Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Kesabaran Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan Para Sahabatnya


KESABARAN ROSULULLOH SHOLLALLOHU 'ALAIAHI WA SALLAM
DAN PARA SHOHABATNYA

Ditulis Oleh:
Abu Muhammad Anas bin Salim Al-Limboriy
'Afallohu 'Anhu


Diberi Catatan Kaki Oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
'Afallohu 'Anhu




KATA PENGANTAR
(ABU AHMAD MUHAMMAD BIN SALIM AL-LIMBORIY)

بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Ini merupakan salah satu tulisan dari saudara kami Abu Muhammad Anas bin Salim Al-Limboriy 'Afallohu 'Anhu, yang termasuk salah satu bagian dari tulisannya yang berjudul "SABAR DARI SEGALA COBAAN DAN MAKAR".

Beliau menulis tulisan ini sebagai bentuk nasehat untuk saudara-saudarinya, masya Alloh beliau bisa menulis di tengah-tengah kesibukannya dalam menuntut ilmu dan berjihad di jalan Alloh dalam melawan kaum kafir Rofidhoh.
Semoga Alloh Ta'ala menjadikan tulisan ini bermanfaat untuknya dan untuk kedua orang tuanya, saudara-saudarinya dan siapa saja yang menginginkan kebaikan.

Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Pada hari Senin 9 Dzul Hijjah 1434
Di Darul Hadits Dammaj-Yaman


MENGENAL ROSULULLOH MUHAMMAD SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam adalah manusia paling utama secara mutlak, dan ujian baginya paling besar, bahkan dua kali lipatnya daripada manusia selainnya, akan tetapi balasannya dilipatgandakan.
Beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam ditinggal mati oleh ayahnya ketika beliau masih di dalam kandungan ibunya. Dan ibunya meninggal ketika beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berumur 6 (enam) tahun, oleh karena inilah Alloh Ta'ala berkata:
{أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَى} [الضحى: 6].
"Bukankah dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu dia melindungimu?". (Adh-Dhuha: 6).
Dan beliau hidup bersama ibunya hanya 2 (dua) tahun setelah dipelihara oleh Halimah As-Sa'diyyah, setelah beliau berumur 6 (enam) tahun ibunyapun meninggal, kemudian beliau menjadi anak yatim, beliau hidup dengan tanpa ayah dan tanpa ibu.
Setelah itu beliau dipelihara oleh kakeknya yang menggantikan posisi ayah dan ibunya, kakeknya sangat menyayangi dan mengasihi beliau, setelah beliau berumur 8 (delapan) tahun, kakeknya meninggal dunia. Beliaupun dipelihara oleh pamannya dengan mencurahkan kecintaan, kasih sayang dan pembelaan kepadanya hingga beliau diutus sebagai seorang Rosul[1].
Maka dari sini sepantasnya bagi seorang kakek untuk memperhatikan cucunya, apalagi kalau cucunya tidak memiliki orang tua, begitu pula seorang paman yang memiliki anak-anak saudaranya untuk memperhatikan anak-anak saudaranya[2].

ROSULULLOH SHOLLALLOHU 'ALAIHI WA SALLAM DIANGKAT SEBAGAI NABI DAN DIUTUS SEBAGAI ROSUL
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam diutus sebagai rosul dengan turunnya surat Al-Mudatsir (1-7)[3].
Ketika beliau sudah diutus sebagai rosul, beliau diperintah untuk bersabar, karena beliau akan berhadapan dengan manusia yang berbagai macam, begitu pula gangguan untuknya.
Beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berda'wah tidak diterima, kemudian beliau keluar da'wah ke Thoif, beliau juga tidak diterima di sana, bahkan beliau dilempari hingga wajahnya berdarah dan kedua tangannya mengusap darah di wajahnya.
Dari Abu Abdirrohman Abdulloh bin Mas'ud Rodhiyallohu 'Anhu, beliau berkata:
"كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَحْكِي نَبِيًّا مِنَ الأَنْبِيَاءِ، ضَرَبَهُ قَوْمُهُ فَأَدْمَوْهُ، وَهُوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ وَيَقُولُ: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ»".
"Seakan-akan aku melihat kepada Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam menghikayatkan seorang nabi dari para nabi, yang kaumnya telah memukulnya, lalu mereka mendarahinya, dan dia mengusap darah dari wajahnya sambil berkata: "Ya Alloh, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim.
Sebagaimana pula ketika Aisyah bertanya kepadanya pada pristiwa Uhud tentang ujian yang paling besar menimpanya, beliau menjawab seperti hadits tersebut di atas. Padahal para malaikat penjaga gunung telah menawarkan untuk mengazab kaumnya, akan tetapi beliau memilih untuk bersabar dan berharap kepada Alloh Ta'ala untuk menjadikan keturunan (kaumnya menerima da'wahnya).
Beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam adalah nabi yang sangat menginginkan kebaikan kepada umatnya dan beliau sangat penyayang kepada umatnya, Alloh Ta'ala berkata:
{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ} [التوبة: 128].
"Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rosul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, sangat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang beriman". (At-Taubah: 128).
Orang-orang kafir sangat berusaha untuk membunuhnya dan menghinanya dengan berbagai penghinaan, sehingga beliau hijroh dari mereka dalam keadaan sembunyi-sembunyi, sebagaimana Alloh Ta'ala berkata:
{إِلَّا تَنْصُرُوهُ فَقَدْ نَصَرَهُ اللَّهُ إِذْ أَخْرَجَهُ الَّذِينَ كَفَرُوا ثَانِيَ اثْنَيْنِ إِذْ هُمَا فِي الْغَارِ إِذْ يَقُولُ لِصَاحِبِهِ لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا فَأَنْزَلَ اللَّهُ سَكِينَتَهُ عَلَيْهِ وَأَيَّدَهُ بِجُنُودٍ لَمْ تَرَوْهَا وَجَعَلَ كَلِمَةَ الَّذِينَ كَفَرُوا السُّفْلَى وَكَلِمَةُ اللَّهِ هِيَ الْعُلْيَا وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ} [التوبة: 40].
"Jikalau kalian tidak menolongnya (Rosululloh) maka sesungguhnya Alloh telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua, di waktu dia berkata kepada shohabatnya: "Janganlah kamu bersedih, sesungguhnya Alloh bersama kita". Maka Alloh menurunkan ketenangan-Nya kepada (Rosululloh) dan membantunya dengan tentara yang kalian tidak melihatnya, dan Dia menjadikan kalimat orang-orang kafir itu rendah, dan kalimat Alloh itulah yang tinggi. Dan Alloh adalah Al-'Aziz (Maha Perkasa) lagi Al-Hakim (Maha Bijaksana)". (At-Taubah: 40).
Begitu pula siksaan terhadap orang-orang yang beriman kepadanya dari kalangan para shohabat, seperti Khobbab seorang hamba sahaya, disiksa dengan dibentangkan di atas bara api, bara api tidak mati melainkan karena terkena keringat badannya yang berjatuhan, beliau disiksa hanya sebab karena beriman kepada Alloh dan Rosul-Nya, begitu pula para shohabat yang lainnya mendapatkan siksaan yang keras dan bermacam-macam.
Mereka para shohabat datang kepada Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam mengadukan hal mereka, dan mereka berkata: "Kapan pertolongan Alloh datang kepada kita?", sebagaimana dalam hadits Khobbab, beliau berkata:
"أَتَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُوَ مُتَوَسِّدٌ بُرْدَةً، وَهُوَ فِي ظِلِّ الكَعْبَةِ وَقَدْ لَقِينَا مِنَ المُشْرِكِينَ شِدَّةً، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَلاَ تَدْعُو اللَّهَ، فَقَعَدَ وَهُوَ مُحْمَرٌّ وَجْهُهُ، فَقَالَ: «لَقَدْ كَانَ مَنْ قَبْلَكُمْ لَيُمْشَطُ بِمِشَاطِ الحَدِيدِ، مَا دُونَ عِظَامِهِ مِنْ لَحْمٍ أَوْ عَصَبٍ، مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ، وَيُوضَعُ المِنْشَارُ عَلَى مَفْرِقِ رَأْسِهِ، فَيُشَقُّ بِاثْنَيْنِ مَا يَصْرِفُهُ ذَلِكَ عَنْ دِينِهِ، وَلَيُتِمَّنَّ اللَّهُ هَذَا الأَمْرَ حَتَّى يَسِيرَ الرَّاكِبُ مِنْ صَنْعَاءَ إِلَى حَضْرَمَوْتَ، مَا يَخَافُ إِلَّا اللَّهَ»".
"Aku datang kepada Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan beliau mengenakan burdah (untuk bersandar), dan beliau di bawah naungan Ka'bah, dan sungguh kami telah mendapatkan perlakukan kekerasaan dari kaum musyrikin, maka aku katakan: "Wahai Rosululloh, tidakkah engkau berdoa kepada Alloh, maka beliau duduk dan beliau memerah wajahnya", lalu  berkata: "Sungguh dahulu ada orang sebelum kalian dia disisir dengan sisir dari besi, apa yang ada pada tulangnya dari daging atau kulitnya (terpotong), tidaklah yang demikian itu memalingkannya dari agamanya, dan diletakan gergaji di atas kepalanya, lalu dibelah menjadi dua, tidaklah demikian itu memalingkannya dari agamanya, dan sungguh Alloh akan menyempurnakan perkara (agama) ini sampai seseorang yang berkendaraan berjalan dari Shon'ah ke Hadromaut, tidaklah dia takut melainkan hanya kepada Alloh". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy[4].    
Dan juga perkataan Alloh Ta'ala:
{لَقَدْ تَابَ اللَّهُ عَلَى النَّبِيِّ وَالْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ الَّذِينَ اتَّبَعُوهُ فِي سَاعَةِ الْعُسْرَةِ مِنْ بَعْدِ مَا كَادَ يَزِيغُ قُلُوبُ فَرِيقٍ مِنْهُمْ ثُمَّ تَابَ عَلَيْهِمْ إِنَّهُ بِهِمْ رَءُوفٌ رَحِيمٌ} [التوبة: 117].
"Sungguh Alloh telah menerima taubat Nabi, orang-orang Muhajirin dan orang-orang Anshar yang mengikuti Nabi dalam masa kesulitan, setelah hati segolongan dari mereka hampir berpaling, kemudian Alloh menerima taubat mereka itu. Sesungguhnya Alloh terhadap mereka adalah Ar-Rouf (Maha Pengasih) lagi Ar-Rohim (Maha Penyayang)". (At-Taubah: 117).
Begitulah keadaan Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam dan para shohabatnya Rodhiyallohu 'Anhum, dan juga akan senantiasa ada sekelompok dari umat Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam yang selalu menampakan kebenaran dan mereka benar-benar mengikuti jalan Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, tidak memudhoratkan mereka orang yang menyelisihi mereka, dan mereka terus akan ada sampai hari kiamat, sebagaimana perkataan Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam:
«مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ، وَإِنَّمَا أَنَا قَاسِمٌ وَاللَّهُ يُعْطِي، وَلَنْ تَزَالَ هَذِهِ الأُمَّةُ قَائِمَةً عَلَى أَمْرِ اللَّهِ، لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ».
"Barangsiapa yang Alloh inginkan kebaikan kepadanya maka dia fahamkan kepadanya perkara agama, dan sesungguhnya aku adalah yang membagi dan Alloh adalah pemberi, akan senantiasa ada pada umat ini (sekelompok) yang mereka tegak di atas perintahnya Alloh, tidak memudhoratkan mereka orang yang menyelisihi mereka sampai datang perkaranya Alloh". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dan Muslim dari Mu'awiyyah.
Wahai saudaraku Ahlassunnah As-Salafiyyin bersabarlah kalian sebagaimana kesabaran para salaf (pendahulu) kita.
Sekarang kita melihat bahwa pusat Ahlissunnah adalah di Dammaj-Yaman, ujiannyapun paling besar, mereka orang-orang kafir dan ahlul bid'ah sangat berusaha dengan membuat berbagai cara untuk menghancurkan Dammaj, entah dengan diperangi, dihishor dan ditebarkan syubhat-syubhat terhadapnya dan yang lainnya dari apa yang mereka upayakan, Insya Alloh semua usaha mereka itu tidak akan berhasil, semoga Alloh menjaga Ahlussunnah di tempat ini (ya'ni Dammaj) dan seluruh Ahlussunnah dimanapun mereka berada.

MEMBUTUHKAN KESABARAN PADA SEMUA KEADAAN
Kesabaran itu dibutuhkan pada semua keadaan, entah sabar dalam beribadah, sabar atas meninggalkan kema'siatan, sabar dalam berda'wah, sabar dalam berkeluarga, sabar dalam mendidik anak-anak, sabar dalam menghadapi penghinaan dari masyarakat dan sabar ketika sakit serta sabar ketika ditinggal mati oleh orang yang dicintai.

MACAM-MACAM UJIAN YANG ALLOH BERIKAN
Ujian Alloh itu bermacam-macam, diantaranya Alloh akan menguji hamba-hamba-Nya dengan mewafatkan orang yang dicintai, Alloh Ta'ala berkata:
{وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِنَ الْخَوْفِ وَالْجُوعِ وَنَقْصٍ مِنَ الْأَمْوَالِ وَالْأَنْفُسِ وَالثَّمَرَاتِ وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ} [البقرة: 155-157].
"Dan sungguh Kami akan berikan ujian kepada kalian dengan sesuatu yang menakutkan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan, dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang bersabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Sesungguhnya kami adalah milik Alloh dan sesungguhnya kami akan kembali kepada-Nya". Mereka itulah yang mendapat sholawat-sholawat dari Robb mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk". (Al-Baqoroh: 155-157).
Dan bahwasanya setiap yang bernyawa pasti akan mati, Alloh Ta'ala berkata:
{كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ} [آل عمران: 185].
"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati". (Ali Imron: 185).
Dan Alloh Ta'ala berkata:
{إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَ وَيَعْلَمُ مَا فِي الْأَرْحَامِ وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ مَاذَا تَكْسِبُ غَدًا وَمَا تَدْرِي نَفْسٌ بِأَيِّ أَرْضٍ تَمُوتُ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ} [لقمان: 34].
"Sesungguhnya Alloh, hanya pada sisi-Nya sajalah pengetahuan tentang hari kiamat; dan Dia-lah yang menurunkan hujan, dan mengetahui apa yang ada di dalam rohim. Dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui apa yang akan diusahakannya besok. Dan tidak seorangpun yang dapat mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Alloh adalah Al-'Alim (Maha Mengetahui) lagi Al-Khobir (Maha Mengenal)". (Luqman: 34).
Ini menunjukan bahwa kehidupan dunia akan lenyap dan tidak akan kekal. Dunia adalah tempat ujian, dia bagaikan penjara bagi orang yang beriman, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ، وَجَنَّةُ الْكَافِرِ».
"Dunia adalah penjaranya orang yang beriman dan surganya orang yang kafir". Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Huroiroh.
Kehidupan dunia itu bagaikan seperti orang yang safar kemudian singgah di suatu tempat, dia bersitrahat untuk mempersiapkan bekal melanjutkan perjalanannya yang dia tujui.
Ini menunjukan bahwa seseorang akan masuk Jannah (Surga) mengharuskannya untuk berusaha keras.
Syaikhuna An-Nashihul Amin Hafizhohulloh sering menasehatkan murid-muridnya untuk bersabar, ini juga terjadi ketika saudara-saudara kita dari Ma'bar (yang mereka bukan dari para hizbiyyun pengikut Muhammad Al-Imam), mereka berziaroh di tempat ini (ya'ni Dammaj) karena jumlah Ahlussunnah di Ma'bar sedikit dan hizbiyyun lebih banyak (di tempat Muhammad Al-Imam), maka Syaikhuna menasehatkan pada kajian setelah Ashar bertepatan dengan hari Jum'at, diantara nasehatnya:
"Bersabarlah kalian, karena membela al-haq atau membawa al-haq atau mengikuti al-haq adalah pahit, Jannah (surga) di kelilingi oleh perkara yang tidak disenangi (sengsara atau pahit) dan neraka dikelilingi oleh perkara-perkara yang disenangi oleh hawa nafsu".
Demikian tulisan yang singkat ini, semoga bermanfaat.
ونسأل الله عز وجل أن يوفقنا وجميع المسلمين للهداية والسداد، وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه.




[1] Ayah beliau bernama Abdulloh bin Abdil Muthollib, ibu beliau bernama Aminah bintu Wahb, kakek beliau adalah Abdul Muthollib dan paman beliau adalah Abu Tholib.
Apa yang disebutkan oleh penulis dan apa yang kami sebutkan ini telah dijelaskan oleh Ibnu Katsir Rohimahulloh di dalam tafsirnya, ketika beliau menjelaskan perkataan Alloh Ta'ala dalam surat Adh-Dhuha' ayat (6). 
[2]  Hendaknya bagi seseorang benar-benar memperhatikan cucunya atau anak saudaranya, lebih-lebih kalau dia adalah anak yatim, karena memelihara anak yatim memiliki keutamaan yang sangat besar, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ كَهَاتَيْنِ فِي الْجَنَّةِ».
"Aku dan orang yang memelihara anak yatim seperti kedua ini di dalam Jannah". Hadits ini shohih, diriwayatkan oleh Abu Dawud dari hadits Sahl. Dan Muslim meriwayatkan di dalam "Shohih"nya dari hadits Abu Huroiroh, dengan lafazh:
«كَافِلُ الْيَتِيمِ لَهُ أَوْ لِغَيْرِهِ أَنَا وَهُوَ كَهَاتَيْنِ فِي الْجَنَّةِ» وَأَشَارَ بِالسَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى.
"Orang yang memelihara anak yatim baginya atau bagi selainnya, aku dan dia seperti dua jari ini di dalam Jannah". Dan beliau memberi isyarat dengan jari telunjuk dan jari tengah.
[3]  Sebelum beliau diutus sebagai seorang rosul, terlebih dahulu beliau diangkat sebagai nabi, dengan diturunkan surat Al-'Alaq ayat (1-5), dan ketika itu beliau berada di gua Hiro.
[4] Bila kita melihat kepada saudara-saudari kita di zaman ini, maka belum kita dapatkan ujian sebagaimana yang dialami oleh para shohabat dan umat terdahulu, saudara-saudari kita di zaman ini baru diuji dengan perkataan keras, celaan dan cercaan sudah "loyo", putus asa dan bahkan Na'udzu Billah sampai melepaskan aqidah dan manhajnya, keluar dari ketaatan kepada Alloh dan Rosul-Nya padahal baru mendapatkan tekanan dan gangguan yang jauh lebih ringan bila dibandingkan umat terdahulu. Allohul Musta'an.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar