Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

MENTAATI PEMERINTAH MUSLIM


MENTAATI PEMERINTAH MUSLIM
Saudara berkata:
بِسمِ اللهِ...،
Saya pernah mendengar seseorang bertanya kepada seorang ustadz Salafy tentang hukum pemerintah Indonesia, yaitu Pancasila dan UUD 45, apakah hukum tersebut termasuk hukum thoghut ataukah bisa dikatakan bagian dari hukum Islam? Maka ustadz tersebut tidak menjawab sama sekali, malah berpaling darinya, dengan sebab itu penanya tersebut jengkel dan menyimpulkan bahwa ustadz tersebut begitu pula dakwah salafiyyah di Indonesia sebenarnya seperti dakwah para pemberontak DI/TII karena mengingkari hukum Indonesia, dan mengkafirkan para pemerintah yang berada di bawah naungan hukum tersebut! Maka apa tanggapan ustadz tentang masalah tersebut? Apakah kesimpulan orang tersebut benar?

Abu Ahmad Muhammad Al-Limbory semoga Alloh mengampuninya berkata:
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله، والصلاة والسلام على رسول الله
أما بعد:
Apa yang telah disimpulkan oleh saudara kita tersebut tidaklah benar, karena sudah merupakan prinsip dan aqidah Ahlussunnah wal Jama'ah As-Salafiyyah adalah mentaati pemerintah muslim, sama saja pemerintah itu memenuhi syarat sebagai seorang pemimpin atau pun tidak memenuhi syarat maka tetap ditaati selama dia muslim dan memerintahkan kepada kebaikan, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى المَرْءِ المُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ، مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ، فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلاَ سَمْعَ وَلاَ طَاعَةَ»
"Mendengar dan taat (kepada pemerintah) adalah kewajiban atas setiap muslim terhadap apa yang dia sukai atau yang dia benci, selama dia (pemerintah) tidak memerintahkan kepada kemaksiatan, dan apabila dia memerintahkan kepada kemaksitan maka tidak boleh mendengar dan tidak boleh taat". Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhory dan Muslim di dalam "Ash-Shohihain" dari hadits Ubaidullah, dari Nafi', dari Ibnu 'Umar.
Dengan terang-terangan saya katakan bahwa hukum pemerintah kita di Indonesia bukan hukum Islam, namun perlu diketahui bahwa selama pemerintah kita TIDAK MENGANGGAP bahwa hukum tersebut LEBIH BAIK DARI PADA HUKUM ISLAM (AL-QUR'AN DAN AS-SUNNAH), dan selama pemerintah kita tersebut MASIH MUSLIM maka wajib bagi kita untuk mentaatinya dalam perkara kebaikan, walaupun dia zholim, kejam dan jahat tetap kita mentaatinya.
Kita bersyukur kepada Alloh (تعالى) karena pemerintah kita semoga Alloh memberikan hidayah kepada mereka dan membantu mereka dalam menjalankan kebaikan adalah pemerintah yang baik, mereka tidak memiliki sifat-sifat jelek seperti zholim, kejam dan jahat, mereka adalah pemerintah yang baik, mereka memberikan kebebasan untuk menyuarakan syi'ar-syi'ar Islam, sholat jama'ah diadakan, azan dikumandangkan, pengajian-pengajian dan dakwah terbuka, bahkan ada mentri agamanya dan dibentuk pula majelis ulamanya.
Kalaupun seandainya ada dari pemerintah yang zholim, merampas harta rakyat, menyiksa dan memerintahkan kepada kemungkaran, melegalkan kemaksiatan, tidak mengikuti sunnah-sunnah dan petunjuk-petunjuk Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) maka tidak boleh bagi setiap muslim untuk keluar dari ketaatan kepada mereka, tidak boleh berontak, dan tidak boleh menjelek-jelekan mereka, dan tidak boleh pula menumpahkan darah mereka, karena Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«سَتَكُونُ أَئِمَّةٌ لَا يَهْتَدُونَ بِهَدْيِي، وَلَا يَسْتَنُّونَ بِسُنَّتِي، وَسَتَكُونُ رِجَالٌ قُلُوبُهُمْ قُلُوبُ الشَّيَاطِينِ فِي أَجْسَادِ الْإِنْسِ».
"Akan ada nanti para pemimpin yang mereka tidak berpetunjuk dengan petunjukku, dan tidak bersunnah dengan sunnahku, dan akan ada para laki-laki yang hati-hati mereka adalah hati-hatinya syaithon dalam bentuk jasadnya manusia".
Hudzaifah semoga Alloh meridhoinya bertanya kepada beliau (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
كَيْفَ أَصْنَعُ إِنْ أَدْرَكَنِي ذَلِكَ؟
"Apa yang saya perbuat jika saya mendapati yang demikian itu?", maka Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) menjawab:
«تَسْمَعُ وَتُطِيعُ لِلْأَمِيرِ الْأَعْظَمِ، وَإِنْ ضَرَبَ ظَهْرَكَ، وَأَخَذَ مَالَكَ، فَاسْمَعْ وَأَطِعْ».
"Kamu mendengar dan mentaati pemimpin yang tertinggi (presiden/sulthon), walaupun dia memukul punggungmu, dan dia mengambil hartamu, maka kamu tetap mentaatinya".
Sekali lagi kita bersyukur kepada Alloh karena pemimpin kita tidak memiliki watak seperti itu, pemerintah kita memberikan kebebasan kepada kita dalam berdakwah, dan itu sudah merupakan kenikmatan tersendiri bagi kita, lebih-lebih kalau mereka mendukung dakwah kita maka tentu itu adalah kebaikan.

MENCARI KEJELASAN TENTANG BERITA

Akh berkata: Kalau ada orang membawakan perkataan atas namamu yang tidak kita dapatkan pada tulisan-tulisanmu atau kita tidak mendengarkan darimu apakah boleh langsung kita terima?

Abu Ahmad Muhammad Al-Limbory menjawab: Tidak boleh bagi kalian untuk langsung menerimanya, akan tetapi perlu mencari kejelasannya, ikuti petunjuk yang Alloh terangkan di dalam Al-Qur'an:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَنْ تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَا فَعَلْتُمْ نَادِمِينَ} [الحجرات: 6]
"Wahai orang-orang yang beriman, jika datang kepada kalian seseorang yang fasiq dengan membawa suatu berita maka carilah oleh kalian kejelasan(nya), supaya kamu tidak menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaan mereka, yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu". (Al-Hujarot: 6).
Sekali lagi jika ada yang membuat-buat perkataan lalu mengatasnamakan perkataan tersebut dari perkataan saya, yang saya tidak mengatakannya sama sekali maka saya katakan:
مَنْ كَذَبَ عَلَيَّ، فَقَاتَلَهُ اللهُ.
وبالله التوفيق، وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar