TRAGEDI JUM'AT DAN SABTU
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan
saudara-saudarinya
PENDAHULUAN
بِسمِ الله
الرَّحمنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ،
أَحْمَدُهُ، وَأَسْتَعِينُهُ، وَأَسْتَنْصِرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. أما بعد:
Sungguh benar apa yang kami
katakan pada akhir tulisan kami yang berjudul "Bertempur Lagi…":
"….namun sudah merupakan kebiasan buruk kaum kafir Rofidhoh dari sejak tragedi
Muharrom 1433 hingga hari kita ini, mereka selalu khianat dan membuat
kecurangan serta terus menerus membuat makar akan tetapi cukuplah bagi kami apa
yang telah Alloh katakan:
{وَمَكَرُوا
وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ} [آل عمران: 54]
"Dan
mereka (orang-orang kafir itu) membuat makar (tipu daya), dan Alloh membalas
tipu daya mereka itu. Dan Alloh adalah sebaik-baik pembalas tipu daya". (Ali
Imron: 54)".
Setelah beberapa hari dari
hari-hari diadakannya perdamaian oleh Lajnah (Tim Penengah), ternyata kaum
kafir Rofidhoh menampakan kekafirannya secara nyata dengan tanpa diragukan
lagi, ketika Lajnah mendatangi tempat mereka yang sudah menguasai kampung
Thulul, maka mereka (kaum kafir Rofidhoh) melemparkan mushhaf Al-Qur'an di
hadapan Lajnah, Lajnah hanya berdiam dengan tanpa ada pengingkaran, kalau
perbuatan tersebut dilakukan di hadapan Ahlussunnah maka ada dua kemungkinan;
Rofidhohnya yang mati atau Ahlussunnahnya yang mati karena kecemburuannya dalam
membela Al-Qur'an.
Jika kembali kepada hukum asal terhadap
siapa saja yang melakukan penghinaan terhadap Al-Qur'an maka hukumannya dibunuh,
Jabir bin 'Abdillah semoga Alloh meridhoinya berkata:
"أَمَرَنَا
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّ نَضْرِبَ بِهَذَا
-يَعْنِي السَّيْفَ- مَنْ خَرَجَ عَنْ هَذَا. يَعْنِي الْمُصْحَفَ".
"Rosululloh
Shollallohu 'Alaihi wa Sallam memerintahkan kami untuk kami memukulkan
ini (ya'ni pedang) kepada siapa saja yang keluar dari ini (ya'ni Al-Qur'an)".
Jangankan menghina mengatakan
bahwa Al-Qur'an makhluk saja hukumannya adalah kafir, Ibnu Mahdi semoga
Alloh merohmatinya berkata:
"وَلَوْ
رَأَيْتُ رَجُلًا عَلَى الْجِسْرِ وَبِيَدِي سَيْفٌ يَقُولُ: الْقُرْآنُ
مَخْلُوقٌ، لَضَرَبْتُ عُنُقَهُ ".
"Dan kalaulah
aku melihat seseorang di atas suatu jalan dan di tanganku ada pedang, dan orang
tersebut berkata: Al-Qur'an adalah makhluk maka sungguh aku akan tebas
kepalanya".
YANG TERJADI PADA
MALAM JUM'AT
Pada tengah malam Jum'at
bertepatan dengan tanggal 23 Syawwal 1434 tiga orang dari warga Dammaj berkendaraan
sepeda motor berangkat dari Dammaj A'la menuju markiz Dammaj di tengah jalan mereka
ditembak oleh kaum kafir Rofidhoh yang mengakibatkan jatuhnya korban, dua orang
dari warga langsung mati semoga Alloh merohmati kami dan mereka.
Ketika Abu 'Iyadh Al-Limboriy
datang ke Wathon dengan membawa makanan maka para penjaga asal Soumalia pada
kaget, sambil mereka berkata: "Kami mengira kalau dia (ya'ni Abu 'Iyadh
Al-Limboriy) sudah mati, bukankah tadi malam yang ditembak oleh Rofidhoh adalah
yang berkendaraan sepeda motor". Mereka menganggap seperti itu karena
memang biasanya Abu 'Iyadh Al-Limboriy kalau ke Wathon mengendarai sepeda
motor, dan di matras mereka biasa yang pertama diberi makanan.
YANG TERJADI PADA HARI
JUM'AT
Menjelang fajar shodiq kaum
muslimin Dammaj bersiap-siap untuk melaksanakan sholat shubuh, pada detik-detik
itu terdengarlah bunyi-bunyi tembakan yang dilakukan oleh kaum kafir Rofidhoh
terhadap kaum muslimin Dammaj, dan tembakan ini terus menerus mereka lakukan
hingga kaum muslimin selesai dari menegakan sholat Jum'at di masjid Ahlissunnah
Dammaj.
Setelah sholat Jum'at langsung
kaum kafir Rofidhoh melepaskan tembakan mortir ke arah gunung Barroqoh, dan
mortir itu berjatuhan mengenai puncak Barroqoh, tidak hanya sekali mereka
melepaskan tembakan itu namun mereka lakukan berkali-kali yang mereka arahkan
ke bukit Barroqoh, mereka melepaskan tembakan mortir hingga mengenai masjid
Barroqoh, dan kali ini mereka belum menggunakan senjata berat berupa midfa'
(sejenis meriam), mereka masih menggunakan mortir; mulai yang berukuran kecil
hingga yang berukuran besar.
Pada tragedi ini, juga yang
terjadi pada pekan lalu sebelum adanya perdamaian Alhamdulillah tidak
ada dari para anak-anak, para orang tua dan para wanita dari kaum muslimin yang
jatuh korban.
Dengan banyaknya tembakan yang
dilepaskan oleh para penembak jitu kaum kafir Rofidhoh mengakibatkan para
pengantar makanan di Wathon tidak bisa menyebrangi jalan-jalan dan gang-gang
rumah menuju Wathon, para penembak jitu terus mengintai dan terus pula
melepaskan tembakan membabi buta ke jalan-jalan dan gang-gang rumah menuju
Wathon, sungguh gila mereka, jalan-jalan yang tidak ada orangnya ditembak semua,
tembok-tembok dan pagar-pagar kebun anggur mereka tembak, melihat hal demikian
itu maka seorang bapak asal Indonesia berkata: "Tembak terus, terus
tembak!, habiskan saja peluru-peluru kalian, tembak apa saja yang kalian lihat
di depan kalian!". Memang mereka benar-benar mabuk dan gila semoga
Alloh menghancurkan mereka.
Dengan tidak adanya seorangpun
bisa melewati jalan menuju Wathon maka para penjaga di Wathon tidak mendapatkan
makan siang, mereka hanya bisa memakan sisa-sisa potongan roti yang diantar
pada pagi harinya, namun bagi mereka ini adalah biasa, karena mereka telah
merasakan waktu hishor yang lebih dahsyat dan mengerikan dari hari Jum'at ini.
Mereka kaum kafir Rofidhoh terus
melepaskan tembakan hingga masuk waktu sholat ashar. Tidak berhenti di situ,
namun setelah sholat ashar mereka masih saja terus menerus melakukan
tembakan-tembakan yang membabi buta, menjelang maghrib mereka melepaskan
tembakan mortir mengakibatkan jatuhnya korban, 2 (dua) penuntut ilmu asal
Soumalia luka-luka akibat percikan mortir dan seorang warga Dammaj meninggal
dunia.
YANG TERJADI PADA
MALAM SABTU
Pada malam Sabtu kami bersama
kawan-kawan ikut mengantarkan kebutuhan jaga di Wathon, tidak lama kemudian ada
dua orang dari kaum kafir Rofidhoh mencoba masuk ke Wathon, ketika sudah berada
di pintu masuk samping masjid Wathon berjumpalah dengan para penjaga asal
Soumalia, dua orang itupun kaget setelah digertak oleh para penjaga asal
Soumalia, dan diajak berkelahi tanpa menggunakan tembak, keduanya mengangkat tangan yang menandakan
kalau keduanya menyerah, keduanya dijadikan sebagai tawanan, keduanya ketakutan
ketika melihat orang-orang Soumalia yang berwatak keras, sampai ada seseorang
berkata: "Memang Rofidhoh itu takut sama orang Soumalia, mungkin karena mereka
berkulit sangat hitam, dulu pernah ada seorang Rofidhoh datang dengan membawa senjata
AK, ketika berhadapan dengan seorang Soumalia maka seorang Soumalia tadi mengancamnya
dengan hanya memegang pisau, maka tiba-tiba seorang Rofidhoh tadi meletakkan
senjatanya di tanah dan langsung mengangkat tangannya sebagai tanda kalau dia
menyerah".
Dan dua orang tawanan yang
ditangkap oleh para penjaga asal Soumalia itu ketika diwawancarai maka keduanya
mengatakan bahwa pada hari itu (ya'ni Jum'at) mereka (ya'ni Rofidhoh) sudah puluhan
yang mati, rosysyasy (senjata besar berkaki tiga) mereka telah patah
karena terkena tembakan dari para penuntut ilmu, ya semoga tidak hanya
senjata itu yang rusak, semoga Alloh merusak senjata-senjata mereka dan membinasakan
mereka sebagaimana Alloh binasakan orang-orang kafir sebelum mereka.
Syaikhuna Yahya semoga Alloh
menjaganya pada kajian "Shohih Muslim" pada malam Rabu 21
Syawwal 1434 setelah beliau membaca hadits tentang kisah keluarnya Ya'juj wa
Ma'juj beliau berkata: "Ya'juj dan Ma'juj perusak di muka bumi, mereka
binasa dengan sebab doa Nabi 'Isa 'Alaihis Salam, maka berdoalah kalian
atas mereka (kaum Rofidhoh), berdoalah kepada Alloh supaya membinasakan mereka!".
Pada malam sabtu 24 Syawwal 1434
sekitar 300 (tiga ratus) orang dari kaum kafir Rofidhoh bersiap-siap untuk
menyerang ke Wathon, namun pada malam itu salah satu dari mereka mencoba-coba
mengintip kepada para penjaga Wathon, ketika dia mengangkat kepala dilepaskanlah
tembakan oleh salah seorang penjaga di Wathon, diapun jatuh langsung mati semoga
Alloh membinasakan mereka, dengan sebab itu membuat mereka ketakutan untuk
meneruskan rencana jahat mereka.
YANG TERJADI PADA HARI
SABTU
Pada siang harinya bertepatan
dengan tanggal 24 Syawwal 1434 mereka kaum kafir Rofidhoh masih terus sibuk
melepaskan tembakan membabi buta, namun tidak ada korban, kemudian datang
Lajnah (Tim Penengah) dan mereka masuk ke arah Wathon, bersamaan dengan
masuknya mereka, kaum kafir Rofidhoh melepaskan tembakan mengakibatkan jatuh
korban seorang penuntut ilmu asal Soumalia.
Dan tujuan dari kedatangan
Lajnah (Tim Penengah) adalah untuk menyampaikan permintaan agar diadakan
perdamaian lagi, Syaikhuna Yahya dengan penuh kesabaran tetap mendengarkan
permintaan mereka, padahal pada perdamaian pekan lalu mereka mengatakan bahwa
kalau Khutsiyyun (ya'ni Rofidhoh) memulai melepaskan tembakan baru maka pesawat
tempur pemerintah Yaman akan datang membom tempat-tempat mereka, namun ketika
terjadi apa yang terjadi, berupa penembakan yang mereka lakukan bahkan dimulai
dengan pembunuhan langsung, tidak terbukti apa yang dijanjikan oleh Lajnah itu,
namun Syaikhuna dan para penuntut ilmu dengan penuh kesabaran tetap melayani dan
mendengar apa yang disampaikan oleh para Lajnah selaku utusan penguasa, bukan
hanya kali ini kaum kafir Rofidhoh berbuat khianat dan dusta namun dari sejak
awal perang mereka telah berbuat khianat dan dusta, bukan hanya waktu itu
bahkan dari zaman terdahulu mereka selalu khianat dan berdusta, Abul 'Abbas
Ahmad Al-Harroniy Rohimahulloh berkata:
"وَهُمْ أَكْذَبُ الطَّوَائِفِ".
"Dan
mereka adalah paling pendustanya kelompok-kelompok".
Beliau juga berkata tentang kaum
kafir Rofidhoh:
"الرَّافِضَةَ أَكْذَبُ طَوَائِفِ الْأُمَّةِ عَلَى
الْإِطْلَاقِ وَهُمْ أَعْظَمُ الطَّوَائِفِ الْمُدَّعِيَةِ لِلْإِسْلَامِ غُلُوًّا
وَشِرْكًا".
"Rofidhoh
adalah paling pendustanya kelompok-kelompok umat secara mutlak, mereka yang
paling besarnya kelompok-kelompok yang mengaku berislam melakukan sikap ghuluw
dan kesyirikan".
Beliau juga berkata:
"وَقَدِ اتَّفَقَ أَهْلُ الْعِلْمِ بِالنَّقْلِ،
وَالرِّوَايَةِ، وَالْإِسْنَادِ عَلَى أَنَّ الرَّافِضَةَ أَكْذَبُ الطَّوَائِفِ".
"Dan
sungguh telah bersepakat para ahlul 'ilmi dengan penukilan, dengan periwayatan
dan dengan penyandaran atas bahwasanya Rofidhoh adalah paling pendustanya
kelompok-kelompok".
Beliau juga berkata tentang
perbuatan mereka itu:
"لِأَنَّ هَذَا كَانَ مِنْ شِعَارِ الرَّافِضَةِ".
"Karena
sesungguhnya ini adalah termasuk dari semboyannya Rofidhoh".
Beliau juga berkata:
"وَالرَّافِضَةُ أَكْذِبُ وَأَفْسَدُ دِينًا".
"Dan
Rofidhoh adalah paling pendusta dan paling perusak terhadap agama".
Apa yang dikatakan oleh beliau adalah
suatu kebenaran yang tidak bisa kita ragukan lagi, sekarang kita sudah bisa
mendengarkan dan bahkan menyaksikan secara langsung sepak terjang mereka kaum
kafir Rofidhoh semoga Alloh hancurkan mereka dengan sehancur-hancurnya.
PERMASALAHAN SEPUTAR KEJADIAN
Telah sampai kepada kami suatu
pertanyaan: Apakah benar bahwa kamu menyebarkan bahwasanya yang terbunuh pada pihak
Rofidhoh 200 (dua ratus) orang pada perang pekan lalu, karena dengan itu ada
yang mengatakan bahwa kamu pendusta?.
Kami katakan:
Kami tidak membuat pemastian
seperti itu, namun kami katakan sebagaimana dalam tulisan kami "Bertempur
lagi…": "…banyak dari
kaum muslimin memberitakan bahwa yang terbunuh dari pihak Rofidhoh sekitar 200
(dua ratus) orang, ada pula yang memberitakan bahwa yang terbunuh lebih dari
itu".
Orang yang memiliki pemahaman
bagus dan benar tentu akan memahami bahwa perkataan kami ini bukan suatu
pemastian, apalagi kami ikutkan pada perkataan selanjutnya dalam tulisan
tersebut: "…yang terpenting bahwa
yang terbunuh dari mereka adalah terbanyak begitupula yang luka-luka sangat
banyak".
Jadi siapa saja yang terus
menyebarkan bahwa kami membuat pemastian seperti itu atau dengan berani dia mengatakan
bahwa kami sebagai pendusta maka bisa jadi dia adalah orang yang rasa hasad dan
kebenciannya kepada kami telah menguasai dirinya, atau bisa jadi pula dia ingin
supaya dirinya menjadi rujukan dalam pemberitaan dan penginformasian, atau bisa
jadi pula dia telah dilanda petaka kegilaan sehingga tidak mengontrol dirinya
dalam berkata dan berbuat.
Perlu diketahui bahwa kaum kafir
Rofidhoh tidaklah mengutus orang-orang mereka ke Rumah Sakit melainkan hanya orang-orang
yang luka-luka dari mereka, adapun yang sudah terbunuh maka mereka sudah menyiapkan
rumah-rumah khusus untuk memendamnya, dan terkadang pula mereka memotong kepala
mayat-mayat mereka lalu kepala-kepala dari mayat-mayat itu mereka pisahkan
dengan tubuh-tubuhnya supaya tidak diketahui siapa saja yang mati dari pihak mereka.
Kemudian yang perlu diketahui
pula bahwa jika seseorang menyampaikan suatu berita maka tidak bisa langsung
diingkari atau didustakan namun perlu adanya tinjaun dan pemastian berita,
Alloh Ta'ala berkata:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنْ جَاءَكُمْ فَاسِقٌ بِنَبَإٍ
فَتَبَيَّنُوا} [الحجرات: 6]
"Wahai
orang-orang yang beriman jika datang kepada kalian seorang yang fasiq
memberitakan suatu berita maka carilah oleh kalian kejelasannya". (Al-Hujarot: 6).
Hal demikian karena orang-orang
yang berada di tempat suatu kejadian berhadapan dengan kejadian yang beraneka
macam, bahkan satu kejadianpun terkadang membuahkan perbedaan pandangan, hal ini
banyak didapati pada pertempuran di zaman para shohabat, sebagaimana ada suatu
pemberitaan seperti orang-orang kafir yang terbunuh dalam perang Badr jumlahnya
mereka tentukan sekian, yang lain menyatakan jumlahnya lebih banyak dari yang
demikian itu, atau ketika tokoh-tokoh besar kaum musyrikin dibunuh maka ada
dari para shohabat mengaku bahwa dialah yang membunuhnya, adapula yang lainnya mengatakan
bahwa dia yang membunuhnya, sebagaimana pula pada kisah terbunuhnya Musailamah Al-Kadzdzab;
ada yang mengatakan bahwa yang membunuhnya adalah bekas budak yang berkulit
hitam, ada pula yang mengatakan bahwa yang membunuhnya adalah orang selainnya, jika
seperti ini keadaannya maka tidak bisa bagi seseorang kemudian lancang menafikan
yang ini dan menetapkan yang itu, akan tetapi dia hendaknya melihat dengan
teliti karena bisa jadi pembunuhan Musailamah Al-Kadzdzab itu dilakukan dengan
bersamaan, bekas budak berkulit hitam melemparkan tombaknya mengenai Musailamah
Al-Kadzdzab, bersamaan dengan itu pula ada yang menebaskan pedangnya kepada
tubuh Musailamah Al-Kadzdzab, maka tidak bisa kemudian dikatakan bahwa pembunuh
Musailamah Al-Kadzdzab adalah bukan bekas budak yang berkulit hitam tapi yang
selainnya. Wallohul musta'an.
Demikian yang bisa kami tuliskan
pada pertemuan kali ini.
وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك
أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
Bismillah...
BalasHapusUntuk lebih mengenal Syiah Rofidloh, kunjungi: http://bahaya-syiah-rofidloh.blogspot.com/
Baarokallohufiikum.