HUKUM
MENJADI
TKW
(TENAGA
KERJA WANITA)
Ditulis
oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga
Alloh mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan saudara-saudarinya
PENDAHULUAN
بسم
الله الرحمن الرحيم
الحمد لله،
نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده
الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك
له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وآله وسلم.
أما بعد:
Termasuk dari sifat-sifat
manusia adalah berkasih sayang dan saling merohmati, dua sifat ini banyak kita
dapati pada para wanita, terkhusus wanita yang bertanah air Indonesia. Tidaklah
para wanita memilih untuk bekerja di luar negri melainkan karena memiliki dua
sifat tersebut. Ada dari mereka bila ditanya kenapa memilih untuk menjadi TKW?,
maka diapun menjawab: "Saya memilih pekerjaan ini supaya membiayai
adek-adekku", adapula yang menjawab: "Supaya saya membiayai kedua
orang tuaku yang sudah sangat tua", bagi yang sudah menikah menjawab:
"Untuk membiayai anak-anakku, karena suamiku hanya memiliki usaha
kecil-kecilan yang kurang mencukupi kebutuhan". Semua jawaban dan alasan
itu tidak lain karena merupakan bentuk kasih sayang dan rohmah mereka terhadap
siapa yang mereka sebutkan dalam jawaban dan alasan mereka tersebut. Namun sangat
disayangkan mereka tidak menyadari kalau mereka telah terjerumus ke dalam
penyelisihan-penyelisihan terhadap aturan-aturan Islam.
PENYELISIHAN
PERTAMA
MELAKUKAN SAFAR
TANPA DITEMANI MAHROM
Di dalam "Shohihul Bukhoriy" dari
hadits Abdullah bin 'Abbas bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa
Sallam berkata:
«لاَ تُسَافِرَنَّ امْرَأَةٌ إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ»
"Janganlah
seorang wanita safar melainkan bersamanya mahrom".
Wanita yang melakukan ibadah seperti haji saja tidak
diperbolehkan berangkat melainkan ditemani mahromnya, lalu bagaimana dengan melakukan
pekerjaan di luar negri?.
Al-Bukhoriy
meriwayatkan dari hadits Abu Sa'id Al-Khudriy dan hadits Abdulloh bin
'Abbas bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«لاَ
تُسَافِرِ المَرْأَةُ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ، وَلاَ يَدْخُلُ عَلَيْهَا رَجُلٌ
إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ».
"Janganlah seorang wanita safar melainkan bersamanya
mahrom, dan janganlah seseorang masuk kepadanya melainkan bersamanya
mahrom". Maka seseorang berkata:
"Wahai Rosululloh sesungguhnya saya ingin untuk keluar ke peperangan ini
dan itu, dan istriku menginginkan untuk haji? Maka beliau Shollallohu
'Alaihi wa Sallam berkata:
«اخْرُجْ
مَعَهَا»
"Keluarlah
kamu bersamanya (untuk menunaikan ibadah haji)!".
Kalaupun seandainya ada wanita yang pergi ke luar
negri untuk bekerja dan dia diantar oleh mahromnya lalu mahromnya kembali maka
ini tidak cukup, melainkan mahromnya harus tinggal bersamanya di negri tersebut
atau kalau dia memiliki rumah sendiri di negri tersebut maka boleh baginya
untuk tinggal sendirian di negri tersebut walaupun mahromnya meninggalkannya, hal
ini sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabiulloh Ibrohim 'Alaihis salam,
beliau membawa istrinya Hajar bersama putranya Isma'il lalu keduanya ditinggal
di Makkah, ketika ditinggal pergi oleh Ibrohim 'Alaihis salam maka Ummu
Isma'il Hajar Rodhiyallohu 'anha berkata:
"يَا
إِبْرَاهيمُ إِلى منْ تَتْرُكُنَا؟ قَالَ: إِلى اللَّهِ، قَالَتْ: رضِيتُ بِاللَّهِ.
فَرَجعتْ".
"Wahai
Ibrohim kepada siapa kamu meninggalkan kami?" beliau berkata: "Kepada
Alloh", maka ia berkata: "Aku ridho kepada Alloh",
lalu dia kembali (ke tempat tinggalnya di sisi air Zamzam di Makkah).
Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dari Abdulloh bin 'Abbas.
Nabiulloh Ibrohim 'Alaihis
salam
tidak membiarkan istrinya pergi sendiri ke Makkah, beliau juga tidak
meninggalkan istrinya tinggal bersama para wanita di asrama putri atau tinggal
di teras-teras masjidil Harom, dan beliau tidak pula meninggalkan istrinya tinggal
serumah bersama orang-orang yang ikut tinggal di Makkah, namun beliau
membiarkannya tinggal di tempatnya sendiri, istrinya dibiarkannya tinggal sendirian
bersama bayinya yang bernama Isma'il 'Alaihis Salam, dan beliau tidak
mencarikan pembantu untuk tinggal bersama keduanya, maka tidakkah kalian wahai
orang-orang yang berakal untuk mengambil pelajaran dan contoh?:
{قَدْ
كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ} [الممتحنة:
4]
"Sungguh telah
ada pada kalian suatu teladan yang bagus pada Ibrohim dan orang-orang yang
bersamanya". (Al-Mumtahanah: 4).
PENYELISIHAN KEDUA
MASUK BERTEMU
MAJIKAN DENGAN TANPA MAHROM
Bila seorang wanita telah sampai di negri dan dia
mulai bekerja di suatu rumah atau bekerja di suatu tempat kerja maka dia tidak
lepas dari berdua-duaan atau bercampur baur dengan para lelaki yang bukan
mahromnya. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dari Abu Sa'id Al-Khudriy dan Abdulloh
bin 'Abbas yang telah lewat penyebutannya menunjukan tentang tidak bolehnya
seorang lelaki menemui wanita dalam keadaan wanita tersebut sedang bersendirian
tanpa ditemani mahromnya, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«وَلاَ
يَدْخُلُ عَلَيْهَا رَجُلٌ إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ».
"Dan janganlah
seseorang lelaki masuk kepadanya melainkan bersamanya mahrom".
Maka dengan hadits ini
menunjukan tentang sangat jelasnya keharoman bagi pria dan wanita untuk
berikhtilat (campur baur); baik itu di sekolahan, di kampus atau di
tempat-tempat selain keduanya yang terdapat ikhtilat.
Sungguh merupakan suatu
kemuliaan bagi para wanita jika dia tinggal di rumahnya, membantu kedua orang
tuanya di rumah, baik bekerja di dalam rumah atau bekerja di perkebunan atau
jualan di warungnya atau membantu mengembala kambing orang tuanya maka ini
adalah pekerjaan yang lebih baik daripada menjadi TKW, Alloh Ta'ala di
dalam Al-Qur'an telah mengisahkan tentang dua orang wanita sholihah yang
bekerja di rumahnya dengan mengembala kambing sebagai bentuk ketaatan kepada
bapaknya:
{وَلَمَّا
وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ
دُونِهِمُ امْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى
يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ (23) فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى
إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ
(24)} [القصص: 23، 24]
"Dan tatkala dia (Musa) sampai di sumber air
negeri Madyan dia menjumpai sekumpulan orang yang sedang meminumkan
(ternaknya), dan dia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita
yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksud kalian
berdua (dengan berbuat begitu)?" kedua wanita itu menjawab: "Kami
tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu
memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya".
Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia
kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Robbku sesungguhnya aku
sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". (Al-Qoshshosh: 23-24).
Pada ayat
ini ada beberapa pelajaran dan faedah penting, diantaranya:
Pertama: Kedua wanita mulia tersebut berada di belakang orang
banyak dan keduanya menghambat ternak milik mereka supaya tidak terjadi ikhtilat
(campur baur) antara keduanya dengan para lelaki yang sedang meminumkan ternak
mereka.
Kedua: Orang yang menjaga kehormatan dirinya, baik dengan
menjaga diri supaya tidak berikhtilat dan tidak berbuat ma'siat maka dia akan
mendapatkan balasan kebaikan, di dunia dia akan melihat balasannya sebagaimana
dua wanita sholihah tersebut, dengan perbuatannya menjaga diri dari ikhtilat
maka Nabiulloh Musa 'Alaihis Sallam bergegas menolong keduanya, ini merupakan
balasan kebaikan keduanya ketika di dunia, dan diantara balasannya pula Alloh Ta'ala
rezqikan pada salah seorang dari dua wanita tersebut dengan menikahi seorang nabi
yaitu Musa 'Alaihis salam, sebagaimana Alloh Ta'ala terangkan
dalam kelanjutan ayat:
{قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ
عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ
وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ}
[القصص: 27]
"Dia (bapak dari dua wanita itu)
berkata: "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkanmu dengan salah seorang
dari kedua putriku ini, dengan mahar kamu bekerja padaku delapan tahun dan jika
kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu, maka aku
tidak hendak memberatkanmu. Kamu insya Alloh akan mendapatiku termasuk dari orang-
orang yang baik". (Al-Qoshshosh: 27).
Itulah
balasan di kehidupan dunia bagi orang-orang yang mentaati aturan-aturan yang
telah Alloh buatkan, dan di akhirat Allohpun membalas mereka dengan dimasukan
ke dalam Jannah-Nya yang penuh keni'matan dan kelezatan dikarenakan mereka
menta'ati-Nya dan tidak mema'siati-Nya:
{وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ
مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا} [النساء:
124]
"Dan barangsiapa yang mengerjakan amal-amal sholih,
baik dia seorang lelaki ataupun dia seorang
wanita sedangkan dia orang yang beriman, maka mereka itu akan masuk Jannah (surga)
dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun". (An-Nisa': 124).
Dengan bekerjanya seorang
wanita di rumahnya baik dengan membantu kedua orang tuanya maka orang tuanya
senang dan Robbnya (Alloh 'Azza wa Jalla)pun ridho.
Kebanyakan para TKW
alasannya untuk membantu dan meringankan beban kedua orang tuanya namun
ternyata malah menyusahkan kedua orang tuanya, datang dari negri jauh dalam
keadaan sudah cacat setelah dinodai oleh majikannya, ada yang sampai harus di operasi
di RS (rumah sakit) karena mendapatkan siksaan dari majikannya, adapula sampai
tewas dan yang lainnya dari petaka dan bencana, hal tersebut karena
penyelisihan mereka terhadap aturan-aturan Islam yang suci, Alloh berkata:
{فَلْيَحْذَرِ
الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور: 63]
"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi
perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih". (An-Nur: 63).
PENYELISIHAN
KETIGA
BERBUAT DAN
MEMBANGUN SIKAP DI ATAS PERASAAN DAN SANGKAAN SEMATA
Kebanyakan para wanita
menganggap bahwa bekerja di luar negri terkhusus di Timur Tengah itu bagus
karena di Timur Tengah adalah tempat munculnya agama Islam yang suci, mereka menyangka
bahwa orang-orang yang ada di Timur Tengah semuanya baik dan berpegang teguh
kepada ajaran agama Islam.
Ketahuilah wahai saudariku semoga
Alloh memperbaiki keadaan kita dan menunjuki kita ke jalan-Nya yang lurus,
di Timur Tengah memang benar mayoritas mereka mengaku beragama Islam namun
jangan menyamaratakan, karena ada dari mereka yang mengaku beragama Islam namun
hakekatnya mereka adalah kaum musyrikin yang menyembah kuburan, menyembah jimat
dan pusaka, adapula dari mereka mengaku beragama Islam namun hakekatnya beragama
Syi'ah, mereka mengahalkan kehormatan para wanita; maka jangan heran bila
banyak para saudari kita diperkosa oleh majikannya sendiri, terkadang mereka
menganggap bahwa para pembantu itu adalah budak (hamba sahaya), ini jelas anggapan
yang sangat keliru. Dan terkadang pula mereka menganggap para wanita boleh
diperkosa dengan alasan nikah mut'ah (kawin kontrak), dan sangat banyak di
Timur Tengah orang-orang awwam (Islam KTP), mereka mengaku berislam namun hanya
di lisan, lebih-lebih para
wanita Pertiwi dari Tanah Air Indonesia yang kurang memperhatikan pakaian
mereka, terkadang ngeyel bila diperintahkan memakai cadar dan bahkan terkadang
berani melepaskan jilbab di ruangan terbuka di dalam rumah majikannya, maka
perbuatan seperti ini tentu membuat syaithon bereaksi dengan sangat cepat, Rosululluh
Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«المَرْأَةُ عَوْرَةٌ، فَإِذَا خَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَا
الشَّيْطَانُ»
"Wanita adalah
aurat, maka jika dia keluar syaithon akan menghiasinya". Diriwayatkan
oleh At-Tirmiziy dari hadits Abdullah bin Masud.
Jangankan mereka orang-orang awwam yang keadaannya seperti itu, para ustadz yang mengajar di
pondok pesantren putri saja bila mereka melihat santriwati atau mendengarkan
suara merdu dari santriwati maka ada dari mereka langsung muncul mabuk asmaranya,
mulai berangan-angan, bahkan ada yang langsung ngiler. Na'udzubillah.
Jangankan pula mereka, para ahli ibadah Bani Isroil
saja ada yang terpengaruh dan tergoda dengan fitnah wanita-wanita Bani Isroil,
begitu pula kita dapati di zaman ini banyak dari aktivis da'wah terkhusus yang berada
di kampus-kampus kalau sedang bercampur baur atau sedang berdua-duaan dengan
wanita maka tentu akan timbul pikiran kotor dan buruk, inilah yang dikhowatirkan
oleh Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, beliau Shollallohu
'Alaihi wa Sallam berkata:
«مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً
أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ»
"Tidaklah aku meninggalkan suatu
fitnah setelahku yang lebih membahayakan bagi para
lelaki daripada fitnah para wanita". Diriwayatkan oleh
Asy-Syaikhon dari hadits Usamah bin Zaid.
Rosulullah
Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ،
فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ»
"Maka takutlah kalian kepada
(fitnah) dunia dan (fitnah) wanita, karena sesungguhnya awal fitnahnya Bani Isroil
adalah pada (finah) wanita".
Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Sa'id Al-Khudriy.
Demikianlah
yang bisa kami tuliskan pada pertemuan ini.
ونسأل الله عز وجل أن يوفقنا وجميع المسلمين
للهداية والسداد، وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه.
Selesai ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Di Darul Hadits Dammaj
Pada malam Rabu 20 Syawwal 1434