Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

KILAUAN MUTIARA DARI KISAH SI PENYAKIT KUSTA, SI GUNDUL DAN SI BUTA


KILAUAN MUTIARA
DARI
KISAH SI PENYAKIT KUSTA, SI GUNDUL DAN SI BUTA




Kesimpulan dari Penjelasan Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limbory Semoga Alloh Memberkahinya
Ketika Mengajar Sebuah Hadits yang Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhory di dalam “Shohih”nya



KISAH SI PENYAKIT KUSTA, SI GUNDUL DAN SI BUTA

بسم الله الرحمن الرحيم
إن الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا
من يهد الله فلا مضل له
, ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له،
وأشهد أن محمدا عبده ورسوله.
أما بعد:
Al-Imam Al-Bukhory –semoga Alloh merahmatinya- berkata: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Ishaq, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Amr bin Ashim, beliau berkata: Telah mencritakan kepada kami Hammam, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Abdillah, beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku Abdurrohman bin Abi Amroh bahwasanya Abu Huroiroh bercerita kepadanya, bahwasanya beliau mendengar Nabi (صلى الله عليه وسلم), -perpindahan jalur periwayatan- dan telah menceritakan kepadaku Muhammad, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdulloh bin Roja’, beliau berkata: Telah mengabarkan kepada kami Hammam dai Ishaq bin Abdillah, beliau berkata: Telah mengabarkan kepadaku Abdurrohman bin Abi Amroh, bahwasanya Abu Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya- bercerita kepadanya, bahwasanya beliau mendengar Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata:
«إِنَّ ثَلاَثَةً فِى بَنِى إِسْرَائِيلَ أَبْرَصَ وَأَقْرَعَ وَأَعْمَى بَدَا لِلَّهِ أَنْ يَبْتَلِيَهُمْ، فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ مَلَكًا، فَأَتَى الأَبْرَصَ. فَقَالَ أَىُّ شَىْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ لَوْنٌ حَسَنٌ وَجِلْدٌ حَسَنٌ، قَدْ قَذِرَنِى النَّاسُ. قَالَ فَمَسَحَهُ، فَذَهَبَ عَنْهُ، فَأُعْطِىَ لَوْنًا حَسَنًا وَجِلْدًا حَسَنًا. فَقَالَ أَىُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ الإِبِلُ - أَوْ قَالَ الْبَقَرُ هُوَ شَكَّ فِى ذَلِكَ، إِنَّ الأَبْرَصَ وَالأَقْرَعَ، قَالَ أَحَدُهُمَا الإِبِلُ، وَقَالَ الآخَرُ الْبَقَرُ- فَأُعْطِىَ نَاقَةً عُشَرَاءَ. فَقَالَ يُبَارَكُ لَكَ فِيهَا. وَأَتَى الأَقْرَعَ فَقَالَ أَىُّ شَىْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ شَعَرٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّى هَذَا، قَدْ قَذِرَنِى النَّاسُ. قَالَ فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ، وَأُعْطِىَ شَعَرًا حَسَنًا. قَالَ فَأَىُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ الْبَقَرُ. قَالَ فَأَعْطَاهُ بَقَرَةً حَامِلاً، وَقَالَ يُبَارَكُ لَكَ فِيهَا. وَأَتَى الأَعْمَى فَقَالَ أَىُّ شَىْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ يَرُدُّ اللهُ إِلَىَّ بَصَرِى، فَأُبْصِرُ بِهِ النَّاسَ. قَالَ فَمَسَحَهُ، فَرَدَّ اللَّهُ إِلَيْهِ بَصَرَهُ. قَالَ فَأَىُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ الْغَنَمُ. فَأَعْطَاهُ شَاةً وَالِدًا، فَأُنْتِجَ هَذَانِ، وَوَلَّدَ هَذَا، فَكَانَ لِهَذَا وَادٍ مِنْ إِبِلٍ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنْ بَقَرٍ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنَ الْغَنَم. ثُمَّ إِنَّهُ أَتَى الأَبْرَصَ فِى صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ فَقَالَ رَجُلٌ مِسْكِينٌ، تَقَطَّعَتْ بِىَ الْحِبَالُ فِى سَفَرِى، فَلاَ بَلاَغَ الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللَّهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِى أَعْطَاكَ اللَّوْنَ الْحَسَنَ وَالْجِلْدَ الْحَسَنَ وَالْمَالَ بَعِيرًا أَتَبَلَّغُ عَلَيْهِ فِى سَفَرِى. فَقَالَ لَهُ إِنَّ الْحُقُوقَ كَثِيرَةٌ. فَقَالَ لَهُ كَأَنِّى أَعْرِفُكَ، أَلَمْ تَكُنْ أَبْرَصَ يَقْذَرُكَ النَّاسُ فَقِيرًا فَأَعْطَاكَ اللهُ فَقَالَ لَقَدْ وَرِثْتُ لِكَابِرٍ عَنْ كَابِرٍ. فَقَالَ إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ، وَأَتَى الأَقْرَعَ فِى صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، فَقَالَ لَهُ مِثْلَ مَا قَالَ لِهَذَا، فَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَ مَا رَدَّ عَلَيْهِ هَذَا فَقَالَ إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ. وَأَتَى الأَعْمَى فِى صُورَتِهِ فَقَالَ رَجُلٌ مِسْكِينٌ وَابْنُ سَبِيلٍ وَتَقَطَّعَتْ بِىَ الْحِبَالُ فِى سَفَرِى، فَلاَ بَلاَغَ الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللهِ، ثُمَّ بِكَ أَسْأَلُكَ بِالَّذِى رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِى سَفَرِى. فَقَالَ قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللَّهُ بَصَرِى، وَفَقِيرًا فَقَدْ أَغْنَانِى، فَخُذْ مَا شِئْتَ، فَوَاللهِ لاَ أَجْهَدُكَ الْيَوْمَ بِشَىْءٍ أَخَذْتَهُ لِلَّهِ. فَقَالَ أَمْسِكْ مَالَكَ، فَإِنَّمَا ابْتُلِيتُمْ، فَقَدْ رَضِىَ اللَّهُ عَنْكَ وَسَخِطَ عَلَى صَاحِبَيْكَ».
أخرجه الإمام مسلم رحمه الله.
“Sesungguhnya ada tiga orang di kalangan Bani Isroil; si Penyakit kusta, si Gundul dan si Buta, Alloh menginginkan untuk menguji mereka, maka diutuslah kepada mereka seorang Malaikat, maka Malaikat tersebut mendatangi si Penyakit kusta, lalu berkata: Apa yang paling kamu sukai bagimu? Dia menjawab: Warna (kulit) yang indah dan kulit yang bagus, sungguh manusia telah merasa jijik terhadapku. Dia berkata: Lalu Malaikat mengusapnya, maka hilanglah penyakit tersebut darinya, diberikan kepadanya warna (kulit) yang indah dan kulit yang bagus. Lalu berkata: Harta apa yang paling kamu sukai untukmu? Dia berkata: Unta –atau berkata: Sapi, dia ragu tentang yang demikian itu. Sesungguhnya si Penyakit kusta dan si Botak, salah satu dari keduanya berkata: Unta, dan berkata yang lain: Sapi, lalu diberikanlah seekor unta yang hamil, lalu berkata: Semoga diberkahi bagimu tentangnya. Dan dia mendatangi si Botak lalu berkata: Apa yang paling kamu sukai untukmu? Dia berkata: Rambut yang indah, dan hilangnya penyakit ini dariku, sungguh manusia telah merasa jijik denganku. Dia berkata: Lalu diusaplah maka hilanglah (penyakitnya) dan diberikan kepadanya rambut yang indah, dan dikatakan kepadanya: Harta apa yang paling kamu sukai? Dia berkata: Sapi, dia berkata: Maka diberikanlah sapi yang hamil, dan dia berkata: Semoga diberkahi bagimu padanya. Dan dia datang kepada si Buta, lalu berkata: Apa yang paling kamu senangi untukmu? Dia berkata: Alloh mengembalikan kepadaku penglihatanku, lalu dilihat dengan manusia. Dia berkata: Lalu dia mengusapnya, maka Alloh mengembalikan kepadanya penglihatannya. Dia berkata: Harta apa yang paling kamu sukai, beliau berkata: Kambing. Maka dia memberinya kambing yang beranak, lalu diperoleh hasil dari kedunya, dan dia berkembang biak. Si Penyakit kusta memiliki satu wadi unta, si Botak memiliki satu sapi wadi dan si Buta memiliki satu wadi kambing. Kemudian Malaikat mendatangi si Penyakit kusta dalam bentuknya dan keadaannya (dahulu ketika sakit), dia berkata: Saya adalah lelaki yang miskin (patut dikasihani) sungguh telah terputus bagiku perbekalan safarku, maka tidaklah aku bisa sampai ketujuanku pada hari ini melainkan karena Alloh kemudian karena sebab (bantuanmu), aku memintamu dengan (Nama) Yang Memberikanmu warna (kulit) yang indah dan kulit yang bagus dan harta berupa unta hingga aku bisa sampai ke tujuan dari perjalananku. Maka dia berkata: Tanggunganku banyak, lalu dia berkata: Seakan-akan aku mengenalmu! Bukankah dahulu kamu berpenyakit kusta, manusia merasa jijik terhadapmu! Kamu dalam keadaan faqir (serba kurang) lalu Alloh memberimu (kecukupan)?! Maka dia berkata: Sungguh aku telah mewariskannya dari bapakku dari nenek moyangku. Maka dia berkata: Kalau kamu berdusta semoga Alloh mengembalikanmu kepada apa yang dahulu kamu berada padanya. Dan dia mendatangi si Botak dalam bentuk dan keadaannya (dahulu ketika botak) lalu berkata kepadanya seperti perkataannya kepada si Penyakit kusta, maka dikembalikanlah seperti dikembalikan atas si Penyakit kusta, lalu berkata: Jika kamu berdusta semoga Alloh merubahmu kepada apa yang dahulu kamu berada padanya. Dan dia mendatangi si Buta dalam bentuknya (ketika masih buta) lalu berkata: Aku adalah seorang yang patut dikasihani (miskin) dan aku adalah orang yang sedang melakukan perjalan dan telah terputus perbekalanku dalam perjalanan, maka tidaklah aku bisa sampai ke tujuanku pada hari ini melainkan karena Alloh kemudian dengan sebab (bantuan)mu, aku memintamu dengan (nama) Yang Telah Mengembalikan kepadamu penglihatanmu (dan memberimu) seekor kambing sehingga aku bisa sampai ke tujuan perjalananku. Maka dia berkata: Sungguh dahulu aku buta lalu Alloh mengembalikan penglihatanku dan aku dalam keadaan serba kekurangan (faqir) lalu Dia memberikan kecukupan kepadaku, ambillah apa yang kamu sukai, demi Alloh tidaklah aku menahan darimu pada hari dengan sesuatu yang kamu mengambilnya karena Alloh. Maka dia berkata: Tahan (jagalah) hartamu karena sesungguhnya kalian telah diuji, sungguh Alloh telah ridho denganmu dan murka atas dua kawanmu”.      
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim –semoga Alloh merahmatinya-.
Hadits ini memiliki faedah yang sangat banyak, diantara faedahnya adalah:

KEUTAMAAN AL-IMAM AL-BUKHORY

ü  Al-Imam Al-Bukhory nama beliau adalah Muhammad bin Isma’il bin Ibrohim Ibnul Mughiroh, beliau dari keturunan ‘Ajm (selain Arob). Dari penjelasan tentang beliau ini maka bukanlah suatu perkara yang mustahil kalau nanti akan bermunculan para ulama atau para imam dari orang-orang ‘Ajm, bukan suatu kemustahilan kalau nanti Alloh akan memunculkan seorang alim atau seorang imam ahli ilmu dari Nusantara atau dari Melayu, Alloh (عز وجل) berkata:
{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [آل عمران: 26]
“Katakanlah: "Ya Alloh, Ya (مَالِكَ) Yang Memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki, di Tangan-Mulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau atas segala sesuatu adalah (قَدِيرٌ) Maha Menguasai”. (Ali Imron: 26).
Al-Imam Muslim berkata: “Dan telah menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Ya’qub bin Ibrohim, beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku bapakku, dari Ibnu Syihab, dari ‘Amir bin Watsilah, bahwasanya Nafi’ bin Abdil Harits bertemu Umar memperkerjakannya di Makkah maka beliau berkata:
من استعملت على أهل الوادي، فقال: ابن أبزى، قال: ومن ابن أبزى؟ قال: مولى من موالينا، قال: فاستخلفت عليهم مولى؟ قال: إنه قارئ لكتاب الله عز وجل، وإنه عالم بالفرائض، قال عمر: أما إن نبيكم صلى الله عليه وسلم قد قال: «إن الله يرفع بهذا الكتاب أقواما، ويضع به آخرين».
“Siapa yang engkau jadikan pekerja atas penduduk Wady? Maka beliau menjawab: Ibnu Abza, beliau berkata: Siapa Ibnu Abza? Beliau menjawab: Seorang bekas budak dari bekas-bekas budak kami, beliau berkata: Engkau menjadikan atas mereka pemimpin (dari) seorang bekas budak? Beliau berkata: “Sesungguhnya beliau adalah seorang qori’ (pembaca) Kitabulloh (عز وجل), dan beliau alim (paling tahu) tentang faroid (ilmu waris), Umar berkata: “Adapun Nabi kalian (صلى الله عليه وسلم) maka sungguh telah berkata: “Sesungguhnya Alloh mengangkat suatu kaum dengan kitab (Al-Qur’an) ini dan Dia merendahkan dengannya yang lainnya”.

KEUTAMAAN MEMILIKI BANYAK MASYAYIKH (GURU-GURU)

Para ulama ahli hadits belajar atau mengambil hadits dari banyak para masyayikh (guru-guru), diantara mereka Al-Imam Al-Bukhory mengambil hadits dari Al-Imam Ahmad bin Ishaq, beliau memiliki banyak syaikh (guru) yang bernama Ahmad, diantaranya yang ini (Ahmad bin Ishaq As-Sulamy), Ahmad bin Yunus, Ahmad Ibnul Miqdam Al-‘Ijliy, Ahmad bin Ya’qub, Ahmad bin Sholih, Ahmad bin Isykab dan Ahmad bin Abdillah bin Ali Al-Manjufy. Al-Imam Al-Bukhory telah banyak meriwayatkan dari masyayikh (guru-gurunya) yang bernama Ahmad tersebut, dan disebutkan di dalam kitabnya “Ash-Shohih” dengan lafadz “haddatsana Ahmad….” (telah menceritakan kepada kami Ahmad….).
Begitu pula pada rumus (ح) “tahwil” perpindahan jalur periwayatan, beliau meriwayatkan dari syaikhnya yaitu Muhammad, beliau memiliki para syaikh yang bernama Muhammad sangat banyak, diantaranya Muhammad Ibnul Mutsanna, Muhammad bin Salam, Muhammad bin Ubaidillah, Muhammad bin ‘Ar’aroh, Muhammad bin Sinan Al-‘Awaqy, Muhammad bin Muqatil Al-Marwadzy, Muhammad bin Yusuf, Muhammad bin Basyar Bundar, Muhammad Ibnul ‘Ala’, Muhammad bin Katsir, Muhammad bin Abdirrohim, Muhammad bin Mahbub, Muhammad bin Abi Bakr Al-Muqaddamy, Muhammad bin Hatim bin Bazi’, Muhammad bin Mihron, Muhammad bin Aban, Muhammad bin Abdillah bin Hausyab, Muhammad Ibnush Shobah, Muhammad bin Ubaid bin Maimun, Muhammad bin Miskin, Muhammad bin Ma’mar, Muhammad bin ‘Uqbah Asy-Syaibany Al-Kufy, Muhammad Ibnul Fadhl, Muhammad bin Ghuroir Az-Zuhry, Muhammad bin Kholid, Muhammad bin ‘Amr, Muhammad bin Ja’far, Muhammad bin Rofi’, Muhammad bin Sabiq, Muhammad bin Sa’id Al-Khuza’y, Muhammad Ibnun Nadhor, Muhammad bin Musa Al-Qothon, Muhammad bin Kholaf, Muhammad bin Minhal, Muhammad Ibnul Walid, Muhammad Ibnul Hakam, Muhammad bin ‘Abadah, Muhammad Ibnush Sholt dan Muhammad bin Abdil Aziz. Al-Imam Al-Bukhory telah banyak meriwayatkan dari masyayikh yang bernama Muhammad tersebut, dan disebutkan di dalam kitabnya “Ash-Shohih” dengan lafadz “haddatsana Muhammad….” (telah menceritakan kepada kami Muhammad….) Dan “Haddatsani Muhammad….” (telah menceritakan kepadaku Muhammad….).

KEUTAMAAN ABU HUROIROH

Nama beliau adalah Abdurrohman bin Shokhr, beliau termasuk salah satu dari para shahabat Nabi (صلى الله عليه وسلم) yang banyak meriwayatkan hadits, hal tersebut disebabkan karena doa Nabi (صلى الله عليه وسلم) untuknya dan kesungguhan beliau dalam menimba ilmu dari Nabi (صلى الله عليه وسلم), sebagaimana yang Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) katakan kepada beliau, Al-Imam Al-Bukhory –semoga Alloh merahmatinya- berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdul ‘Aziz bin Abdillah, beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku Sulaiman dari ‘Amr bin Abi ‘Amr dari Sa’id bin Abi Sa’id Al-Maqbury dari Abu Huroiroh, bahwasanya beliau berkata:
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ القِيَامَةِ؟ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لاَ يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ، مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ، أَوْ نَفْسِهِ»
Dikatakan kepada Rosululloh: Siapa yang paling bahagia  dengan syafa’atmu pada hari kiamat? Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: “Sungguh saya telah menyangka wahai Abu Huroiroh bahwa tidak ada seorang pun yang akan bertanya kepadaku tentang hadits ini pertama kali darimu, terhadap apa yang aku lihat dari semangatmu atas hadits paling bahagianya manusia dengan syafa’atku pada hari kiamat, siapa yang berkata tidak ada sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Alloh, yang dia (mengucapkannya dalam keadaan) ikhlas dari hatinya atau (ikhlas) dari dirinya”.
Al-Imam Al-Bukhory –semoga Alloh merahmatinya- berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin Abdillah, beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku Malik, dari Ibnu Syihab dari Al-A’roj dari Abu Huroiroh, beliau berkata:
"إِنَّ النَّاسَ يَقُولُونَ أَكْثَرَ أَبُو هُرَيْرَةَ، وَلَوْلاَ آيَتَانِ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَا حَدَّثْتُ حَدِيثًا، ثُمَّ يَتْلُو {إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ البَيِّنَاتِ وَالهُدَى} إِلَى قَوْلِهِ {الرَّحِيمُ} إِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ المُهَاجِرِينَ كَانَ يَشْغَلُهُمُ الصَّفْقُ بِالأَسْوَاقِ، وَإِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ الأَنْصَارِ كَانَ يَشْغَلُهُمُ العَمَلُ فِي أَمْوَالِهِمْ، وَإِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ يَلْزَمُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِبَعِ بَطْنِهِ، وَيَحْضُرُ مَا لاَ يَحْضُرُونَ، وَيَحْفَظُ مَا لاَ يَحْفَظُونَ".
“Sesungguhnya orang-orang mengatakan: Abu Huroiroh paling banyak (haditsnya), kalaulah bukan karena ayat di dalam Kitabulloh maka aku tidak akan menceritakan suatu hadits (pun), kemudian beliau membaca: “Sesungguhnya orang-orang yang mereka menyembunyikan apa-apa yang telah Kami turunkan dari penjelasan-penjelasan dan petunjuk” –sampai perkataan-Nya- “(الرَّحِيمُ) Maha Penyayang”, sesungguhnya saudara-saudara kami dari kalangan Muhajirin dahulu mereka sibuk meramaikan pasar-pasar dan sesungguhnya saudara-saudara kami dari kalangan Anshor dahulu menyibukan mereka dengan mengurus harta-harta mereka, dan sesungguhnya Abu Huroiroh dahulu senantiasa menyertai Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dengan kekosongan perutnya (menahan lapar), dan beliau hadir terhadap apa-apa yang mereka tidak menghadirinya dan beliau menghafal apa yang mereka tidak menghafalnya”.
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim di dalam “Shohih”nya.


SUDAH MENJADI SUATU KETENTUAN BAHWA ALLOH PASTI AKAN MENGUJI HAMBA-HAMBANYA

Alloh (تعالى) berkata:
{وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا } [الفرقان: 20]
“Dan Kami telah jadikan sebagian kalian fitnah (cobaan) bagi sebagian yang lain. Apakah kalian akan bersabar? Dan adalah Robbmu (بَصِيرًا) Maha Melihat”. Al-Furqan: 20). Dan Dia (تعالى) juga berkata:
{وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ} [الأنفال: 28]
Ketahuilah kalian bahwasanya harta-harta kalian dan anak-anak kalian adalah fitnah (ujian)”. (Al-Anfal: 28).
Abu Ahmad –semoga Alloh mengampuninya­- berkata di dalam “An-Ni’matus Saniyyah”:
فاعلموا –رحمكم الله- أن نعم الله تعالى يشترك فيها الكافر والمسلم لكن الكافر كانت هذه النعم سببا في عذابه وعقابه، قال تعالى: ﴿فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا يُرِيدُ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ وَهُمْ كَافِرُونَ﴾ [التوبة: 55].
Ketahuilah -semoga Alloh merahmati kalian- sesungguhnya nikmat Alloh (تعالى) berserikat padanya orang kafir dan orang Islam akan tetapi orang kafir dengan nikmat itu adalah sebagai sebab di azabnya mereka dan disiksanya (mereka), Dia (تعالى) berkata: “Maka janganlah harta benda dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Alloh menghendaki dengan (memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka di kehidupan dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir”. (At-Taubah: 55).
وقال تعالى: ﴿وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ﴾ [آل عمران: 178].
Dan Dia (تعالى) berkata: “Dan janganlah sekali-kali orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang menghinakan”. (Ali Imron: 178).
وقال تعالى: ﴿أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ (55) نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ بَلْ لَا يَشْعُرُونَ (56)﴾ [المؤمنون: 55، 56].
Dan Dia (تعالى) berkata: “Apakah mereka mengira bahwa harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (bermaksud bahwa Kami bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak! sebenarnya mereka tidak sadar”. (Al-Mukminun: 56).
وقال تعالى: ﴿فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُون﴾ [الأنعام: 44].
Dan Dia (تعالى) berkata: “Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”. (Al-An’am: 44).
وقال تعالى: ﴿فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ﴾ [الأعراف: 165].
Dan Dia (تعالى) berkata: “Maka tatkala mereka melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat kefasikan (dosa)”. (Al-A’rof: 165).
وقال تعالى: ﴿فَذَرْنِي وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ (44) وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ﴾ [القلم: 44، 45].
Dan Dia (تعالى) berkata: “Maka serahkanlah kepada-Ku (urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran), nanti Kami akan menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang tidak mereka ketahui, dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya rencana-Ku amat tangguh”. (Al-Qolam: 44-45), -selesai-.
Adapun orang-orang yang beriman maka mereka diuji menurut kadar keimanan mereka, dari Mush’ab bin Sa’d dari Bapaknya Sa’d bin Abi Waqqosh, beliau berkata:
قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: «الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الْعَبْدُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صُلْبًا، اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ، ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ، حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ، وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ»
“Aku berkata: Wahai Rosululloh siapa yang paling berat bala’ (ujiannya)? Belaiau berkata: “Para Nabi, kemudian yang semisalnya lalu yang semisalnya, seorang hamba diuji sesuai agamanya, jika dia kokoh pada agamanya maka ujiannya bertambah besar, dan jika dia lemah pada agamanya maka dia diuji sesuai agamanya, maka tidaklah berhenti bala’ (ujian) terhadap seorang hamba sampai dia meninggalkannya berjalan di atas muka bumi dan tidak ada padanya dari kesalahan (dosa-dosa)”.
Hadits ini adalah shohih, diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad, Ibnu Majah dan At-Tirmidzy, dan beliau berkata: “Hadits ini adalah hasan shohih”.

MALAIKAT DENGAN IZIN ALLOH MAMPU MERUBAH BENTUK MENJADI ANAK ADAM

Banyak di dalam hadits-hadits shohih menjelaskan tentang malaikat merubah bentuk menjadi manusia, diantaranya:
v  Al-Imam Muslim –semoga Alloh merahmatinya- berkata: Telah menceritakan kepadaku Abu Khoitsamah Zuhair bin Harb, beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku Waki' dari Kahmas dari Abdulloh bin Buroidah dari Yahya bin Ya'mar, -perpindahan jalur (periwayatan)-, dan telah menceritakan kepadaku Ubaidillah bin Mu'adz Al-'Anbary –dan ini adalah haditsnya-, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Bapakku, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Kahmas dari Ibnu Buroidah dari Yahya bin Ya'mar, beliau berkata:
كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِى الْقَدَرِ بِالْبَصْرَةِ مَعْبَدٌ الْجُهَنِىُّ فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَحُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الْحِمْيَرِىُّ حَاجَّيْنِ أَوْ مُعْتَمِرَيْنِ فَقُلْنَا لَوْ لَقِينَا أَحَدًا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَسَأَلْنَاهُ عَمَّا يَقُولُ هَؤُلاَءِ فِى الْقَدَرِ فَوُفِّقَ لَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ دَاخِلاً الْمَسْجِدَ فَاكْتَنَفْتُهُ أَنَا وَصَاحِبِى أَحَدُنَا عَنْ يَمِينِهِ وَالآخَرُ عَنْ شِمَالِهِ فَظَنَنْتُ أَنَّ صَاحِبِى سَيَكِلُ الْكَلاَمَ إِلَىَّ فَقُلْتُ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنَّهُ قَدْ ظَهَرَ قِبَلَنَا نَاسٌ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ وَيَتَقَفَّرُونَ الْعِلْمَ -وَذَكَرَ مِنْ شَأْنِهِمْ- وَأَنَّهُمْ يَزْعُمُونَ أَنْ لاَ قَدَرَ وَأَنَّ الأَمْرَ أُنُفٌ. قَالَ فَإِذَا لَقِيتَ أُولَئِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنِّى بَرِىءٌ مِنْهُمْ وَأَنَّهُمْ بُرَآءُ مِنِّى وَالَّذِى يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ لَوْ أَنَّ لأَحَدِهِمْ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللهُ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ ثُمَّ قَالَ: حَدَّثَنِى أَبِى عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لاَ يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِى عَنِ الإِسْلاَمِ. فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: «الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِىَ الزَّكَاةَ وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلاً. قَالَ صَدَقْتَ. قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِيمَانِ. قَالَ: «أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ». قَالَ صَدَقْتَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِحْسَانِ. قَالَ: «أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ». قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ السَّاعَةِ. قَالَ: «مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ». قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنْ أَمَارَتِهَ. قَالَ: «أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِى الْبُنْيَانِ». قَالَ ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِى: «يَا عُمَرُ أَتَدْرِى مَنِ السَّائِلُ». قُلْتُ اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: «فَإِنَّهُ جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ».
“Dahulu yang bertama berbicara tentang taqdir (ketentuan Alloh) di Basroh adalah Ma'bad Al-Juhany, aku dan Humaid bin Abdirrohman Al-Himyary pergi haji atau umroh, kami berkata: Kalau kita berjumpa dengan salah seorang dari para shahabat Rosululloh maka kita akan menanyakannya tentang apa-apa yang dikatakan oleh mereka tentang taqdir (ketentuan Alloh), maka kami berpapasan dengan Abdulloh bin Umar Ibnul Khoththob di dalam masjid maka kami langsung mendatanginya, aku dan temanku salah satu dari kami di samping kanannya dan yang lain di samping kirinya, aku mengira temanku akan mewakilkan perkataan kepadaku, maka aku berkata: Wahai Abu Abdirrohman sesungguhnya telah nampak di daerah kami manusia yang mereka membaca Al-Qur'an dan mereka mempelajari ilmu –dan menyebutkan dari perkara mereka- dan sesungguhnya mereka menyangka bahwasanya tidak ada taqdir (ketentuan Alloh) dan sesungguhnya perkara adalah berlalu begitu saja. Beliau berkata: Jika kamu menjumpai mereka maka beritakan kepada mereka: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari mereka dan bahwasanya mereka berlepas diri dariku", Abdulloh bin Umar bersumpah: "Kalau sesungguhnya diantara mereka bersedekah dengan emas semisal gunung Uhud maka Alloh tidak akan menerima  darinya sampai mereka beriman tentang taqdir (ketentuan Alloh)", kemudian beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku Bapakku Umar Ibnul Khoththob, beliau berkata: "Ketika kami duduk di sisi Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) pada suatu hari tiba-tiba muncullah kepada kami seseorang yang sangat putih bajunya, sangat hitam rambutnya dan tidak terlihat padanya bekas perjalanan dan tidak ada seorang pun dari kami mengenalnya, kemudian (orang tersebut) duduk (menghadap) kepada Nabi (صلى الله عليه وسلم), dia menyandarkan lututnya kepada lututnya (صلى الله عليه وسلم) dan meletakan telapak tangannya di atas pahanya, dan berkata: "Wahai Muhammad kabarkan kepadaku tentang Islam!, maka Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata: "Islam adalah kamu bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh, kamu menegakan sholat, menunaikan zakat, kamu berpuasa Romadhon dan kamu haji di Ka'bah jika kami mampu melakukan perjalanan ke sana". Dia berkata: "Kamu benar", beliau (Umar) berkata: Kami heran kepadanya, dia bertanya dan membenarkannya. (lalu) dia berkata: "Kabarakan kepadaku tentang iman!", Beliau (صلى الله عليه وسلم) berkata: "Kamu beriman kepada Alloh, malaikat-malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, para Rosul-Nya, hari kiamat dan kamu beriman kepada taqdir (ketentuan Alloh) yang baiknya dan yang buruknya". Dia berkata: "Kamu benar". (Lalu) dia berkata: "Kabarkan kepadaku tentang ihsan", Beliau (صلى الله عليه وسلم) berkata: "Kamu beribadah kepada Alloh seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu". Dia berkata: "Kabarkan kepadaku tentang hari kiamat!", Beliau (صلى الله عليه وسلم) berkata: "Orang yang ditanya tentangnya tidak lebih tahu dari pada orang yang bertanya". (Lalu) dia berkata: "Kabarkan kepadaku tentang tanda-tandanya!", Beliau (صلى الله عليه وسلم) berkata: "Seorang budak wanita akan melahirkan tuannya, dan kamu akan melihat pengembala kambing yang tidak beralas kaki berlomba-lomba dalam membuat bangunan". Dia (Umar) berkata: "Kemudian dia berpaling pergi, kemudian Beliau (صلى الله عليه وسلم) berkata kepadaku: "Wahai Umar! tahukah kamu siapa yang bertanya tadi?", aku berkata: "Alloh dan Rosul-Nya yang lebih tahu", Beliau (صلى الله عليه وسلم) berkata: "Sesungguhnya dia adalah Jibril datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kalian".
v  Al-Imam Al-Bukhory –semoga Alloh merahmatinya- berkata: Telah menceritakan kepada kami Musaddad, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrohim, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Hayyan At-Taimy dari Abu Zur'ah dari Abu Huroiroh, beliau berkata:
كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم بَارِزًا يَوْمًا لِلنَّاسِ، فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ: مَا الإِيمَانُ قَالَ: «الإِيمَانُ أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ، وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ». قَالَ: مَا الإِسْلاَمُ قَالَ: «الإِسْلاَمُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكَ بِهِ، وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤَدِّىَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ». قَالَ: مَا الإِحْسَانُ قَالَ: «أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ». قَالَ: مَتَى السَّاعَةُ قَالَ: «مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ، وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتِ الأَمَةُ رَبَّهَا، وَإِذَا تَطَاوَلَ رُعَاةُ الإِبِلِ الْبُهْمُ فِى الْبُنْيَانِ، فِى خَمْسٍ لاَ يَعْلَمُهُنَّ إِلاَّ اللهُ». ثُمَّ تَلاَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم: ﴿إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ﴾ الآيَةَ. ثُمَّ أَدْبَرَ فَقَالَ: «رُدُّوهُ». فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا. فَقَالَ: «هَذَا جِبْرِيلُ جَاءَ يُعَلِّمُ النَّاسَ دِينَهُمْ». قَالَ أَبُو عَبْدِ اللهِ: جَعَلَ ذَلِكَ كُلَّهُ مِنَ الإِيمَانِ.
“Dahulu Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) menyejajarkan manusia, maka datanglah Jibril kepadanya lalu berkata: "Apa itu iman?. Beliau berkata: "Iman adalah kamu beriman kepada Alloh. Malaikat-malaikat-Nya, hari perjumpaan dengan-Nya, Rosul-rosul-Nya dan kamu beriman kepada hari kebangkitan". Dia (Jibril) berkata: "Apa itu Islam?", Beliau berkata: "Islam adalah kamu beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukan-Nya, kamu menegakan sholat, mengeluarkan zakat yang wajib dan kamu berpuasa Romadhan". Dia (Jibril) berkata: "Apa itu Ihsan", Beliau berkata: "Ihsan (kebaikan) adalah kamu beribadah kepada Alloh seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu". Dia (Jibril) berkata: "Kapan hari kiamat?", Beliau berkata: "Orang yang ditanya tentangnya tidak lebih tahu dari orang yang bertanya, dan aku akan mengabarkan kepadamu tentang tanda-tandanya, (yaitu) jika seorang budak wanita melahirkan tuannya, jika para pengembala unta berlomba-lomba dalam membuat bangunan, pada lima perkara yang semuanya tidak diketahui melainkan Alloh", kemudian Beliau (صلى الله عليه وسلم) membaca ayat: "Sesungguhnya Alloh padanya ilmu (tentang) hari kiamat". Kemudian setelahnya Beliau berkata: "Lihatlah oleh kalian tentang dia (yang bertanya itu)", mereka tidak melihat sesuatu pun, lalu Beliau (صلى الله عليه وسلم) berkata: "Dia adalah Jibril, datang untuk mengajari manusia tentang agama mereka". Abu Abdillah (Al-Bukhory) berkata: "Dijadikan semuanya itu termasuk dari keimanan".


LARANGAN MENGATAKAN KARENA (SEBAB)MU AKAN TETAPI HENDAKNYA MENGATAKAN KARENA ALLOH KEMUDIAN (SEBAB)MU

Al-Imam Al-Bukhory –semoga Alloh meridhoinya- membuat bab khusus di dalam “Ash-Shohih”:
بَابُ لاَ يَقُولُ: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ، وَهَلْ يَقُولُ أَنَا بِاللَّهِ ثُمَّ بِكَ؟
“Bab Jangan Dia Mengatakan: Atas kehendak Alloh dan kehendakmu, Dan Apakah Dia Mengatakan Aku dengan Sebab Alloh Kemudian dengan Sebabmu?”.
Setelah menyebutkan bab tersebut beliau berkata: “Dan ‘Amr bin ‘Ashim berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammam, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Abdillah bin Abi Tholhah, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdurrohman bin Abi Amroh bahwasanya Abu Huroiroh menceritakan kepadanya, bahwasanya beliau mendengar Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِنَّ ثَلاَثَةً فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ أَرَادَ اللَّهُ أَنْ يَبْتَلِيَهُمْ، فَبَعَثَ مَلَكًا، فَأَتَى الأَبْرَصَ، فَقَالَ: تَقَطَّعَتْ بِيَ الحِبَالُ، فَلاَ بَلاَغَ لِي إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ بِكَ«»، فَذَكَرَ الحَدِيثَ
“Sesungguhnya Alloh menginginkan pada Bani Isroil untuk menguji mereka, lalu Dia mengutus malaikat, maka dia mendatangi si Penyakit kusta, lalu berkata: Telah terputus padaku perbekalan, maka tidaklah aku bisa sampai (ketujuanku) melainkan dengan (pertolongan) Alloh kemudian dengan sebab (bantuan)mu”, lalu beliau menyebutkan haditsnya.


YANG MENYEMBUHKAN HANYALAH ALLOH

Alloh (تعالى) berkata:
{الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ (78) وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ (79) وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ (80) وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ (81) وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ (82) رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ (83)} [الشعراء: 78 - 83]
“(Yaitu Robb) yang Dia telah menciptakanku, lalu Dialah yang menunjukiku, dan Dialah yang memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan Aku, dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan yang sangat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat", (Ibrahim berdoa): "Ya Robbku! berikanlah kepadaku Al-Hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang sholih”. (Asy-Su’aro’: 78-83).
Dan Alloh (تعالى) juga berkata:
{إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلَى وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ الطَّيْرِ بِإِذْنِي فَتَنْفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِي وَتُبْرِئُ الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ بِإِذْنِي وَإِذْ تُخْرِجُ الْمَوْتَى بِإِذْنِي وَإِذْ كَفَفْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَنْكَ إِذْ جِئْتَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ } [المائدة: 110]
“(Ingatlah), ketika Alloh mengatakan: "Wahai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu di waktu aku menguatkanmu dengan Ruhul qudus. kamu mampu berbicara dengan manusia diwaktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan (ingatlah) diwaktu Aku mengajarimu Al-Kitab, Al-Hikmah, Taurat dan Injil, dan (ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) diwaktu kamu menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) diwaktu aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata". (Al-Maidah: 110).
Dari Aisyah –semoga Alloh meridhoinya-, dia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا أَتَى الْمَرِيضَ فَدَعَا لَهُ قَالَ: «أَذْهِبِ الْبَاسْ رَبَّ النَّاسْ، وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ، إِلَّا شِفَاؤُكَ شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا».
“Dahulu Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) jika beliau sakit maka beliau berdoa untuk (dihilangkan sakit)nya, beliau berdoa: “Wahai Robb manusia hilangkan sakit, dan sembuhkanlah! Engkau adalah (الشَّافِي) Yang Maha Menyembuhkan, tidak ada kesembuhan melainkan hanya kesembuhan (dari)-Mu, yang tidak dikalahkan penyakit”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhory dan Muslim.

ORANG YANG SHOLIH (BAIK) MENYADARI BAHWA SETIAP KEBAIKAN DAN KENIKMATAN DATANGNYA DARI ALLOH

Alloh (تعالى) berkata:
{مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ} [النساء: 79]
“Apa saja yang menimpamu dari kebaikan maka itu (datangnya) dari Alloh dan apa saja yang menimpamu dari kejelekan maka itu dari dirimu”. (An-Nisa’: 79).
Dan Alloh (تعالى) juga berkata:
{وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ} [النحل: 53]
“Dan nikmat apa saja yang ada pada kalian maka itu (datangnya) dari Alloh”. (An-Nahl: 53).
Dan Alloh (تعالى) juga berkata:
{قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ} [النمل: 40]
“(Sulaiman) berkata: "Ini termasuk keutamaan Robbku untuk mengujiku apakah aku bersyukur ataukah mengkufuri (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Robku adalah (غَنِيٌّ) Maha Kaya lagi (كَرِيمٌ) Maha Mulia". (An-Naml: 40).


ALLOH RIDHO TERHADAP HAMBA-HAMBANYA YANG SHOLIH (BAIK) DAN MURKA TERHADAP ORANG-ORANG YANG THOLIH (KEJI)

Alloh (تعالى) berkata:
{اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)} [الفاتحة: 6، 7]
“Tunjukilah Kami jalan yang lurus, (yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (Al-Fatihah: 6-7).
Al-Imam Abul Abbas –semoga Alloh merahmatinya- berkata di dalam “Iqtidho’ush Shirothil Mustaqim”:
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ: اليهود، وَلَا الضَّالِّينَ: النصارى. اهـ.
“Bukan (jalan) mereka yang dimurkai yaitu Yahudi dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat yaitu Nasroni”, -selesai-.
Dan Alloh (تعالى) juga berkata:
{وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا (69) ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا (70)} [النساء: 69، 70]
“Dan barangsiapa yang mentaati Alloh dan Rasul-(Nya), maka mereka itu bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Alloh, yaitu: para nabi, para shiddiiqin (yang membenarkan kebenaran/jujur), para syuhada’ (orang-orang yang mati syahid), dan para sholihin (orang-orang yang berbuat kebakaikan). Dan mereka itulah kawan yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah keutamaan dari Alloh, dan cukuplah Alloh yang mengetahui”. (An-Nisa’: 69-70).
Setiap amal sholih (kebaikan) maka pasti Alloh meridhoinya dan setiap amal tholih (kejelekan) maka pasti Alloh memurkainya, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِنَّ اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا: يَرْضَى لَكُمْ أَنْ تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا، وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلَّاهُ اللهُ أَمْرَكُمْ، وَيَسْخَطُ لَكُمْ: قِيلَ وَقَالَ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ».
“Sesungguhnya Alloh ridho kepada kalian tiga (perkara) dan murka kepada kalian tiga (perkara): Dia ridho kepada kalian jika kalian beribadah kepada-Nya dan kalian tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan jika kalian berpegang teguh kepada agama Alloh secara keseluruhan dan kalian tidak berpecah belah, dan jika kalian saling nasehat menasehati  kepada orang yang Alloh beri kekuasaan terhadap urusan kalian. Dan Dia murka kepada kalian: Katanya dan katanya (omong kosong), menyia-nyiakan harta dan banyak bertanya-tanya”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dan Muslim dari hadits Abu Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya-.
Al-Imam Al-Bukhory –semoga Alloh merahmatinya- berkata di dalam “Ash-Shohih”: Telah menceritakan kepadaku Ya’qub bin Ibrohim, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Isma’il bin ‘Ulaiyyah, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Kholid Al-Khozza’ dari Ibnu Asywa’ dari Asy-Sya’by, beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku juru tulis Al-Mughiroh bin Syu’bah, beliau berkata:
كَتَبَ مُعَاوِيَةُ إِلَى المُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ: أَنِ اكْتُبْ إِلَيَّ بِشَيْءٍ سَمِعْتَهُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَتَبَ إِلَيْهِ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلاَثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَإِضَاعَةَ المَالِ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ».
Mu’awiyyah menulis kepada Al-Mughiroh bin Syu’bah: “Tulislah untukku sesuatu yang kamu mendengarnya dari Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), maka beliau menulis kepadanya: Aku mendengar Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: “Sesungguhnya Alloh murka bagi kalian tiga (perkara): Katanya dan katanya (omong kosong), menyia-nyiakan harta dan banyak bertanya-tanya”.
Hadits ini diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim di dalam “Shohih”nya.
«سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ»

Tidak ada komentar:

Posting Komentar