PENDAHULUAN
بِسمِ الله
الرَّحمنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
أَحْمَدُهُ، وَأَسْتَعِينُهُ، وَأَسْتَنْصِرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. أما بعد:
Asy-Syaikhon
meriwayatkan dari hadits Abdulloh bin 'Abbas semoga Alloh meridhoi
keduanya, bahwa Abu Sufyan bin Harb menceritakan kepadanya, ketika
beliau pergi ke negri Syam untuk berdagang maka raja Hiraklius mengundangnya
lalu bertanya kepadanya tentang Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam:
"كَيْفَ
نَسَبُهُ فِيكُمْ؟".
"Bagaimana dengan nasabnya di sisi kalian", beliau
berkata:
"هُوَ
فِينَا ذُو نَسَبٍ".
"Dia di sisi kami memiliki
nasab".
Dengan
hadits ini menunjukan tentang pentingnya bagi seseorang untuk mengenal nasab (jalur
dari keturunan)nya, walaupun seseorang memiliki jalur keturunan yang dipandang
kurang baik misalnya bapak atau nenek moyangnya adalah kaum musyrikin maka
tidak mengapa dia menyebutkannya, sebagaimana Rosululloh Shollallohu 'Alaihi
wa Sallam berkata:
«أَنَا
النَّبِيُّ لَا كَذِبْ أَنَا ابْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبْ».
"Aku adalah seorang nabi, bukan pendusta, aku adalah putranya
'Abdul Muththolib". Diriwayatkan oleh Ahmad dari hadits Al-Baro' bin 'Azib.
Telah
kita ketahui bersama bahwa bapak Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam adalah
Abdulloh bin 'Abdil Muththolib, namun
pada hadits ini beliau hanya menyebutkan bahwa beliau adalah putra Abdul
Muththolib, hal itu beliau katakan karena dua sebab:
Sebab
pertama:
Karena Abdul Muththolib adalah orang yang terpandang dan terkenal di kalangan
Arob.
Sebab
kedua:
Karena adanya pertanyaan, sebagaimana datang dalam suatu riwayat, yang
diriwayatkan oleh Ahmad dari hadits Abdulloh bin 'Abbas semoga
Alloh meridhoi keduanya bahwa Bani Sa'd bin Bakr mengutus Dhimam
bin Tsa'labah untuk bertanya kepada Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam,
ketika sampai di tengah-tengah kaum muslimin dia bertanya:
"أَيُّكُمُ
ابْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ؟".
"Siapa diantara kalian dari putranya Abdul
Muththolib?". Maka Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam
menjawab:
"أَنَا
ابْنُ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ".
"Aku adalah putra 'Abdul Muththolib". Dia bertanya lagi:
"مُحَمَّدٌ؟"،
قَالَ: "نَعَمْ".
"Kamu adalah Muhammad?", beliau menjawab: "Iya".
Abdul
Muththolib adalah termasuk orang-orang musyrik (menyekutukan Alloh) dan dia
mati dalam keadaan musyrik, namun Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam
tetap menyebutkannya, karena nasab (jalur keturunan) dari Abdul Muththolib
ketika itu sangat terpandang di kalangan orang-orang Arob.
Dengan
melihat hal tersebut maka kami sengaja pada kesempatan ini menuliskan sejarah
kebudayaan Buton, yang kami termasuk salah seorang dari keturunan yang berasal
dari suku Buton.
Semoga
apa yang kami tulis ini dapat diambil pelajaran oleh mereka yang bersuku Buton
khususnya dan umat manusia pada umumnya, dan semoga tulisan ini menjadi sebab bagi
mereka untuk mencintai ajaran Islam yang murni ini.
وبالله التوفيق
وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Ditulis
oleh hamba yang faqir atas ampunan Robbnya
Abu
Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Di
Darul Hadits Dammaj-Yaman
Pada
hari Sabtu 24 Syawwal 1434.
MENGENAL
BUTON
Buton
adalah suatu nama daerah yang dia termasuk salah satu daerah yang berada di
pulau Sulawesi.
Nama
Buton yang lebih terkenal di kalangan keturunan anak-anak Buton adalah "Wuta
Wolio" yang berma'na "Tanah Leluhur".
Kata
"Buton" jika diartikan ke dalam bahasa Holimombo yaitu "Buto"
yang berma'na "Bau", maka tidak heran bila kemudian nama
ibukotanya disebut dengan "Bau-bau".
Penamaan
seperti itu adalah wajar, mungkin karena didapati di dalam daerah tersebut
terdapat suatu kebudayaan yang mengerikan alias "bau" yang tidak ada
pada daerah lainnya, dengan melihat hal tersebut maka pada kesempatan ini kami
akan menyebutkan beberapa kebudayaan Buton yang sangat bertentangan dengan
nilai-nilai Islam.
MENGENAL
KERATON BUTON
Keraton
Buton atau dikenal sebagai masjid Agung Keraton Buton atau disebut juga dengan
masjid Agung Wolio yang dahulunya adalah keraton (istana) kerajaan, setelah agama
Islam masuk ke Buton maka dijadikanlah keraton tersebut sebagai masjid.
Masjid
ini sudah mengalami pemugaran sejak pemerintahan Sultan Buton ke-13 pada tahun
1930 Masehi, masjid ini memiliki 12 (dua belas pintu) pada ke 4 (empat) sisinya
dan 12 (dua belas) jendela di bagian atas, diinginkan dari jumlah pintu dan
jendela tersebut untuk menyesuaikan dengan jumlah pintu pada benteng Wolio yang
juga berjumlah 12 (dua belas) pintu.
Para
pemuja keraton ini menegaskan bahwa di dalam masjid ini terdapat pusena
(pusatnya bumi), di belakang mihrob terdapat lubang, yang para pemujanya meyakini bahwa lubang ini yang
tembus ke kota Makkah di KSA (Kerajaan Suadi Arobia) yang jauh sana, sebagian
yang lain yang mengatakan bahwa lubang tersebut seperti sumur kalau seseorang
memasukinya maka dia akan terjatuh terus menerus dan tidak akan sampai ke dasar
bumi hingga hari kiamat. Sebagian lagi menyatakan kalau seseorang melihat ke
permukaan lubang tersebut maka dia akan melihat keluarganya atau kawan-kawannya
yang sudah meninggal dunia, dimanakah tempat mereka? Di Jannah atau di neraka?.
Sebagian
mereka mengatakan pula bahwa berapapun banyaknya jama'ah yang hadir sholat Jum'at
di masjid Keraton Buton maka selalu menampung semuanya, bila tinggal satu shoff
mau penuh maka akan tambah lagi shoff berikutnya hingga tidak penuh-penuh. Jadi
mereka meyakini bahwa masjid itu meluas
terlihat dari dalam adapun kalau dilihat dari luar maka tidak meluas.
Dan
masih sangat banyak khurofat dan kisah-kisah aneh yang mereka munculkan tentang
masjid tersebut.
BENTENG
KERATON KERAJAAN BUTON
Pada
dinding tebing sebelah timur benteng keraton dahulunya terdapat sebuah goa
kecil (ceruk), goa ini adalah termasuk tempat persembunyian Raja Aru Palaka
tatkala tentara Sulthon Hasannudin telah menguasai jantung pertahanan
kesulthonan Buton.
Bala
tentara Sulthon Hasannudin tidak mudah untuk menemukan goa tersebut karena
lokasinya penuh kamuflase dan sangat taktis. Para pengunjung tidak akan bisa
melihat ruang dalam gua melainkan dengan cara memanjat sebagaimana yang
dilakukan oleh Raja Aru Palaka, karena sudut dinding tebing yang sangat terjal,
dan pintu goa terletak sekitar dua meter di atas ujung jalan setapak.
MENGENAL
LEBIH DEKAT RAJA ARU PALAKA
Aru
Palaka adalah raja di kerajaan Bone, dan dia masih mengalir darah Buton, bahkan
dia dikatakan sebagai sepupu sekali dengan La Baluwu, dan La Baluwu ini kedudukannya
di kerjaan Buton sebagai Sapati, yaitu seperti mentri yang menjabat sebagai
pembantu Sulthon Buton dalam menangani urusan dalam negri Kesulthonan Buton.
Dan Raja
Aru Palaka, ketika sudah sampai di Buton, dia dinamai dengan La Tondu. Nama
yang berawalan "La" adalah nama orang-orang Buton, dan ini khusus
bagi para pria, adapun wanita maka berawalan "Wa". Adapun namanya
"Tondu" dalam bahasa Holimbo berma'na "Tenggelam", yang
diinginkan dengan nama ini adalah disembunyikannya dari kejaran pasukan Sulhton
Hasannudin.
Sapati
Baluwu yang termasuk dari orang yang menyembunyikannya dan yang memberikan
jaminan keamaan kepadanya ketika dia menjadi boronan bala tentara Sulthon
Hasannudin. Ini sebagai bantahan terhadap orang-orang Buton dan orang-orang
Bone yang mereka mengatakan bahwa Raja Aru Palaka adalah sakti, pendekar, bisa
menghilang, bisa lari di bawa tanah, bisa lari di atas air, namun ternyata dia
hanya bisa bersembunyi di dalam goa, dan ternyata dia dinaungi supaya tidak
ditemukan oleh bala tentara Sulthon Hasannudin, dimana kesaktian itu?. Kalaupun
seandainya Raja Aru Palaka dan para pembantunya benar sakti dan bisa seperti
yang disebutkan maka itu adalah sihir yang diajarkan oleh para syaithon kepada
mereka, Alloh Ta'ala berkata:
{وَلَكِنَّ الشَّيَاطِينَ كَفَرُوا يُعَلِّمُونَ النَّاسَ
السِّحْرَ} [البقرة: 102]
"Akan tetapi para syaithonlah yang telah kafir, mereka
mengajarkan manusia dengan sihir". (Al-Baqoroh: 102).
Abul
'Abbas Ahmad Al-Harroniy Rohimahulloh berkata:
"فإن السحر كثير منه يكون بالشياطين".
"Maka sesungguhnya sihir
kebanyakan darinya adalah dari para syaithon".
Ketika Raja
Aru Palaka atau yang dikenal dikalangan orang-orang Holimombo dengan nama
"La Tondu" ini bersembunyi dan bernaung di kerajaan Buton maka
dia diberi pemuliaan dengan dijadikan sebagai "Lakina Holimombo",
dalam struktur Kesulthonan Buton jabatan "Lakina" merupakan
pemimpin sebuah daerah yang terdiri atas beberapa wilayah kecil.
Dengan kepemimpinan
ini Raja Aru Palaka memanfaatkannya untuk menyusun kekuatan baru dalam rangka
untuk merebut kembali kekuasaannya yang ada di Bone, dan juga dalam rangka
menyusun kekuatan untuk menyerang kerajaan Sulthon Hasannudin.
Ketika
penjajah Belanda mengetahui bahwa telah terjadi pertempuran antara pasukan
Sulthon Hasannudin dengan pasukan Raja Aru Palaka maka mereka menjadikannya
sebagai kesempatan emas untuk memerangi Sulthon Hasannudin, dengan sebab itu
terjadilah bersekutuan antara pasukan penjejah Belanda dengan pasukan Raja Aru
Palaka, juga adanya tambahan pasukan dari pihak Belanda dengan didatangkannya
pasukan Kapten Yonker dari Ambon yang bersekutu dengan Raja Aru Palaka dalam
melawan Sulthon Hasanudin.
Pada
pertempuran ini yang paling memberi peran besar adalah pasukan Raja Aru Palaka,
karena pasukannya juga berhasil mendorong suku Bugis untuk ikut melawan pasukan
Sulthon Hasannudin, perbuatan seperti ini ya'ni mendukung orang-orang kafir atau
menjadikan mereka sebagai teman maka sangat jelas bertentangan dengan ajaran
Islam, bahkan bisa menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam, Alloh Ta'ala
berkata di dalam Al-Qur'an:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُودَ
وَالنَّصَارَى أَوْلِيَاءَ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ
مِنْكُمْ فَإِنَّهُ مِنْهُمْ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}
[المائدة: 51].
"Wahai orang-orang
yang beriman, janganlah kalian mengambil orang-orang Yahudi dan Nasroni menjadi
teman-teman (kalian); sebagian mereka adalah teman-teman bagi sebagian yang
lain. Barangsiapa diantara kalian menjadikan mereka menjadi teman, maka sesungguhnya
dia termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zholim". (Al-Maidah:
51).
Ketika
Sulthon Babulloh memerangi para penjajah Barat dan dia melakukan perluasan
kekuasan hingga sampai ke Sulawesi dan Buton termasuk salah satu wilayah kekuasaannya
maka terjadilah perlawanan antara pasukan Sulthon Babulloh dengan pasukan dari
kerajaan Buton yang berpusat di Keraton Buton, pada peperangan ini membuahkan
sejarah pahit bagi masyarakat Buton dan menjadi luka yang terwarisi oleh anak
keturunan yang bersuku Buton, mereka sering mengisahkan kepada anak cucu mereka
bahwa dahulu pernah ada "Sanggila" yang sangat jahat, keluar
masuk perkampungan dengan menyembelih dan membantai penduduknya. Dengan melihat
kenyataan seperti ini maka sungguh benar apa yang dikatakan oleh seorang Ratu
dari negri Saba' sebagaimana yang Alloh Ta'ala sebutkan di dalam
Al-Qur'an:
{قَالَتْ إِنَّ الْمُلُوكَ إِذَا دَخَلُوا قَرْيَةً أَفْسَدُوهَا
وَجَعَلُوا أَعِزَّةَ أَهْلِهَا أَذِلَّةً وَكَذَلِكَ يَفْعَلُونَ} [النمل: 34]
"Dia (Ratu negri
Saba') berkata: "Sesungguhnya para raja apabila memasuki suatu negri,
niscaya mereka membinasakannya, dan mereka menjadikan penduduknya yang mulia menjadi
hina; dan demikian pulalah yang akan mereka perbuat". (An-Naml: 34).
Sanggila
adalah kata dari bahasa Holimombo yang berma'na julukan terhadap pasukan dari
kerajaan Kesulthonan Ternate yang menguasai Buton ketika itu.
Mereka
juga bercerita: "Ketika "Sanggila" ini masuk ke Holimombo
maka penduduknya berlarian ke gunung-gunung.
Dari
kejadian ini sebagai bantahan kepada anak cucu yang bersuku Buton, yang
seringkali mereka berkata: "Kakek-kakek kami dahulu sakti-sakti, mereka
bisa terbang, mereka kebal, mereka bila dibunuh setelah itu hidup lagi",
dimana kesaktian itu?, kenapa ketika pasukan Sulthon Babulloh masuk ke negri
mereka, maka mereka berlarian ke gunung-gunung dan terpencar-pencar kesana
kemari, dimana kesaktian mereka itu?.
Mereka
juga bercerita: "Ketika "Sanggila" ini masuk ke Holimombo
maka penduduknya berlarian ke gunung-gunung, mereka meninggalkan rumah-rumah
mereka, pada suatu hari "Sanggila" masuk ke suatu rumah lalu
didapatilah seorang wanita cantik, maka wanita ini kemudian dibawa oleh pasukan
Sulthon Babulloh, sampai di Ternate wanita cantik tersebut dinikahkan, dari
wanita tersebut kemudian melahirkan banyak keturunan yang marga mereka disebut
dengan "Dedengo", ketika terjadi perang kemerdekaan dalam
upaya mengusir penjajah Belanda dari Tanah Air Indonesia maka salah seorang
pemuda Holimombo yang bernama Maruhadi ikut mendaftarkan diri sebagai tentara
Nasional dengan nama "Dengo" sebagai bentuk penisbatan kepada marga
"Dedengo".
Dan
beliau menamakan salah seorang anaknya dengan nama "Dengo"
supaya selalu mengenang sejarah perjuangannya dalam membela Tanah Air Indonesia
dan juga mengenang marga "Dedengo".
MENGENAL
LEBIH DEKAT MARUHADI ALIAS "DENGO"
Dia
termasuk salah satu anak keturunan yang bersuku Buton, dia menikah dengan saudari
kandung nenek kami.
Dia bersama
istrinya yang memelihara ibu kami, karena ibu kami adalah seorang anak yatim,
yang masih kecil ditinggal mati oleh kedua orang tuanya.
Kedudukan
Maruhadi ini kami anggap sebagai kakek angkat yang telah memelihara ibu kami, istrinya
sebagai adik kandung nenek kami sekaligus ia yang menyusui kami ketika kami
masih kecil, jadi kami memanggilnya sebagai nenek, dan putra-putrinya kami
anggap sebagai para paman dan para bibi sekaligus sebagai saudara susuan kami.
Dia (Maruhadi)
bercerita kepada kami ketika kami masih di Limboro: "Dulu ketika kami berperang
melawan Penjajah kami tidak memiliki senjata, kami menggunakan bambu runcing,
lalu kami mendatangi tentara-tentara Walanda (ya'ni Belanda) yang sedang jaga, kami
tusukan bambu tersebut kepada mereka, lalu kami ambil senjata-senjata
mereka".
Dia juga
bercerita kepada kami: "Terkadang para wanita datang merayu-rayu tentara Walanda
(Belanda), lalu wanita-wanita itu membunuh para tentara Walanda dan dibawa
senjatanya, kemudian diberikan kepada teman-teman kami para tentara".
Dia juga
bercerita kepada kami: "Ketika teman-teman kami memasak makan dengan panci
yang sangat besar, tiba-tiba datang kapal udara (ya'ni pesawat terbang) membom
tempat-tempat kami, hingga terkadang masakan yang dimasak oleh teman-teman kami
tidak sempat dimakan".
Ketika
terjadi kerusuhan di Ambon pada tahun 1999 Masehi, Abul 'Abbas Harmin Al-Limboriy
Rohimahulloh jika pulang kampung, beliau seringkali bertanya kepada sang
kakek tersebut tentang cara penggunaan senjata maka dia menjelaskannya
seakan-akan senjata-senjata itu berada di hadapanya.
Setelah para
tentara Belanda meninggalkan Tanah Air Indonesia, dia meninggalkan jabatannya
sebagai komandan terhadap teman-temannya para tentara Nasional, dan dia pergi
ke Limboro, setelah beliau memiliki putra dan putri, dia menamakan salah
seorang putranya dengan nama "Dengo" supaya selalu mengenang
sejarah perjuangannya dalam membela Tanah Air Indonesia dan juga mengenang
marga "Dedengo".
Dia
pernah bercerita kepada kami: "Ketika tentara Belanda sudah menyerah dan
mereka harus mengangkat kaki dari Tanah Air Indonesia maka mereka menangis, mereka
ingin tetap di Tanah Air Indonesia".
Dia juga
berkata: "Para penjajah yang paling keras dan jahat adalah penjajah Japa'a
(ya'ni tentara Jepang), mereka lebih jahat dari tentara Walanda (ya'ni tentara
Belanda)".
Ada
salah seorang dari kampung Limboro yang dahulunya juga termasuk dari pejuang
nasional, dia berkata: "Ketika aku mendengar bahwa pemerintah Indonesia
akan memberikan penghargaan kepada para pejuang nasional maka aku bergegas ke
Ambon untuk memberitahu pihak pemerintah bahwa aku termasuk dari pejuang
nasional, sesampainya di kantor namaku dicari-cari apakah ada di daftar
nama-nama pejuang nasional ataukah tidak?, hari pertama dicari namun tidak
ditemukan, pada hari kedua baru namaku ditemukan, adapun nama Maruhadi (Dengo) pada
hari pertama, sekali buka langsung aku melihat namanya, hal itu karena dia komandan
kami, dan aku termasuk dari anak buahnya".
Setelah
ditemukan namanya diapun diberi banyak uang dan diberi pakaian seragam tentara
sebagai bentuk penghargaan kepadanya, ketika para keluarga dan anak cucu
Maruhadi mendengar orang tersebut, merekapun memintanya untuk ikut ke Ambon
memberitahu pihak pemerinta tentang keadaannya, namun beliau tidak menginginkan
itu.
Kami
sengaja menyebutkannya pada tulisan ini sebagai bantahan terhadap orang-orang
yang menganggap bahwa orang-orang Buton tidak ada pahlawannya, mereka hanyalah
sebagai para pengkhianat negara. Maka ini sebagai jawaban kalau ternyata ada
dari orang-orang Buton memiliki pahlawan yang tidak ingin dikenal.
TERPENCARNYA
PENDUDUK BUTON
Sebab
terpencarnya penduduk Buton karena 3 (tiga) sebab:
Pertama: Karena serangan dari pasukan
Sulthon Hasannudin.
Ketika
pasukan Sulthon Hasanuddin menaklukan kerajaan Raja Aru Palaka di Bone maka
masyarakat Bone terpencar-pencar, ada yang lari di sekitar wilayah Bone dan
adapula yang lari bersama Raja Aru Palaka menuju Kerajaan Buton, pasukan Sulthon
Hasannudin terus mencari dan menelusuri jejak-jejak Raja Aru Palaka bersama
pasukannya, dengan pencarian dan penelusuran ini mengakibatkan banyak dari masyarakat
Buton ketakutan dan banyak pula yang tidak mau terlibat dalam pertempuran itu
lari meninggalkan Buton, ada yang ke Maluku dan ke beberapa daerah lainnya di
bagian timur Nusantara.
Sebab
kedua: Karena
serangan pasukan Sulthon Babulloh yang mereka nama dengan "Sanggila".
Dengan serangan ini termasuk penyebab terkuat di zaman itu mereka berlarian, pada
penyerangan ini kebanyakan mereka lari ke bagian barat Nusantara, ada yang ke
Makassar, ada yang ke Kalimantan, ada yang ke Jawa dan adapula yang ke arah
Bima-Nusa Tenggara.
Sebab
ketiga: Mencari
perekonomian dan pencaharian hidup ke negri-negri lain.
Penyebab
yang ketiga ini yang merupakan sebab utama terpencarnya masyarakat Buton ke
negri-negri lainnya di luar Buton.
Tidak
lama kemudian masyarakat Buton banyak berpindah dari Buton ke Maluku, diantara
mereka adalah La Bisana, dia bersama keluargnya meninggalkan pulau Buton menuju
pulau Seram di bagian barat dengan menumpang perahu berlayar, dan mereka
berlabuh di tepi pantai yang di hadapan mereka terdapat sebidang tanah yang
lumayan luas, dikelilingi gunung-gunung, yang sekarang tempat tersebut dikenal
dengan Limboro.
MENGENAL
LEBIH DEKAT "LA BISANA"
Ketika
keadaan di Kesulthonan Buton sudah tidak menentu, dan juga keadaan "Lakina
Holimombo" sudah tidak menentu, bersamaan dengan itu terjadinya
penindasan, yang kuat menindas yang lemah, rakyat kecil bekerja yang
penghasilannya untuk para pembesar-pembesar seperti para keturunan para
pembesar keraton dan para "Ode", dengan keadaan itu sering
kita mendengarkan anak keturunan para "Ode" berkata:
"Para Ode dan keturunan orang-orang besar keraton mereka tidak
bekerja, masyarakat yang bekerja untuk mereka. Dan mereka mengambil hasil
pekerjaan masyarakat".
Dengan
sebab inilah dan sebab-sebab lainnya membuat La Bisana memilih untuk pindah ke
pulau Seram bagian barat, beliau membawa keluarganya dan juga membawa
kenangan-kenangannya ketika di Buton berupa pakaian para pembesar berupa sabuk
emas, pakaian dan selendang berwarna kuning mudah, dan satu peti kecil yang
berisi keris pusaka, namun sayangnya ketika dia meninggal kenang-kenangannya
tidak diperhatikan oleh anak cucunya, datang para cucunya ke rumahnya, ada yang
membawa kerisnya, yang lainnya juga begitu hingga keris-keris itu tidak ada
yang tersisa. Begitupula pakaian dan selendangnya, salah seorang putrinya
memotong-motongnya dan menjadikannya untuk sarung bantal, sehingga tidak ada
yang tersisa dari kenangan-kenangan itu melainkan hanya sabuk emasnya.
Sesampainya
dia dan keluarganya serta teman-temannya di Limboro mulailah mereka
bermusyawarah untuk membuka lahan baru, supaya dijadikan sebagai suatu
perkampungan, dengan musyawarah itu dinamailah kampung tersebut dengan nama
Limboro yang diambil dari kata "Limbo" yang berma'na
perkumpulan atau musyawarah.
Dari
musyawarah tersebut diputuskan pula siapa yang akan menjadi kepala kampung?, La
Bisana selaku tokoh masyarakat yang terpandang dan disegani tidak sedikitpun berambisi
supaya diangkat sebagai kepala kampung, dia tidak menginginkan sedikitpun karena
latar belakang berpindahnya dia supaya hidup sebagaimana halnya rakyat biasa, yang
hidup dengan usahanya sendiri, dan dia menganggap bahwa tanggung jawab menjadi
seorang pemimpin adalah berat, dimintai pertanggung jawaban di dunia dan
akhirat. Anggapan itu adalah benar, karena Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa
Sallam berkata:
«الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ»
"Pemimpin adalah penanggung jawab dan akan dimintai
pertanggung jawaban atas kepemimpinannya". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari hadits Ibnu
'Umar.
Di
kampung Limboro inilah La Bisana mulai membuka pengajian Al-Qur'an, dia
mengajar anak-anak cucunya dan anak-anak warga kampung membaca Al-Qur'an, apa
yang dia lakukan ini terus terwarisi, anak-anak cucunya setelah dia meninggal
dunia melakukan seperti yang dia lakukan yaitu terus membimbing dan mengajari
anak-anak kaum muslimin membaca Al-Qur'an Al-Karim, ini adalah termasuk sunnah
yang terpuji, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ».
"Sebaik-baik kalian adalah orang yang mempelajari Al-Qur'an
dan mengajarkannya". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dari hadits Utsman bin 'Affan.
Dalam riwayat lain dengan lafazh:
«إِنَّ أَفْضَلَكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ القُرْآنَ وَعَلَّمَهُ».
"Sesungguhnya yang paling utamanya dari kalian adalah orang
yang mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya".
Kemudian
dia dan teman-temannya mulai membangun masjid yang bahan bangunannya dari kayu,
pada masjid ini terdapat 4 (empat) tiang besar yang keempatnya dari batang pohon
kayu besar, mereka namai tiang tersebut dengan tiang Ka'bah dengan alasan
berbentuk persegi 4 (empat) seperti model Ka'bah.
Setelah
itu dia menebang sebuah pohon besar dengan alat penebang di zamannya yang tidak
secanggih alat di zaman ini, lalu mengolah dan mengukirnya hingga menjadi bedug
yang dipukul sebagai tanda kalau waktu sholat sudah masuk. Apa yang dibuat ini
bukan dari sunnah bahkan dia adalah bid'ah dan pengikutan terhadap
kebudayaan kaum kafir Yahudi dan Nasroni (Kristen), Asy-Syaikhon meriwayatkan
dari hadits Abdurrozzaq, dari Ibnu Juroij, dari Nafi', dari Ibnu 'Umar,
beliau berkata:
"كَانَ الْمُسْلِمُونَ حِينَ قَدِمُوا الْمَدِينَةَ
يَجْتَمِعُونَ فَيَتَحَيَّنُونَ الصَّلَوَاتِ، وَلَيْسَ يُنَادِي بِهَا أَحَدٌ،
فَتَكَلَّمُوا يَوْمًا فِي ذَلِكَ فَقَالَ بَعْضُهُمْ: اتَّخِذُوا نَاقُوسًا
مِثْلَ نَاقُوسِ النَّصَارَى، وَقَالَ بَعْضُهُمْ: قَرْنًا مِثْلَ قَرْنِ
الْيَهُودِ، فَقَالَ عُمَرُ: أَوَلَا تَبْعَثُونَ رَجُلًا يُنَادِي بِالصَّلَاةِ؟
قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «يَا بِلَالُ قُمْ فَنَادِ
بِالصَّلَاةِ»".
"Dahulu kaum muslimin ketika sudah
pindah di Madinah, mereka berkumpul menentukan waktu-waktu sholat dan tidak ada
seorangpun menyeru kepada sholat, maka mereka berkata pada suatu hari tentang
demikian itu, berkata sebagian mereka: "Jadikanlah bel (lonceng) seperti
belnya orang-orang Nasroni", sebagian yang lain dari mereka berkata:
"Jadikanlah tanduk (seruling) seperti serulingnya orang-orang Yahudi",
maka Umar berkata: "Tidakkah sebaiknya kalian mengutus seseorang untuk
mengumandangkan sholat?", maka Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa
Sallam berkata: "Wahai Bilal berdirilah lalu kumandangkanlah
azan".
Dari
hadits ini menerangkan bahwa jika telah masuk waktu sholat maka cukup dengan
dikumandangkan suara azan, adapun selain itu baik dia berupa memukul bedug,
bel, meniup seruling dan yang semisalnya maka semuanya adalah bid'ah, yang
tidak boleh untuk dilakukan. Asy-Syaikhon meriwayatkan dari hadits Al-Qosim bin
Muhammad, dari 'Aisyah semoga Alloh meridhoinya, dari Rosululloh Shollallohu
'Alaihi wa Sallam, beliau berkata:
«مَنْ أَحْدَثَ فِي أَمْرِنَا هَذَا مَا لَيْسَ فِيهِ، فَهُوَ
رَدٌّ».
"Barangsiapa yang mengadakan perkara baru di dalam perkara
(agama) kami ini, yang perkara tersebut tidak ada pada agama kami maka dia
tertolak".
La
Bisana memiliki beberapa anak, diantaranya seorang putri, dari putri ini
kemudian lahir Salim, dari keturunan Salim ini kemudian lahir para penuntut
ilmu dan para da'i yang menyeru kepada da'wah Islam yang benar lagi murni, yang
mereka bangkit untuk memperbaharui da'wah nenek moyang mereka yang penuh dengan
kesyirikan, khurofat, bid'ah dan ma'siat, diantara mereka adalah Abul 'Abbas
Harmin bin Salim Al-Limboriy semoga Alloh merohmatinya.
BERPINDAHNYA
SEBAGIAN PENDUDUK KONDOWA KE MALUKU
Dengan
sebab mencari perekonomian dan pencaharian hidup keluarlah seorang bapak dari
Buton yang dia bertempat tinggal di Kondowa, dan Kondowa termasuk satu satu
wilayah kekuasaan kerajaan Kesulthonan Buthon.
Bapak
tersebut keluar menuju Maluku, sesampainya di Maluku dia disambut baik oleh
masyarakat yang berkulit Arob, yang mereka juga beragama Islam, yang sekarang mereka
lebih dikenal dengan nama "orang-orang negri", dinamai seperti itu
karena mereka adalah yang pertama-tama datang ke kepulaan Maluku. Dengan
perbedaan latar belakang ini namun tidaklah membuat mereka meliki sifat fanatik
golongan, bahkan dengan perbedaan itu membuat mereka untuk saling mengenal,
Alloh Ta'ala berkata:
{يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ
وَأُنْثَى وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ
عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ} [الحجرات: 13]
"Wahai manusia, sesungguhnya
Kami telah menciptakan kalian dari seorang lelaki dan seorang wanita dan Kami menjadikan
kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling kenal-mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian di sisi Alloh adalah orang
yang paling bertaqwa diantara kalian. Sesungguhnya Alloh adalah Al-'Alim (Maha Mengetahui)
lagi Al-Khobir (Maha Mengenal)". (Al-Hujarot:
13).
Setelah
dia kembali ke Kondowa-Buton, dia membawa seorang anak wanita kecil yang bermarga
atau bernasab "Nurlete", dan anak tersebut dia mejadikannya
sebagai anak angkatnya, sesampainya di Kondowa masyarakat mendengarkan tentang
keadaan Maluku yang membuat mereka berkeinginan untuk pindah ke Maluku,
masyarakat Kondowa kagum dengan anak wanita kecil yang berasal dari Maluku
tersebut, karena bermuka Arob dan bernama dengan nama yang Islami yaitu
Khodijah, dan yang membuat mereka bertambah kagum karena wanita kecil tersebut
berbahasa lain dengan bahasa mereka, sementara warga Kondowa berbahasa seperti
bahasa orang-orang Holimombo, ketika anak kecil tersebut memanggil-manggil
ibunya karena kangen dan rindu, dengan berkata: "Mama", maka
ibu angkatnya langsung mengunyahkan makanan untuknya, dia mengira anak tersebut
meminta makan dengan dikunyahkan, karena "mama" dalam bahasa
Kondowa berma'na "kunyah".
Anak
kecil yang bermarga "Nurlete" itu kemudian tumbuh di Kondowa
hingga menikah di sana, dan memiliki beberapa putri, salah satu putrinya
menikah dengan Maruhadi alias "Dengo", dan satunya lagi dari
putrinya menikah dengan seorang khotib sekaligus imam masjid di Kondowa yang
bernama Hadiyina, dengan pernikahan ini lahirlah ibu kandung kami.
Semasa
kecilnya ibu kandung kami ditinggal mati oleh ibu bapaknya, dan dia menjadi
anak yatim, yang dia dipelihara oleh neneknya (Khodijah yang bermarga "Nurlete"),
setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945 Masehi dan pasukan penjajah Jepang
meninggalkan Tanah Air. Khodijah bersama putrinya, dan cucunya (ibu kandung
kami) serta para keluarga angkatnya berangkat ke Maluku untuk menyusul warga Buton
yang sudah berangkat ke Maluku lebih dahulu, sesampainya di Maluku mereka memilih
untuk tinggal di Limboro, di Limboro inilah kemudian cucunya (ibu kami) tumbuh
besar yang kemudian menikah dengan Salim (bapak kami), dengan pernikahan ini kemudian
lahirlah para penuntut ilmu dan para da'i yang menyeru kepada da'wah Islam yang
murni, yang mereka bangkit untuk memperbaharui da'wah nenek moyang mereka yang
penuh dengan kesyirikan, khurofat, bid'ah dan ma'siat, diantara mereka adalah Abul
'Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy semoga Alloh merohmatinya.
Tidak
mengira ternyata sesampainya di Limboro, Khodijah dan anak cucunya diziarohi
oleh keluarganya yang bermarga "Nurlete", ada yang dari
kampung Kambelu, Luhu, Taniwel dan dan ada pula yang dari Lei Hitu dan Ambon,
mereka sangat berbahagia karena bisa berjumpa dengan saudari mereka Khodijah
yang berpisah sudah puluhan tahun. Ini adalah suatu kebudayaan orang-orang Maluku
yang selalu berupaya menghubungkan hubungan kekerabatan mereka, diantara mereka
selalu saling menziarohi, apa yang mereka lakukan tersebut adalah termasuk dari
sunnah-sunnah Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam yang harus dijunjung
tinggi, bila seseorang melakukannya maka dia akan meraih dua keutamaan:
Keutamaan
pertama: Akan
bertambah kasih sayang di antara mereka dan saling mencintai karena Alloh.
Keutamaan
kedua: Alloh akan
mencintai mereka, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
"إنَّ رَجُلًا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى،
فَأَرْصَدَ اللهُ لَهُ، عَلَى مَدْرَجَتِهِ، مَلَكًا فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ،
قَالَ: أَيْنَ تُرِيدُ؟ قَالَ: أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ، قَالَ:
هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا؟ قَالَ: لَا، غَيْرَ أَنِّي
أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ: فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ،
بِأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ".
"Sesungguhnya ada seseorang menziarohi saudaranya di suatu
perkampungan yang lain, maka Alloh menundukan untuknya di atas jalan yang dia
terdapat malaikat, tatkala dia datang kepadanya, malaikat bertanya:
"Kemana hendak kamu (pergi)?", dia menjawab: "Aku ingin (pergi)
ke saudaraku di kampung ini", malaikat bertanya lagi: "Apakah kamu
memiliki dari suatu keni'matan untuk kamu berikan kepadanya?", dia
menjawab: "Tidak, hanya saja aku mencintainya karena Alloh 'Azza wa Jalla",
malaikat berkata: "Sesungguhnya aku adalah utusan Alloh untukmu,
Sesungguhnya Alloh telah mencintaimu sebagaimana kamu mencintainya karena Alloh". Diriwayatkan oleh Muslim dari
hadits Abu Huroiroh.
KEBUDAYAAN
DAN KEPERCAYAAN ORANG-ORANG BUTON
Orang-orang
Buton menamakan Alloh dengan nama "Piompua", ini berasal dari bahasa
Lihoko (Lipaco-Holimombo-Kondowa) yang dia memiliki dua ma'na yaitu: "Pi"
yang berma'na "Pengadaan" dan "Ompu" berma'na
"Nenek moyang" atau disebut pula "Kakek".
Dan ini tidak
hanya dalam bentuk penamaan bahkan ada dari mereka meyakini bahwa Alloh Ta'ala
memiliki anak, yang anak tersebut dilahirkan atau keluar dari bambu. Adapula
dari mereka mengambarkan bahwa Alloh
menyusup ke dalam jiwa-jiwa setiap orang yang dilahirkan dan yang selain itu
dari keyakinan-keyakinan yang mengharuskan mereka kafir.
Keyakinan
seperti ini jelas tidak ada bedanya dengan keyakinan para penjajah Belanda,
yang mereka datang di Tanah Air Indonesia dengan tujuan menjajah dan sekaligus
menda'wahkan peribadahan kepada salib, dan menda'wahkan kepada keyakinan bahwa
Alloh adalah tiga, keyakinan yang sangat sesat ini telah ada bantahannya
di dalam Al-Qur'an:
{لَقَدْ كَفَرَ الَّذِينَ قَالُوا إِنَّ اللَّهَ ثَالِثُ ثَلَاثَةٍ
وَمَا مِنْ إِلَهٍ إِلَّا إِلَهٌ وَاحِدٌ وَإِنْ لَمْ يَنْتَهُوا عَمَّا
يَقُولُونَ لَيَمَسَّنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [المائدة:
73].
"Sungguh telah kafir orang-orang
yang mengatakan: "Bahwasanya Alloh adalah salah seorang dari yang
tiga", padahal sekali-kali tidak ada sesembahan selain dari Sesembahan yang
Satu. Jika mereka tidak berhenti dari apa yang mereka katakan itu, pasti
orang-orang yang kafir diantara mereka akan ditimpa siksaan yang pedih".
(Al-Maidah: 73).
Alloh Ta'ala berkata:
{وَلَا تَقُولُوا ثَلَاثَةٌ انْتَهُوا خَيْرًا لَكُمْ إِنَّمَا
اللَّهُ إِلَهٌ وَاحِدٌ} [النساء: 171]
"Dan janganlah kalian
mengatakan: "(Alloh adalah) tiga", berhentilah (dari ucapan itu), (itu)
lebih baik bagi kalian. Sesungguhnya Alloh adalah Sesembahan yang Satu". (An-Nisa': 171).
KESYIRIKAN
YANG BERANEKA RAGAM
Bila
anak keturuan dari suku Buton datang berkunjung ke Buton maka saudaranya yang
memiliki hubungan kekerabatan menjemputnya dan mereka mengadakan acara sambutan
dengan mengadakan tahlilan yang dalam bahasa mereka adalah "Polele
sumanga ompu" yang berma'na pemberitaan kepada roh-roh para leluhur.
Mereka
berkeyakinan bahwa bila acara penyambutan ini tidak dilakukan maka akan
menimbulkan malapetaka kepada saudara mereka yang datang berkunjung tersebut.
Ketika Abul
'Abbas Harmin bin Salim Al-Limboriy semoga Alloh merohmatinya datang
dari pondok pesantren di Jawa dan beliau mampir ke Buton, maka keluarga nenek
moyangnya melakukan penyambutan dan siap mengadakan acara tahlilan "polele
sumanga ompu" untuknya, maka beliau semoga Alloh merohmatinya berkata
kepada mereka: "Tidak perlu, saya bisa membaca tahlilan sendiri tanpa
diadakan tahlilan seperti itu".
Beliau
mengatakan seperti ini sebagai bentuk pengingkaran kepada mereka, karena setiap
mu'min tentu bisa membaca kalimat tahlil yang tidak membutuhkan adanya acara
yang dinamakan dengan "Polele sumanga ompu" yang banyak
mengandung kesyirikan dan bid'ah.
Kemungkaran-kemungkaran
pada acara "Polele sumanga ompu" diantaranya berbuat
kesyirikan dengan membaca kalimat tahlil yang diikutkan dengan menyebut
nama-nama "Ompu" (para leluhur) sambil membakar kemenyan, mereka
berdoa kepada Alloh juga berdoa kepada roh-roh para leluhur tersebut, ini jelas
adalah kesyirikan yang sangat nyata, Alloh Ta'ala berkata:
{وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ
بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ}
[المؤمنون: 117]
"Dan barangsiapa menyeru bersama Alloh sesembahan yang
lain, tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya
perhitungannya di sisi Robbnya. Sesungguhnya tidaklah beruntung orang-orang
yang kafir".
(Al-Mu'minun: 117).
Dan siapa saja melakukan perbuatan ini,
maka Alloh Ta'ala mengancamnya dengan azab yang pedih, dan memasukannya
ke dalam neraka Jahannam, Alloh Ta'ala berkata:
{فَلَا تَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَتَكُونَ مِنَ
الْمُعَذَّبِين} [الشعراء: 213]
"Maka janganlah kamu menyeru bersama Alloh sesembahan yang
lain, yang menyebabkan kamu termasuk orang-orang yang diazab". (Asy-Syu'aro':
213). Alloh Ta'ala berkata:
{الَّذِي جَعَلَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ فَأَلْقِيَاهُ فِي
الْعَذَابِ الشَّدِيدِ} [ق: 26]
"Orang yang menjadikan bersama Alloh sesembahan yang lain maka
lemparkanlah dia ke dalam siksaan yang sangat". (Qof: 26). Karena
perbuatan ini termasuk kesyirikan yang terbesar maka mengaharuskan pelakunya
kekal di dalam neraka, Alloh Ta'ala berkata:
{إِنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ
خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ} [البينة: 6]
"Sesungguhnya orang-orang yang
kafir dari kalangan ahli kitab dan orang-orang yang musyrik (mereka masuk) ke dalam
neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya, mereka itu adalah seburuk-buruk
makhluk". (Al-Bayyinah: 6).
PENYELISIHAN
SYARI'AT DAN KEBID'AHAN YANG BERANEKA RAGAM
Penyelisihan syari'at yang dilakukan
oleh masyarakat yang bersuku Buton sangatlah banyak, diantaranya:
Mengeluarkan Zakat kepada Pengurus Masjid
Bila bulan Romadhon sudah mau berakhir maka
mereka berbondong-bondong mengeluarkan zakatnya kepada imam masjid, kepada para
khotib atau kepada pengurus masjid yang dikenal dengan nama "modim",
zakat yang diserahkan ini kemudian mereka bagi-bagikan khusus untuk kalangan mereka
dan mereka tidak menyerahkannya kepada fakir miskin, perbuatan seperti ini
jelas harom dan sangat tercela, bahkan ancamannya adalah neraka, Alloh Ta'ala
berkata:
{إِنَّ الَّذِينَ يَأْكُلُونَ أَمْوَالَ الْيَتَامَى ظُلْمًا
إِنَّمَا يَأْكُلُونَ فِي بُطُونِهِمْ نَارًا وَسَيَصْلَوْنَ سَعِيرًا} [النساء:
10]
"Sesungguhnya orang-orang yang
memakan harta anak yatim dalam keadaan zholim, sebenarnya mereka itu memasukan
api di dalam perut-perut mereka dan mereka akan masuk ke dalam api yang
menyala-nyala (neraka)". (An-Nisa': 10).
Orang-orang yang berhak menerima zakat
adalah orang-orang yang telah Alloh Ta'ala sebutkan di dalam Al-Qur'an:
{إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ
وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ
وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ
وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ} [التوبة: 60]
"Sesungguhnya zakat-zakat itu,
hanyalah untuk orang-orang faqir, orang-orang miskin, amil (pengurus-pengurus)
zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya (supaya tetap di dalam agama Islam),
untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhutang, untuk jalan Alloh dan
untuk mereka yang sedang dalam perjalanan (yang kehabisan bekal), sebagai suatu
ketetapan yang diwajibkan oleh Alloh, dan Alloh adalah Al-'Alim (Maha
mengetahui) lagi Al-Hakim (Maha Bijaksana)". (At-Taubah:
60).
Mereka para pengurus masjid baik imam,
para khotib, dan para "modim" tidak masuk pada ayat tersebut,
mereka terkadang menganggap diri bahwa mereka adalah amil zakat, maka
ini juga keliru, karena amil zakat adalah orang yang tunjuk oleh
pemerintah kaum muslimin untuk mengumpulkan zakat lalu mereka bagi-bagikan
kepada faqir miskin, dan mereka mendapat pula bagian sebagai upah atau balas
jasa atas usaha mereka dalam mengumpulkan zakat-zakat sekaligus membagikannya
kepada para faqir miskin, Asy-Syaikhon meriwayatkan dari hadits Ibnu 'Abbas semoga
Alloh meridhoinya, bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam
berkata kepada Mu'adz bin Jabal ketika mengutusnya ke Yaman:
"إنَّ اللَّهَ قَدْ فَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً تُؤْخَذُ مِنْ
أَغْنِيَائِهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فُقَرَائِهِمْ".
"Sesungguhnya Alloh telah
mewajibkan atas mereka sedekah (zakat), kamu mengambilnya dari orang-orang kaya
mereka dan kamu berikan kepada orang-orang faqir mereka".
Pada hadits ini menjelaskan bahwa Mu'adz
bin Jabal semoga Alloh meridhoinya kedudukannya sebagai amil
zakat, dan beliau diperintahkan supaya zakat tersebut diserahkan kepada para
faqir miskin, bukan untuk disimpan untuknya atau dibagikan kepada para
shohabatnya yang bukan faqir miskin.
Praktek Ilmu Sihir
Sudah
sangat banyak kita mendengar terkhusus di Seram Barat yang mayoritas
penduduknya bersuku Buton, bahwa ada wanita-wanita sering berjalan pada waktu
tengah malam ketika ada bulan purnama, mereka mengelilingi kampung dalam
keadaan telanjang bulat, rambutnya panjang. Apa yang mereka inginkan dari
perbuatan itu? Tidak lain supaya memperoleh kesaktian, dan mendapatkan ilmu
hitam dan supaya meraih cita-cita mereka, perbuatan ini adalah termasuk
kekafiran yang nyata dan hukuman bagi pelakunya adalah dibunuh, pada hari
pembebasan kota Makkah, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam mengutus
Kholid bin Walid ke pohon Korma yang pada pohon tersebut ada Al-'Uzza (sesembahan
kaum musyrikin):
"فَأَتَاهَا خَالِدٌ، فَإِذَا امْرَأَةٌ عُرْيَانَةٌ
نَاشِرَةٌ شَعْرَهَا تَحْثُوا التُّرَابَ عَلَى رَأْسِهَا، فَعَمَّمَهَا
بِالسَّيْفِ حَتَّى قَتَلَهَا، ثُمَّ رَجَعَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَخْبَرَهُ، قَالَ: «تِلْكَ الْعُزَّى»".
"Maka Kholid mendatanginya, ternyata dia (Al-'Uzza)
tersebut adalah wanita yang telanjang yang pajang rambutnya, mereka
(orang-orang musyrik) menyemburkan tanah di atas kepalanya maka beliau (Kholid
bin Walid) menebasnya dengan pedang hingga membunuhnya, kemudian beliau kembali
kepada Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam lalu memberitahukannya, maka
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata: "Itulah dia
Al-'Uzza". Diriwayatkan oleh Abu Ya'la dari hadits Abuth Thufail.
Diantara
praktek ilmu sihir adalah seseorang bila ingin membunuh orang lain maka dia mengambil
boneka atau patung atau gambar atau foto orang yang akan dibunuh lalu ditusuk
dengan paku atau jarum atau yang semisalnya, orang yang melakukan praktek sihir
ini tidak akan bisa melakukannya melainkan setelah dia mendalami ilmu sihir, adakalanya
dia lakukan dengan cara bertapa atau berguru kepada para tukang sihir, atau
menyerahkan anaknya kepada jin sehingga jin membantunya.
Orang
yang mempraktekan ilmu sihir ini hukumannya juga adalah dibunuh, Umar Rodhiyallohu
'anhu berkata kepada para shohabatnya:
"اقْتُلُوا
كُلَّ سَاحِرٍ".
"Bunuhlah oleh kalian semua tukang sihir". Diriwayatkan oleh Ahmad,
Asy-Syafi'iy, Abu Dawud dan yang selain mereka.
Diantara
praktek ilmu sihir juga adalah menjadi babi, dan praktek ilmu sihir sejenis ini
kalau di pulau Jawa digunakan untuk mencuri uang di rumah-rumah orang, adapun
di Limboro dan di sekitar Seram Barat maka pelakunya menggunakannya untuk mencuri
makanan di kebunnya manusia dan adapula digunakan ilmu ini untuk merusak
tanaman-tamanan manusia yang ada diperkebunan sebagai bentuk hasadnya, dan
pernah juga pelakunya menggunakannya untuk mencium-cium wanita atau untuk
memperkosanya, perbuatan ini hukumannya juga adalah dibunuh, Rosululloh Shollallohu
'Alaihi wa Sallam berkata:
«حَدُّ
السَّاحِرِ ضَرْبَةٌ بِالسَّيْفِ».
"Hukuman bagi penyihir adalah ditebas dengan pedang
(dibunuh)".
Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dan Al-Baihaqiy dari Jundub, walaupun
hadits ini dhoif akan tetapi bisa diamalkan dengan adanya
riwayat-riwayat lain yang menjelaskan bahwa para shohabat telah membunuh para
tukang sihir.
Diantara
praktek ilmu sihir juga adalah menjadi hantu; diantara jenis hantu itu adalah "Suangge"
(dalam bahasa Makassar disebut "Popo"), yaitu seseorang
menginginkan untuk memakan apa saja yang ada di dalam perut orang yang sakit,
pelaku sihir ini duduk di rumahnya namun kepala bersama ususnya terbang menuju
rumah orang yang sakit, kemudian dia mengisap semua yang ada di dalam kandungan
perut orang yang sakit; baik itu hati, jantung maupun ususnya. Orang yang
mempraktekan ilmu ini hukumnya juga dibunuh.
Dan
masih sangat banyak lagi bentuk dari praktek ilmu sihir namun kami cukupkan
dengan menyebutkan yang ini.
Praktek Perdukunan
Merupakan
suatu keanehan yang sangat mengherankan di kalangan orang-orang Buton, bila ada
dari anak-anak mereka yang bersendirian duduk lalu berbica-bicara sendiri, atau
dia bangun pada waktu tengah malam lalu berbicara-bicara sendiri atau
menampakan sikap seperti orang yang kesurupan maka mereka bergegas menganggapnya
bawa roh-roh nenek moyang mereka telah menyusup ke dalam tubuhnya, merekapun
menyiapkan untuk mereka tempat khusus seperti kamar atau yang mereka sebut
dengan "kolunku" (kamar pusaka), di dalam kamar ini mereka
meletakan daun kikir dan tembakau supaya dihisap oleh anak tersebut, namun pada
zaman ini kebanyakan mereka tidak lagi menggunakan daun kikir bersama tembakau
akan tetapi mereka menggantikannya dengan rokok gudang garam merah, mereka
meyakini bahwa rokok tersebut adalah kesukaan roh-roh leluhur mereka, bila orang
yang kesurupan mengisapnya maka mereka menganggap yang mengisap itu adalah roh-roh
nenek moyang mereka yang sedang menyusup ke dalam tubuhnya.
Orang
yang kesurupan tersebut kemudian berdiam di tempat itu, orang tuanya atau keluarganya
menganggap bahwa anak tersebut akan sakti dan akan memiliki berbagai macam
kelebihan dan keunggulan.
Orang
yang mengerti tentang agama Islam bila melihat orang yang kesurupan seperti itu
maka dia langsung menghukumi bahwa anak tersebut sedang kesurupan jin, karena
salah satu cara jin dalam menipu anak manusia adalah dengan berbentuk rupa
nenek moyang mereka, bila didapati orang kesurupan seperti ini maka perlu untuk
diruqyah dengan dibacakan ayat Kursi, surat Al-Falaq, An-Nas dan dzikir-dzikir
yang telah diajarkan oleh Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam maka
jinnya akan keluar dari tubuhnya.
Bila
jinnya sudah berkembang biak di dalam tubuhnya dan tidak berpengaruh model
ruqyah dengan bacaan-bacaan seperti itu maka boleh dibacakan bacaan-bacaan dan dzikir-dzikir
tersebut lalu ditiupkan ke dalam air kemudian diminumkan kepada yang kesurupan
itu sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Bazz dan selainnya dari para ulama
Ahlissunnah, dan lebih bagus lagi adalah mengkompromikan antara menggunakan
ruqyah dengan membekam sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnul Qoyyim Rohimahulloh.
Demikian pembahasan yang singkat ini,
semoga bermanfaat.
ونسأل
الله عز وجل أن يوفقنا وجميع المسلمين للهداية والسداد، وصلى الله وسلم على نبينا
محمد وعلى آله وصحبه.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar