Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Persoalan Seputar Kehidupan dan Jihad




Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan mengampuni saudara-saudarinya




بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:

Berikut ini beberapa persoalan yang diajukan kepada Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy Hafizhohulloh:
Soal:
Apa ma'na dari perkataan Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam:
«الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ، وَجَنَّةُ الْكَافِرِ».
"Dunia adalah penjaranya seorang mu'min dan jannah (surga)nya orang kafir".

Jawaban:
An-Nawawiy Rohimahulloh berkata di dalam "Syarhu Shohihi Muslim":
"مَعْنَاهُ أَنَّ كُلَّ مُؤْمِنٍ مَسْجُونٌ مَمْنُوعٌ فِي الدُّنْيَا مِنَ الشَّهَوَاتِ الْمُحَرَّمَةِ وَالْمَكْرُوهَةِ مُكَلَّفٌ بِفِعْلِ الطَّاعَاتِ الشَّاقَّةِ فَإِذَا مَاتَ اسْتَرَاحَ مِنْ هَذَا وَانْقَلَبَ إِلَى مَا أَعَدَّ اللَّهُ تَعَالَى لَهُ مِنَ النَّعِيمِ الدَّائِمِ وَالرَّاحَةُ الْخَالِصَةُ مِنَ النُّقْصَانِ وَأَمَّا الْكَافِرُ فَإِنَّمَا لَهُ مِنْ ذَلِكَ مَا حَصَّلَ فِي الدُّنْيَا مَعَ قِلَّتِهِ وَتَكْدِيرِهِ بِالْمُنَغِّصَاتِ فَإِذَا مَاتَ صَارَ إِلَى الْعَذَابِ الدَّائِمِ وَشَقَاءِ الْأَبَدِ".
"Ma'nanya: Bahwasanya setiap mu'min adalah dipenjara dan dilarang di dunia dari keinginan-keinginan yang diharomkan dan yang dimakruhkan, diberi beban dengan perintah untuk melaksanakan ketaatan-ketaatan yang memberatkan. Dan jika dia mati maka dia beristrahat dari yang ini, dan dia berbalik kepada apa yang telah Alloh janjikan untuknya dari keni'matan-keni'matan yang terus menerus dan kelengkapan yang terbebaskan dari kekurangan-kekurangan. Adapun orang yang kafir maka sungguh baginya adalah apa-apa yang dia peroleh di dunia bersama dengan sedikitnya dan kurangnya terhadap apa yang diinginkan, dan jika dia mati maka berubahlah kepada azab yang terus menerus dan kesengsaraan yang abadi".

Soal:
Saya pernah mendengar Luqman bin Muhammad Ba'abduh ketika membedah bukunya "Mereka Adalah Teroris", dia berkata: "Masa orang bodoh diajak jihad". Pertanyaanku: "Apakah kewajiban jihad itu khusus bagi orang berilmu adapun orang bodoh tidak boleh jihad?".
Jawaban:
Perintah jihad bersifat umum, mencakup semua kaum muslimin, baik dia ulama ataupun para penuntut ilmu, orang bodoh ataupun orang pintar. Di zaman Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam banyak orang badui ikut jihad bersama beliau, bahkan ada orang yang baru masuk Islam langsung ikut berjihad bersama beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, padahal dia belum belajar ilmu agama, belum sholat, belum berpuasa dan belum mengeluarkan zakat.
Al-Baro' Rodhiyallohu 'Anhu berkata: "Seseorang datang kepada Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam lalu bertanya:
"يَا رَسُولَ اللَّهِ أُقَاتِلُ أَوْ أُسْلِمُ؟ قَالَ: «أَسْلِمْ، ثُمَّ قَاتِلْ»، فَأَسْلَمَ، ثُمَّ قَاتَلَ، فَقُتِلَ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «عَمِلَ قَلِيلًا وَأُجِرَ كَثِيرًا»".
"Wahai Rosululloh aku berperang (langsung) atau masuk Islam (terlebih dahulu)?, beliau  menjawab: "Masuklah Islam kemudian berperanglah", maka diapun masuk Islam kemudian berperang, lalu dia terbunuh, maka Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata: "Dia beramal sedikit dan dibalas (dengan pahala) yang banyak". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy.
Bahkan dengan adanya perintah jihad itu memberikan banyak faedah dan hikmah, diantaranya orang yang bodoh mendapat hidayah untuk belajar agama Islam, orang sesat mendapat hidayah untuk mengikuti al-haq, Alloh Ta'ala berkata:
{وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا وَإِنَّ اللَّهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِينَ} [العنكبوت: 69].
"Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhoan) Kami, benar-benar akan Kami beri hidayah kepada mereka ke jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Alloh benar-benar bersama orang-orang yang berbuat kebaikan". (Al-'Ankabut: 69).
Tidak perlu jauh-jauh, dahulu di Ambon tidak ada da'wah Ahlissunnah wal Jama'ah, dengan sebab adanya jihad masuklah da'wah Ahlissunnah wal Jama'ah di sana.
Tidaklah penulis buku "Mereka Adalah Teris" (ya'ni Luqman bin Muhammad Ba'abduh) mengatakan seperti itu, melainkan supaya mencari muka dan mencari pengikut, kalau dia masih meyakini ucapannya seperti itu pada zaman ini, maka sungguh dia menutupi dirinya kalau dia tidak ingin berjihad, oleh karena itu dia menyatakan "orang bodoh" jangan diajak berjihad, tujuannya supaya dia tidak ikut berjihad karena dia bodoh. Dan kenyataan yang ada demikian adanya, murid-muridnya diperintahkan untuk pergi dari Dammaj, dengan memberikan alasan di Dammaj perang, atau kalau ada yang mau ke Dammaj mereka melarangnya, diantara alasan mereka karena di Dammaj ada perang.
Setelah itu mereka memerintahkannya untuk ke Ma'bar, sehingga merekapun di Ma'bar bersatu padu di atas aqidah yang sesat, mereka mengakui bahwasanya orang-orang yang menyerang atau yang memerangi Dammaj (ya'ni Rofidhoh) adalah saudara mereka seagama, merekapun beraqidah seperti aqidahnya Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy yang sesat.

Soal:
Arifin Liang asal Ambon menjelek-jelekkan Dammaj bahwasanya di Dammaj berpemikiran Haddadiy.
Jawaban:
Itulah dia salah satu hasil didikan Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy, dia awalnya di Dammaj, kemudian kabur dari Dammaj dan belajar di Ma'bar, ketika pulang dari Ma'bar dan sampai di Ambon diapun berkomentar miring, jadi mereka terus berupaya bagaimana caranya menjatuhkan Dammaj?, Syi'ah-Rofidhoh juga berusaha bagaimana menghancurkan Dammaj?.
Kaum muslimin merasa kasihan dengan Dammaj karena terus menerus diperangi oleh Syi'ah-Rofidhoh, namun mereka (Luqman bin Muhammad Ba'abduh dan jaringannya berikut pula Arifin Liang Al-Amboniy ini) tidak ada belas kasihan, padahal sebelumnya mereka hidup dan belajar di Dammaj namun sekarang mereka ikut menyerang Dammaj dengan pemikiran-pemikiran rusak mereka, mereka seide dan secita-cita dengan Syi'ah-Rofidhoh bagaimana caranya biar Dammaj hancur atau rusak namanya di hadapan umat manusia?:
{وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ} [الأنعام: 112].
"Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaithon-syaithon (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau Robbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan". (Al-An'am: 112).
{وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ} [آل عمران: 54].
"Mereka membuat tipu daya, dan Alloh membalas tipu daya mereka itu. Dan Alloh adalah Sebaik-baik pembalas tipu daya". (Ali Imron: 54).
Dan tampak tipu daya mereka dalam seide dengan Syi'ah-Rofidhoh adalah untuk menghancurkan Dammaj, ketika Asy-Syaikh Abu Hatim Sa'id Da'as Al-Yafi'iy Rohimahulloh dibunuh oleh Rofidhoh maka mereka yang berada di Ma'bar berkata: "Dia mati karena didoakan oleh Syaikh kami Ali Ar-Rozihiy". Yang lainnya lagi berkata: "Orang-orang Dammaj diazab karena mereka menjarh para masyayikh", dan berbagai komentar lainnya yang secara jelas menampakan kesamaan ide dan tujuan dengan Syi'ah-Rofidhoh yaitu upaya untuk menjatuhkan dan mencelakakan Ahlissunnah dan seluruh kaum muslimin yang berada di Dammaj.

Soal:
Ada seorang ibu sangat sedih karena anaknya ada di Dammaj, ia akan hilang sedihnya kalau anaknya sudah pulang dari Dammaj. Apa yang perlu kita nasehatkan kepada ibu tersebut?.
Jawaban:
Sampaikan kepadanya untuk banyak-banyak berdoa, doakan semoga kalau anaknya selamat dan pulang ke Indonesia bisa berguna untuk agama dan kaum muslimin, dan kalau mati di Dammaj semoga mati syahid.
Merupakan salah satu ciri seorang mu'min adalah merasa sedih bila mu'min lainnya mendapatkan musibah, sama saja yang mendapatkan musibah adalah anaknya ataupun orang lain, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«تَرَى المُؤْمِنِينَ فِي تَرَاحُمِهِمْ وَتَوَادِّهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ، كَمَثَلِ الجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى عُضْوًا تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ جَسَدِهِ بِالسَّهَرِ وَالحُمَّى».
"Kamu melihat orang-orang yang beriman dalam kasih sayang mereka, rasa cinta mereka dan tolong menolong sesama mereka seperti satu tubuh, jika salah satu anggota tubuhnya kesakitan maka seluruh tubuh ikut merasakan tidak bisa tidur dan ikut merasakan demam". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari hadits An-Nu'man bin Basyir.
Adapun saudara-saudari kita di zaman ini –semoga Alloh memperbaiki keadaan mereka- bila orang mu'min yang bukan anaknya atau bukan saudaranya mendapatkan musibah maka dengan enteng lisan mereka terucap: "Yang penting tidak ada anakku, yang penting anakku sudah tidak disana":
«لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ، حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ».
"Tidak sempurnah keimanan salah seorang diantara kalian sampai dia mencintai saudaranya sebagaimana dia mencintai dirinya sendiri". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Anas bin Malik. Allohul Musta'an.
وصَلَّى اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم.



 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar