Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Ketidak Ridhoan Para Ulama

ketidak ridhoan para ulama
بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد لله، وأشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمدا عبد الله ورسوله. أما بعد:
Sambutan Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy ‘Afallohu ‘anhu
Termasuk dari sifat-sifat Ahlussunnah adalah bila tampak padanya al-haq maka dia langsung menerima, diantara mereka adalah Al-Imam Ibnul Utsaimin Rohmatulloh ‘alaih, pada awalnya beliau menganggap kamera tidak termasuk dari menggambar sebagaimana tersebar fatwanya sekaligus gambar beliau ketika menyampaikan ceramah di depan anak-anak pramuka.
Sebelum beliau meninggal, beliau pernah ke Madinah lalu mengisi ceramah, ada salah seorang ingin mengambil gambarnya lewat kamera maka beliau melarang hal demikian itu, beliau mengingkari dan bahkan beliau pernah menulis dengan tulisan tangannya tentang haromnya gambar makhluk bernyawa, sama saja lewat ukiran, lukisan, foto, kamera atau yang semisalnya.

Walaupun seperti itu keadaan para ulama namun ahlul ahwa’ dan orang-orang yang condong kepada kebatilan tetap akan menjadikan kesalahan fatwa ulama’ sebagai alasan untuk membenarkan kebatilan mereka, atau terkadang mereka mendukung kebatilan mereka dengan dalil-dalil mutasyabihat:
فأما الذين في قلوبهم زيغ فيتبعون ما تشابه منه ابتغاء الفتنة وابتغاء تأويله
“Adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyimpamgan maka mereka mengikuti apa-apa yang mutasyabihat padanya, untuk memunculkan fitnah dan mencari-cari ta’wilnya”.
Diantara mereka beralasan pula bahwa Asy-Syaikh Sholih Al-Fauzan ‘Afallohu ‘anhu muncul di Televisi, dan Alhamdulillah beliau telah menanggapi masalah ini, Jazallohu khoiron Al-Akh Sunniy Al-Batamiy yang telah menterjemahkan fatwa beliau:
فتوى الشيخ صالح الفوزان
Fatwa Asy-Syakh Fauzan Al-Fauzan
سؤال: في وجود العدد الكبير من القنوات الفضائية المنحرفة التي تجتهد وسعها في الإغواء, فهل تنصح فضيلتكم باقتناء قناة المجد؟
Pertanyaan:  Dengan adanya sejumlah besar dari cenel-cenel TV yang menyimpang dan berusaha untuk menyelewengkan orang dari jalan yang lurus, maka apakah engkau menasehatkan untuk memasang cenel majd (cenel majd itu di dalamnya ada bacaan Al-Quran dan kajian-kajian, pent)?.
الشيخ: أنا لا أشتغل بالقنوات كلها، لا المجد ولا غيرها لا أعرفها، وما دام إني لا أعرفها فلا أقول فيها شيئا، أنا مقتصر على الراديو، الراديو فيه كفاية، يجيب لك الأخبار، يجيب لك البرامج الدينية لستَ بحاجة إلى غيره.
Syaikh (menjawab): “Aku tidak sibuk dengan cenel-cenel TV, tidak pada cenel majd, tidak pada cenel-cenel yang lainnya dan tidak pula aku mengetahuinya. Selama aku tidak mengetahuinya maka aku tidak bisa berkomentar tentangnya, aku hanya terfokus di radio, radio saja maka itu sudah cukup, bisa mendapatkan kabar darinya, dan juga bisa mendapatkan acara-acara tentang agama, dan anda tidak membutuhkan yang lainnya”.
السائل: كان لكم ظهور قريب في محاضرة في قناة المجد وكانت المحاضرة في مسجد.
Penanya (bertanya lagi): “Belum lama, engkau pernah muncul mengisi ceramah di cenel majd, dan waktu itu muhadhoroh di dalam masjid”.
الشيخ: المحاضرة ليست في مسجد وإنما هو لقاء مع أئمة وخطباء الحرس الوطني، ولم آذن لهم بإخراج هذه الجلسة, هم أخرجوها بدون إذن، وأنا لم آذن ولم أرض به، ولا أخرج في القنوات، لكن هم أخرجوها بدون إذن اجتهادا منهم، هذا اجتهاد منهم، لكن هم أخطئوا في هذا.
Syakh (menjawab): “Ceramah itu bukanlah di masjid, akan tetapi itu hanya pertemuan bersama para imam, khotib dan keamanan negara, dan aku tidak mengizinkan mereka untuk menampilkan pertemuan ini, mereka tampilkan itu tanpa izinku, dan aku tidak mengizinkannya dan tidak pula meridhoinya, dan aku tidak ingin tampil di cenel-cenel TV, akan tetapi mereka tampilkan itu tanpa izinku dan ini ijtihad dari mereka, ini ijtihad dari mereka, akan tetapi mereka telah salah dalam hal ini”.
Penerjemah: Abu Syahid Sunniy Al-Batamiy di Darul Hadits Sana’a Yaman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar