DARI
Kesimpulan
dari Penjelasan Abu Ahmad Muhammad bin Salim
Al-Limbory Semoga Alloh Memberkahinya
Ketika
Mengajar Sebuah Hadits yang Diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhory di dalam
“Shohih”nya
KISAH SI PENYAKIT KUSTA, SI GUNDUL DAN SI BUTA
بسم
الله الرحمن الرحيم
إن
الحمد لله نحمده ونستعينه ونستغفره ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا
من يهد الله فلا مضل له, ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له،
وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. أما بعد:
من يهد الله فلا مضل له, ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له،
وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. أما بعد:
Al-Imam
Al-Bukhory –semoga Alloh merahmatinya- berkata: Telah menceritakan
kepada kami Ahmad bin Ishaq, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Amr
bin Ashim, beliau berkata: Telah mencritakan kepada kami Hammam, beliau
berkata: Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Abdillah, beliau berkata:
Telah menceritakan kepadaku Abdurrohman bin Abi Amroh bahwasanya Abu Huroiroh bercerita kepadanya, bahwasanya
beliau mendengar Nabi (صلى الله عليه وسلم), -perpindahan jalur periwayatan- dan telah menceritakan
kepadaku Muhammad, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdulloh bin
Roja’, beliau berkata: Telah mengabarkan kepada kami Hammam dai Ishaq bin
Abdillah, beliau berkata: Telah mengabarkan kepadaku Abdurrohman bin Abi Amroh,
bahwasanya Abu Huroiroh –semoga Alloh
meridhoinya- bercerita kepadanya, bahwasanya beliau mendengar Rosululloh (صلى
الله عليه وسلم) berkata:
«إِنَّ ثَلاَثَةً فِى
بَنِى إِسْرَائِيلَ أَبْرَصَ وَأَقْرَعَ وَأَعْمَى بَدَا لِلَّهِ أَنْ يَبْتَلِيَهُمْ،
فَبَعَثَ إِلَيْهِمْ مَلَكًا، فَأَتَى الأَبْرَصَ. فَقَالَ أَىُّ شَىْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ
قَالَ لَوْنٌ حَسَنٌ وَجِلْدٌ حَسَنٌ، قَدْ قَذِرَنِى النَّاسُ. قَالَ فَمَسَحَهُ،
فَذَهَبَ عَنْهُ، فَأُعْطِىَ لَوْنًا حَسَنًا وَجِلْدًا حَسَنًا. فَقَالَ أَىُّ الْمَالِ
أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ الإِبِلُ - أَوْ قَالَ الْبَقَرُ هُوَ شَكَّ فِى ذَلِكَ، إِنَّ
الأَبْرَصَ وَالأَقْرَعَ، قَالَ أَحَدُهُمَا الإِبِلُ، وَقَالَ الآخَرُ الْبَقَرُ-
فَأُعْطِىَ نَاقَةً عُشَرَاءَ. فَقَالَ يُبَارَكُ لَكَ فِيهَا. وَأَتَى الأَقْرَعَ
فَقَالَ أَىُّ شَىْءٍ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ شَعَرٌ حَسَنٌ، وَيَذْهَبُ عَنِّى هَذَا،
قَدْ قَذِرَنِى النَّاسُ. قَالَ فَمَسَحَهُ فَذَهَبَ، وَأُعْطِىَ شَعَرًا حَسَنًا.
قَالَ فَأَىُّ الْمَالِ أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ الْبَقَرُ. قَالَ فَأَعْطَاهُ بَقَرَةً
حَامِلاً، وَقَالَ يُبَارَكُ لَكَ فِيهَا. وَأَتَى الأَعْمَى فَقَالَ أَىُّ شَىْءٍ
أَحَبُّ إِلَيْكَ قَالَ يَرُدُّ اللهُ إِلَىَّ بَصَرِى، فَأُبْصِرُ بِهِ النَّاسَ.
قَالَ فَمَسَحَهُ، فَرَدَّ اللَّهُ إِلَيْهِ بَصَرَهُ. قَالَ فَأَىُّ الْمَالِ أَحَبُّ
إِلَيْكَ قَالَ الْغَنَمُ. فَأَعْطَاهُ شَاةً وَالِدًا، فَأُنْتِجَ هَذَانِ، وَوَلَّدَ
هَذَا، فَكَانَ لِهَذَا وَادٍ مِنْ إِبِلٍ، وَلِهَذَا وَادٍ مِنْ بَقَرٍ، وَلِهَذَا
وَادٍ مِنَ الْغَنَم. ثُمَّ إِنَّهُ أَتَى الأَبْرَصَ فِى صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ فَقَالَ
رَجُلٌ مِسْكِينٌ، تَقَطَّعَتْ بِىَ الْحِبَالُ فِى سَفَرِى، فَلاَ بَلاَغَ الْيَوْمَ
إِلاَّ بِاللَّهِ ثُمَّ بِكَ، أَسْأَلُكَ بِالَّذِى أَعْطَاكَ اللَّوْنَ الْحَسَنَ
وَالْجِلْدَ الْحَسَنَ وَالْمَالَ بَعِيرًا أَتَبَلَّغُ عَلَيْهِ فِى سَفَرِى. فَقَالَ
لَهُ إِنَّ الْحُقُوقَ كَثِيرَةٌ. فَقَالَ لَهُ كَأَنِّى أَعْرِفُكَ، أَلَمْ تَكُنْ
أَبْرَصَ يَقْذَرُكَ النَّاسُ فَقِيرًا فَأَعْطَاكَ اللهُ فَقَالَ لَقَدْ وَرِثْتُ
لِكَابِرٍ عَنْ كَابِرٍ. فَقَالَ إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا
كُنْتَ، وَأَتَى الأَقْرَعَ فِى صُورَتِهِ وَهَيْئَتِهِ، فَقَالَ لَهُ مِثْلَ مَا قَالَ
لِهَذَا، فَرَدَّ عَلَيْهِ مِثْلَ مَا رَدَّ عَلَيْهِ هَذَا فَقَالَ إِنْ كُنْتَ كَاذِبًا
فَصَيَّرَكَ اللهُ إِلَى مَا كُنْتَ. وَأَتَى الأَعْمَى فِى صُورَتِهِ فَقَالَ رَجُلٌ
مِسْكِينٌ وَابْنُ سَبِيلٍ وَتَقَطَّعَتْ بِىَ الْحِبَالُ فِى سَفَرِى، فَلاَ بَلاَغَ
الْيَوْمَ إِلاَّ بِاللهِ، ثُمَّ بِكَ أَسْأَلُكَ بِالَّذِى رَدَّ عَلَيْكَ بَصَرَكَ
شَاةً أَتَبَلَّغُ بِهَا فِى سَفَرِى. فَقَالَ قَدْ كُنْتُ أَعْمَى فَرَدَّ اللَّهُ
بَصَرِى، وَفَقِيرًا فَقَدْ أَغْنَانِى، فَخُذْ مَا شِئْتَ، فَوَاللهِ لاَ أَجْهَدُكَ
الْيَوْمَ بِشَىْءٍ أَخَذْتَهُ لِلَّهِ. فَقَالَ أَمْسِكْ مَالَكَ، فَإِنَّمَا ابْتُلِيتُمْ،
فَقَدْ رَضِىَ اللَّهُ عَنْكَ وَسَخِطَ عَلَى صَاحِبَيْكَ».
أخرجه الإمام مسلم
رحمه الله.
“Sesungguhnya ada tiga orang di kalangan Bani Isroil; si
Penyakit kusta, si Gundul dan si Buta, Alloh menginginkan untuk menguji mereka,
maka diutuslah kepada mereka seorang Malaikat, maka Malaikat tersebut
mendatangi si Penyakit kusta, lalu berkata: Apa yang paling kamu sukai bagimu?
Dia menjawab: Warna (kulit) yang indah dan kulit yang bagus, sungguh manusia
telah merasa jijik terhadapku. Dia berkata: Lalu Malaikat mengusapnya, maka
hilanglah penyakit tersebut darinya, diberikan kepadanya warna (kulit) yang
indah dan kulit yang bagus. Lalu berkata: Harta apa yang paling kamu sukai
untukmu? Dia berkata: Unta –atau berkata: Sapi, dia ragu tentang yang demikian
itu. Sesungguhnya si Penyakit kusta dan si Botak, salah satu dari keduanya
berkata: Unta, dan berkata yang lain: Sapi, lalu diberikanlah seekor unta yang
hamil, lalu berkata: Semoga diberkahi bagimu tentangnya. Dan dia mendatangi si
Botak lalu berkata: Apa yang paling kamu sukai untukmu? Dia berkata: Rambut
yang indah, dan hilangnya penyakit ini dariku, sungguh manusia telah merasa
jijik denganku. Dia berkata: Lalu diusaplah maka hilanglah (penyakitnya) dan
diberikan kepadanya rambut yang indah, dan dikatakan kepadanya: Harta apa yang
paling kamu sukai? Dia berkata: Sapi, dia berkata: Maka diberikanlah sapi yang
hamil, dan dia berkata: Semoga diberkahi bagimu padanya. Dan dia datang kepada
si Buta, lalu berkata: Apa yang paling kamu senangi untukmu? Dia berkata: Alloh
mengembalikan kepadaku penglihatanku, lalu dilihat dengan manusia. Dia berkata:
Lalu dia mengusapnya, maka Alloh mengembalikan kepadanya penglihatannya. Dia
berkata: Harta apa yang paling kamu sukai, beliau berkata: Kambing. Maka dia
memberinya kambing yang beranak, lalu diperoleh hasil dari kedunya, dan dia
berkembang biak. Si Penyakit kusta memiliki satu wadi unta, si Botak memiliki
satu sapi wadi dan si Buta memiliki satu wadi kambing. Kemudian Malaikat
mendatangi si Penyakit kusta dalam bentuknya dan keadaannya (dahulu ketika
sakit), dia berkata: Saya adalah lelaki yang miskin (patut dikasihani) sungguh
telah terputus bagiku perbekalan safarku, maka tidaklah aku bisa sampai
ketujuanku pada hari ini melainkan karena Alloh kemudian karena sebab
(bantuanmu), aku memintamu dengan (Nama) Yang Memberikanmu warna (kulit) yang
indah dan kulit yang bagus dan harta berupa unta hingga aku bisa sampai ke
tujuan dari perjalananku. Maka dia berkata: Tanggunganku banyak, lalu dia
berkata: Seakan-akan aku mengenalmu! Bukankah dahulu kamu berpenyakit kusta,
manusia merasa jijik terhadapmu! Kamu dalam keadaan faqir (serba kurang) lalu
Alloh memberimu (kecukupan)?! Maka dia berkata: Sungguh aku telah mewariskannya
dari bapakku dari nenek moyangku. Maka dia berkata: Kalau kamu berdusta semoga
Alloh mengembalikanmu kepada apa yang dahulu kamu berada padanya. Dan dia
mendatangi si Botak dalam bentuk dan keadaannya (dahulu ketika botak) lalu
berkata kepadanya seperti perkataannya kepada si Penyakit kusta, maka
dikembalikanlah seperti dikembalikan atas si Penyakit kusta, lalu berkata: Jika
kamu berdusta semoga Alloh merubahmu kepada apa yang dahulu kamu berada
padanya. Dan dia mendatangi si Buta dalam bentuknya (ketika masih buta) lalu
berkata: Aku adalah seorang yang patut dikasihani (miskin) dan aku adalah orang
yang sedang melakukan perjalan dan telah terputus perbekalanku dalam perjalanan,
maka tidaklah aku bisa sampai ke tujuanku pada hari ini melainkan karena Alloh
kemudian dengan sebab (bantuan)mu, aku memintamu dengan (nama) Yang Telah
Mengembalikan kepadamu penglihatanmu (dan memberimu) seekor kambing sehingga
aku bisa sampai ke tujuan perjalananku. Maka dia berkata: Sungguh dahulu aku
buta lalu Alloh mengembalikan penglihatanku dan aku dalam keadaan serba
kekurangan (faqir) lalu Dia memberikan kecukupan kepadaku, ambillah apa yang
kamu sukai, demi Alloh tidaklah aku menahan darimu pada hari dengan sesuatu
yang kamu mengambilnya karena Alloh. Maka dia berkata: Tahan (jagalah) hartamu
karena sesungguhnya kalian telah diuji, sungguh Alloh telah ridho denganmu dan
murka atas dua kawanmu”.
Hadits ini
diriwayatkan oleh Al-Imam Muslim –semoga Alloh merahmatinya-.
Hadits ini
memiliki faedah yang sangat banyak, diantara faedahnya adalah:
KEUTAMAAN AL-IMAM AL-BUKHORY
ü
Al-Imam Al-Bukhory nama beliau
adalah Muhammad bin Isma’il bin Ibrohim Ibnul Mughiroh, beliau dari keturunan ‘Ajm
(selain Arob). Dari penjelasan tentang beliau ini maka bukanlah suatu perkara
yang mustahil kalau nanti akan bermunculan para ulama atau para imam dari
orang-orang ‘Ajm, bukan suatu kemustahilan kalau nanti Alloh akan
memunculkan seorang alim atau seorang imam ahli ilmu dari Nusantara atau dari
Melayu, Alloh (عز وجل) berkata:
{قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ
الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَنْ تَشَاءُ وَتَنْزِعُ الْمُلْكَ مِمَّنْ تَشَاءُ
وَتُعِزُّ مَنْ تَشَاءُ وَتُذِلُّ مَنْ تَشَاءُ بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَى
كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ} [آل عمران: 26]
“Katakanlah:
"Ya Alloh, Ya (مَالِكَ)
Yang Memiliki kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang yang Engkau
kehendaki dan Engkau cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang Engkau
kehendaki, di Tangan-Mulah segala kebaikan. Sesungguhnya Engkau atas segala
sesuatu adalah (قَدِيرٌ)
Maha Menguasai”. (Ali Imron:
26).
Al-Imam Muslim berkata: “Dan telah
menceritakan kepadaku Zuhair bin Harb, beliau berkata: Telah menceritakan
kepada kami Ya’qub bin Ibrohim, beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku
bapakku, dari Ibnu Syihab, dari ‘Amir bin Watsilah, bahwasanya Nafi’ bin Abdil
Harits bertemu Umar memperkerjakannya di
Makkah maka beliau berkata:
من
استعملت على أهل الوادي، فقال: ابن أبزى، قال: ومن ابن أبزى؟ قال: مولى من
موالينا، قال: فاستخلفت عليهم مولى؟ قال: إنه قارئ لكتاب الله عز وجل، وإنه عالم
بالفرائض، قال عمر: أما إن نبيكم صلى الله عليه وسلم قد قال: «إن الله يرفع بهذا
الكتاب أقواما، ويضع به آخرين».
“Siapa yang engkau jadikan pekerja atas penduduk Wady? Maka
beliau menjawab: Ibnu Abza, beliau berkata: Siapa Ibnu Abza? Beliau menjawab:
Seorang bekas budak dari bekas-bekas budak kami, beliau berkata: Engkau
menjadikan atas mereka pemimpin (dari) seorang bekas budak? Beliau berkata:
“Sesungguhnya beliau adalah seorang qori’ (pembaca) Kitabulloh (عز وجل),
dan beliau alim (paling tahu) tentang faroid (ilmu waris), Umar berkata: “Adapun Nabi kalian (صلى الله
عليه وسلم) maka sungguh
telah berkata: “Sesungguhnya Alloh mengangkat suatu kaum dengan kitab
(Al-Qur’an) ini dan Dia merendahkan dengannya yang lainnya”.
KEUTAMAAN
MEMILIKI BANYAK MASYAYIKH (GURU-GURU)
Para
ulama ahli hadits belajar atau mengambil hadits dari banyak para masyayikh
(guru-guru), diantara mereka Al-Imam Al-Bukhory mengambil hadits dari Al-Imam
Ahmad bin Ishaq, beliau memiliki banyak syaikh (guru) yang bernama Ahmad,
diantaranya yang ini (Ahmad bin Ishaq As-Sulamy), Ahmad bin Yunus, Ahmad Ibnul
Miqdam Al-‘Ijliy, Ahmad bin Ya’qub, Ahmad bin Sholih, Ahmad bin Isykab dan
Ahmad bin Abdillah bin Ali Al-Manjufy. Al-Imam Al-Bukhory telah banyak meriwayatkan
dari masyayikh (guru-gurunya) yang bernama Ahmad tersebut, dan
disebutkan di dalam kitabnya “Ash-Shohih” dengan lafadz “haddatsana
Ahmad….” (telah menceritakan kepada kami Ahmad….).
Begitu
pula pada rumus (ح) “tahwil” perpindahan
jalur periwayatan, beliau meriwayatkan dari syaikhnya yaitu Muhammad, beliau
memiliki para syaikh yang bernama Muhammad sangat banyak, diantaranya Muhammad
Ibnul Mutsanna, Muhammad bin Salam, Muhammad bin Ubaidillah, Muhammad bin
‘Ar’aroh, Muhammad bin Sinan Al-‘Awaqy, Muhammad bin Muqatil Al-Marwadzy,
Muhammad bin Yusuf, Muhammad bin Basyar Bundar, Muhammad Ibnul ‘Ala’, Muhammad
bin Katsir, Muhammad bin Abdirrohim, Muhammad bin Mahbub, Muhammad bin Abi Bakr
Al-Muqaddamy, Muhammad bin Hatim bin Bazi’, Muhammad bin Mihron, Muhammad bin
Aban, Muhammad bin Abdillah bin Hausyab, Muhammad Ibnush Shobah, Muhammad bin
Ubaid bin Maimun, Muhammad bin Miskin, Muhammad bin Ma’mar, Muhammad bin ‘Uqbah
Asy-Syaibany Al-Kufy, Muhammad Ibnul Fadhl, Muhammad bin Ghuroir Az-Zuhry, Muhammad
bin Kholid, Muhammad bin ‘Amr, Muhammad bin Ja’far, Muhammad bin Rofi’,
Muhammad bin Sabiq, Muhammad bin Sa’id Al-Khuza’y, Muhammad Ibnun Nadhor,
Muhammad bin Musa Al-Qothon, Muhammad bin Kholaf, Muhammad bin Minhal, Muhammad
Ibnul Walid, Muhammad Ibnul Hakam, Muhammad bin ‘Abadah, Muhammad Ibnush Sholt
dan Muhammad bin Abdil Aziz. Al-Imam Al-Bukhory telah banyak meriwayatkan dari masyayikh
yang bernama Muhammad tersebut, dan disebutkan di dalam kitabnya “Ash-Shohih”
dengan lafadz “haddatsana Muhammad….” (telah menceritakan kepada kami Muhammad….)
Dan “Haddatsani Muhammad….” (telah menceritakan kepadaku Muhammad….).
KEUTAMAAN ABU HUROIROH
Nama beliau adalah Abdurrohman bin Shokhr, beliau termasuk salah satu
dari para shahabat Nabi (صلى
الله عليه وسلم) yang
banyak meriwayatkan hadits, hal tersebut disebabkan karena doa Nabi (صلى الله
عليه وسلم) untuknya dan
kesungguhan beliau dalam menimba ilmu dari Nabi (صلى الله عليه وسلم), sebagaimana yang Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
katakan kepada beliau, Al-Imam Al-Bukhory –semoga Alloh merahmatinya-
berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdul ‘Aziz bin Abdillah, beliau
berkata: Telah menceritakan kepadaku Sulaiman dari ‘Amr bin Abi ‘Amr dari Sa’id
bin Abi Sa’id Al-Maqbury dari Abu Huroiroh,
bahwasanya beliau berkata:
قِيلَ
يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ القِيَامَةِ؟
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا
أَبَا هُرَيْرَةَ أَنْ لاَ يَسْأَلُنِي عَنْ هَذَا الحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلُ
مِنْكَ لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الحَدِيثِ أَسْعَدُ النَّاسِ
بِشَفَاعَتِي يَوْمَ القِيَامَةِ، مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، خَالِصًا
مِنْ قَلْبِهِ، أَوْ نَفْسِهِ»
Dikatakan kepada Rosululloh: Siapa yang paling bahagia dengan syafa’atmu pada hari kiamat?
Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata: “Sungguh saya telah menyangka wahai Abu Huroiroh bahwa tidak ada
seorang pun yang akan bertanya kepadaku tentang hadits ini pertama kali darimu,
terhadap apa yang aku lihat dari semangatmu atas hadits paling bahagianya
manusia dengan syafa’atku pada hari kiamat, siapa yang berkata tidak ada
sesembahan yang berhak untuk disembah melainkan Alloh, yang dia (mengucapkannya
dalam keadaan) ikhlas dari hatinya atau (ikhlas) dari dirinya”.
Al-Imam Al-Bukhory –semoga Alloh
merahmatinya- berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz bin
Abdillah, beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku Malik, dari Ibnu Syihab
dari Al-A’roj dari Abu Huroiroh, beliau
berkata:
"إِنَّ النَّاسَ يَقُولُونَ أَكْثَرَ أَبُو هُرَيْرَةَ،
وَلَوْلاَ آيَتَانِ فِي كِتَابِ اللَّهِ مَا حَدَّثْتُ حَدِيثًا، ثُمَّ يَتْلُو
{إِنَّ الَّذِينَ يَكْتُمُونَ مَا أَنْزَلْنَا مِنَ البَيِّنَاتِ وَالهُدَى} إِلَى
قَوْلِهِ {الرَّحِيمُ} إِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ المُهَاجِرِينَ كَانَ يَشْغَلُهُمُ
الصَّفْقُ بِالأَسْوَاقِ، وَإِنَّ إِخْوَانَنَا مِنَ الأَنْصَارِ كَانَ
يَشْغَلُهُمُ العَمَلُ فِي أَمْوَالِهِمْ، وَإِنَّ أَبَا هُرَيْرَةَ كَانَ
يَلْزَمُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِشِبَعِ بَطْنِهِ، وَيَحْضُرُ
مَا لاَ يَحْضُرُونَ، وَيَحْفَظُ مَا لاَ يَحْفَظُونَ".
“Sesungguhnya orang-orang mengatakan: Abu Huroiroh paling
banyak (haditsnya), kalaulah bukan karena ayat di dalam Kitabulloh maka aku
tidak akan menceritakan suatu hadits (pun), kemudian beliau membaca: “Sesungguhnya
orang-orang yang mereka menyembunyikan apa-apa yang telah Kami turunkan dari
penjelasan-penjelasan dan petunjuk” –sampai perkataan-Nya- “(الرَّحِيمُ) Maha Penyayang”, sesungguhnya
saudara-saudara kami dari kalangan Muhajirin dahulu mereka sibuk meramaikan
pasar-pasar dan sesungguhnya saudara-saudara kami dari kalangan Anshor dahulu
menyibukan mereka dengan mengurus harta-harta mereka, dan sesungguhnya Abu Huroiroh dahulu senantiasa menyertai
Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dengan
kekosongan perutnya (menahan lapar), dan beliau hadir terhadap apa-apa yang
mereka tidak menghadirinya dan beliau menghafal apa yang mereka tidak
menghafalnya”.
Hadits ini diriwayatkan pula oleh
Al-Imam Muslim di dalam “Shohih”nya.
SUDAH MENJADI
SUATU KETENTUAN BAHWA ALLOH PASTI AKAN MENGUJI HAMBA-HAMBANYA
Alloh (تعالى) berkata:
{وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ
رَبُّكَ بَصِيرًا } [الفرقان: 20]
“Dan Kami telah jadikan sebagian kalian fitnah
(cobaan) bagi sebagian yang lain. Apakah kalian akan bersabar? Dan adalah Robbmu
(بَصِيرًا)
Maha Melihat”. Al-Furqan:
20). Dan Dia (تعالى) juga berkata:
{وَاعْلَمُوا أَنَّمَا أَمْوَالُكُمْ وَأَوْلَادُكُمْ فِتْنَةٌ}
[الأنفال: 28]
“Ketahuilah kalian bahwasanya harta-harta
kalian dan anak-anak kalian adalah fitnah (ujian)”. (Al-Anfal: 28).
Abu Ahmad –semoga
Alloh mengampuninya- berkata di dalam “An-Ni’matus Saniyyah”:
فاعلموا –رحمكم الله-
أن نعم الله تعالى يشترك فيها الكافر والمسلم لكن الكافر كانت هذه النعم سببا في عذابه
وعقابه، قال تعالى: ﴿فَلَا تُعْجِبْكَ أَمْوَالُهُمْ وَلَا أَوْلَادُهُمْ إِنَّمَا
يُرِيدُ اللهُ لِيُعَذِّبَهُمْ بِهَا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَتَزْهَقَ أَنْفُسُهُمْ
وَهُمْ كَافِرُونَ﴾ [التوبة: 55].
Ketahuilah -semoga
Alloh merahmati kalian- sesungguhnya nikmat Alloh (تعالى) berserikat padanya orang kafir dan orang Islam akan tetapi
orang kafir dengan nikmat itu adalah sebagai sebab di azabnya mereka dan
disiksanya (mereka), Dia (تعالى) berkata: “Maka janganlah harta benda
dan anak-anak mereka menarik hatimu. Sesungguhnya Alloh menghendaki dengan
(memberi) harta benda dan anak-anak itu untuk menyiksa mereka di kehidupan
dunia dan kelak akan melayang nyawa mereka, sedang mereka dalam keadaan kafir”.
(At-Taubah: 55).
وقال تعالى: ﴿وَلَا يَحْسَبَنَّ
الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّمَا نُمْلِي لَهُمْ خَيْرٌ لِأَنْفُسِهِمْ إِنَّمَا نُمْلِي
لَهُمْ لِيَزْدَادُوا إِثْمًا وَلَهُمْ عَذَابٌ مُهِينٌ﴾ [آل عمران: 178].
Dan Dia (تعالى) berkata: “Dan janganlah sekali-kali
orang-orang kafir menyangka, bahwa pemberian tangguh Kami kepada mereka adalah
lebih baik bagi mereka. Sesungguhnya Kami memberi tangguh kepada mereka
hanyalah supaya bertambah-tambah dosa mereka; dan bagi mereka azab yang
menghinakan”. (Ali Imron: 178).
وقال تعالى: ﴿أَيَحْسَبُونَ
أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِنْ مَالٍ وَبَنِينَ (55) نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الْخَيْرَاتِ
بَلْ لَا يَشْعُرُونَ (56)﴾ [المؤمنون: 55، 56].
Dan Dia (تعالى) berkata: “Apakah mereka mengira bahwa
harta dan anak-anak yang Kami berikan kepada mereka itu (bermaksud bahwa Kami
bersegera memberikan kebaikan-kebaikan kepada mereka? Tidak! sebenarnya mereka
tidak sadar”. (Al-Mukminun: 56).
وقال تعالى: ﴿فَلَمَّا
نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا
فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُون﴾ [الأنعام:
44].
Dan Dia (تعالى) berkata: “Maka tatkala mereka
melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan
semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira
dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan
sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa”.
(Al-An’am: 44).
وقال تعالى: ﴿فَلَمَّا
نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ أَنْجَيْنَا الَّذِينَ يَنْهَوْنَ عَنِ السُّوءِ وَأَخَذْنَا
الَّذِينَ ظَلَمُوا بِعَذَابٍ بَئِيسٍ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ﴾ [الأعراف: 165].
Dan Dia (تعالى) berkata: “Maka tatkala mereka
melupakan apa yang diperingatkan kepada mereka, Kami selamatkan orang-orang
yang melarang dari perbuatan jahat dan Kami timpakan kepada orang-orang yang
zalim siksaan yang keras, disebabkan mereka selalu berbuat kefasikan (dosa)”.
(Al-A’rof: 165).
وقال تعالى: ﴿فَذَرْنِي
وَمَنْ يُكَذِّبُ بِهَذَا الْحَدِيثِ سَنَسْتَدْرِجُهُمْ مِنْ حَيْثُ لَا يَعْلَمُونَ
(44) وَأُمْلِي لَهُمْ إِنَّ كَيْدِي مَتِينٌ﴾ [القلم: 44، 45].
Dan Dia (تعالى) berkata: “Maka serahkanlah kepada-Ku
(urusan) orang-orang yang mendustakan perkataan ini (Al Quran), nanti Kami akan
menarik mereka dengan berangsur-angsur (ke arah kebinasaan) dari arah yang
tidak mereka ketahui, dan Aku memberi tangguh kepada mereka. Sesungguhnya
rencana-Ku amat tangguh”. (Al-Qolam: 44-45),
-selesai-.
Adapun
orang-orang yang beriman maka mereka diuji menurut kadar keimanan mereka, dari
Mush’ab bin Sa’d dari Bapaknya Sa’d bin Abi Waqqosh, beliau berkata:
قُلْتُ:
يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟ قَالَ: «الْأَنْبِيَاءُ،
ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الْعَبْدُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ،
فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صُلْبًا، اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ
رِقَّةٌ، ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ،
حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ، وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ»
“Aku berkata: Wahai Rosululloh siapa yang
paling berat bala’ (ujiannya)? Belaiau berkata: “Para Nabi, kemudian yang
semisalnya lalu yang semisalnya, seorang hamba diuji sesuai agamanya, jika dia
kokoh pada agamanya maka ujiannya bertambah besar, dan jika dia lemah pada
agamanya maka dia diuji sesuai agamanya, maka tidaklah berhenti bala’ (ujian)
terhadap seorang hamba sampai dia meninggalkannya berjalan di atas muka bumi
dan tidak ada padanya dari kesalahan (dosa-dosa)”.
Hadits ini
adalah shohih, diriwayatkan oleh Al-Imam
Ahmad, Ibnu Majah dan At-Tirmidzy, dan beliau berkata: “Hadits ini adalah hasan shohih”.
MALAIKAT DENGAN IZIN ALLOH MAMPU MERUBAH BENTUK MENJADI ANAK
ADAM
Banyak di dalam hadits-hadits shohih menjelaskan
tentang malaikat merubah bentuk menjadi manusia, diantaranya:
v Al-Imam Muslim –semoga Alloh merahmatinya-
berkata: Telah menceritakan kepadaku Abu Khoitsamah Zuhair bin Harb, beliau
berkata: Telah menceritakan kepadaku Waki' dari Kahmas dari Abdulloh bin
Buroidah dari Yahya bin Ya'mar, -perpindahan jalur (periwayatan)-, dan
telah menceritakan kepadaku Ubaidillah bin Mu'adz Al-'Anbary –dan ini adalah
haditsnya-, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Bapakku, beliau
berkata: Telah menceritakan kepada kami Kahmas dari Ibnu Buroidah dari Yahya
bin Ya'mar, beliau berkata:
كَانَ أَوَّلَ مَنْ قَالَ فِى الْقَدَرِ
بِالْبَصْرَةِ مَعْبَدٌ الْجُهَنِىُّ فَانْطَلَقْتُ أَنَا وَحُمَيْدُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
الْحِمْيَرِىُّ حَاجَّيْنِ أَوْ مُعْتَمِرَيْنِ فَقُلْنَا لَوْ لَقِينَا أَحَدًا مِنْ
أَصْحَابِ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَسَأَلْنَاهُ عَمَّا يَقُولُ هَؤُلاَءِ
فِى الْقَدَرِ فَوُفِّقَ لَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عُمَرَ
بْنِ الْخَطَّابِ دَاخِلاً الْمَسْجِدَ فَاكْتَنَفْتُهُ أَنَا وَصَاحِبِى أَحَدُنَا
عَنْ يَمِينِهِ وَالآخَرُ عَنْ شِمَالِهِ فَظَنَنْتُ أَنَّ صَاحِبِى سَيَكِلُ الْكَلاَمَ
إِلَىَّ فَقُلْتُ أَبَا عَبْدِ الرَّحْمَنِ إِنَّهُ قَدْ ظَهَرَ قِبَلَنَا نَاسٌ يَقْرَءُونَ
الْقُرْآنَ وَيَتَقَفَّرُونَ الْعِلْمَ -وَذَكَرَ مِنْ شَأْنِهِمْ- وَأَنَّهُمْ يَزْعُمُونَ
أَنْ لاَ قَدَرَ وَأَنَّ الأَمْرَ أُنُفٌ. قَالَ فَإِذَا لَقِيتَ أُولَئِكَ فَأَخْبِرْهُمْ
أَنِّى بَرِىءٌ مِنْهُمْ وَأَنَّهُمْ بُرَآءُ مِنِّى وَالَّذِى يَحْلِفُ بِهِ عَبْدُ اللهِ بْنُ عُمَرَ لَوْ أَنَّ لأَحَدِهِمْ مِثْلَ
أُحُدٍ ذَهَبًا فَأَنْفَقَهُ مَا قَبِلَ اللهُ مِنْهُ حَتَّى يُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ
ثُمَّ قَالَ: حَدَّثَنِى أَبِى عُمَرُ بْنُ الْخَطَّابِ
قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللهِ صلى الله عليه وسلم ذَاتَ يَوْمٍ إِذْ
طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيدُ سَوَادِ الشَّعَرِ لاَ
يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ وَلاَ يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ حَتَّى جَلَسَ إِلَى
النَّبِىِّ صلى الله عليه وسلم فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ
كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِى عَنِ الإِسْلاَمِ.
فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: «الإِسْلاَمُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ وَتُؤْتِىَ الزَّكَاةَ
وَتَصُومَ رَمَضَانَ وَتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيلاً. قَالَ
صَدَقْتَ. قَالَ فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهُ وَيُصَدِّقُهُ. قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ
الإِيمَانِ. قَالَ: «أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ
وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ». قَالَ صَدَقْتَ.
قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ الإِحْسَانِ. قَالَ: «أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ
فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ». قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ السَّاعَةِ.
قَالَ: «مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ». قَالَ فَأَخْبِرْنِى
عَنْ أَمَارَتِهَ. قَالَ: «أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ
الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِى الْبُنْيَانِ». قَالَ ثُمَّ
انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا ثُمَّ قَالَ لِى: «يَا عُمَرُ
أَتَدْرِى مَنِ السَّائِلُ». قُلْتُ اللهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: «فَإِنَّهُ
جِبْرِيلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِينَكُمْ».
“Dahulu yang bertama berbicara tentang taqdir (ketentuan Alloh)
di Basroh adalah Ma'bad Al-Juhany, aku dan Humaid bin Abdirrohman Al-Himyary
pergi haji atau umroh, kami berkata: Kalau kita berjumpa dengan salah seorang
dari para shahabat Rosululloh maka kita akan menanyakannya tentang apa-apa yang
dikatakan oleh mereka tentang taqdir (ketentuan Alloh), maka kami
berpapasan dengan Abdulloh bin Umar Ibnul Khoththob
di dalam masjid maka kami langsung mendatanginya, aku dan temanku salah satu
dari kami di samping kanannya dan yang lain di samping kirinya, aku mengira
temanku akan mewakilkan perkataan kepadaku, maka aku berkata: Wahai Abu Abdirrohman sesungguhnya telah nampak di
daerah kami manusia yang mereka membaca Al-Qur'an dan mereka mempelajari ilmu –dan
menyebutkan dari perkara mereka- dan sesungguhnya mereka menyangka
bahwasanya tidak ada taqdir (ketentuan Alloh) dan sesungguhnya perkara
adalah berlalu begitu saja. Beliau berkata: Jika kamu menjumpai mereka maka
beritakan kepada mereka: "Sesungguhnya aku berlepas diri dari mereka dan
bahwasanya mereka berlepas diri dariku", Abdulloh
bin Umar bersumpah: "Kalau sesungguhnya diantara mereka
bersedekah dengan emas semisal gunung Uhud maka Alloh tidak akan menerima darinya sampai mereka beriman tentang taqdir
(ketentuan Alloh)", kemudian beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku Bapakku Umar Ibnul Khoththob, beliau berkata:
"Ketika kami duduk di sisi Rosululloh (صلى
الله عليه وسلم)
pada suatu hari tiba-tiba muncullah kepada kami seseorang yang sangat putih
bajunya, sangat hitam rambutnya dan tidak terlihat padanya bekas perjalanan dan
tidak ada seorang pun dari kami mengenalnya, kemudian (orang tersebut) duduk
(menghadap) kepada Nabi (صلى الله عليه وسلم), dia menyandarkan lututnya kepada
lututnya (صلى الله عليه وسلم) dan meletakan telapak tangannya di
atas pahanya, dan berkata: "Wahai Muhammad kabarkan kepadaku tentang
Islam!, maka Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata: "Islam adalah
kamu bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan
Alloh dan sesungguhnya Muhammad adalah utusan Alloh, kamu menegakan sholat,
menunaikan zakat, kamu berpuasa Romadhon dan kamu haji di Ka'bah jika kami
mampu melakukan perjalanan ke sana". Dia berkata: "Kamu
benar", beliau (Umar) berkata: Kami
heran kepadanya, dia bertanya dan membenarkannya. (lalu) dia berkata: "Kabarakan
kepadaku tentang iman!", Beliau (صلى
الله عليه وسلم)
berkata: "Kamu beriman kepada Alloh, malaikat-malaikat-Nya,
Kitab-kitab-Nya, para Rosul-Nya, hari kiamat dan kamu beriman kepada taqdir
(ketentuan Alloh) yang baiknya dan yang buruknya". Dia berkata:
"Kamu benar". (Lalu) dia berkata: "Kabarkan kepadaku tentang ihsan",
Beliau (صلى الله عليه وسلم) berkata: "Kamu beribadah
kepada Alloh seakan-akan kamu melihat-Nya, jika kamu tidak melihat-Nya maka
sesungguhnya Dia melihatmu". Dia berkata: "Kabarkan kepadaku tentang
hari kiamat!", Beliau (صلى الله عليه وسلم) berkata: "Orang yang
ditanya tentangnya tidak lebih tahu dari pada orang yang bertanya".
(Lalu) dia berkata: "Kabarkan kepadaku tentang tanda-tandanya!",
Beliau (صلى الله عليه وسلم) berkata: "Seorang budak wanita
akan melahirkan tuannya, dan kamu akan melihat pengembala kambing yang tidak
beralas kaki berlomba-lomba dalam membuat bangunan". Dia (Umar) berkata: "Kemudian dia berpaling pergi,
kemudian Beliau (صلى الله عليه وسلم) berkata kepadaku: "Wahai Umar! tahukah kamu siapa yang bertanya tadi?",
aku berkata: "Alloh dan Rosul-Nya yang lebih tahu", Beliau (صلى
الله عليه وسلم)
berkata: "Sesungguhnya dia adalah Jibril datang kepada kalian untuk
mengajarkan agama kalian".
v Al-Imam Al-Bukhory –semoga Alloh merahmatinya-
berkata: Telah menceritakan kepada kami Musaddad, beliau berkata: Telah
menceritakan kepada kami Ismail bin Ibrohim, beliau berkata: Telah menceritakan
kepada kami Abu Hayyan At-Taimy dari Abu Zur'ah dari Abu Huroiroh, beliau berkata:
كَانَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم بَارِزًا
يَوْمًا لِلنَّاسِ، فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ فَقَالَ: مَا الإِيمَانُ قَالَ: «الإِيمَانُ
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَبِلِقَائِهِ وَرُسُلِهِ، وَتُؤْمِنَ بِالْبَعْثِ».
قَالَ: مَا الإِسْلاَمُ قَالَ: «الإِسْلاَمُ أَنْ تَعْبُدَ اللَّهَ وَلاَ تُشْرِكَ
بِهِ، وَتُقِيمَ الصَّلاَةَ، وَتُؤَدِّىَ الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ، وَتَصُومَ رَمَضَانَ».
قَالَ: مَا الإِحْسَانُ قَالَ: «أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ، فَإِنْ لَمْ
تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ». قَالَ: مَتَى السَّاعَةُ قَالَ: «مَا الْمَسْئُولُ
عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ، وَسَأُخْبِرُكَ عَنْ أَشْرَاطِهَا إِذَا وَلَدَتِ
الأَمَةُ رَبَّهَا، وَإِذَا تَطَاوَلَ رُعَاةُ الإِبِلِ الْبُهْمُ فِى الْبُنْيَانِ،
فِى خَمْسٍ لاَ يَعْلَمُهُنَّ إِلاَّ اللهُ». ثُمَّ تَلاَ النَّبِىُّ صلى الله
عليه وسلم: ﴿إِنَّ اللَّهَ عِنْدَهُ عِلْمُ السَّاعَةِ﴾ الآيَةَ.
ثُمَّ أَدْبَرَ فَقَالَ: «رُدُّوهُ». فَلَمْ يَرَوْا شَيْئًا. فَقَالَ: «هَذَا جِبْرِيلُ
جَاءَ يُعَلِّمُ النَّاسَ دِينَهُمْ». قَالَ أَبُو عَبْدِ اللهِ: جَعَلَ ذَلِكَ كُلَّهُ
مِنَ الإِيمَانِ.
“Dahulu Rosululloh
(صلى الله عليه وسلم) menyejajarkan manusia, maka
datanglah Jibril kepadanya lalu berkata: "Apa itu iman?. Beliau berkata: "Iman
adalah kamu beriman kepada Alloh. Malaikat-malaikat-Nya, hari perjumpaan
dengan-Nya, Rosul-rosul-Nya dan kamu beriman kepada hari kebangkitan".
Dia (Jibril) berkata: "Apa itu Islam?", Beliau berkata: "Islam
adalah kamu beribadah kepada Alloh dan tidak menyekutukan-Nya, kamu menegakan
sholat, mengeluarkan zakat yang wajib dan kamu berpuasa Romadhan". Dia
(Jibril) berkata: "Apa itu Ihsan", Beliau berkata: "Ihsan
(kebaikan) adalah kamu beribadah kepada Alloh seakan-akan kamu melihat-Nya,
jika kamu tidak melihat-Nya maka sesungguhnya Dia melihatmu". Dia
(Jibril) berkata: "Kapan hari kiamat?", Beliau berkata: "Orang
yang ditanya tentangnya tidak lebih tahu dari orang yang bertanya, dan aku akan
mengabarkan kepadamu tentang tanda-tandanya, (yaitu) jika seorang budak wanita
melahirkan tuannya, jika para pengembala unta berlomba-lomba dalam membuat
bangunan, pada lima perkara yang semuanya tidak diketahui melainkan Alloh",
kemudian Beliau (صلى الله عليه وسلم) membaca ayat:
"Sesungguhnya Alloh padanya ilmu (tentang) hari kiamat". Kemudian
setelahnya Beliau berkata: "Lihatlah oleh kalian tentang dia (yang
bertanya itu)", mereka tidak melihat sesuatu pun, lalu Beliau (صلى
الله عليه وسلم)
berkata: "Dia adalah Jibril, datang untuk mengajari manusia tentang
agama mereka". Abu Abdillah (Al-Bukhory) berkata: "Dijadikan
semuanya itu termasuk dari keimanan".
LARANGAN
MENGATAKAN KARENA (SEBAB)MU AKAN TETAPI HENDAKNYA MENGATAKAN KARENA ALLOH
KEMUDIAN (SEBAB)MU
Al-Imam
Al-Bukhory –semoga Alloh meridhoinya- membuat bab khusus di dalam “Ash-Shohih”:
بَابُ لاَ
يَقُولُ: مَا شَاءَ اللَّهُ وَشِئْتَ، وَهَلْ يَقُولُ أَنَا بِاللَّهِ ثُمَّ بِكَ؟
“Bab
Jangan Dia Mengatakan: Atas kehendak Alloh dan kehendakmu, Dan Apakah Dia
Mengatakan Aku dengan Sebab Alloh Kemudian dengan Sebabmu?”.
Setelah menyebutkan bab tersebut beliau berkata: “Dan
‘Amr bin ‘Ashim berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammam, beliau berkata:
Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Abdillah bin Abi Tholhah, beliau
berkata: Telah menceritakan kepada kami Abdurrohman bin Abi Amroh bahwasanya Abu Huroiroh menceritakan kepadanya, bahwasanya
beliau mendengar Nabi (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
berkata:
«إِنَّ ثَلاَثَةً فِي بَنِي إِسْرَائِيلَ أَرَادَ اللَّهُ أَنْ
يَبْتَلِيَهُمْ، فَبَعَثَ مَلَكًا، فَأَتَى الأَبْرَصَ، فَقَالَ: تَقَطَّعَتْ بِيَ
الحِبَالُ، فَلاَ بَلاَغَ لِي إِلَّا بِاللَّهِ ثُمَّ بِكَ«»، فَذَكَرَ الحَدِيثَ
“Sesungguhnya
Alloh menginginkan pada Bani Isroil untuk menguji mereka, lalu Dia mengutus
malaikat, maka dia mendatangi si Penyakit kusta, lalu berkata: Telah terputus
padaku perbekalan, maka tidaklah aku bisa sampai (ketujuanku) melainkan dengan
(pertolongan) Alloh kemudian dengan sebab (bantuan)mu”, lalu beliau
menyebutkan haditsnya.
YANG
MENYEMBUHKAN HANYALAH ALLOH
Alloh (تعالى) berkata:
{الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ (78) وَالَّذِي هُوَ
يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ (79) وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ (80) وَالَّذِي
يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ (81) وَالَّذِي أَطْمَعُ أَنْ يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي
يَوْمَ الدِّينِ (82) رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ (83)}
[الشعراء: 78 - 83]
“(Yaitu Robb)
yang Dia telah menciptakanku, lalu Dialah yang menunjukiku, dan Dialah yang
memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang
menyembuhkan Aku, dan yang akan mematikan Aku, kemudian akan menghidupkan aku
(kembali), dan yang sangat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat",
(Ibrahim berdoa): "Ya Robbku! berikanlah kepadaku Al-Hikmah dan
masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang sholih”. (Asy-Su’aro’: 78-83).
Dan Alloh (تعالى) juga berkata:
{إِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي
عَلَيْكَ وَعَلَى وَالِدَتِكَ إِذْ أَيَّدْتُكَ بِرُوحِ الْقُدُسِ تُكَلِّمُ
النَّاسَ فِي الْمَهْدِ وَكَهْلًا وَإِذْ عَلَّمْتُكَ الْكِتَابَ وَالْحِكْمَةَ
وَالتَّوْرَاةَ وَالْإِنْجِيلَ وَإِذْ تَخْلُقُ مِنَ الطِّينِ كَهَيْئَةِ
الطَّيْرِ بِإِذْنِي فَتَنْفُخُ فِيهَا فَتَكُونُ طَيْرًا بِإِذْنِي وَتُبْرِئُ
الْأَكْمَهَ وَالْأَبْرَصَ بِإِذْنِي وَإِذْ تُخْرِجُ الْمَوْتَى بِإِذْنِي وَإِذْ
كَفَفْتُ بَنِي إِسْرَائِيلَ عَنْكَ إِذْ جِئْتَهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالَ
الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْهُمْ إِنْ هَذَا إِلَّا سِحْرٌ مُبِينٌ } [المائدة: 110]
“(Ingatlah),
ketika Alloh mengatakan: "Wahai Isa putra Maryam, ingatlah nikmat-Ku
kepadamu dan kepada ibumu di waktu aku menguatkanmu dengan Ruhul qudus. kamu mampu
berbicara dengan manusia diwaktu masih dalam buaian dan sesudah dewasa; dan
(ingatlah) diwaktu Aku mengajarimu Al-Kitab, Al-Hikmah, Taurat dan Injil, dan
(ingatlah pula) diwaktu kamu membentuk dari tanah (suatu bentuk) yang berupa
burung dengan ijin-Ku, kemudian kamu meniup kepadanya, lalu bentuk itu menjadi
burung (yang sebenarnya) dengan seizin-Ku. Dan (ingatlah) diwaktu kamu
menyembuhkan orang yang buta sejak dalam kandungan ibu dan orang yang
berpenyakit sopak dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) di waktu kamu mengeluarkan
orang mati dari kubur (menjadi hidup) dengan seizin-Ku, dan (ingatlah) diwaktu
aku menghalangi Bani Israil (dari keinginan mereka membunuh kamu) di kala kamu
mengemukakan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, lalu orang-orang
kafir diantara mereka berkata: "Ini tidak lain melainkan sihir yang nyata". (Al-Maidah: 110).
Dari Aisyah
–semoga Alloh meridhoinya-, dia berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، إِذَا أَتَى الْمَرِيضَ فَدَعَا لَهُ قَالَ: «أَذْهِبِ
الْبَاسْ رَبَّ النَّاسْ، وَاشْفِ أَنْتَ الشَّافِي لَا شِفَاءَ، إِلَّا شِفَاؤُكَ
شِفَاءً لَا يُغَادِرُ سَقَمًا».
“Dahulu
Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ)
jika beliau sakit maka beliau berdoa untuk (dihilangkan sakit)nya, beliau
berdoa: “Wahai Robb manusia hilangkan sakit, dan sembuhkanlah! Engkau adalah
(الشَّافِي) Yang Maha Menyembuhkan, tidak ada
kesembuhan melainkan hanya kesembuhan (dari)-Mu, yang tidak dikalahkan
penyakit”.
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Imam Al-Bukhory dan
Muslim.
ORANG
YANG SHOLIH (BAIK) MENYADARI BAHWA SETIAP KEBAIKAN DAN KENIKMATAN DATANGNYA
DARI ALLOH
Alloh (تعالى) berkata:
{مَا أَصَابَكَ مِنْ حَسَنَةٍ فَمِنَ اللَّهِ وَمَا أَصَابَكَ مِنْ
سَيِّئَةٍ فَمِنْ نَفْسِكَ} [النساء: 79]
“Apa saja yang menimpamu dari kebaikan maka itu
(datangnya) dari Alloh dan apa saja yang menimpamu dari kejelekan maka itu dari
dirimu”. (An-Nisa’: 79).
Dan Alloh (تعالى) juga berkata:
{وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ} [النحل: 53]
“Dan nikmat apa saja yang ada pada kalian maka itu
(datangnya) dari Alloh”. (An-Nahl: 53).
Dan Alloh (تعالى) juga berkata:
{قَالَ هَذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ
أَكْفُرُ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ
رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ} [النمل: 40]
“(Sulaiman) berkata:
"Ini termasuk keutamaan Robbku untuk mengujiku apakah aku bersyukur ataukah
mengkufuri (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia
bersyukur untuk dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Robku
adalah (غَنِيٌّ)
Maha Kaya lagi (كَرِيمٌ)
Maha Mulia". (An-Naml:
40).
ALLOH
RIDHO TERHADAP HAMBA-HAMBANYA YANG SHOLIH (BAIK) DAN MURKA TERHADAP ORANG-ORANG
YANG THOLIH (KEJI)
Alloh (تعالى) berkata:
{اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ (6) صِرَاطَ الَّذِينَ
أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ (7)}
[الفاتحة: 6، 7]
“Tunjukilah Kami jalan yang lurus, (yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan)
mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat”. (Al-Fatihah: 6-7).
Al-Imam Abul
Abbas –semoga Alloh merahmatinya- berkata di dalam “Iqtidho’ush
Shirothil Mustaqim”:
غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ:
اليهود، وَلَا
الضَّالِّينَ: النصارى. اهـ.
“Bukan (jalan) mereka yang dimurkai yaitu
Yahudi dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat yaitu Nasroni”, -selesai-.
Dan Alloh (تعالى) juga berkata:
{وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ
أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ
وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا (69) ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ
وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا (70)} [النساء: 69، 70]
“Dan barangsiapa yang mentaati Alloh dan
Rasul-(Nya), maka mereka itu bersama orang-orang yang diberi nikmat oleh Alloh,
yaitu: para nabi, para shiddiiqin (yang membenarkan kebenaran/jujur), para
syuhada’ (orang-orang yang mati syahid), dan para sholihin (orang-orang yang
berbuat kebakaikan). Dan mereka itulah kawan yang sebaik-baiknya. Yang demikian
itu adalah keutamaan dari Alloh, dan cukuplah Alloh yang mengetahui”. (An-Nisa’: 69-70).
Setiap amal
sholih (kebaikan) maka pasti Alloh meridhoinya dan setiap amal tholih
(kejelekan) maka pasti Alloh memurkainya, Rosululloh (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِنَّ
اللهَ يَرْضَى لَكُمْ ثَلَاثًا، وَيَسْخَطُ لَكُمْ ثَلَاثًا: يَرْضَى لَكُمْ أَنْ
تَعْبُدُوهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا، وَأَنْ تَعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللهِ
جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا، وَأَنْ تُنَاصِحُوا مَنْ وَلَّاهُ اللهُ أَمْرَكُمْ،
وَيَسْخَطُ لَكُمْ: قِيلَ وَقَالَ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ، وَكَثْرَةَ السُّؤَالِ».
“Sesungguhnya Alloh ridho kepada kalian tiga
(perkara) dan murka kepada kalian tiga (perkara): Dia ridho kepada kalian jika
kalian beribadah kepada-Nya dan kalian tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu
apapun, dan jika kalian berpegang teguh kepada agama Alloh secara keseluruhan
dan kalian tidak berpecah belah, dan jika kalian saling nasehat menasehati kepada orang yang Alloh beri kekuasaan
terhadap urusan kalian. Dan Dia murka kepada kalian: Katanya dan katanya (omong
kosong), menyia-nyiakan harta dan banyak bertanya-tanya”.
Hadits ini
diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dan Muslim dari hadits Abu Huroiroh –semoga
Alloh meridhoinya-.
Al-Imam
Al-Bukhory –semoga Alloh merahmatinya- berkata di dalam “Ash-Shohih”:
Telah menceritakan kepadaku Ya’qub bin Ibrohim, beliau berkata: Telah
menceritakan kepada kami Isma’il bin ‘Ulaiyyah, beliau berkata: Telah
menceritakan kepada kami Kholid Al-Khozza’ dari Ibnu Asywa’ dari Asy-Sya’by,
beliau berkata: Telah menceritakan kepadaku juru tulis Al-Mughiroh bin Syu’bah, beliau berkata:
كَتَبَ
مُعَاوِيَةُ إِلَى المُغِيرَةِ بْنِ شُعْبَةَ: أَنِ اكْتُبْ إِلَيَّ بِشَيْءٍ
سَمِعْتَهُ مِنَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَكَتَبَ إِلَيْهِ:
سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «إِنَّ
اللَّهَ كَرِهَ لَكُمْ ثَلاَثًا: قِيلَ وَقَالَ، وَإِضَاعَةَ المَالِ، وَكَثْرَةَ
السُّؤَالِ».
“Mu’awiyyah
menulis kepada Al-Mughiroh bin Syu’bah:
“Tulislah untukku sesuatu yang kamu mendengarnya dari Nabi (صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), maka beliau menulis kepadanya: Aku mendengar
Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
“Sesungguhnya Alloh murka bagi kalian tiga (perkara): Katanya dan katanya
(omong kosong), menyia-nyiakan harta dan banyak bertanya-tanya”.
Hadits ini
diriwayatkan pula oleh Al-Imam Muslim di dalam “Shohih”nya.
«سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ
وَبِحَمْدِكَ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ، أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ
إِلَيْكَ»
Tidak ada komentar:
Posting Komentar