KATA
PENGANTAR
(ABU AHMAD MUHAMMAD BIN SALIM AL-LIMBORIY)
بِسم الله
الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه،
وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ،
وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Ini adalah salah satu dari tulisan saudara kami yang
mulia Abul 'Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy Rohimahulloh wa Askanahu
Jannatal Firdausil A'la' yang kami salin dari buku induknya "URGENSI
TAUHID DALAM PENEGAKAN SYARI'AT ISLAM". Beliau Rohimahulloh telah
memberi judul pada sub pembahasan tersendiri dengan judul "Hubungan
Antara Tauhid dengan Syari'at".
Semoga Alloh 'Azza wa Jalla menjadikan apa
yang beliau tulis ini bermanfaat untuk dirinya, putra-putrinya,
saudara-saudarinya dan keluarganya serta siapa saja yang menginginkan kebaikan,
yang beliau Rohimahulloh telah mendahului mereka:
{رَبَّنَا
اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا
تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ
رَحِيمٌ} [الحشر: 10].
"Ya Robb kami, ampunilah
kami dan saudara-saudara kami yang telah mendahului kami dalam keimanan, dan
janganlah Engkau menjadikan kedengkian di dalam hati kami kepada orang-orang
yang beriman; Ya Robb kami, sesungguhnya Engkau adalah Ar-Ro'uf (Maha
Penyantun) lagi Ar-Rohim (Maha Penyayang)". (Al-Hasyr: 10).
Ditulis
oleh:
Abu
Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
'Afallohu
'Anhu
Di
Darul Hadits Dammaj-Yaman
Pada
hari Jum'at 28 Dzul Qo'dah 1434
AGAMA
ISLAM ADALAH AQIDAH DAN SYARI'AT
Adapun
yang dimaksud dengan aqidah adalah setiap perkara yang dibenarkan oleh jiwa,
yang dengannya hati menjadi tentram, serta menjadi keyakinan bagi para
pemeluknya, tidak ada keraguan dan kebimbangan di dalamnya.
Sedangkan
yang dimaksud dengan syari'at adalah tugas-tugas suatu pekerjaan yang
dibebankan oleh Islam seperti sholat, zakat, puasa, berbakti kepada kedua orang
tua dan yang lainnya.
Antara
aqidah dan syari'at tidaklah bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya,
jikalau tidak ada kedua-duanya atau satu diantaranya berdiri sendiri maka
tidaklah dia dinamakan Islam.
Aqidah
atau keyakinan yang di dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah sering disebut dengan iman,
yang berarti persaksian bahwa hanya Alloh Subhanhu wa Ta'ala yang berhak
disembah dan Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam adalah Rosululloh
(utusan Alloh), ini dirumuskan di dalam dua kalimat syahadat, yaitu kalimat
yang menempati posisi sentral dalam setiap kedudukan, tindakan dan pemikiran
setiap muslim.
Sedangkan
syari'at atau yang sering dikenal dengan amal sholih merupakan suatu bukti atau
tanda dari keyakinan seseorang atau dengan kata lain sebagai manifestasi dari
apa-apa yang dia yakini tersebut.
Di
dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah kata "iman" dan "amal sholih"
selalu digandengkan penyebutannya, ini menunjukan bahwa antara keduanya tidak
dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, contohnya di dalam Al-Qur'an,
Alloh Subhanhu wa Ta'ala menyebutkan kata "iman" dan
"amal sholih" terdapat pada beberapa surat diantaranya:
{وَالْعَصْرِ
* إِنَّ
الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ *
إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ} [العصر: 1-3].
"Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam
kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran".
(Al-'Ashr: 1-3).
Di
dalam surat ini Alloh Subhanahu wa Ta'ala menggandengkan penyebutan kata
"iman" dan "amal sholih". Dan dijelaskan oleh para ulama
bahwa surat ini menjelaskan tentang sifat-sifat atau tanda-tanda orang yang
beruntung, sebagaimana yang dijelaskan oleh Muhammad bin Sholih Al-Utsaimin Rohimahulloh,
bahwa:
"أقسم
الله عز وجل في هذه الصورة بالعصر الذي هو الدهر وهو محل الحوادث من خير وشر،
فاقسم الله عز وجل به على أن الإنسان كل الإنسان في خسر إلا من أتصف بهذه الصفات
الأربع: الإيمان، والعمل الصالح، والتواصي بالحق، والتوصي بالصبر".
"Alloh 'Azza wa Jalla bersumpah dengan masa
yaitu waktu, yang dia adalah tempat (ruang) segala kejadian; yang baik maupun
yang buruk, Alloh 'Azza wa Jalla bersumpah dengannya, bahwasanya manusia
seluruhnya akan merugi kecuali mereka yang tersifati dengan sifat-sifat yang
empat ini: iman, beramal sholih, nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran
dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran".
Dengan
keterangan ini maka jelaslah bagi kita, bahwa seseorang akan beruntung apabila
dia dalam keadaan beriman dan beramal sholih, ya'ni dia meyakini di dalam
hatinya bahwa tidak ada sesembahan yang haq (benar) kecuali Alloh dan Muhammad
adalah Rosul-Nya, dan mengikrarkan keyakinan itu dengan lisannya, kemudian dia
membuktikan keyakinannya tersebut dengan melaksanakan perintah Alloh Subhanhu
wa Ta'ala dan perintah Rosul-Nya, dan meninggalkan segala larangan-Nya atau
yang lebih dikenal dengan "amal sholih".
Alloh
Subhanahu wa Ta'ala berkata:
{وَعَدَ
اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنْكُمْ وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ
لَيَسْتَخْلِفَنَّهُمْ فِي الْأَرْض} [النور: 55]
"Dan Alloh telah menjanjikan kepada orang-orang yang
beriman di antara kalian dan orang-orang yang mengerjakan amal-amal yang sholih
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi". (An-Nur: 55).
Ayat
tersebut menjelaskan kepada kita bahwa Alloh Subhanahu wa Ta'ala akan
memberikan kemenangan dan kekuasaan di muka bumi, hanyalah kepada orang-orang
yang beriman dan beramal sholih. Sehingga dapat difahami bahwa kemenangan dan
kekuasaan di muka bumi ini, hanyalah Alloh Subhanahu wa Ta'ala akan
anugerahkan dan berikan kepada mereka yang memiliki keimanan dan mengerjakan
amal sholih, jika salah satu keduanya tidak dimiliki maka malapetaka dan
kehancuran yang hanya akan diperoleh.
Kemudian
Alloh Subhanahu wa Ta'ala berkata:
{وَالَّذِينَ
آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ سَنُدْخِلُهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا
الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا} [النساء: 57]
"Dan orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal-amal yang sholih, kelak akan Kami masukkan mereka
ke dalam Jannah (Surga) yang di dalamnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal
di dalamnya selama-lamanya". (An-Nisa': 57).
Pada ayat ini Alloh Subhanahu wa
Ta'ala menjelaskan kepada kita bahwa Jannah (Surga) di dalamnya penuh
dengan berbagai macam keni'matan-keni'matan, yang dia merupakan tempat yang
khusus disediakan oleh Alloh Subhanahu wa Ta'ala untuk hamba-hamba-Nya
yang beriman dan beramal sholih, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya.
Sedangkan orang yang kufur dan orang yang melakukan kema'siatan maka tempat
kembali mereka adalah Nar (Neraka) yang di dalamnya penuh dengan berbagai macam
siksaan dan azab, yang sangat pedih dan sangat dahsyat.
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa
Sallam melalui hadits-hadits yang shohih juga menjelaskan tentang hubungan
antara tauhid dengan syari'at atau dengan kata lain hubungan antara iman dan
amal sholih, yang tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya,
sebagaimana dijelaskan di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dari
hadits Abdulloh bin 'Umar Rodhiyallohu 'Anhuma bahwa Rosululloh Shollallohu
Alaihi wa Sallam berkata:
«أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ
إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ، وَيُقِيمُوا
الصَّلاَةَ، وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ، فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي
دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الإِسْلاَمِ، وَحِسَابُهُمْ عَلَى
اللَّهِ»
"Aku diperintah untuk
memerangi umat manusia sampai mereka bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang
benar melainkan Alloh, dan bahwasanya Muhammad adalah utusan Alloh, sampai mereka
menegakan sholat, menunaikan zakat, jika mereka telah melakukan demikian itu
maka terjaga dariku darah-darah mereka, harta-harta mereka kecuali dengan
al-haq (kebenaran), dan atas Alloh perhitungan mereka".
Hadits ini mengandung ma'na bahwa Islam
memerangi kaum musyrikin sampai mereka masuk Islam, dan tanda mereka masuk
Islam adalah dengan mengucapkan dua kalimat syahadat yaitu tidak ada sesembahan
yang haq (benar) melainkan Alloh dan Muhammad adalah Rosul-Nya, mendirikan
sholat, menunaikan zakat serta melaksanakan rukun-rukun Islam yang lainnya.
Ibnu Daqiqil 'Ied Rohimahulloh berkata:
"وأما معاني هذا الحديث فقال العلماء بالسير: لما توفي رسول
الله صلى الله عليه وسلم واستُخلف أبو بكر الصديق رضي الله عنه بعده وكفر من كفر
من العرب عزم أبو بكر على قتالهم، وكان منهم من منع الزكاة ولم يكفر وتأول في ذلك
فقال له عمر رضي الله عنه: كيف تقاتل الناس وقد قالوا لا إله إلى الله وقد قال
رسول الله صلى الله عليه وسلم: "أمرت أن أقاتل الناس حتى يقولوا لا إله إلى
الله"؟ إلى آخر الحديث فقال الصديق: إن الزكاة حق المال وقال: والله لو
منعوني عناقا - وفي رواية: عقالا - كانوا يؤدونه إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم
لقاتلهم على منعه فتابعه عمر على قتال القوم".
"Dan adapun ma'na-ma'na
hadits ini maka ulama telah berkata terhadap sejarahnya: Tatkala Rosululloh Shollallohu
'Alaihi wa Sallam meninggal dunia dan diganti setelahnya oleh Abu Bakr
Ash-Shiddiq Rodhiyallohu 'Anhu maka kafirlah orang yang kafir dari
kalangan Arob, Abu Bakr membulatkan tekadnya untuk memerangi mereka, diantara
mereka ada yang tidak mau membayar zakat dan tidak dikafirkan, dengan beliau
(memerangi mereka) dengan penafsirkan hadits ini, maka Umar Rodhiyallohu
'Anhu berkata: "Bagaimana engkau akan memerangi mereka padahal mereka
telah mengucapkan "La Ilaha Illalloh", dan sungguh Nabi Shollallohu
'Alaihi wa Sallam telah berkata: "Aku diperintah untuk memerangi
manusia sampai mereka mengatakan La Ilaha Illalloh"? sampai pada akhir
hadits, maka berkata Ash-Shiddiq kepadanya: "Sesungguhnya zakat adalah
haknya harta", dan beliau berkata: "Demi Alloh kalaulah mereka
mencegah dariku untuk memberikan anak kambing" –dan di dalam suatu
riwayat- "tali ikat kambing, yang dahulunya mereka berikan kepada Rosululloh
Shollallohu 'Alaihi wa Sallam maka sungguh aku akan memerangi mereka
karena pencegahannya mereka", maka Umarpun mengikutinya dalam memerangi
kaum (yang tidak mengeluarkan zakat) itu".
Dengan penjelasan tersebut di atas
dapatlah difahami bahwa ketika seseorang telah mengakui dirinya sebagai seorang
muslim dengan mengucapkan persaksian bahwa tidak ada sesembahan yang benar
melainkan Alloh Subhanahu wa Ta'ala dan Muhammad adalah Rosul-Nya, maka
wajib baginya untuk membuktikan keislamannya di dalam kehidupannya sehari-hari,
ya'ni dengan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Alloh Subhanhu
wa Ta'ala.
Maka dari sini jelaslah bagi kita bahwa
ketika ada seseorang yang mengaku bahwa dia beriman kepada Alloh Subhanahu
wa Ta'ala akan tetapi dia tidak melaksanakan syari'at-Nya maka keimanannya
itu tidak akan bermanfaat baginya dan dia termasuk dari golongan orang-orang
yang paling celaka dan merugi baik di dunia maupun di akhirat, karena Alloh Subhanahu
wa Ta'ala menggolongkannya ke dalam golongan orang-orang yang kafir, zholim
dan fasiq, yang mendapatkan la'nat dan murkanya, sebagaimana yang Alloh Ta'ala
katakan:
{وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْكَافِرُونَ} [المائدة: 44].
"Dan barangsiapa yang
tidak berhukum dengan apa-apa yang telah Alloh turunkan maka mereka itu adalah
orang-orang yang kafir". (Al-Maidah: 44).
Dan di ayat yang lain Alloh Ta'ala
berkata:
{وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ
الظَّالِمُونَ} [المائدة: 45].
"Dan barangsiapa yang
tidak berhukum dengan apa-apa yang telah Alloh turunkan maka mereka itu adalah
orang-orang yang zholim". (Al-Maidah: 45).
Kemudian Alloh Subhanahu wa Ta'ala
juga berkata:
{وَمَنْ لَمْ يَحْكُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ فَأُولَئِكَ هُمُ
الْفَاسِقُونَ} [المائدة: 47].
"Dan barangsiapa yang
tidak berhukum dengan apa-apa yang telah Alloh turunkan maka mereka itu adalah
orang-orang yang fasiq". (Al-Maidah: 47).
Demikianlah Alloh Subhanahu wa Ta'ala
mengelompokan dan membagi orang-orang yang tidak melaksanakan perintah-Nya ke
dalam tiga kelompok yaitu: kafir, zholim dan fasiq.
Ibnu Abil 'Izz Al-Hanafiy Rohimahulloh
menjelaskan tentang perkara ini bahwa berhukum dengan selain yang Alloh Subhanahu
wa Ta'ala turunkan bisa menjadi kufur yang mengeluarkan dari agama dan juga
bisa menjadi ma'siat; dosa besar atau dosa kecil, dan hal ini tergantung pada
pelaku dosa tersebut, dimana kalau dia yakini bahwa berhukum dengan hukum
selain Alloh adalah tidak wajib bahkan dia boleh memilih berhukum dengannya
atau hukum-hukum selainnya, atau dia menghina hukum Alloh padahal dia tahu bahwa
itu adalah hukum Alloh maka dia merupakan kufur akbar (terbesar). Dan
kalau dia yakini bahwa berhukum dengan hukum Alloh itu adalah wajib dan dia
tahu tentang hal itu, namun kemudian dia berpaling dari hukum Alloh dalam
keadaan dia mengakui dengan itu dia telah melakukan dosa maka dia telah
berma'siat dan kufurnya dia adalah kufur asghor (kecil).
Ibnu Jauziy Rohimahulloh menjelaskan
masalah ini bahwa barangsiapa yang tidak berhukum dengan hukum Alloh Subhanahu
wa Ta'ala karena mengingkarinya padahal dia tahu bahwa Alloh Subhanahu
wa Ta'ala telah menurunkannya sebagaimana yang dilakukan oleh orang-orang
Yahudi dan Nasroni maka dia telah kafir, dan barangsiapa yang melakukannya
karena mengikuti hawa nafsu dengan tanpa mengingkari hukum Alloh maka dia
adalah seorang yang fasiq dan zholim.
Dan begitu sebaliknya, seseorang yang
beramal akan tetapi tidak sesuai dengan petunjuk Alloh Subhanahu wa Ta'ala
dan Rosul-Nya Muhammad Shollallohu 'Alaihi wa Sallam maka dia adalah
termasuk dari orang-orang yang merugi dan celaka, ya'ni orang yang beramal akan
tetapi keimanannya tidaklah benar, karena dia mencampur keimanannya itu dengan
noda-noda kesyirikan atau orang yang memiliki keimanan akan tetapi beramal
dengan amalan yang tidak ada petunjuknya dalam agama, sebagaimana Alloh Subhanahu
wa Ta'ala berkata:
{وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ}
[الأنعام: 88].
"Dan kalaulah mereka
berbuat kesyirikan maka sungguh lenyaplah dari mereka apa-apa yang mereka amalkan".
(Al-An'am: 88).
Dan Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa
Sallam menjelaskan di dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dari
'Aisyah, bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ، فَهُوَ
رَدٌّ».
"Barangsiapa yang
mengadakan perkara baru di dalam urusan (agama) kami ini, yang dia bukan
termasuk darinya maka dia tertolak".
Dan di dalam riwayat Al-Imam Muslim
disebutkan bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ».
"Barangsiapa melakukan
suatu amalan yang amalan tersebut bukan dari perkara (agama) kami maka dia
tertolak".
Dengan keterangan-keterangan tersebut di
atas, baik yang berupa ayat-ayat Al-Qur'an, hadits-hadits Rosululloh Shollallohu
'Alaihi wa Sallam maupun penjelasan para ulama maka jelaslah bahwa Islam
adalah iman dan amal, atau disebut pula dengan aqidah dan syari'ah, yang mana
keduanya tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya, karena aqidah
(iman) merupakan landasan agama sedangkan syari'ah (amal) sebagai system atau
strukturnya, bila salah satu dari keduanya hilang dari diri seseorang maka dia
tidak dapat dikatakan sebagai muslim. Sehingga dia termasuk orang yang merugi
dan celaka, dengan mendapatkan la'nat dan murka dari Alloh Subhanahu wa
Ta'ala, akan tetapi jika dia memiliki keduanya maka dia akan selamat dan
beruntung, karena dia mendapatkan ni'mat yang paling besar dari Alloh Subhanahu
wa Ta'ala, dan dia kelak di akhirat akan dikumpulkan bersama mereka yang
mendapatkan ni'mat Alloh Subhanahu wa Ta'ala ya'ni para nabi, shiddiqin
dan syuhada' serta sholihin, ini merupakan kemenangan yang sesungguhnya.
PENUTUP
(Abu Ahmad Muhammad bin Salim)
Apa yang beliau Rohimahulloh katakan
pada akhir ucapannya, ini berdasarkan perkataan Alloh Ta'ala:
{وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ
أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا *
ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا} [النساء: 69، 70].
"Dan barangsiapa yang mentaati
Alloh dan mentaati Rosul maka mereka itulah bersama orang-orang yang telah
Alloh beri ni'mat atas mereka; dari para nabi, siddiqin, syuhada' dan sholihin,
dan mereka itulah sebaik-baik teman". (An-Nisa': 69-70).
Dan Alloh Ta'ala juga berkata:
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ
رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ
النَّعِيمِ *
دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ
وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} [يونس: 9، 10].
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mereka
melakukan amal sholih (kebaikan) maka mereka akan diberi hidayah oleh Robb
mereka dengan sebab keimanan mereka, mengalir di bawah mereka sungai-sungai di
Jannah yang penuh dengan keni'matan, doa mereka adalah "Maha Suci Engkau
Ya Alloh di dalamnya adalah kesejahteraan" dan penutup doa mereka adalah
"Sesungguhnya pujian hanyalah untuk Alloh Robb semesta alam".
(Yunus: 9-10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar