KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيم
الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ
عِوَجًا، والصلاة والسلام على سيد الأنبياء والمرسلين
وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه إلى يوم الدين.
وعلى آله وصحبه ومن اتبع هداه إلى يوم الدين.
أما بعد:
Sudah
menjadi Sunnatulloh bahwa setiap orang pasti akan diuji, baik itu ujian
berupa penyakit, kesedihan, penderitaan, kemiskinan dan kekurangan harta benda
atau yang selainnya, semua ujian itu dimaksudkan untuk terbedakannya antara
siapa yang bersabar dan siapa yang tidak mampu dalam bersabar, yang bersabar di
atas ujian itu maka dia akan mendapatkan jaminan berupa kebahagiaan hakiki dan
abadi yaitu dengan dimasukannya ke dalam Jannah (surga), Alloh Ta'ala
berkata:
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ
اللهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ} [آل عمران: 142].
“Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk Jannah,
padahal belum dinyatakan Alloh orang-orang yang berjihad diantara kalian dan
belum dinyatakan pula orang-orang yang sabar”. (Ali Imron: 142).
Alloh
Ta'ala tidak akan membiarkan seorangpun di muka bumi ini yang
mengaku-ngaku sebagai pemeluk agama Islam melainkan Alloh Ta’ala akan
mengujinya, Alloh Ta'ala berkata:
{الم (1) أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا
آَمَنَّا وَهُمْ لَا يُفْتَنُونَ (2) وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (3)}
[العنكبوت: 1-4].
"Alif laam miim, apakah manusia itu mengira bahwa mereka
dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka
tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum
mereka, maka sesungguhnya Alloh mengetahui orang-orang yang benar dan
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta".
(Al-'Ankabut: 1-3).
Kalau
seseorang sudah mengaku dan mengklaim dirinya sebagai seorang yang beragama
Islam dan dia telah beriman maka Alloh Ta'ala memberikan kepadanya suatu
ujian untuk membuktikan pengakuannya tersebut, apakah dia benar-benar sebagai
seorang muslim yang telah beriman ataukah dia hanya mengaku-ngaku? Alloh Ta'ala
berkata:
{قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي
يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ}
[آل عمران: 31].
"Katakanlah: "Jika kalian (benar-benar) mencintai Alloh
maka ikutilah aku, niscaya Alloh mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian".
Dan Alloh adalah Al-Ghofur (Maha Pengampun) lagi Ar-Rohim (Maha Penyayang)”.
(Ali Imron: 31).
Bila
seseorang benar-benar mengikuti perkataan Alloh Ta'ala tersebut dan
merealisasikannya dalam kesehariannya yaitu dengan mengikuti apa saja yang
telah dibawa oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berupa
mengamalkan ajaran-ajaran yang dibawanya maka konsekuwensinya dia harus
bersiap-siap untuk mendapatkan ujian (cobaan) dari Alloh 'Azza wa Jalla.
Adapun
bagi orang-orang yag lari dari perintah dalam ayat tersebut dan tidak mau
mengikuti ajaran-ajaran yang dibawa oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam maka dia akan mendapatkan bala' (bencana dan petaka) di dunia
dan di akhiratnya, Alloh Ta'ala berkata:
{وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا
وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124) قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي
أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (125) قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آَيَاتُنَا
فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (126) وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ
أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآَيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الْآَخِرَةِ أَشَدُّ
وَأَبْقَى (127)} [طه: 124-128].
"Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka
sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya
pada hari kiamat dalam keadaan buta", dia berkata: “Wahai Robbku, mengapa
Engkau menghimpunkan aku dalam keadaan buta, padahal aku dahulunya adalah seorang
yang melihat?” Dia (Alloh) berkata: "Demikianlah, telah datang kepadamu
ayat-ayat Kami, lalu kamu melupakannya, dan begitu (pula) pada hari ini kamupun
dilupakan. Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak
percaya kepada ayat-ayat Robbnya. Dan sesungguhnya azab di akhirat itu lebih
berat dan lebih kekal. Maka tidakkah menjadi petunjuk bagi mereka, berapa
banyaknya Kami membinasakan umat-umat sebelum mereka, padahal mereka berjalan
(dibekas-bekas) tempat tinggal umat-umat itu?. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang berakal". (Thoha: 124-128).
Tulisan
ini adalah merupakan salah satu dari tulisan-tulisan kami yang berkaitan dengan
nasehat untuk siapa saja yang menginginkan kebaikan dan keselamatan di dunia
dan di akhirat, yang kami beri judul "JANGAN BERSEDIH JADIKANLAH
PENDERITAAN SEBAGAI PEMBERSIH".
Kami
memohon kepada Alloh Ta'ala semoga dengan sebab tulisan yang sederhana
ini banyak orang mendapatkan hidayah, dan semoga dengan sebab tulisan ini banyak
orang sadar dan mengetahui maksud dan tujuannya hidup di muka bumi ini, begitu
pula kami memohon kepada-Nya semoga amalan kami ini bermanfaat untuk kami,
kedua orang tua kami, saudara-saudari kami serta siapa saja yang mencintai kami
karena Alloh Ta'ala.
Ditulis
oleh Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy di Maktabah Umum Darul
Hadits Dammaj-Sho'dah-Yaman, pada hari Rabu 3 Dzulhijjah 1429 Hijriyyah.
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Seiring
dengan perubahan zaman banyak didapati dari umat manusia mengalami perubahan
dalam bertingkah laku, kebanyak dari mereka berlomba-lomba mengikuti perubahan
zaman, yang aktiv dalam perubahan dan yang senantiasa mengikutinya dianggap
sebagai sesuatu yang pantas untuk dicontoh, seorang bapak tidak peduli lagi
dengan kehormatan dan kesucian putrinya, yang penting putrinya bisa mengikuti
perubahan zaman dan bisa memiliki kedudukan, dia tidak mempermasalahkan
walaupun kehormatan dan kesucian putrinya dinodai, walaupun putrinya di
sekolahan atau di tempat kuliahan dipermainkan oleh para senior, para guru atau
para dosen, dia tidak peduli, walaupun putrinya di tengah-tengah kesibukannya
mengikuti perubahan zaman sampai dinodai dan dihamili oleh orang-orang yang
tidak bertanggung jawab, tidak dipermasalahkan yang penting terus mengikuti
perubahan zaman.
Sebagian
yang lain lagi tidak peduli dengan aturan dan ajaran agama yang dipeluk, yang
penting dia bisa menjadi pegawai negri atau bisa sukses dalam usahanya, dia
rela untuk menipu dan merampas hak-hak orang lain, dan sebagian lagi dari
mereka demi untuk mendapatkan suami atau istri yang berkedudukan rela
menanggalkan ketaqwaannya, dia rela menanggalkan pakaian kesuciannya demi untuk
mendapatkan prestasi tertinggi dalam perubahan kehidupan dunianya, Rosululloh Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam berkata:
»وَمَنْ
كَانَتْ هِجْرَتُهُ لِدُنْيَا يُصِيبُهَا أَوِ امْرَأَةٍ يَتَزَوَّجُهَا
فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ. «
"Dan barangsiapa yang hijroh (tujuan)nya kepada dunia
yang diinginkannya atau kepada wanita yang mau dinikahinya maka tujuannya itu
akan sampai kepadanya". (Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari
hadits Umar Ibnul Khoththob).
Mereka
bisa jadi mendapatkan apa yang mereka cita-citakan akan tetapi Alloh Ta'ala
telah nyatakan untuk mereka:
{وَمَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهِ مِنْهَا وَمَا
لَهُ فِي الْآَخِرَةِ مِنْ نَصِيبٍ} [الشورى: 20].
"Dan barangsiapa yang menghendaki keuntungan di dunia maka
Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya
suatu bagianpun di akhirat". (Asy-Syuro': 20).
Adapun
orang yang menjadikan tujuan utama hidupnya adalah akhirat maka Alloh Ta'ala
nyatakan:
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ حَرْثَ الْآَخِرَةِ نَزِدْ لَهُ فِي حَرْثِهِ}
[الشورى: 20].
"Barangsiapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan maka
Kami tambah keuntungan itu baginya". (Asy-Syuro':
20).
Dan
Alloh Ta'ala berkata tentang mereka:
{مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ
إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ} [هود: 15].
"Barangsiapa
yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada
mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia
itu tidak akan dirugikan". (Hud: 15).
Orang
yang taat di atas agama Islam dan berpegang teguh dengan ajaran-ajaran dan
tuntunan-tuntunannya, yang mereka menjaga kehormatan dan kesucian diri mereka
serta takut dari berbuat dosa dan aniaya, maka orang-orang yang jelek dan rusak
seringkali menghina mereka, mengejek dan membenci mereka, serta dikatakan kuper
(kurang pergaulan), tidak hanya itu bahkan mereka dimusuhi –hanya kepada Alloh
kita meminta pertolongan-.
Agama
Islam adalah agama yang penuh dengan rohmat, yang mengeluarkan umat manusia
dari alam kegelapan menuju alam yang terang benderang, ketika awal munculnya
agama Islam di kota Makkah maka yang pertama-tama menyambut dan memeluknya
adalah orang-orang yang menginginkan kebaikan dan keselamatan di dunia dan di
akhirat mereka adalah para dhu'afa' (orang-orang lemah lagi miskin),
adapun orang-orang yang gila jabatan dan orang-orang yang mencintai pangkat dan
kedudukan, maka mereka enggan untuk menerima dan mengikuti ajakan Nabi Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam kepada agama Islam, karena kalau mengikuti ajaran yang
dibawa oleh Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam yang terang benderang itu
akan mengakibatkan mereka ketinggalan zaman, akan hilang jabatan dan kedudukan,
coba lihat dan ambil pelajaran dari seorang raja Romawi yang berjulukan
Hiraklius, dia adalah seorang raja pada negara super power (adi daya) di
Romawi, dia memiliki ilmu dan dia mengetahui bahwa Nabi Shollallohu ‘Alaihi
wa Sallam telah muncul di negri Arob, ketika Abu Sufyan datang ke Romawi
dalam rangka untuk berdagang, raja Hiraklius mengundangnya ke istana kerajaan
untuk menanyakan tentang Nabi yang baru muncul tersebut, dia memberikan
beberapa pertanyaan kepada Abu Sufyan tentang Nabi Muhammad Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam, diantara pertanyaannya:
"فأشراف الناس يتبعونه أم ضعفاؤهم؟"
"Apakah orang-orang mulia (yang kaya lagi yang
berkedudukan) yang mengikutinya ataukah para dhu'afa' (orang-orang lemah
lagi miskin)?", Abu Sufyan menjawab:
"بل ضعفاؤهم".
"Bahkan (yang mengikutinya) adalah para dhu'afa' (orang-orang
lemah lagi miskin)nya mereka". Kemudian sang raja berkata:
"وَهُمْ أَتْبَاعُ الرُّسُلِ".
"Mereka (para dhu'afa') itulah pengikutnya para
Nabi”. (Diriwayatkan oleh Al-Bukhariy dan Muslim dari Abdulloh bin 'Abbas).
Bukan
berarti yang mengikuti Nabi itu hanya para dhu'afa' saja, bahkan ada
dari para pengikut nabi orang-orang yang kaya raya dan orang-orang yang
berkedudukan, diantara mereka adalah Abu Bakr Ash-Shiddiq, Utsman bin 'Affan
dan raja Najasyiy –semoga Alloh meridhoi mereka semua-, akan tetapi
ketika mereka mengikuti ajakan Nabi merekapun mendapatkan ujian berupa
penderitaan, kekurangan harta benda, kesengsaraan dan bahkan mereka mendapatkan
permusuhan dari orang-orang yang membenci, Alloh Ta'ala berkata:
{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ
مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ}
[البقرة: 155].
"Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sesuatu dari ketakutan,
kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita
gembira kepada orang-orang yang bersabar". (Al-Baqoroh: 155).
Ketika
Abu Bakr Ash-Shiddiq menemani Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
keluar hijroh dari kota Makkah ke Madinah maka orang-orang yang membenci da'wah
Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam mengejar keduanya untuk
dibunuh, lalu Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam dan Abu Bakr –semoga
Alloh meridhoinya- bersembunyi di dalam gua, para penjahat itu berkumpul di
samping atau di sekitar gua maka Abu Bakr merasa sedih dan khowatir kalau para
penjahat itu tahu bahwa keduanya berada di dalam gua, maka Rosululloh Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam berkata kepada Abu Bakr:
{لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا} [التوبة: 40].
"Jangan kamu bersedih, sesungguhnya Alloh bersama kita".
(At-Taubah: 40).
Maka
dari sini kamipun katakan kepada siapa saja dari para pengikut Nabi yang ada di
zaman ini baik di Limboro, di Ambon, di kepulauan Maluku dan di Negara Republik
Indonesia atau dimanapun berada "JANGAN BERSEDIH JADIKANLAH PENDERITAAN
SEBAGAI PEMBERSIH" karena Rosululloh Shollallohu ‘Alihi wa Sallam
berkata:
»مَا يُصِيبُ
المُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ، وَلاَ وَصَبٍ، وَلاَ هَمِّ، وَلاَ حُزْنٍ، وَلاَ أَذًى،
وَلاَ غَمِّ، حَتَّى الشَّوْكَةِ يُشَاكُهَا؛ إِلاَّ كَفَّرَ الله بِهَا مِنْ
خَطَايَاهُ. «
"Tidaklah ditimpakan kepada seseorang yang memeluk agama
Islam berupa penderitaan (keletihan), penyakit, kesusahan, kesedihan dan
gangguan serta kepedihan sampai-sampai duri yang tertusuk padanya melainkan itu
adalah pembersih (penghapus) dosa-dosanya". (Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy
dan Muslim dari Abu Huroiroh).
Tentu
bagi para insan akademik, orang-orang yang berpendidikan dan orang-orang yang
menginginkan kebaikan untuk anak-anaknya tidak akan mau mengikuti jejaknya raja
Hiraklius, karena raja Hiraklius memiliki ilmu dan mengetahui kebenaran namun
enggan untuk mengikutinya disebabkan karena kedudukan dan kekayaannya, karena
ingin mempertahankan kedudukan dan kekayaannya diapun mengerahkan kekuatannya
untuk memerangi para pengikut Nabi, yang akibatnya justru dia binasa dan
kerajaannya runtuh. Dan siapa saja ikut berlagak seperti raja Hiraklius dan
yang enggan untuk mengikuti ajaran yang dibawa oleh Rosululloh Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam maka tentu ancamannya adalah tidak dimasukan ke dalam Jannah
(surga), Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
»كلُّ
أُمَّتي يدخلون الجنة إلا مَن أبى.«
"Semua umatku akan masuk jannah kecuali orang yang
enggan". Maka para shohabat bertanya:
Wahai Rosululloh siapa orang yang enggan untuk masuk Jannah itu? Rosululloh
Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam berkata:
»مَن أطاعني
دخل الجنة، ومن عصاني فقد أبى«.
"Barangsiapa yang mentaatiku maka dia akan masuk Jannah
dan barangsiapa yang mema'siati (tidak mentaati)ku maka sungguh dia telah
enggan (untuk masuk Jannah)". (Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dari Abu
Huroiroh).
BAB 2
JANGAN MERASA MENDERITA DAN SENGSARA
KARENA ANAK ATAU SAUDARA YANG DIJADIKAN SEBAGAI TUMPUAN HARAPAN MENINGGALKANMU KARENA MENUNTUT ILMU AGAMA
2.1
Mengambil Pelajaran dari Ibu Rumah Tangga yang Baik
Ada
seorang ibu rumah tangga yang baik dia adalah Ummu Sumayyah–semoga Alloh merohmatinya-,
bapaknya adalah seorang khotib dan penghafal Al-Qur'an, yang biasa mengimami
manusia ketika sholat 5 (lima) waktu, sejak kanak-kanak Ummu Sumayyah sudah
mulai diarahkan untuk membaca dan mencintai Al-Qur'an tidak lama kemudian bapak
dan ibunya meninggal dunia, diapun menjadi anak yatim, kemudian dipelihara oleh
nenek dan bibinya, dia dibawa ke negri kepulauan di Maluku, di Maluku dia
melanjutkan belajar membaca Al-Qur'an dari nenek dan bibinya yang ketika itu
nenek dan bibinya taat dalam beribadah, ketika Ummu Sumayyah –semoga Alloh
merohmatinya- menjadi ibu rumah tangga yang baik, diapun mendorong
putra-putrinya untuk mempelajari Al-Qur'an, dipersiapkan sarana dan
perlengkapan untuk ke rumah guru ngaji (ustadz), bahkan ketika dibuka pesantren
kilat di kampung tetangga dia meridhoi seorang anaknya untuk ikut menjadi
santri sehingga dia bisa memahami Al-Qur'an dan mengamalkannya, dalam keadaan
Ummu Sumayyah ketika itu sangat membutuhkan bantuan dari seorang anak tersebut,
begitu pula ketika dibuka pembelajaran praktis membaca Al-Qur'an di salah satu
masjid, dia selalu memotivasi anaknya tersebut untuk hadir, dia –semoga Alloh
merohmatinya- selalu mendorong anak-anaknya untuk mengamalkan Al-Qur'an,
membangunkan putranya untuk sholat subuh berjama'ah di masjid dan bahkan ketika
terjadi kerusuhan di Ambon berupa pentaian terhadap kaum muslimin yang
dilakukan oleh kaum salibis RMS (Republik Maluku Sarani), dia mendorong salah
satu putranya untuk berangkat ke Ambon demi untuk membela agama Alloh, dalam
keadaan dia sendiri sangat membutuhkan bantuan dari anaknya tersebut untuk
bekerja di perkebunan, dan dia –semoga Alloh merohmatinya- sangat
bergembira ketika mendengar kedua putranya maju bertempur di medan jihad di
propinsi Ambon, begitu pula ketika dibuka latihan pencat silat, dia pula
mendorong tiga dari putra-putranya untuk mengikuti latihan tersebut sehingga
suatu saat nanti bisa dipraktekan dalam membela diri ketika dihadang oleh para
musuh, dia –semoga Alloh merohmatinya- mendorong dan memotivasi seorang
putranya di rumah untuk selalu aktiv dalam membimbing anak-anak dalam membaca
Al-Qur'an di rumahnya.
Bila
orang tua memiliki kesadaran tentang pentingnya ilmu agama maka dia akan
memberi dukungan kepada anak-anaknya karena hal itu akan memberi manfaat
kepadanya, baik di dunia maupun di akhiratnya, di dunia Alloh Ta'ala
akan membukakan kepadanya pintu-pintu kebaikan, Alloh Ta'ala akan
memberinya rezki dengan sebab anaknya berjuang dalam menuntut ilmu agama, dari
Anas bin Malik –semoga Alloh Ta'ala meridhoinya- bahwasanya
ada dua orang bersaudara, keduanya itu hidup di zaman Rosululloh Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam, salah seorang dari keduanya sibuk dengan ilmu agama dan
selalu hadir mendengarkan hadits-hadits Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam
di majelisnya Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, dan yang satunya lagi
sibuk dengan pekerjaannya, yang sibuk dengan perkerjaannya mengeluh kepada Rosululloh
Shaollallohu 'Alaihi wa Sallam: Wahai Rosululloh saudaraku (yang sibuk
dengan belajar ilmu agama) tidak membantuku sedikitpun dalam pekerjaan! Maka Rosululloh
Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
»لَعَلَّكَ
تُرْزَقُ بِهِ«
"Barangkali kamu diberi rezki karena sebab dia menuntut
ilmu agama". (Diriwayatkan Al-Hakim, Al-Bazzar, Ibnu Abdil Barr di "Jami’u
Bayanil Ilmi" dan At-Tirmidziy, beliau berkata: Ini adalah hadits
hasan shohih).
Berkata
para Ulama': "Menuntu ilmu agama adalah sebab datangnya rezki".
2.2
Kesadaran Orang Tua Tentang Pentingnya Ilmu Agama, Bahwa Hanya dengan Ilmu
Agama dan Amalan Sholih yang Akan Membahagiakan Mereka di Kehidupan Dunia dan
Akhirat.
Adapun
bagi orang-orang yang memiliki ilmu agama dan memiliki anak yang sholih (taat
beribadah dan suka berbuat kebaikan) maka di kehidupan akhiratnya nanti Alloh Ta'ala
akan terus memberinya tambahan pahala, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa
Sallam berkata:
»إِذَا مَاتَ
الإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَنْهُ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثَةٍ إِلاَّ مِنْ
صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ أَوْ عِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ«.
"Jika telah mati seseorang maka terputuslah amalannya
kecuali tiga: Sedekah yang terus mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak sholih
yang mendoakannya". (Diriwayatkan oleh Muslim, Ahmad dan Abu Dawud
dari Abu Huroiroh).
Oleh
karena itu kami nasehatkan kepada para orang tua, kalaulah kalian memiliki
kekayaan maka pasti kalian akan tinggalkan, kalau kalian memiliki anak yang
berpangkat dan berkedudukan maka pasti kalian akan berpisah dengannya,
melainkan hanya tiga perkara yang telah disebutkan dalam hadits tersebut, jika
para orang tua berkata: "Kami orang kaya kalau mati kami gunakan kekayaan kami
untuk sedekah yang akan terus mengalir pahalanya untuk kami".
Maka
kami katakan: "Itu hanyalah angan-angan dan hayalan belaka, karena
anak-anak yang mereka tinggalkan adalah jauh dari agama, mereka bodoh terhadap
agamanya yang akibatnya mereka memperebutkan harta kekayaan yang ditinggalkan
oleh orang tuanya, karena masing-masing mengaku berhak sebagai pewaris kekayaan
orang tuanya, karena semuanya merasa berhak mendapatkan warisan maka
disimpulkanlah untuk dibagikan warisan tersebut, kalaupun mereka bagikan maka
tentu dengan cara batil (tidak benar atau tidak adil) karena mereka tidak
memahami ilmu waris, sedangkan ilmu waris adalah termasuk dari bagian ilmu
agama, ketika mereka tidak bisa membagi harta waris dengan cara yang benar,
orang tuanyapun mengalami kerugian di akhiratnya.
Secerdas
dan sepintar apapun seseorang dalam kehidupan dunia ini kalau dia jauh dari
tuntutan dan bimbingan agama Islam atau dia benci dengan ajaran yang dibawa
oleh Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam maka dia pasti akan merugi dan
binasa, ambillah pelajaran dari apa yang dirasakan oleh Kaisar raja Persia, dia
seorang raja yang memiliki kerajaan “adi daya” yang kedua setelah kerajaan
Romawi, dia memiliki beberapa orang pangeran (putra-putra), karena dia benci
dan memusuhi da'wah yang dibawa oleh Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa
Sallam serta menyobek-nyobek surat Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa
Sallam untuknya, karena Kaisar tidak mau mengikuti ajakan Rosululloh Shollallohu
'Alaihi wa Sallam untuk mengikuti agama Islam yang akibatnya kerajaan
Persia hancur, Kaisarpun mati karena dibunuh oleh putranya sendiri, putranya
tersebut gila pangkat dan kedudukan bapaknya sebagai seorang raja, dia
berambisi tinggi untuk mewarisi apa yang dimiliki oleh bapaknya, sebelum
membunuh bapaknya, dia terlebih dahulu membunuh saudara-suadaranya karena takut
mereka nanti yang menjadi pewaris kerajaan, setelah saudara-saudaranya dia
habisi dan bapaknya masih menjabat sebagai seorang raja, sementara dia sudah
sangat berambisi untuk menjadi raja, dengan jalan pintas diapun akhirnya
membunuh bapaknya supaya dia cepat menjabat sebagai raja baru dan supaya hanya
dialah satu-satunya menjadi pewaris bapaknya, dia membunuh bapaknya dengan cara
licik yaitu dengan memasukan racun ke dalam botol obat-obatan, kemudian
bapaknya mengambil botol tersebut dan dia mengira itu adalah obat sebagaimana
tertulis di luarnya, setelah diminum ternyata dia langsung mati konyol karena
keracunan, anak tersebut kemudian naik pangkat menjadi seorang raja baru pada
kerajaan Persia, tidak lama kemudian raja baru tersebut binasa karena sebab
permusuhan dan kebenciannya terhadap agama yang dibawa oleh Rosululloh Shollallohu
‘'Alaihi wa Sallam, ketika raja baru tersebut mati naiklah pengganti baru
dari tuan putri kerajaan yaitu saudari atau anak perempuannya raja menjadi
seorang ratu pada kerajaan Persia, ketika sampai berita kepada Rosululloh Shollallohu
‘Alaihi wa Sallam tentang Persia telah dipimpin oleh seorang ratu, maka
beliau berkata:
»لنْ
يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً«
"Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan
mereka kepada seorang wanita". (Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dari Abu
Bakroh).
Lalu
bagaimana kiranya dengan keadaan di zaman ini, para wanita berbondong-bondong
menduduki posisi para pria, ada dari mereka menjadi kepala sekolah, rektor,
presiden dan bahkan ada dari mereka berbondong-bondong kuliah di Fakultas
Teknik???.
BAB 3
BERSABAR DI ATAS KERINDUAN
KARENA BUAH HATI DAN TUMPUAN HARAPAN BELAJAR ILMU AGAMA DI NEGRI YANG JAUH
Belajar
ilmu agama tentu membutuhkan waktu yang panjang, Abu Bakr Ash-Shiddiq, Umar
Ibnul Khoththob, Utsman bin 'Affan dan Ali bin Abi Tholib
serta para shohabat lainnya –semoga Alloh meridhoi mereka- belajar ilmu
agama selama 10 (sepuluh) tahun di Makkah, mereka belajar langsung kepada Rosululloh
Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, ketika mereka hijroh ke Madinah mereka
masih terus senantiasa belajar kepada Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa
Sallam, hal ini berbeda dengan orang yang belajar ilmu agama hanya karena
mengharapkan dunia atau hanya ingin mendapatkan gelar SAg, MAg, DR atau Prof di
bidang agama, dengan waktu yang sangat singkat mereka langsung mendapat
gelar-gelar tersebut, atau bahkan ada dari mereka hanya sekedar mendaftar ke
IAIN pada program S2 kemudian duduk santai dan main catur di tempat tinggalnya,
setelah dua tahun kemudian langsung dilantik menjadi wisudawan dengan gelar MAg
dan keluar ijazah S2.
Ketika
mereka itu dimanfaatkan dan dijadikan sebagai para guru atau para dosen tampak
sekali kebodohan pada mereka, yang pada akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.
Begitu
pula ada seseorang yang sudah sesat, ketika di Indonesia dia belajar tidak
jelas, pernah di LIPIA, kemudian ke Pakistan, tidak lama kemudian ke Afganistan
untuk berjihad melawan Uni Soviet, kemudian ke Dammaj, di Dammaj beberapa
bulan, setelah itu pulang ke Indonesia, dia juga sering keliling ke Saudi Arobia,
karena minim ilmunya dan dangkal pemahamannya terhadap ilmu agama ketika dia
tidak sanggup untuk membantah lawan-lawannya diapun memanfaatkan dan memperalat
mantan murid-muridnya yang pernah belajar di Dammaj atau dia memanfaatkan
mantan murid-murid dan kawan-kawannya yang pernah kuliah di Universitas Islam
Madinah.
Catatan
Penting:
Bukan
berarti setiap orang yang belajar lama bersama ulama itu mesti selalu di atas
jalan yang lurus, begitu pula bukan berarti yang hanya belajar dalam waktu yang
singkat itu mesti menyimpang dan sesat, akan tetapi yang menjadi ukuran dan
patokan adalah pemahamannya dia tentang ilmu agama dan kesesuaiannya
dalam mengamalkan ilmunya tersebut, Alloh Ta'ala berkata:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا
تَفْعَلُونَ (2) كَبُرَ مَقْتًا عِنْدَ اللَّهِ أَنْ تَقُولُوا مَا لَا
تَفْعَلُونَ (3)} [الصف: 2-3].
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapa kalian
mengatakan sesuatu yang tidak kalian kerjakan? sangat besar kebencian di sisi
Alloh bahwa kalian mengatakan apa-apa yang tidak kalian kerjakan". (Ash-Shof:
2-3).
Bila
seseorang diberi rezki oleh Alloh Ta'ala dengan bagusnya pemahaman
terhadap ilmu agama dan diberi taufiq dengan senantiasa menuntut ilmu dan mengamalkannya
sebagaimana para shohabat Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam maka mereka
itulah yang akan sukses dan meraih prestasi terbaik di kehidupan dunia dan
akhirat, tidak membahayakan dan menyedihkan mereka hinaan, cemoohan dan celaan
orang-orang yang mencela, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam
berkata:
»لاَ يَزَالُ
طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ
خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِىَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ«
"Akan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang mereka
tampak di atas kebenaran, tidak akan membahayakan mereka orang-orang yang
menyelisihi mereka sampai datang keputusan Alloh dan mereka dalam keadaan yang
demikian itu". (Diriwayatkan oleh Muslim, At-Tirmidziy dan Ibnu Majah
dari Tsauban).
Dan
Alloh Ta'ala berkata:
{وَعَدَ اللهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا
الصَّالِحَاتِ لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِينَ
مِنْ قَبْلِهِمْ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِينَهُمُ الَّذِي ارْتَضَى لَهُمْ
وَلَيُبَدِّلَنَّهُمْ مِنْ بَعْدِ خَوْفِهِمْ أَمْنًا يَعْبُدُونَنِي لَا
يُشْرِكُونَ بِي شَيْئًا وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ} [النور: 55].
"Dan
Alloh telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kalian dan
mengerjakan amal-amal yang sholih bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa di muka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhoi-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan)
mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentosa, mereka tetap
menyembahku-Ku dengan tidak mempersekutukan sesuatu apapun dengan-Ku. Dan
barangsiapa yang kufur sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang
fasiq". (An-Nuur: 55).
Maka
orang tua yang baik yang menginginkan kebaikan untuk anak-anaknya tentu akan
memperlakukan anak-anaknya seperti Anas bin Malik –semoga Alloh meridhoinya-,
ketika Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam hijroh ke Madinah
bersama Abu Bakr Ash-Shiddiq –semoga Alloh meridhoinya- maka Ummu
Sulaim –semoga Alloh meridhoinya- menyerahkan putra tercintanya Anas
bin Malik kepada Rosululloh Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam untuk
menjadi pembantunya, dengan sebab itu Anas bin Malik memiliki kesempatan
dan peluang emas untuk bisa belajar ilmu agama langsung kepada Rosululloh Shollallohu
'Alaihi wa Sallam, beliau belajar bersama Rosululloh Shollallohu 'Alaihi
wa Sallam selama 10 (sepuluh) tahun, kalaulah Rosululloh Shollallohu 'Alaihi
wa Sallam belum meninggal dunia tentu Anas bin Malik –semoga Alloh
meridhoinya- akan terus belajar kepadanya namun karena beliau hanya
mendapati Rosululloh Shallallohu 'Alaihi wa Sallam selama 10 (sepuluh)
tahun, akhirnya beliau hanya memiliki kesempatan dalam waktu itu belajar
langsung kepada Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.
Anas
bin Malik –semoga Alloh meridhoinya- mengisahkan bahwa ketika
beliau menjadi pembantu Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan
beliau belajar kepadanya selama 10 (sepuluh) tahun, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi
wa Sallam tidak pernah memarahinya dan tidak pernah berkata kasar
kepadanya.
Telah
diketahui bersama bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam adalah
seorang pendidik yang paling bagus, paling berilmu dan paling lembut dalam
mendidik shohabat-shohabatnya, hal ini berbeda dengan orang-orang yang
dijadikan guru di sekolah-sekolah, seringkali mereka memarahi murid, membentak,
menyakiti bahkan sampai ada yang memukul murid-murid, dan lebih jahat dan
biadab lagi adanya para guru yang memukul para murid disebabkan terlambat
karena sholat berjama'ah, hal ini pernah terjadi, karena waktu masuk sekolah
bertepatan dengan waktu sholat zhuhur, ada seseorang menghadiri sholat zhuhur berjama'ah
di masjid, karena dia sadar bahwa sholat berjama'ah adalah wajib bagi kaum pria,
namun ada seorang guru yang jahat tidak peduli, bahkan berkata: "Iya saya
tahu kamu sholat, tapi kamu terlambat", langsung ditampar wajahnya, maka
tidak heran kalau guru tersebut atau yang semisalnya kemudian sesat, menjadi fasiq
serta congkak dari mengikuti kebenaran, sungguh benar perkataan Alloh Ta'ala:
{فَلَمَّا زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا
يَهْدِي الْقَوْمَ الْفَاسِقِينَ} [الصف: 5].
"Tatkala mereka berpaling (dari mengikuti) kebenaran,
maka Alloh palingkan hati-hati mereka (kepada kesesatan), dan Alloh tidak akan
memberi petunjuk kepada orang-orang yang berbuat kefasiqan". (Ash-Shoff:
5).
BAB 4
KESEDIHAN ORANG TUA BILA ANAK-ANAKNYA BELAJAR KEPADA ORANG-ORANG BODOH, RUSAK, JELEK DAN JAHAT
KESEDIHAN ORANG TUA BILA ANAK-ANAKNYA BELAJAR KEPADA ORANG-ORANG BODOH, RUSAK, JELEK DAN JAHAT
Hendaklah
orang tua merasa bersedih hati kalau anak-anaknya dididik dengan cara
kekerasaan baik itu berupa bentakan, tamparan, pukulan dan cacian serta celaan,
lebih-lebih kalau ada anak perempuannya dipermainkan oleh guru-guru yang jahat
lagi rusak, anak perempuan disuruh lepas jilbab atau disuruh senam mengikuti
gerak geriknya, bahkan terkadang merayu-rayunya, duduk di sampingnya lalu
dipegang dan disentuh-sentuh seakan-akan anak prempuan itu adalah boneka-boneka
mereka.
Lebih
biadab dan kurang ajar lagi adanya guru-guru yang mengajak murid-murid perempuan
untuk pacaran dengan mereka dengan rayuan diberi nilai tertinggi atau dengan
rayuan gombal buaya buas lainnya, yang pada akhirnya murid-murid prempuan
itupun dinodai, bahkan ada yang sampai dihamili –kita memohon kepada Alloh
semoga menjaga anak-anak wanita kaum muslimin dari kejahatan para penjahat-,
tidak heran kalau kemudian banyak dari para penjahat itu, pada hari ini sangat
keras permusuhannya terhadap siapa saja yang mengajak manusia untuk mengikuti
ajaran yang dibawa oleh Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, yang
merupakan ajaran yang mengantarkan kepada kesucian jiwa dan ketenangan hidup.
Bagi
orang yang mau sadar dan mau kembali kepada bimbingan Nabinya ketika dia
mengingat masa-masa lalunya yang kelam, yang penuh dengan kejahatan, diapun
akan sedih dan menangis dan kemudian dia berpacu dan bersegera menuju keridhoan
Robbnya, serta memotivasi dan mendorong anak-anak dan saudara-saudarinya untuk
menjadi orang-orang yang sholih, yang mengikuti bimbingan Nabi Shollallohu 'Alaihi
wa Sallam yang mengantarkan kepada pembersihan dan kesucian jiwa dari
segala yang menodai dan mengotorinya.
Perlu
diketahui bahwasanya bila anak-anak belajar kepada orang-orang yang bodoh maka
tentu akan menyeret mereka kepada penyimpangan dan penyelewengan, sudah
merupakan perkara yang diketahui bersama bahwa orang-orang bodoh tentu sangat
mudah membuat kesimpulan terhadap suatu hukum, mereka sangat
bergampang-gampangan dalam menentukan hukum terhadap suatu perkara, diantaranya
mereka membolehkan pacaran, yang pada akhirnya anak-anak didiknya rusak,
kemudian ada yang dinodai dan bahkan ada yang hamil di luar nikah, hal itu
disebabkan karena mereka memang bodoh sehingga tidak memiliki rasa takut dalam
berkata, berbuat dan bertingkah.
Adapun
orang-orang yang berilmu maka mereka sangat takut dan sangat berhati-hati jangan
sampai terjatuh ke dalam perbuatan dosa, Alloh Ta'ala berkata:
{إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ} [فاطر: 28].
"Hanyalah yang takut kepada Alloh adalah orang-orang
yang berilmu". (Fathir: 28).
Merupakan
sesuatu yang sangat fatal dan salah besar kalau seseorang itu harus menutup
mata dari kejelekan guru agamanya, walapun dengan alasan karena orang-orang
dahulu berbuat seperti itu sehingga bisa mendapatkan ilmu agama dari gurunya
dan bisa sampai belajar kepadanya dalam waktu yang lama.
Kita
katakan: Ilmu agama apa yang akan kita ambil dari seorang guru yang bodoh itu, sedangkan
kita telah ketahui bahwasanya dia itu bodoh?!, tidaklah kita akan dapati
darinya melainkan hanya ilmu yang dibangun di atas pemahaman yang salah yang
nantinya menyeret kepada kesengsaraan dan kenistaan.
Hendaklah
orang tua bersedih hati bila anak-anaknya diserahkan kepada orang-orang yang
bodoh untuk mendidiknya, karena orang-orang bodoh itu akan menyeret kepada
penghalalan segala cara untuk mencapai tujuan, ada dari mereka berdasarkan
kebodohan mencuri atau korupsi dana pemerintah yang disalurkan untuk
orang-orang yang tidak mampu, ada dari mereka membolehkan pemilu dan demontsari
yang pada akhirnya timbul kekerasaan dan penghalalan darah kaum muslimin, ada
dari mereka karena menganggap pemerintah tidak adil akhirnya memerintahkan
murid-muridnya untuk demo hingga berujung kepada kudeta dan pembantaian, ada
dari mereka mengajak para mahasiswa untuk beramai-ramai memboikot produk-produk
asing, bahkan ada dari mereka membolehkan zina, homoseks, lesbian, free sex dan
operasi kelamin (yang bukan karena unsur darurot), semua itu tidak lain karena
sebab kebodohan.
BAB 5
KESEDIHAN ORANG TUA BILA ANAK-ANAKNYA MENJADI DURHAKA, JAHAT DAN SUKA BERBUAT DOSA
KESEDIHAN ORANG TUA BILA ANAK-ANAKNYA MENJADI DURHAKA, JAHAT DAN SUKA BERBUAT DOSA
Orang
tua hendaknya merasa bersedih hati kalau anak-anaknya suka berbuat dosa dan
suka berbuat kejahatan, kalau orang tua membiarkan anak-anaknya di atas dosa
dan kema'siatan maka orang tua tersebut akan dimintai pertanggung jawabannya di
akhirat kelak, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
»كُلُّكُمْ
رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ الإِمَامُ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ فِى أَهْلِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ
وَالْمَرْأَةُ فِى بَيْتِ زَوْجِهَا رَاعِيَةٌ وَهِىَ مَسْئُولَةٌ عَنْ
رَعِيَّتِهَا وَالْخَادِمُ فِى مَالِ سَيِّدِهِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ
رَعِيَّتِهِ«
"Setiap kalian adalah pemimpim dan akan dimintai
pertanggung jawaban, seorang imam adalah pemimpin dan dia akan diminta
pertanggung jawaban atas apa yang dia pimpin, seseorang adalah pemimpin atas
istrinya dan akan dimintai pertanggung jawabannya, dan seorang wanita di rumah
suaminya adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggung jawaban atas
kepemimpinannya, seorang pembantu pada harta majikannya adalah pemimpin dan
akan dimintai pertanggung jawaban dari kepemimpinannya". (Diriwayatkan
oleh Al-Bukhoriy, Muslim, Ahmad, At-Tirmidziy dari Ibnu Umar dan Al-Khothib
dari Aisyah).
Orang
tua yang mendengar, melihat dan menyaksikan anak-anaknya berbuat dosa namun
membiarkannya karena perhitungan dunia, maka tentu akan tetap diminta
pertanggung jawaban atasnya, Alloh Ta'ala berkata:
{إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ
عَنْهُ مَسْئُولًا} [الإسراء : 36].
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati,
semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya". (Al-Isro':
36).
BAB 6
KESAMAAN ANTARA ORANG-ORANG YANG MEMUSUHI PENGIKUT NABI DI ZAMAN INI DENGAN KAUM MUSYRIKIN DAHULU KETIKA MEREKA MEMUSUHI NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM
KESAMAAN ANTARA ORANG-ORANG YANG MEMUSUHI PENGIKUT NABI DI ZAMAN INI DENGAN KAUM MUSYRIKIN DAHULU KETIKA MEREKA MEMUSUHI NABI SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM
6.1.
Menghalang-halangi Orang-orang yang Mau Mengikuti Nabi Shollallohu 'Alaihi
wa Sallam.
Ada
suatu kejadian yang sangat memilukan dengan adanya seseorang yang tidak
memiliki perhatian kepada keponakan-keponakannya, keponakan-keponakannya adalah
para yatim, namun dia tidak memiliki perhatian untuk membantu mereka, baik menafkahi
mereka ataupun mengurusi mereka, namun ketika ada salah seorang dari
keponakannya yang sadar dan memahami tentang pentingnya ilmu agama maka diapun
bergegas mencari ilmu agama dengan berangkat ke pondok pesantren, ketika
pamannya mengetahui keberadaan anak tersebut langsung dia mencarinya serta
mengutus orang-orang untuk mencarinya, bahkan terus dikejar dan diikuti
jejak-jejaknya, tidak lama kemudian pamannya tersebut binasa (mati) dalam
keadaan yang tidak disangka-sangka akan mati di atas kedudukannya sebagai
kepala sekolah yang masih berusia muda.
Perbuatan
seperti ini tidak ada bedanya dengan perbuatan Abu Lahab dan Abu Jahal -semoga
Alloh mela'nat keduanya- ketika keduanya membenci keponakannya yaitu Rosululloh
-Shollallohu 'Alaihi wa Sallam-, keduanya berupaya keras untuk bisa
menghentikan keponakannya dari seruan kepada agama yang terang benderang,
karena keponakannya terus menerus di atas prinsipnya, kedua pamannya tersebut
kemudian memutuskan untuk mencelakakan keponakannya sendiri -kita memohon
kepada Alloh dari kejahatan dan makar dari para penjahat-.
Dan
perbuatan seperti itu juga tidak ada bedanya dengan perbuatan kaum musyrikin di
zaman Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, ketika Rosululloh Shollallohu
'Alaihi wa Sallam memerintahkan sebagian shohabatnya untuk hijroh ke negri
Habasyah maka kafir Quraisy mengutus beberapa tokoh-tokohnya untuk
mengembalikan mereka ke Makkah, mereka mengikuti jejak-jejak perjalanan hijrohnya
para shohabat, ketika para shohabat datang di Habasyah dan raja Habasyah yang
dikenal dengan raja Najasyi –semoga Alloh meridhoinya- menerima, menjamu
dan memuliakan mereka, tiba-tiba datanglah kaum musyrikin Quraisy meminta
mereka untuk kembali ke Makkah, karena mereka tidak berhasil untuk
mengembalikan para shohabat maka mereka mendatangi raja Najasyi memintanya
untuk mengembalikan para shohabat Nabi ke Makkah, karena raja Najasyi
mengetahui bahwa para shohabat Nabi yang hijroh ke negrinya adalah orang-orang
yang berada di atas kebenaran maka beliau langsung menerima dan mengikuti
ajaran Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Sallam serta beliau tidak tertipu
dengan orang-orang kafir Quraisy yang merayu-rayunya, raja Najasyi tetap
melindungi dan menaungi mereka di dalam istana kerajaan.
Begitu
pula ketika Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan Abu Bakr
Ash-Shiddiq –semoga Alloh meridhoinya- keluar dari kota Makkah untuk
menyelamatkan agamanya, maka kafir Quraisy mengejarnya untuk menggagalkan
rencana hijroh ke Madinah.
6.2
Mengusir Orang-orang yang Mengikuti Ajaran yang Di bawa Oleh Nabi Shollallohu
'Alaihi wa Sallam.
Ketika
sebagian para shohabat hijroh ke negri Habasyah maka kafir Quraisy berupaya
mendatangi raja Najasyi dan membujuknya untuk mengusir para shohabat Nabi Shollallohu
'Alaihi wa Sallam yang hijroh di negrinya, namun mereka tidak berhasil.
Ketika para shohabat hijroh ke Madinah kafir Quraisy mendatangi orang-orang
Yahudi di Madinah supaya mengusir mereka, karena kaum Anshar memiliki kekuatan
di tengah-tengah penduduk Madinah dan mereka mengikuti ajaran yang di bawa oleh
Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, kaum Ansharpun membela kaum
Muhajirin dan melindunginya sehingga rencana jahat kaum kafir Quraisy dan kaum
musyrikin gagal.
Pada
zaman ini orang-orang yang mengikuti ajaran Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam
dan berpegang teguh dengannya terus pula dimusuhi, bila mereka lemah dan tidak
ada yang mendukung atau membela mereka maka orang-orang yang membenci ajaran
yang dibawa oleh Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam tersebut bersegera
untuk mengusir mereka, dan telah banyak kejadian, diantaranya pengusiran yang
dilakukan oleh para hizbiyyun jaringan Luqman Ba'abduh, mereka mengusir saudara
kami Abul 'Abbas Harmin Rohimahulloh dan para Ahlussunnah dari dusun
Hanunu, setelah diusir maka ada dari para hizbiyyun itu berpura-pura meminta
beli tanaman dan kebun saudara-saudara kami yang terusir, padahal yang tujuan
mereka memang untuk itu dan untuk menguasai lahan Qotalahumulloh.
Orang-orang
yang membenci ajaran yang dibawa oleh Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam
terus berupaya untuk mengusir para pengikut setianya Nabi Shollallohu 'Alaihi
wa Sallam, berbagai macam cara mereka lakukan, berbagai macam upaya mereka
kerahkan, sampai terkadang para wanita-wanita dijadikan sebagai umpan untuk
memancing sehingga kemudian mencapai tujuan dan maksud mereka yang jahat.
BAB 7
SEPUTAR PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TERKINI
SEPUTAR PEMIKIRAN-PEMIKIRAN TERKINI
7.1
Sekolah atau Kuliah Sambil Belajar Ilmu Agama?!!
Banyak
dari orang tua menginginkan anak-anaknya untuk bertahan di bangku sekolah,
walaupun anak-anaknya tersebut sudah berada di jurang kerusakan baik jasmani
dan rohaninya, sebagian dari anak-anak itu sudah tidak lagi mengindahkan
aturan-aturan Islam, sebagiannya suka berbuat dosa berupa pacaran dan bahkan
sampai ada yang hamil di luar nikah, namun karena mendapatkan dukungan penuh
dari orang tuanya merekapun terus bertahan di atas keadaan tersebut, bila
kemudian ada anak yang sadar dan memiliki keinginan tinggi dan cita-cita yang
mulia yaitu untuk mempelajari ilmu agama dan berupaya untuk menjadi anak yang
sholih maka orang tuanya mengatakan kepadanya: "Tidak mengapa kamu ikut
belajar agama tapi jadikanlah itu sebagai sampingan, tujui cita-citamu untuk
menjadi orang yang berpangkat seperti orang itu atau kalau kamu ingin
belajar agama maka jadilah seperti dokter Muhammad Faiq Sulaifi, dia kuliah
sambil belajar agama sekarang dia sukses dan mendapat dua gelar, gelar ustadz
dan dokter!!!".
Atau
kalaupun ada dari anak-anak mereka yang sudah terlanjur belajar ilmu agama di
pondok pesantren dan ketika pulang merekapun berusaha untuk merusaknya dengan
berbagai cara, diantaranya dinikahkan dengan anak sekolahan atau anak kuliahan,
yang akibatnya anak tersebut menjadi korban dan terseret kepada penyimpangan
serta penyelewengan, anak tersebut seakan-akan sebagai sopir yang bertugas
mengantar sang permaisuri ke istana kampus. Dan yang lebih memalukan lagi kalau
para korban itu kemudian berhasil diseret oleh orang-orang bodoh sehingga ikut
berbicara tentang agama dan sekaligus bersekongkol dengan orang-orang bodoh
dalam memusuhi orang-orang yang berada di atas jalan yang lurus.
Bila
ada yang menjadikan ilmu agama sebagai sampingan kemudian dikatakan telah berhasil
menjadi seorang ustadz, maka belum kami dapati ada dari mereka menjadi ustadz
yang benar melainkan hanya menjadi ustadz gadungan semacam Pak Dosen Al-Ustadz Kiyai
Dokter Muhammad Faiq Sulaifi sarjana kedokteran.
7.2
Belajar Ilmu Agama Bukan Suatu Keadilan.
Telah
kami dengarkan dari seorang guru agama yang hanya berpendidikan D2 di STAIN, dia
berkata: "Orang yang hanya belajar ilmu agama di pondok pesantren itu
tidak adil, padahal di dalam Al-Qur'an dijelaskan:
{رَبَّنَا آَتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآَخِرَةِ
حَسَنَةً} [البقرة: 201].
"Wahai Robb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat". (Al-Baqoroh: 201), ini penjelasan
bahwasanya kita harus adil dalam kehidupan dunia dan kehidupan akhirat, kita
tidak boleh condong kepada akhirat saja".
Tanggapan:
Guru
tersebut telah membodohi dirinya sendiri, secara tidak dia sadari telah
mempertontonkan kebodohan yang ada pada dirinya, yang tidak mampu berbuat adil.
Kalau
dia mengkalkulasi aktivitas kesehariannya maka tentu aktivitas dunianya lebih
banyak dan mendominasi daripada aktivitas akhiratnya, dia bekerja tentu
membutuhkan waktu berjam-jam, sementara urusan agamanya semisal sholat maka
paling-paling hanya membutuhkan waktu beberapa menit, begitu pula ketika tidur
memerlukan waktu kurang lebih 6 (enam) jam namun untuk sholat tahajjud mungkin
tidak dilakukan sama sekali atau kalau dilakukan paling-paling hanya
membutuhkan waktu beberapa menit saja, begitu pula sholat subuhnya mungkin
hanya beberapa menit, maka apakah itu termasuk keadilan?.
Bukankah
aktivitas dunianya lebih banyak dari pada aktivitas akhiratnya?, Padahal Alloh Ta'ala
menciptakan jin dan manusia supaya beribadah kepada-Nya dan mempersiapkan bekal
untuk menuju kepada-Nya dan menuju negri akhirat yang kekal abadi, Alloh Ta'ala
berkata:
{وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنْسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ}
[الذاريات: 56].
"Dan tidaklah Aku menciptakan jin dan manusia melainkan
hanya untuk beribadah (kepada-Ku)". (Adz-Dzariyat: 56).
dan
Alloh Ta'ala berkata:
{وَابْتَغِ فِيمَا آَتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآَخِرَةَ وَلَا
تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ
وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ}
[القصص: 77].
"Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Alloh kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari perkara dunia dan berbuat
baiklah sebagaimana Alloh telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu
berbuat kerusakan di (muka) bumi, sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang
yang berbuat kerusakan". (Al-Qoshshosh: 77)
Adapun
ayat yang telah disebutkan oleh guru yang bodoh tadi maka sungguh Nabi Shollallohu
'Alaihi wa Sallam sangat banyak membacanya ketika berdoa, dari Anas bin
Malik –semoga Alloh meridhoinya- beliau berkata: Paling banyaknya
doa yang dibaca oleh Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam adalah:
»رَبَّنَا
آتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ«
"Wahai Robb kami, berilah kami kebaikan di dunia dan
kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". (Diriwayatkan
oleh Al-Bukhoriy dan Muslim).
Adapun
kebaikan dunia yang dimaksud dalam ayat tersebut adalah kebaikan yang mencakup
segala kebaikan.
Adapun
yang berkaitan dengan sekolah di tempat-tempat yang campur baur antara pria dan
wanita, nyontek ketika ujian dan menyuap supaya tercapainya cita-cita maka itu
bukan kebaikan dari dunia, akan tetapi itu semua adalah kejelekan yang akan
mengantarkan kepada penderitaan dan kesengsaraan di akhirat.
Adapun
belajar ilmu agama maka dia murni sebagai kebaikan dunia dan akhirat, Rosululloh
Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
»مَنْ يُرِدِ
اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِى الدِّينِ«
"Barangsiapa
yang dikehendaki oleh Alloh dengannya kebaikan maka difahamkan baginya agamanya".
(Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy, Muslim dari Mu'awiyyah dan At-Tirmidziy
dari Ibnu Umar).
Dari
pemaparan tersebut diketahui bahwa kebaikan itu diperolah hanya dengan cara
mempelajari ilmu agama, karena bila seseorang sudah faham terhadap ilmu agama
maka diapun akan menjadi orang yang selalu berbuat adil, ketika dia memberi
hukum maka selalu di atas keadilan.
Dengan
ilmu agama yang dia miliki maka dia bisa memahami hukum atas segala sesuatu
yang berkaitan dengan urusan dunia maupun urusan akhirat, dia memahami berbagai
permasalahan baik berupa yang nyata ataupun berbentuk permisalan-permisalan,
Alloh Ta'ala berkata:
{وَتِلْكَ الْأَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ وَمَا يَعْقِلُهَا
إِلَّا الْعَالِمُونَ} [العنكبوت: 43].
"Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buat untuk
manusia; dan tidak ada yang memahaminya kecuali orang-orang yang berilmu".
(Al-'Ankabut: 43).
7.2
Belajar Ilmu Agama Hanya Mengantarkan kepada Penderitaan dan Kemiskinan?.
Bila
seseorang benar-benar beriman kepada Alloh Ta'ala dan mengakui bahwa Alloh-lah
yang satu-satunya pemberi rezki serta hanya Dia-lah satu-satunya yang mengatur
alam semesta beserta segala isinya maka tentu dia tidak akan memiliki anggapan
dan keyakinan rusak sebagaimana yang telah tersebar "belajar ilmu agama
itu hanya mengantarkan kepada penderitaan dan kesengsaraan" karena Alloh Ta'ala
telah berkata:
{وَفِي السَّمَاءِ رِزْقُكُمْ وَمَا تُوعَدُونَ} [الذاريات: 22].
"Dan
di langit telah (ditentukan) rezki kalian dan telah (ditentukan) pula apa-apa
yang dijanjikan kepada kalian". (Adz-Dzariyat: 22).
Dan
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
»وَيُؤْمَرُ
بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِىٌّ أَوْ
سَعِيدٌ«
"Dan diperintahkan tentang 4 (empat) perkara; ditulis
rezkinya, ajalnya dan amalnya serta kesengsaraan dan kebahagiaannya".
(Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari Ibnu Mas'ud).
Bukan
berarti seseorang harus diam saja (tidak menjalankan sebab) dari mencari rezki
akan tetapi seseorang diperintah untuk menjalankan sebab dengan berusaha
mencari rezki tentunya dengan cara yang halal dan bukan dengan menghalalkan segala
cara.
Realita
telah menjadi saksi atas orang-orang yang melarang anak-anaknya untuk ke pondok
pesantren karena khowatir anak-anaknya akan menjadi sengsara dan menderita,
disertai dengan banyak perhitungan diantaranya karena di pondok pesantren yang dituju
tidak ada ijazah dan nantinya tidak mendapatkan gaji bulanan.
Tidak
hanya itu bahkan mereka berjuang banting tulang (kerja keras) agar
anak-anaknya bisa seperti apa yang mereka angan-angankan yaitu menjadi
orang-orang yang berpangkat dan berkedudukan, ternyata anak-anak mereka
tersebut mengikuti apa yang telah mereka angan-angankan, mengikuti seleksi
supaya menjadi pegawai negri atau aparatur negara ternyata tidak diterima yang
pada akhirnya mereka kembali sebagaimana orang tua mereka, bahkan lebih jelek
lagi, yang dulunya mereka bisa sholat berjama'ah dan terlihat suka berbuat
kebaikan karena sebab gagal dan tidak tercapai cita-cita merekapun menjadi
manusia yang sesat.
Kalaupun
ada yang dianggap berhasil, bisa menjadi pegawai negri atau menjadi aparat
negara karena sebab orang tua dan sebab orang-orang yang mendudukungnya
berupaya dengan mengusahakan hal tersebut dengan menempuh cara-cara harom
berupa menyuap sehingga anak mereka diterima atau lolos seleksi, bila seperti
ini keadaannya mereka maka sungguh mereka akan menderita dunia dan akhiratnya,
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
»لَعَنَ
اللَّهُ الرَّاشِيَ وَالْمُرْتَشِيَ«
"La'nat Alloh atas orang yang menyuap dan yang disuap".
(Diriwayatkan oleh Ahmad dari Abu Huroiroh, Ibnu Hibban dari Abdulloh
bin 'Amr dan Ath-Thohawiy dari Tsauban).
Orang
yang berakal sehat tentu akan mereka sedih dan menangis kalau Alloh Ta'ala
mela'natnya sebagaimana Alloh Ta'ala telah mela'nat syaithon.
Bila
mereka berhasil menjadi pegawai negri atau aparat negara dengan cara terla'nat
itu, merekapun kemudian lupa dengan orang tua atau orang-orang yang mendukung
mereka yang telah berkorban untuk mereka, akhirnya para orang tua dan
orang-orang yang mendukung mereka mendapatkan dua kerugian; di dunia mereka
tidak mendapatkan secuil dana dari gaji anak-anak mereka, sampai akhirnya
mereka terus menerus banting tulang bekerja dan di akhirat anak-anak
merekapun tidak bisa memberikan manfaat sedikitpun untuk mereka, Alloh Ta'ala
berkata:
{يَوْمَ يَفِرُّ الْمَرْءُ مِنْ أَخِيهِ (34) وَأُمِّهِ وَأَبِيهِ
(35) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيهِ (36) لِكُلِّ امْرِئٍ مِنْهُمْ يَوْمَئِذٍ شَأْنٌ
يُغْنِيهِ (37)} [عبس: 34-37].
"Pada
hari ketika manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, dari istri dan
anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang
sangat menyibukkannya". ('Abasa: 34-37).
BAB 8
PENUTUP
PENUTUP
Orang
yang mengikuti ajaran Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan
mengamalkannya serta mengajak manusia kepada ajaran tersebut maka pasti akan
dibenci dan dimusuhi oleh orang-orang yang menyelisihinya, Waroqoh –semoga
Alloh meridhoinya- berkata kepada Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam:
»لَمْ يَأْتِ
رَجُلٌ قَطُّ بِمَا جِئْتَ بِهِ إِلاَّ عُودِىَ«
"Tidak akan datang seseorangpun dengan ajaran seperti
yang kamu datang dengannya melainkan akan dimusuhi". (Diriwayatkan
oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari Aisyah).
Dan
Alloh Ta'ala berkata:
{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا مِنَ
الْمُجْرِمِينَ} [الفرقان: 31].
"Dan demikian pula Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi,
musuh dari orang-orang yang berdosa". (Al-Furqan: 31).
Orang-orang
yang menyelisihi ajaran Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam mereka
menjadikan dunia seperti Jannah (surga), sedangkan orang-orang yang
mengikuti Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam hidup di dunia bagaikan
hidup di dalam penjara, dari Abu Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya-
bahwasanya Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
»الدُّنْيَا
سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِرِ«
"Dunia adalah penjaranya orang yang beriman dan dia
adalah jannah-nya orang yang kafir". (Diriwayatkan oleh Muslim, Ibnu
Majah dan At-Tirmidziy).
Orang-orang
yang mengikuti ajaran Nabi laksana orang-orang yang sedang safar (menempuh
perjalanan) dan akan kembali ke negri tujuan mereka yang kekal abadi, Rosululloh
Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata kepada Ibnu 'Umar –semoga
Alloh meridhoinya-:
»كُنْ فِى
الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ«
"Jadilah kamu di dunia ini seakan-akan orang yang asing
atau orang yang menempuh perjalan". (Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy),
adapun orang-orang yang menyelisihi ajaran Nabi Shollallohu 'Alaihi wa
Sallam maka mereka menjadikan kehidupan dunia sebagai tujuan utama, mereka
seakan-akan tidak akan mati dan binasa padahal Alloh Ta'ala telah
berkata:
{كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَإِنَّمَا تُوَفَّوْنَ
أُجُورَكُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَمَنْ زُحْزِحَ عَنِ النَّارِ وَأُدْخِلَ
الْجَنَّةَ فَقَدْ فَازَ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ}
[آل عمران: 185].
"Tiap-tiap
yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah
disempurnakan pahala kalian. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan
ke dalam jannah, maka sungguh dia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak
lain hanyalah kesenangan yang menipu". (Ali Imron: 185).
وصَلَّى
اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم
والحمد لله رب العالمين.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar