Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Hujah Telah Tegak Tidak Ada Lagi Yang Bisa Berlagak

hujah telah tegakTIDAK ADA LAGI YANG BISA BERLAGAK
Tanya: Shadiqi cerita kalau dia punya ukht belajar di pondok akwat di Surabaya, ukhtinya bilang di pondok tadi ada akhwat Tangerang tidak ada mahramnya, mereka belajar dengan ustadzah sebut saja istri ust.YN. 
Dan ana dapat pula kritikan beberapa ikhwah tentang ust.YN tadi, pekan lalu ana dapat koment nya tentang antum masalah pondok akhwat, dia menjelek-jelekan antum, dan bahasanya menghasut….. dan katanya antum mendahului ulama…..”.
Jawab: Insya Alloh ucapan kami telah cukup sebagai nasehat:
لا يجادل الرجل عن أهل الباطل إلا عنده نوع من أنواع الباطل
“Tidaklah seseorang mendebat untuk (membela) ahlul bathil melainkan karena dia ada padanya salah satu bentuk
dari bentuk-bentuk kebatilan”.
Dari ucapannya tersebut sudah menunjukan kalau merekalah yang mendahului ulama, Syaikhuna Yahya Al-Hajuriy dan Syaikhuna Abdulloh Al-Iryaniy serta selain mereka ‘Afallohu ‘anhum mengingkari pondok seperti itu dan tidak menasehatkan untuk diadakan, apalagi kalau ada akhwat yang tinggal di tempat tersebut dengan tanpa mahrom?!.
Sungguh kedustaan di atas kedustaan telah menghiasi dan mengkhianati diri mereka sendiri:
إن الله لا يحب من كان خوانا أثيما
“Sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang yang selalu berkhianat dan selalu berbuat dosa”.
Da’wah ini bukanlah da’wah kami dan bukan pula da’wah fulan akan tetapi dia adalah da’wahnya Alloh Subhanahu wa Ta’ala:
وتعز من تشاء وتذل من تشاء بيدك الخير
“Dan Engkau memuliakan siapa yang Engkau kehendaki dan merendahkan orang yang Engkau kehendaki, ditangan-Mu-lah segala kebaikan”.
Dijawab oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy ‘Afallohu ‘anhu (24 Dzulhijjah 1435).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar