JALAN PINTAS
MENUJU JANNAH
Pertanyaan:
بسم الله
الرحمن الرحيم
Kami
melihat banyak dari pada akhwat berbondong-bondong ke pondok pesantren, sampai
sebagian mereka pindah-pindah pondok, mereka menyangka bahwa perbuatan mereka
itu adalah jalan pintas untuk masuk Jannah (surga), mereka berdalil:
«مَنْ
سَلَكَ طَرِيقًا يَلْتَمِسُ فِيهِ عِلْمًا، سَهَّلَ اللَّهُ لَهُ طَرِيقًا إِلَى
الْجَنَّةِ»
“Barang siapa menempuh
suatu jalan, yang dia inginkan padanya suatu ilmu, maka Alloh memudahkan
baginya suatu jalan menuju Jannah (surga)”. Apa pendapatmu
tentang masalah ini? –semoga Alloh menjagamu, memberkahimu, dan membalasmu
dengan kebaikan yang banyak-.
Jawaban:
بسم الله
الرحمن الرحيم
الحمد
لله رب العالمين، والصلاة والسلام على نبينا محمد وعلى آله وصحبه وسلم، أما بعد:
Tidak
dikenal di zaman salafush sholih (para pendahulu yang sholih) adanya
para wanita yang melakukan rihlah (menempuh perjalanan jauh) untuk
menuntut ilmu, bahkan tidak ada nukilan dari hadits-hadits shohih atau
pun hadits yang dhoif yang menjelaskan tentang adanya para wanita yang rihlah
untuk menuntut ilmu. Begitu pula tidak didapati ada dari para ulama salafush
sholih yang membuka pondok pesantren khusus wanita.
Kalau
tidak ada di zaman salafush sholih dan tidak dilakukan oleh para salafush
sholih lalu dari mana sunnah sayyiah (metode yang jelek) tersebut
mereka wariskan?
Cukuplah
bagi mereka yang melakukan perbuatan tersebut mendapatkan dosa dan kejelekan,
Rosululloh (صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata:
«ومن
سن في الإسلام سنة سيئة، كان عليه وزرها ووزر من عمل بها من بعده، من غير أن ينقص
من أوزارهم شيء»
“Barang siapa membuat
sunnah (metode) dalam Islam dengan sunnah sayyiah (metode yang jelek) maka baginya
dosanya dan dosa yang mengamalkannya setelahnya, dengan tanpa mengurangi dari
dosa mereka sedikit pun”.
Hadits
ini diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim dari Jarir bin
Abdillah.
Para
wanita yang menginginkan untuk menempuh jalan pintas menuju Jannah maka bagi
mereka cukup melaksanakan rukun-rukun Islam yang lima, mentaati suami mereka
(bagi yang sudah menikah dan bagi yang belum menikah mentaati orang tua mereka),
menjaga lisan dan kehormatan mereka maka itulah jalan pintas menuju Jannah, dari
Abu Huroiroh beliau berkata:
أَنَّ أَعْرَابِيًّا أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ
الجَنَّةَ، قَالَ: «تَعْبُدُ اللَّهَ لاَ تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا، وَتُقِيمُ
الصَّلاَةَ المَكْتُوبَةَ، وَتُؤَدِّي الزَّكَاةَ المَفْرُوضَةَ، وَتَصُومُ
رَمَضَانَ» قَالَ: وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَا، فَلَمَّا
وَلَّى، قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «مَنْ سَرَّهُ أَنْ
يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ، فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا»
“Bahwasanya seorang
Arob pedalaman datang kepada Nabi (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ),
lalu berkata: “Tunjukan kepadaku atas suatu amalan, jika aku mengamalkannya
maka aku akan masuk Jannah, maka beliau berkata: “Kamu beribadah kepada
Alloh, dan tidak menyekutukan-Nya, kamu menegakan sholat, menunaikan zakat yang
wajib, dan kamu berpuasa Romadhon”. Beliau berkata: “Demi jiwaku yang
berada di tangan-Nya, aku tidak akan menambah atas (semua) ini”, maka tatkala
beliau berlalu (pergi), Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata: “Barang siapa yang senang untuk melihat kepada seseorang dari
penduduk Jannah maka dia hendaknya melihat kepada (orang) ini”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhory dan
Muslim di dalam “Ash-Shohihain” dari Abu
Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya-, dalam suatu riwayat dari
hadits Tholhah bin ‘Ubaidillah dengan
lafadz:
وَاللَّهِ لاَ أَزِيدُ عَلَى هَذَا، وَلاَ
أَنْقُصُ، قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «أَفْلَحَ إِنْ
صَدَقَ»
“Demi Alloh aku tidak
akan menambah atas (semua) ini dan tidak (pula) aku akan mengurangi, Rosululloh
(صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: “Telah beruntung jika dia jujur”.
Pertanyaan:
Para
santriwati bila mereka dinasehati seperti nasehat tersebut mereka ngeyel
dan langsung mengadu ke ustadz-ustadz di pondok pesantren mereka, ustadz-ustadz
mereka juga lebih ngeyel dan ngamuk-ngamuk, mereka semua berkata:
“Dari mana msu tahu rukun-rukun Islam kalau tidak ke pondok pesantren ini?!”.
Jawaban:
Asiyah
istri Fir’aun, Maryam bintu ‘Imron, Asma’ bintu Abi Bakr Ash-Shiddiq dan
Mu’adzah Al-‘Adawiyyah serta wanita salafush sholih –semoga Alloh
meridhoi mereka semuanya- tidaklah mereka datang ke pondok pesantren kalian
wahai para ustadz! akan tetapi Alloh (تعالى) membukakan bagi mereka jalan pintas menuju Jannah, Alloh (تعالى) berkata tentang Asiyah dan Maryam:
{وَضَرَبَ
اللَّهُ مَثَلًا لِلَّذِينَ آمَنُوا امْرَأَتَ فِرْعَوْنَ إِذْ قَالَتْ رَبِّ
ابْنِ لِي عِنْدَكَ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ وَنَجِّنِي مِنْ فِرْعَوْنَ وَعَمَلِهِ
وَنَجِّنِي مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ (11) وَمَرْيَمَ ابْنَتَ عِمْرَانَ
الَّتِي أَحْصَنَتْ فَرْجَهَا فَنَفَخْنَا فِيهِ مِنْ رُوحِنَا وَصَدَّقَتْ
بِكَلِمَاتِ رَبِّهَا وَكُتُبِهِ وَكَانَتْ مِنَ الْقَانِتِينَ (12)} [التحريم:
11، 12]
“Dan Alloh membuat
isteri Fir'aun sebagai perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika dia
berkata: "Ya Robbku, bangunkanlah untukku sebuah istana di sisi-Mu di
dalam Jannah, dan selamatkanlah aku dari Fir'aun dan perbuatannya, dan
selamatkanlah aku dari kaum yang zholim. Dan Maryam bintu Imron yang memelihara
kehormatannya, maka Kami tiupkan ke dalam rohimnya sebagian dari ruh Kami, dan
dia membenarkan kalimat Robbnya dan Kitab-Kitab-Nya, dan dia adalah termasuk
orang-orang yang taat”. (At-Tahrim: 11-12).
Dan
Alloh (تعالى) berkata:
{قَدْ
أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ (1) الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ (2)
وَالَّذِينَ هُمْ عَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضُونَ (3) وَالَّذِينَ هُمْ لِلزَّكَاةِ
فَاعِلُونَ (4) وَالَّذِينَ هُمْ لِفُرُوجِهِمْ حَافِظُونَ (5) إِلَّا عَلَى
أَزْوَاجِهِمْ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُمْ فَإِنَّهُمْ غَيْرُ مَلُومِينَ
(6)} [المؤمنون: 1 - 6]
“Sesungguh telah
beruntung orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu'
dalam sholatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tidak berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki; maka sesungguhnya mereka dalam hal ini tidak
terceIa”. (Al-Mu’minun: 1-6).
Tidak
diragukan lagi bahwa para wanita salafush sholih mereka sangat menjaga
sholat-sholat mereka, mereka termasuk orang-orang yang paling menjauhkan diri
dari perkara yang sia-sia, mereka menunaikan zakat, mereka menjaga kehormatan,
maka pantaskan kalau kemudian mereka hanya dijadikan sebagai kenangan-kenangan
sejarah?! Adapun ustadzah (guru wanita) atau santriwati dijadikan
sebagai idola?!.
Betapa
banyak santriwati atau mantan santriwati karena merasa diri lulusan pondok
pesantren, merasa diri memiliki ilmu, bisa hafal ini dan itu, bisa ini dan itu,
mereka pun kemudian sombong; yang belum menikah meremehkan dan melecehkan orang
sholih yang melamarnya, dengan alasan dia lebih tinggi ilmunya atau alasan
minimalnya karena selevel, maunya lulusan dari Saudi-Yaman, yang pada akhirnya
terjadilah apa yang terjadi –aku berlindung kepada Alloh dari segala kejelekan
dan fitnah-, begitu pula yang sudah menikah meremehkan dan melecehkan suaminya,
maunya dia yang mengatur suaminya dan mengkufuri kebaikan suaminya, Al-Imam
Al-Bukhory –semoga Alloh merahmatinya- berkata di dalam “Ash-Shohih”:
“Telah menceritakan kepada kami Abdulloh bin Maslamah, dari Malik, dari Zaid
bin Aslam, dari ‘Atho bin Yasar, dari Ibnu ‘Abbas, beliau berkata: Nabi (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata:
«أُرِيتُ
النَّارَ فَإِذَا أَكْثَرُ أَهْلِهَا النِّسَاءُ، يَكْفُرْنَ» قِيلَ: أَيَكْفُرْنَ
بِاللَّهِ؟ قَالَ: «يَكْفُرْنَ العَشِيرَ، وَيَكْفُرْنَ الإِحْسَانَ، لَوْ
أَحْسَنْتَ إِلَى إِحْدَاهُنَّ الدَّهْرَ، ثُمَّ رَأَتْ مِنْكَ شَيْئًا، قَالَتْ:
مَا رَأَيْتُ مِنْكَ خَيْرًا قَطُّ»
“Aku diperlihatkan
neraka, ternyata kebanyakan penduduknya adalah para wanita, yang mereka
mengkufuri (mengingkari)”, beliau berkata: “Mereka
mengkufuri suami, mereka mengkufuri kebaikan, walaupun kamu berbuat baik kepada
salah seorang dari mereka sepanjang masa, lalu kemudian dia melihat padamu ada
sesuatu (yang dia benci) maka dia berkata: Aku tidak melihat padamu kebaikan
sedikit pun”.
Hadits
ini diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim di dalam “Shohih”nya.
Sudah
sangat banyak penjelasan kami tentang permasalahan ini, maka tidak perlu lagi bagi
kami untuk membuat penjelasan dan mengangkat pembahasan yang panjang, cukup
perkataan Alloh (تعالى)
sebagai pengingat:
{لِيَهْلِكَ
مَنْ هَلَكَ عَنْ بَيِّنَةٍ وَيَحْيَى مَنْ حَيَّ عَنْ بَيِّنَةٍ} [الأنفال: 42]
“Supaya binasa orang
yang binasa (karena sebab) dari penjelasan dan hidup orang yang hidup dari
penjelasan”. (Al-Anfal: 42).
(Diterjemahkan
dari “I’anatus Sail Liabi Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory”).
assalamu 'alaikum
BalasHapuspertanyaan;
ya ustadz, di lingkungan kami ada seseorang penuntut ilmu yang biasa berfatwa dan menulis karya tulis yang berbau agama, tapi menurut pengakuannya dia itu kerasukan jin, apakah boleh orang seperti ini untuk berfatwa dan menulis? dan bolehkah kami membaca hasil karyanya? dan apa nasehat ustadz untuk orang ini, terima kasih sebelumnya atas jawabannya...