الحَمْدُ
لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ
لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا
بعدُ:
Wahai Suadaraku!
Pastikan kemana tujuanmu!.
Janganlah kamu membiarkan kakimu melangkah
sesuai pandangan matamu kemana mengarah!.
Wahai Suadaraku!
Sesungguhnya di hadapanmu terdapat
berbagai cabang jalan dan terdapat gunung yang tinggi atau terdapat penghalang-penghalang
maka lihatlah dan ikutilah jalan yang jelas dan terang:
{وَأَنَّ هَذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ
وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ذَلِكُمْ وَصَّاكُمْ
بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ} [الأنعام: 153]
"Dan sesungguhnya ini adalah jalan-Ku yang lurus, maka
ikutilah dia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena
jalan-jalan itu mencerai beraikan kalian dari jalan-Nya, yang demikian itu Dia
(Alloh) perintahkan kepada kalian supaya kalian bertaqwa". (Al-An'am: 153).
Wahai Suadaraku!
Jika kamu sudah terasa letih dan
membutuhkan untuk beristrahat maka bersitrahatlah, namun perlu kamu tahu bahwa
di tengah-tengah tempat peristrahatanmu itu akan datang orang-orang yang
mengajakmu untuk mengikuti jalan-jalan mereka, maka waspadalah!.
Wahai Suadaraku!
Ada dari mereka akan mengajakmu dengan
menampakan akhlak yang terpuji padahal mereka menyembunyikan akhlak yang rusak,
mereka menampakan muka berseri-seri namun kebencian dan kedengkian terus
membakar di dalam hati-hati mereka, jika kamu mengikuti ajakan mereka maka di
tengah jalan atau di pinggir bukit kamu akan dilemparkan dari atas bukit seraya
mereka berkata bahwa kamu adalah perusak dan pelaku ma'siat.
Jika kamu tidak mengikuti ajakan mereka
karena kamu mengetahui ciri-ciri mereka maka di tengah peristrahatanmu itu akan
datang pula orang yang nampak jelas pada akhlak mereka yang rusak, ketika
mereka melihatmu di tempat peristrahatanmu maka mereka menampakan muka yang
seram, kusut dan kasar, mereka sangat tidak menyukaimu karena kamu menyelisih
mereka dengan menempuh jalan yang terang dan jelas.
Mereka akan melemparkan tuduhan kepadamu
dengan tuduhan yang tidak benar, karena kamu sedang menempuh jalan yang jelas
dan terang itu maka kamu akan dituduhkan dengan tuduhan sebagai perusak atau
tuduhan lainnya.
Atau jika mereka mendapatimu sedang
beristrahat di tempat peristrahatanmu itu maka mereka akan menuduhmu dengan tuduhan
ingin melakukan ma'siat, jika kamu menganggap tuduhan itu seakan-akan siksaan
yang turun dari langit maka hatimu akan bertambah sempit, matamu akan kabur
yang pada akhirnya kamupun meloncat dari atas bukit karena kecewa.
Wahai Suadaraku!
Ingatlah! ketika kamu sudah mendapati
jalan-jalan yang bercabang-cabang itu, dan kamu mulai mendaki gunung atau kamu
sudah berjumpa dengan dua gerombolan tadi maka pastikanlah tujuanmu, teruslah
tempuh jalanmu!.
Di tengah perjalananmu hiasilah dirimu
lahir dan batin dengan akhlak yang mulia, jangan sampai dengan perjalananmu itu,
ketika kamu melewati suatu pemukiman mengakibatkan penduduknya berlarian karena
sebabmu melewati perkampungan mereka.
Janganlah keberadaanmu membuat orang
lain lari dari kebenaran!.
Jika ada yang datang menemuimu atau
datang ke tempatmu maka sambutlah dengan ramah, ceria dan dengan wajah yang
penuh dengan senyuman serta dada yang penuh kelapangan!.
Sesungguhnya orang yang baru datang atau
baru berjumpa denganmu bila kamu nampakan dengan akhlaq yang terpuji maka kamu
akan dicintai, adapun orang yang menyambut orang yang baru datang atau baru
berjumpa dengan sambutan muka masam, ditambah dengan perselisihan dan
pertengkaran maka cukuplah itu sebagai penampakan akhlaq yang rusak, buruk dan
jahat, maka janganlah kamu berbuat seperti itu.
Wahai Suadaraku!
Berakhlaqlah dengan akhlaq Nabi kita Shollallohu
'Alaihi wa Sallam, pandai-pandailah menempatkan akhlaq pada tempatnya
sebagaimana yang telah diterapkan oleh Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam:
{وَإِنَّكَ لَعَلَى خُلُقٍ عَظِيمٍ} [القلم: 4]
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar di atas akhlaq yang
agung". (Al-Qolam:
4).
Janganlah kamu berakhlaq dengan akhlaq
orang-orang lembek, dengan alasan akhlaq mulia mereka bermudah-mudahan duduk
dengan orang sesat, bermudah-mudahan menghalalkan sesuatu, bahkan menyebarkan
perkataan orang sesat karena mereka anggap mendukung mereka, janganlah berbuat
seperti itu dan jangan pula berloyalitas dengan mereka karena semua itu adalah
penyakit yang membahayakan dirimu, Ibnu 'Abbas Rodhiyallohu 'anhuma
berkata:
"وَلَا تُجَالِسْ أَهْلَ الْأَهْوَاءِ، فَإِنَّ
مُجَالَسَتَهُمْ مُمْرِضَةُ الْقُلُوبِ".
"Dan janganlah
kamu duduk dengan pengikut hawa nafsu, karena sesungguhnya duduk dengan mereka
menimbulkan sakitnya hati".
Wahai Suadaraku!
Pastikan pendirianmu!
Kokohkan prinsipmu!
Dan janganlah kamu memiliki dua
pendirian!.
Jika kamu mengetahui terhadap seseorang
ada padanya penyelisihan dan penentangan terhadap kebenaran akan tetapi kamu
tetap bersengaja datang kepadanya, kamu mendukungnya dan membelanya karena kamu
diseberi sesuatu, bersamaan dengan itu kamu juga mendatangi orang-orang baik
yang dimusuhi oleh seseorang tersebut, kamu duduk bersama mereka, lalu kamu
mengambil ucapan mereka kemudian kamu sampaikan kepada seseorang yang memberimu
tersebut maka ketahuilah perbuatanmu ini sangatlah membahayakan kebenaran dan
para pemeluk kebenaran di dunia ini, mungkin kamu di dunia ini bisa ber-happy
dan berpangku tangan di atas kegembiraan karena mendapatkan sesuatu dari
seorang tersebut namun kamu tidak sadar kalau kamu telah berada di tepi jurang
kehancuran:
«إِنَّ شَرَّ النَّاسِ ذُو الوَجْهَيْنِ، الَّذِي
يَأْتِي هَؤُلاَءِ بِوَجْهٍ، وَهَؤُلاَءِ بِوَجْهٍ»
"Sesungguhnya
paling jeleknya manusia adalah pemilik dua wajah, yang dia datang ke
orang-orang ini dengan bentuk satu wajah dan datang ke orang-orang itu dengan
bentuk wajah (yang lain)".
Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy, dari hadits Abu Huroiroh.
Bila pendirianmu seperti ini maka tidak
ada bedanya dengan para hizbiyyun, yang dahulunya mereka menampakan sebagai
orang-orang mutawaqqifin (berada di tengah-tengah); bersama pihak ini
dan bersama pihak itu, jika pihak ini terlihat nampak padanya kemenangan atau
pengikutnya banyak maka dia mengatakan kami bersama mereka, dan mereka
terkadang mengeluarkan ucapan dan jarh terhadap pihak itu, namun bila mereka
ke pihak itu maka merekapun mengatakan "lain dulu lain sekarang".
Maka bertaubatlah kepada Alloh Ta'ala
dengan sebenar-benar taubat, karena sesungguhnya kamu telah menerapkan prilaku
orang-orang munafiq:
{وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا
وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ}
[البقرة: 14]
"Dan jika mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman,
mereka mengatakan: "Kami telah beriman". Dan jika mereka kembali
kepada syaithon-syaithon (kelompok) mereka maka mereka mengatakan:
"Sesungguhnya kami sependirian dengan kalian, kami hanyalah
berolok-olok". (Al-Baqoroh:
14).
Wahai Suadaraku!
Jika kamu sudah diustadzkan maka akan
berdatangan kepadamu manusia dari berbagai macam latar belakang; ada dari
mereka yang masih sangat bodoh dan tidak mengerti apa-apa, bahkan ada dari
mereka dari para pelaku ma'siat, maka pandai-pandailah dalam menghadapi
mereka!.
Tidak menutup kemungkinan ada dari
mereka yang datang kepadamu sangat bakhil, egois dan kibr maka janganlah kamu
bergegas menerapkan hajr (pemboikotan) karena dengan sikapmu itu akan
menampakan kalau kamu tidak berakhlaq, dan mereka akan lari darimu dan
bertambah benci dengan da'wah:
{وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لَانْفَضُّوا
مِنْ حَوْلِكَ فَاعْفُ عَنْهُمْ وَاسْتَغْفِرْ لَهُمْ وَشَاوِرْهُمْ فِي الْأَمْرِ}
[آل عمران: 159]
"Dan kalaulah kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu, karena itu ma'afkanlah
mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu". (Ali Imron: 159).
Lihatlah
Nabi kita Shollallohu 'Alaihi wa Sallam betapa lembutnya dengan orang
bodoh yang datang ingin belajar kepadanya, Al-Bukhoriy
dan Muslim meriwayatkan dari hadits Anas bin Malik
semoga Alloh meridhoinya, beliau berkata:
"قَامَ أَعْرَابِيٌّ فَبَالَ فِي المَسْجِدِ، فَتَنَاوَلَهُ
النَّاسُ، فَقَالَ لَهُمُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «دَعُوهُ
وَهَرِيقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلًا مِنْ مَاءٍ، أَوْ ذَنُوبًا مِنْ مَاءٍ،
فَإِنَّمَا بُعِثْتُمْ مُيَسِّرِينَ، وَلَمْ تُبْعَثُوا مُعَسِّرِينَ»".
"Seorang Arob Badui (pedalaman) berdiri lalu kencing di
dalam masjid, maka orang-orang membentaknya, maka Nabi Shollallohu 'Alaihi
wa Sallam berkata kepada mereka: “Biarkan kalian dia itu (menyelesaikan
kencingnya) dan tuangkanlah oleh kalian atas kencingnya dengan setempat dari
air atau seember dari air, karena sesungguhnya kalian diutus untuk memberi
kemudahan dan tidaklah kalian diutus untuk membuat kesulitan". Dan
hadits ini adalah lafadznya Al-Bukhoriy dari hadits Abu Huroiroh semoga
Alloh meridhoinya.
Janganlah
kamu menjadi sebab seseorang menjadi sesat lantaran perbuatanmu, janganlah kamu
berbuat seperti orang-orang yang menerapkan hajr atau tahdzir
terhadap seseorang dengan alasan karena bakhil dan egois yang pada akhirnya
orang tersebut sesat dan menjauh dari al-haq maka tidakkah kamu takut
akan dikatakan sebagaimana Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa
Sallam mengatakan
kepada seorang shohabatnya:
«أَتُرِيدُ
أَنْ تَكُونَ فَتَّانًا»
"Apakah kamu ingin menjadi tukang fitnah?!!!".
Tidakkah kamu malu melihat saudaramu
yang kamu anggap sebagai perusak da'wah, kamu menggibahinya dan menzholiminya namun
ternyata dengan sebabnya manusia berbondong-bondong menyambut, menerima dan
mengamalkan kebenaran?, bahkan ada dari mereka datang ke majelismu atau ke
pondok yang kamu berada di dalamnya! Tidakkah kamu merasa malu!:
"إِذَا لَمْ تَسْتَحِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ".
"Jika
kamu tidak memiliki rasa malu maka berbuatlah sesukamu!".
Wahai Suadaraku!
Janganlah kamu merasa bangga karena kamu
merasa telah hafal Al-Qur'an atau hafal sebagian mutun atau telah dikatakan
kepadamu telah menghafal "Shohihul Bukhoriy" dan menghafal yang
lainnya.
Tidaklah berarti dan berharga bagimu
semua hafalan itu, bahkan dia tidak akan bermanfaat bagimu jika perbuatanmu
menyelisihi apa yang telah kamu hafal:
"وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ".
"Dan Al-Qur'an
adalah hujjah bagimu atau dia adalah hujjah atasmu". Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Malik Al-Asy'ariy dari
Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.
Wahai Suadaraku!
Amalkanlah apa yang kamu telah hafal dan
apa yang telah kamu pelajari serta apa yang telah kamu ketahui, dan lebih-lebih
apa yang telah kamu da'wahkan kepada manusia, jika kamu menyelisihi semua itu
maka sungguh kamu benar-benar berada di dalam kerugian yang nyata.
Kasihanilah dirimu, kamu sudah keliling
kemana-mana dalam rangka menda'wahi manusia, kamu berdiri di mimbar-mimbar,
kamu membuka dan membaca kitab di hadapan umat namun kamu lupa terhadap dirimu
yang akibatnya kamu dipermalukan pada hari kiamat di hadapan orang-orang yang
kamu telah menda'wahi mereka:
«يُؤْتَى بِالرَّجُلِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيُلْقَى فِي
النَّارِ، فَتَنْدَلِقُ أَقْتَابُ بَطْنِهِ، فَيَدُورُ بِهَا كَمَا يَدُورُ
الْحِمَارُ بِالرَّحَى، فَيَجْتَمِعُ إِلَيْهِ أَهْلُ النَّارِ، فَيَقُولُونَ: يَا
فُلَانُ مَا لَكَ؟ أَلَمْ تَكُنْ تَأْمُرُ بِالْمَعْرُوفِ، وَتَنْهَى عَنِ
الْمُنْكَرِ؟ فَيَقُولُ: بَلَى، قَدْ كُنْتُ آمُرُ بِالْمَعْرُوفِ وَلَا آتِيهِ،
وَأَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ وَآتِيهِ»
"Didatangkan
seorang lelaki pada hari kiamat, lalu dilemparkan ke dalam neraka, maka
keluarlah usus (atau sesuatu dari isi) perutnya, dia berputar padanya
sebagaimana berputarnya keledai pada tali pengikatnya, maka penduduk neraka
berkumpul kepadanya, mereka berkata: Wahai Fulan ada apa denganmu? Bukankah
dahulu kamu memerintahkan kepada kebaikan, dan melarang dari kemungkaran? Dia
pun berkata: "Tentu, dahulu aku memerintahkan kepada kebaikan namun aku
tidak melakukan (kebaikan itu), dan aku melarang dari kemungkaran namun aku
melakukannya". Diriwayatkan
oleh Muslim dari Usamah bin Zaid dari Rosululloh Shollallohu 'Alaihi
wa Sallam.
Wahai Suadaraku!
Sesungguhnya waktumu dan waktu kami adalah
sama 24 (dua puluh empat) jam dalam sehari semalam, maka apakah dengan waktu
tersebut kamu telah menggunakannya pada tempatnya? Apakah dengan waktu tersebut
kamu telah memanfaatkannya dengan sebenar-benar pemanfaatan ataukah justru
waktu-waktu itu menjadi peluang untukmu dalam berbuat dosa dan ma'siat?:
«نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ،
الصِّحَّةُ، وَالْفَرَاغُ»
"Dua
keni'matan terlalaikan pada keduanya kebanyakan dari manusia yaitu kesehatan
dan waktu luang". Diriwayatkan oleh
Al-Bukhoriy dari hadits Ibnu 'Abbas dari Rosululloh
Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.
Jangan sampai kamu menyesal sebagaimana
orang-orang yang telah menyesal, yang pada akhirnya mereka berkata:
{بَلْ مَكْرُ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ إِذْ تَأْمُرُونَنَا
أَنْ نَكْفُرَ بِاللَّهِ} [سبأ: 33]
"Bahkan makar (tipu daya kalian) di waktu malam dan siang
(yang menghalangi kami), ketika kalian menyeru kami supaya kami kafir kepada
Alloh". (Saba':
33).
Wahai Suadaraku!
Sesungguhnya
kami di atas kesibukan yang melebihi kesibukanmu, namun kami menyempatkan di
tengah kesibukan itu untuk menulis nasehat ini sebagai bentuk kasih sayang kami
kepadamu maka bersyukurlah atas ni'mat ini dengan selalu mengamalkan kebenaran
sebagaimana yang syari'at Islam inginkan.
Bersyukurlah
wahai saudaraku karena dengan syukur itu kamu akan mendapatkan kebaikan yang
banyak:
{وَإِذْ
تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ
عَذَابِي لَشَدِيدٌ} [إبراهيم: 7]
"Dan (ingatlah), tatkala Robbmu mengumumkan;
"Sesungguhnya jika kalian bersyukur maka pasti Kami akan menambah (ni'mat)
kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya
azab-Ku sangat pedih". (Ibrohim:
7).
وصَلَّى اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه
وَسَلِّم
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَلَّا إِلَهَ إِلَّا
أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والحمد لله رب العالمين.
Ditulis
oleh hamba yang sangat faqir kepada Robbnya Al-Ghoniy Al-Karim Ar-Rohim:
Abu Ahmad
Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga
Alloh mengampuni dan mema'afkannya
Di Darul
Hadits Dammaj-Yaman
- Pada malam Jum'at 19 Rojab 1434.