.
Dan Alhamdulillah terjemahan yang pertama tersebut telah tersebar luas ke seluruh Tanah Air Indonesia dan Malaysia, semoga untuk salinan ini diberkahi pula oleh Alloh Ta'ala sebagaimana Dia telah memberkahi terjemahan yang pertama.
Ditulis oleh Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy di Darul Hadits Dammaj pada hari Sabtu/Rojab 1434 Hijriyyah.

Asy-Syaikh Abul Hasan Muhammad An-Najdiy Rohimahulloh berkata:
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
من أعجب العجاب، وأكبر الآيات الدالة على قدرة الملك الغلاب ستة أصول بينها الله تعالى بياناً واضحاً للعوام فوق ما يظن الظانون، ثم بعد هذا غلط فيها كثير من أذكياء العالم وعقلاء بني آدم إلا أقل القليل.
Di antara perkara yang sangat menakjubkan dan termasuk tanda-tanda yang sangat besar[1], yang menunjukkan atas kemampuan Al-Malik (Alloh Yang Maha Berkuasa) lagi Al-Ghollab (Maha Mengalahkan) adalah enam landasan yang Alloh Ta'ala telah menjelaskannya dengan penjelasan yang sangat jelas[2] bagi orang awam melebihi apa yang disangka oleh orang-orang yang menyangka, namun setelah itu salah di dalam memahaminya kebanyakan dari orang-orang cerdik cendekiawan dan orang-orang yang berakal dari anak Adam kecuali hanya jumlah yang sangat sedikit (dari mereka).

الأصل الأول
إخلاص الدين لله تعالى وحده لا شريك له، وبيان ضده الذي هو الشرك بالله، وكون أكثر القرآن في بيان هذا الأصل من وجوه شتى بكلام يفهمه أبلد العامة، ثم لما صار على أكثر الأمة ما صار أظهر لهم الشيطان الإخلاص في صورة تنقص الصالحين والتقصير في حقوقهم، وأظهر لهم الشرك بالله في صورة محبة الصالحين وأتباعهم.

LANDASAN PERTAMA

Mengikhlaskan agama (ibadah) untuk Alloh Ta'ala satu-satu-Nya, yang tidak ada sekutu bagi-Nya, dan penjelasan lawannya, yang dia adalah menyekutukan (menjadikan tandingan-tandingan bagi) Alloh[3], serta keberadaan Al-Qur'an kebanyakan (kandungannya) menjelaskan landasan ini dari sisi yang beraneka ragam dengan pembicaraan yang dipahami oleh orang-orang yang paling dungunya orang awam, kemudian setelah terjadi apa yang terjadi (ya'ni kesyirikan) yang menimpa kebanyakannya umat ini, syaithonpun menampakkan kepada mereka "keikhlasan" dalam bentuk penghinaan terhadap orang-orang sholih dan pengurangan terhadap hak-hak mereka[4]. Dan (syaithon) menampakkan kepada mereka kesyirikan kepada Alloh dalam bentuk kecintaan kepada orang-orang sholih dan orang-orang yang mengikuti mereka[5].

الأصل الثاني
أمر الله بالاجتماع في الدين ونهى عن التفرق فيه، فبين الله هذا بياناً شافياً تفهمه العوام، ونهانا أن نكون كالذين تفرقوا واختلفوا قبلنا فهلكوا، وذكر أنه أمر المسلمين بالاجتماع في الدين ونهاهم عن التفرق فيه، ويزيده وضوحاً ما وردت به السنة من العجب العجاب في ذلك، ثم صار الأمر إلى أن الافتراق في أصول الدين وفروعه هو العلم والفقه في الدين، وصار الاجتماع في الدين لا يقوله إلا زنديق أو مجنون.

LANDASAN KEDUA

Alloh memerintahkan untuk bersatu dalam agama dan melarang dari perpecahan di dalamnya[6]. Alloh menjelaskan hal ini dengan penjelasan yang sejelas-jelasnya hingga orang awampun memahaminya. Dan kita dilarang menjadi seperti orang-orang sebelum kita yang bercerai-berai sehingga mereka binasa[7]. Dan Alloh telah menyebutkan (di dalam Al-Qur'an) bahwa Dia memerintahkan kaum muslimin untuk bersatu dalam agama dan melarang mereka dari perpecahan dalam agama.
Ditambah lagi kejelasannya terhadap apa-apa yang datang dengannya As-Sunnah dari perkara-perkara yang sangat menakjubkan pada yang demikian itu.
Kemudian perkara tersebut berubah hingga perpecahan dalam landasan agama atau cabang-cabangnya dianggap sebagai ilmu dan fiqih dalam agama, hingga perkara persatuan dalam agama itu seakan-akan tidak ada yang menyerukannya kecuali orang zindiq (munafiq) atau majnun (gila)[8].

الأصل الثالث
أن من تمام الاجتماع السمع والطاعة لمن تأمر علينا ولو كان عبداً حبشياً، فبين الله هذا بياناً شائعاً كافياً بوجوه من أنواع البيان شرعاً وقدراً ، ثم صار هذا الأصل لا يعرف عند أكثر من يدعي العلم فكيف العمل به.

LANDASAN KETIGA

Sesungguhnya dari kesempurnaan persatuan (dalam agama) adalah mendengar dan taat terhadap siapa yang menjadi penguasa (pemimpin) atas kita, walaupun dia adalah seorang hamba Habasyah[9]. Alloh menjelaskan perkara ini dengan penjelasan yang benar-benar memuaskan lagi mencukupi pada berbagai sisi dari berbagai macam bentuk penjelasan, baik penjelasan secara syar'iy (Al-Qur'an dan As-Sunnah) atau penjelasan sesuai dengan kejadian yang ada.
Kemudian landasan ini tidak diketahui oleh kebanyakan orang yang mengaku dirinya memiliki ilmu, lalu bagaimana mereka akan mengamalkannya?.

الأصل الرابع
بيان العلم والعلماء، والفقه والفقهاء، وبيان من تشبه بهم وليس منهم، وقد بين الله هذا الأصل في أول سورة البقرة من قوله: {يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَوْفُوا بِعَهْدِي أُوفِ بِعَهْدِكُمْ} إلى قوله: {يَا بَنِي إِسْرَائِيلَ اذْكُرُوا نِعْمَتِيَ الَّتِي أَنْعَمْتُ عَلَيْكُمْ وَأَنِّي فَضَّلْتُكُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ} [البقرة: 47]، ويزيده وضوحاً ما صرحت به السنة في هذا الكلام الكثير البين الواضح للعامي البليد، ثم صار هذا أغرب الأشياء، وصار العلم والفقه هو البدع والضلالات، وخيار ما عندهم لبس الحق بالباطل، وصار العلم الذي فرضه الله تعالى على الخلق ومدحه لا يتفوه به إلا زنديق أو مجنون، وصار من أنكره وعاداه وصنف في التحذير منه والنهي عنه هو الفقيه العالم.

LANDASAN KEEMPAT

Penjelasan tentang ilmu dan ulama, penjelasan tentang fiqih dan fuqaha' (ahli fiqih) serta penjelasan tentang orang yang serupa dengan mereka tapi bukan dari mereka. Dan sungguh Alloh telah menjelaskan landasan ini dalam awal surat Al-Baqoroh dari perkataan-Nya: "Wahai Bani Isroil, ingatlah akan ni'mat-Ku yang telah Aku anugerahkan kepada kalian" (Al-Baqoroh: 40) -sampai perkataan-Nya: "Wahai Bani Israil, ingatlah akan nikmat-Ku yang telah aku anugerahkan kepadamu dan (ingatlah pula) bahwasanya aku telah melebihkan kamu atas segala umat" (Al-Baqoroh: 40).
Dan ditambah lagi kejelasannya terhadap apa-apa telah diterangkan oleh As-Sunnah tentangnya dalam pembicaraan yang banyak lagi jelas bagi orang awam yang sulit memahami sekalipun, kemudian perkara ini menjadi paling asingnya perkara-perkara, akhirnya ilmu dan fiqih dianggap sebagai bid'ah-bid'ah dan kesesatan-kesesatan, dan yang terbaik menurut mereka yaitu menyeragamkan kebenaran dengan kebatilan. Akhirnya ilmu yang Alloh wajibkan kepada makhluk-Nya dan Dia memujinya, mereka anggap tidak ada yang berucap dengannya kecuali zindiq (munafiq) atau majnun (gila)[10].
Dan akhirnya orang yang mengingkari ilmu tersebut, memusuhinya, menulis tentang tahdzir (mewaspadai) ilmu tersebut dan melarang dari ilmu kebenaran tersebut mereka anggap sebagai orang yang faqih lagi 'alim (berilmu)[11].

الأصل الخامس
بيان الله سبحانه لأولياء الله وتفريقه بينهم وبين المتشبهين بهم من أعداء الله المنافقين والفجار، ويكفي في هذا آية من سورة آل عمران وهي قوله: {قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ} [آل عمران: 31]. الآية، و آية في سورة المائدة وهي قوله: {يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا مَنْ يَرْتَدَّ مِنْكُمْ عَنْ دِينِهِ فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ} [المائدة: 54]، الآية، وآية في يونس وهي قوله : {أَلَا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (62) الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (63)} [يونس: 62، 63]، ثم صار الأمر عند الله أكثر من يدعي العلم وأنه من هداة الخلق وحفاظ الشرع إلى أن الأولياء لا بد فيهم من ترك اتباع الرسل ومن تبعهم فليس منهم ولا بد من ترك الجهاد فمن جاهد فليس منهم ، ولا بد من ترك الإيمان والتقوى فمن تعهد بالإيمان والتقوى فليس منهم يا ربنا نسألك العفو والعافية إنك سميع الدعاء.

LANDASAN KELIMA

Alloh Subhanah telah menjelaskan terhadap wali-wali Alloh, membedakan antara mereka[12] dan orang-orang yang menyerupai mereka dari musuh-musuh Alloh baik dari kalangan orang-orang munafiq dan orang-orang fajir (pembuat dosa).
Dan cukup pada ayat ini dari surat Ali Imron, Alloh berkata: "Katakanlah: jika kalian (benar-benar) mencintai Alloh maka ikutilah aku niscaya Alloh mencintai kalian". (Ali Imron: 31).
Dan ayat dalam surat Al-Maidah, Alloh berkata: "Wahai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kalian yang murtad dari agamanya, maka kelak Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Alloh mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya". (Al-Maidah: 54).
Dan ayat di dalam surat Yunus, Alloh berkata: "Ingatlah sesungguhnya wali-wali Alloh itu tidak ada kekhowatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati, (yaitu) orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertaqwa". (Yunus: 62-63).
Kemudian perkaranya berubah di kalangan orang banyak yang mengaku memiliki ilmu, dan mengaku bahwa mereka adalah orang-orang yang memberikan hidayah kepada makhluk dan menjaga syariat, mereka menyatakan bahwa wali-wali Alloh haruslah pada mereka dari orang-orang yang tidak lagi mengikuti Ar-Rosul, dan barangsiapa yang mengikutinya maka bukan termasuk dari mereka (wali-wali Alloh).
Dan juga harus orang-orang yang meninggalkan jihad, barangsiapa yang ikut berjihad maka bukan termasuk dari mereka (wali-wali Alloh).
Dan juga harus orang-orang yang meninggalkan keimanan dan ketaqwaan, barangsiapa yang masih menjaga keimanan dan ketaqwaannya, maka tidak termasuk dari mereka (wali-wali Alloh).
Wahai Robb kami! kami memohon kepada-Mu kesehatan dan keselamatan, sesungguhnya Engkau Maha Mendengarkan Do'a.


الأصل السادس
رد الشبهة التي وضعها الشيطان في ترك القرآن والسنة واتباع الآراء والأهواء المتفرقة المختلفة، وهي أن القرآن والسنة لا يعرفهما إلا المجتهد المطلق، والمجتهد هو الموصوف بكذا وكذا أوصافاً لعلها لا توجد تامة في أبي بكر وعمر، فإن لم يكن الإنسان كذلك فليعرض عنهما فرضاً حتماً لا شك ولا إشكال فيه، ومن طلب الهدى منهما فهو إما زنديق، وإما مجنون لأجل صعوبة فهمهما فسبحان الله وبحمده كم بين الله سبحانه شرعاً وقدراً، خلقاً وأمراً في رد هذه الشبهة الملعونة من وجوه شتى بلغت إلى حد الضروريات العامة ولكن أكثر الناس لا يعلمون: {لَقَدْ حَقَّ الْقَوْلُ عَلَى أَكْثَرِهِمْ فَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (7) إِنَّا جَعَلْنَا فِي أَعْنَاقِهِمْ أَغْلَالًا فَهِيَ إِلَى الْأَذْقَانِ فَهُمْ مُقْمَحُونَ (8) وَجَعَلْنَا مِنْ بَيْنِ أَيْدِيهِمْ سَدًّا وَمِنْ خَلْفِهِمْ سَدًّا فَأَغْشَيْنَاهُمْ فَهُمْ لَا يُبْصِرُونَ (9) وَسَوَاءٌ عَلَيْهِمْ أَأَنْذَرْتَهُمْ أَمْ لَمْ تُنْذِرْهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (10) إِنَّمَا تُنْذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَنَ بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ (11)} [يس: 7-11].

LANDASAN KEENAM

Membantah syubhat yang diletakkan oleh syaithon untuk meninggalkan Al-Qur'an dan As-Sunnah dan supaya mengikuti hawa nafsu dan berbagai pemikiran dan pendapat yang berbeda-beda dan beraneka ragam: yaitu bahwa Al-Qur'an dan As-Sunnah tidak ada yang mengetahuinya kecuali seorang mujtahid mutlaq, sedangkan mujtahid itu adalah orang yang memiliki sifat demikian dan demikian, sifat-sifat yang mungkin saja tidak akan dijumpai secara persis pada diri Abu Bakr dan Umar.
Apabila manusia tidak ada yang seperti itu, maka berpaling dari keduanya (Al-Qur'an dan As-Sunnah) adalah wajib dan harus dan tidak ada keraguan padanya. Dan barangsiapa yang mencari petunjuk dari keduanya maka dia bisa jadi adalah zindiq (munafiq) dan bisa jadi dia adalah majnun (orang gila) dikarenakan sulitnya dalam memahami keduanya, Maha Suci Alloh dan pujian hanya untuk-Nya!.
Betapa banyak Alloh Subhanah telah terangkan secara syar'iy (Al-Qur'an dan As-Sunnah) atau keterangan sesuai kejadian yang ada, ciptaan maupun perintahnya dalam menolak syubhat yang terla'nat ini, dari sisi yang sangat banyak mencapai batasan darurot yang sangat umum, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mau mengetahui: "Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Alloh) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. Sesungguhnya kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah. Dan kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau, mengikuti peringatan dan yang takut kepada Ar-Rohman (Yang Maha Pemurah) walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia". (Yasin: 7-11).

آخره والحمد لله رب العالمين وصلى الله على سيدنا محمد وعلى آله وصحبه وسلم تسليماً كثيراً إلى يوم الدين.



[1] Alloh –Subhanahu wa Ta'ala- berkata:
{وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ} [فصلت: 37]
“Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam, siang dan bulan, janganlah kalian sujud kepada matahari maupun bulan, akan tetapi sujudlah kalian kepada Alloh yang telah menciptakan semuanya, jika hanya kepada-Nya kalian benar-benar beribadah". [Fushilat: 37].
Dan Dia berkata:
{وَمِنْ آيَاتِهِ أَنَّكَ تَرَى الْأَرْضَ خَاشِعَةً فَإِذَا أَنْزَلْنَا عَلَيْهَا الْمَاءَ اهْتَزَّتْ وَرَبَتْ إِنَّ الَّذِي أَحْيَاهَا لَمُحْيِ الْمَوْتَى إِنَّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [فصلت: 39]
"Dan diantara tanda-tanda-Nya (adalah) bahwa kamu lihat bumi kering dan gersang, maka apabila Kami turunkan air di atasnya, niscaya dia bergerak dan subur. Sesungguhnya (Alloh) Yang menghidupkannya, pastilah dapat menghidupkan yang mati. Sesungguhnya Dia Dia atas segala sesuatu Maha Mampu". [Fushilat: 39].
[2]  Dari Irbadh bin Sariyah –Rodhiyallohu 'anhu-, beliau berkata:
"وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظَةً ذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ، وَوَجِلَتْ مِنْهَا الْقُلُوبُ، فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ هَذِهِ لَمَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ، فَمَاذَا تَعْهَدُ إِلَيْنَا؟ قَالَ: «قَدْ تَرَكْتُكُمْ عَلَى الْبَيْضَاءِ لَيْلُهَا كَنَهَارِهَا، لَا يَزِيغُ عَنْهَا بَعْدِي إِلَّا هَالِكٌ، مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِمَا عَرَفْتُمْ مِنْ سُنَّتِي، وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَعَلَيْكُمْ بِالطَّاعَةِ، وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا».
"Rosululloh –Shollallohu 'Alaihi wa Sallam- memberikan mau'idzah (pengajaran) kepada kami dengan mau’idzah yang dengannya membuat bercucuran air mata dan menggetarkan hati-hati, maka kami katakan: "Wahai Rosululloh, sesungguhnya ini adalah mau'idzah perpisahan, maka dengan apa engkau berwasiat kepada kami? Rosululloh -Shollallohu 'Alaihi wa Sallam- berkata: "Sesungguhnya aku tinggalkan kepada kalian di atas cahaya putih (yang sangat jelas dan terang) malamnya bagaikan siangnya, tidaklah orang bergeser darinya melainkan akan binasa. Dan barangsiapa yang hidup (berumur panjang) dari kalian pasti akan menjumpai perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan apa yang telah kalian ketahui dari sunnahku dan sunnah Khulafaurasyidiin Al-Mahdiyyiin (kholifah yang empat; Abu Bakr, Umar, Utsman dan 'Ali), peganglah sunnah-sunnah tersebut dengan sekuat-kuat pegangan, dan wajib bagi kalian untuk taat (kepada pemimpin kalian) walaupun dia adalah seorang hamba yang (berasal dari Habasyah)". [Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4607), Ahmad (no. 127), Ibnu Majah (no. 42, 43), Ad-Darimiy (no. 96), dan At-Tirmidziy (no. 2676), At-Tirmidziy berkata: "Hadits ini hasan shohih"].
Hadits ini menunjukan bahwasanya agama Islam adalah agama yang sudah sangat jelas, terang dan sempurna, sebagaimana Alloh Ta'ala perjelas di dalam Al-Qur'an:
{الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا} [المائدة: 3]
"Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kalian agama kalian, dan telah Ku-cukupkan kepada kalian ni'mat-Ku, dan telah Ku-ridhoi Islam itu sebagai agama bagi kalian". (Al-Maidah: 3).
[3] Alloh –Subhanahu wa Ta'ala- berkata:
{وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ} [البينة: 5]
"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka menegakkan sholat dan menunaikan zakat, dan yang demikian itulah agama yang lurus". [Al-Bayyinah: 5].
[4] Beliau –Rohimahulloh- berkata dalam kitab "Kasyfusy-Syubuhat": "Ketahuilah bahwasannya Alloh -Subhanahu wa Ta'ala- dengan hikmah-Nya tidaklah mengutus seorang Nabi dengan membawa tauhid ini kecuali menjadikan musuh-musuh, sebagaimana perkataan-Nya:
{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ} [الأنعام: 112]
"Dan demikianlah Kami jadikan tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaithon-syaithon (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkatan yang indah-indah untuk menipu manusia. Jikalau Robbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan". [Al-An'am: 112].
Dan terkadang musuh-musuh tauhid memiliki banyak ilmu, kitab-kitab dan hujjah-hujjah sebagaimana perkataan-Nya:
{فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَرِحُوا بِمَا عِنْدَهُمْ مِنَ الْعِلْمِ وَحَاقَ بِهِمْ مَا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ (83)} [غافر: 83]
"Maka tatkala datang kepada mereka Rosul-rosul (yang diutus kepada) mereka dengan membawa keterangan-keterangan, mereka merasa senang dengan pengetahuan yang ada pada mereka dan mereka dikepung oleh adzab Alloh yang selalu mereka perolok-olokkan itu". [Ghofir: 83]. ["Majmu’ At-Tauhid", hal. 45-46].
[5] Alloh –Subhanahu wa Ta'ala- berkata:
{وَقَالُوا لَا تَذَرُنَّ آلِهَتَكُمْ وَلَا تَذَرُنَّ وَدًّا وَلَا سُوَاعًا وَلَا يَغُوثَ وَيَعُوقَ وَنَسْرًا} [نوح: 23]
"Dan mereka berkata: “Jangan sekali-kali kalian meninggalkan sesembahan-sesembahan kalian dan jangan pula sekali-kali kalian meninggalkan (penyembahan) Wadd, dan jangan pula Suwwa’, Yaghuts, Ya’uq dan Nasr". [Nuh: 23].
Abdulloh bin 'Abbas –Rodhiyallohu 'Anhuma- berkata: "Ini adalah nama orang-orang sholih dari kaum Nabi Nuh –'Alaihissalam-. Tatkala mereka meninggal dunia, syaithon membisikkan kepada kaumnya supaya mereka membangun patung-patung di tempat majelis mereka dan agar patung itu dinamakan sesuai dengan nama orang-orang sholih tersebut. Orang-orang itupun menuruti dan ketika itu mereka masih belum disembah. Setelah para pembangun patung itu meninggal dunia dan beralih generasi, patung-patung itupun disembah.” [Lihat "Shohih Al-Bukhoriy": 8/535 bersama"Fathul Baariy'"].
[6] Alloh -Subhanahu wa Ta'ala- berkata:
{وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا} [آل عمران: 103]
"Dan berpeganglah teguhlah kalian kepada tali (agama) Alloh semuanya, dan janganlah kalian bercerai berai". [Ali-Imron: 103].
Dan Rosululloh –Shollallohu 'Alaihi wa Sallam- berkata:
«َأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا»
"Supaya kalian berpegang teguh dengan Tali Alloh seluruhnya dan janganlah kalian berpecah belah". [Diriwayatkan oleh Muslim (no. 1715), Malik di dalam "Al-Muwatho'" (2/990). Al-Bukhoriy di dalam "Al-Adabul Mufrod" (no. 442), Ahmad (no. 8334, 8718, 8788), Ibnu Hibban (no. 5720), dari hadits Abu HuroirohRodhiyallohu 'anhu-].
[7] Alloh -Subhanahu wa Ta'ala- berkata:
{وَلَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَأُولَئِكَ لَهُمْ عَذَابٌ عَظِيمٌ} [آل عمران: 105]
"Dan janganlah kalian menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih setelah datang keterangan yang jelas kepada mereka, mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat". [Ali Imron: 105].
Dan Alloh Ta'ala berkata:
{وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ (110) لَنْ يَضُرُّوكُمْ إِلَّا أَذًى وَإِنْ يُقَاتِلُوكُمْ يُوَلُّوكُمُ الْأَدْبَارَ ثُمَّ لَا يُنْصَرُونَ (111) ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنَ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنَ النَّاسِ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الْمَسْكَنَةُ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ الْأَنْبِيَاءَ بِغَيْرِ حَقٍّ ذَلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ (112)} [آل عمران: 110 - 112]
 "Dan sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. Mereka sekali-kali tidak akan dapat membuat madhorot kepada kalian melainkan hanya gangguan-gangguan celaan saja, dan jika mereka berperang dengan kalian maka pastilah mereka berbalik melarikan diri ke belakang (kalah), kemudian mereka tidak mendapat pertolongan. Mereka diliputi kehinaan dimana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Alloh, dan tali (perjanjian) dengan manusia dan mereka diliputi kerendahan, yang demikian itu karena mereka kafir kepada ayat-ayat Alloh dan membunuh para Nabi tanpa alasan yang benar, yang demikian itu disebabkan mereka durhaka dan melampaui batas". [Ali Imron: 110-112].
[8] Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«إِنَّ الْإِسْلَامَ بَدَأَ غَرِيبًا وَسَيَعُودُ غَرِيبًا كَمَا بَدَأَ، وَهُوَ يَأْرِزُ بَيْنَ الْمَسْجِدَيْنِ، كَمَا تَأْرِزُ الْحَيَّةُ فِي جُحْرِهَا»
"Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali asing, dia berlindung di antara dua masjid sebagaimana seekor ular yang berlindung di dalam lubangnya". [Diriwayatkan oleh Muslim (2/76) bersama "Syarh An-Nawawiy"].
Dan Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam juga berkata:
«بَدَأَ الْإِسْلَامُ غَرِيبًا، وَسَيَعُودُ كَمَا بَدَأَ غَرِيبًا، فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ»
"Sesungguhnya Islam datang dalam keadaan asing dan akan kembali dalam keadaan asing, maka beruntunglah orang-orang yang dianggap asing". [Diriwayatkan oleh Muslim (2/175-176) bersama "Syarh An-Nawawiy"].
[9] Alloh -Subhanahu wa Ta'ala- berkata:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ذَلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا} [النساء: 59]
"Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Alloh dan taatilah Ar-Rosul dan ulil amri diantara kalian, kemudian jika kalian berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah dia kepada Alloh (Al-Qur’an) dan Ar-Rosul (As-Sunnah), jika kalian benar-benar beriman kepada Alloh dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagi kalian) dan lebih baik akibatnya". [An-Nisa': 59].
Dan Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ، وَإِنْ عَبْدًا حَبَشِيًّا»
"Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertakwa kepada Alloh, tetap mendengar dan ta’at walaupun yang memimpin kalian adalah seorang hamba Habasy (hamba yang berasal dari Habasyah yang berkulit hitam)". [Diriwayatkan oleh Abu Dawud (no. 4607), Ahmad (no. 127), Ibnu Majah (no. 42, 43), Ad-Darimy (no. 96), dan At-Tirmidziy (no.2676), berkata At-Tirmidziy: "Hadits ini adalah hasan shohih").
Dan Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، إِلَّا أَنْ يُؤْمَرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِنْ أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ، فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ».
"Wajib bagi setiap muslim untuk mendengar dan taat kepada penguasa dalam hal yang dia sukai atau yang dia benci, kecuali jika dia diperintah untuk berma'siat, jika diperintah untuk suatu kema'siatan, maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat". [Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy: (13/121) dan Muslim: (3/1468)].
Dan Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«سَتَكُونُ أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهَدْيِي، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، وَسَتَكُونُ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي أَجْسَادِ الْإِنْسِ» قُلْتُ: كَيْفَ أَصْنَعُ إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟ قَالَ: «تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ الْأَعْظَمِ، وَإِنْ ضَرَبَ ظَهْرَكَ، وَأَخَذَ مَالَكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ».
"Akan ada sepeninggalku nanti para penguasa yang mereka itu tidak berpegang dengan petunjukku dan tidak mengikuti jalanku, dan akan ada di antara para penguasa tersebut orang-orang yang berhati syaithon dan berjasad manusia". Dia (Hudzaifah) berkata: "Apa yang aku perbuat bila mendapatinya?", Rosululloh -Shollallohu 'Alaihi wa Sallam- berkata: "Hendaknya engkau mendengar dan mentaati penguasa tersebut walaupun punggungmu dan hartamu diambil olehnya, maka dengarlah dan taati dia". [Diriwayatkan oleh Muslim, no. 1847].
Dalil-dalil masalah ini telah kami sebutkan di dalam tulisan kami yang berjudul "Irsyadul Insan fii Ma'rifati Huquqis Sulthon".
[10] Alloh -Subhanahu wa Ta'ala- berkata:
{إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ (14) قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلَّا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنْزَلَ الرَّحْمَنُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلَّا تَكْذِبُونَ (15)} [يس: 14، 15]
"Yaitu ketika Kami mengutus kepada mereka dua utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepada kalian”. Mereka menjawab: “Kalian tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan tidaklah Ar-Rohman (Alloh Yang Maha Pemurah) menurunkan sesuatupun, kalian tidak lain hanyalah pendusta belaka". [Yaasin: 14-15].
[11] Rosululloh -Shollallohu 'Alaih wa Sallam- berkata:
«إِنَّ أَمَامَ الدَّجَّال سِنِيْنَ خَدَّاعَةٌ يُكَذَّبُ فِيْهَا الصَّادِقُ وَيُصَدَّقُ فِيْهَا الكَاذِبُ وَيُخَوَّنُ فِيْهَا الأَمِيْنُ، وَيُؤْتَمَنُ فِيْهَا الخَائِنُ وَيَتَكَلَّمُ فِيْهَا الرُّوَيْبِضَةُ»، قِيْلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَة؟ قَالَ: «الفُوَيْسِقُ يَتَكَلَّمُ فِي أَمْرِ العَامَّةِ».
"Bahwasanya sebelum muncul Dajjal, (akan ada) masa-masa yang penuh dengan tipu daya, didustakan orang yang jujur, dan dibenarkan orang yang dusta, pengkhianat dicap orang yang terpercaya, dan orang yang terpercaya dicap sebagai pengkhianat, dan ar-ruwaibidhoh mulai angkat bicara. Ada yang tanya: Apa itu Ar-Ruwaibidhoh? Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata: "Orang fasiq (kelas) rendah yang berbicara tentang urusan umat (orang banyak)". [Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (no. 4036), Ahmad (no. 2/291) dan  Al-Hakim: (4/456-466, 516) dari hadits Anas dan Abu Huroiroh].
Di dalam suatu riwayat dengan lafadz:
"وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ؟ قَالَ: «الرَّجُلُ التَّافِهُ فِى أَمْرِ الْعَامَّةِ».
"Apakah itu ar-ruwaibidhoh?”. Beliau (Shollallohu alaihi wa sallam) berkata: "Orang yang dungu berbicara tentang urusan umat".
[12] Alloh -Subhanahu wa Ta'ala- berkata:
{وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ وَلَوْ يَرَى الَّذِينَ ظَلَمُوا إِذْ يَرَوْنَ الْعَذَابَ أَنَّ الْقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعًا وَأَنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعَذَابِ} [البقرة: 165]
"Dan diantara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Alloh, mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Alloh. Adapun orang-orang yang beriman sangat sangat cinta kepada Alloh. Dan seandainya orang-orang yang berbuat zholim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Alloh semuanya, dan bahwa Alloh amat berat siksaan-Nya,(niscaya mereka menyesal)". [Al-Baqoroh: 165).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar