SEJARAH PENGHINAAN YANG BERTUBI-TUBI
SEMUANYA MEREKA HINA TERMASUK PARA NABI
Tanggapan Ringkas Terhadap Buku:
SEJARAH BERDARAH SEKTE SALAFI WAHABI
Sebagai Tanggapan dan Kritikan buat:
Bapak Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj
MA. dan Idahram.
Ditulis oleh Abul
‘Abbas Khidhir Al-Mulki –semoga Alloh menjaganya- yang dikenal dengan Muhammad
bin Salim.
PENGHINAAN KEPADA ROSULULLOH
صلى الله عليه وسلم))
بسم الله الرحمن
الرحيم
الحمد لله والصلاة والسلام على رسول الله وعلى آله وصحبه ومن والاه.
أما بعد:
Alloh (تعالى) memerintahkan umat manusia untuk memuliakan Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)) dan
beradab kepadanya, walaupun hanya masalah bertutur kata.
Bila seseorang dibacakan kepadanya
hadits-hadits Nabi صلى الله عليه وسلم)) maka dia tidak akan menentang hadits-hadits tersebut,
bila dia memiliki pendapat maka ketika dibacakan hadits-hadits Nabi صلى
الله عليه وسلم)) maka
diapun tidak berani mengangkat suaranya melebihi suara orang-orang yang
membacakan hadits-hadits Nabi صلى الله عليه وسلم)) tersebut, karena Alloh (تعالى) berkata dalam surat "Al-Hujarot" ayat 2
sampai 3:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ
فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ
لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (2) إِنَّ
الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ
امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
(3)}.
"Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kalian meninggikan suara kalian melebihi suara Nabi, dan
janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana
kerasnya suara sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, supaya tidak terhapus
(pahala) amalan kalian, sedangkan kalian tidak menyadari. Sesungguhnya orang
yang merendahkan suaranya di sisi Rosululloh mereka itulah orang-orang yang
telah diuji hati mereka oleh Alloh untuk bertaqwa. bagi mereka ampunan dan
pahala yang besar".
Penghinaan Secara Tidak Disadari
Pada sampul buku
“Sejarah Berdarah Sekte Salafi Wahabi” [untuk selanjutnya disingkat “SEBAL”]
tertulis: “Sebuah buku yang secara ilmiah menguak kebenaran ramalan
Rasulullah Saw"
Tanggapan:
Pada sub bahasan
ini ada dua poin yang perlu ditanggapi:
Pertama: ramalan
Kedua: Saw.
Tanggapan pada poin pertama
Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) adalah makhluk yang paling mulia, Alloh (تعالى) memberinya keutamaan yang tidak diberikan
kepada selainnya. Alloh (تعالى) mengangkat derajatnya menjadi seorang
nabi dan rosul dan menyampaikan wahyu kepadanya melalui perantara malaikat
Jibril (عليه
السلام). Beliau صلى
الله عليه وسلم)) tidak
akan menuturkan kata-kata melainkan sesuai dengan yang diwahyukan kepadanya,
sebagai perkataan Alloh (تعالى) dalam surat "An-Najm"
ayat 3 sampai 4:
{وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى (3) إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
(4)}.
“Dan tidaklah beliau
berucap menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tidak lain hanyalah wahyu yang
diwahyukan (kepadanya)”.
Setelah jelas bagi kita
bahwa setiap apa yang diucapkan oleh Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) adalah wahyu maka apakah pantas kalau kemudian kita
mengatakan kepada Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) melakukan ramalan? Ketahuilah ini termasuk salah satu
dari bentuk nyata perendahan dan penghinaan terhadap Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)),
karena ramalan itu merupakan jurus yang digunakan oleh para dukun, maka apakah
pantas Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) disamakan dengan para dukun yang suka meramal?
Ketahuilah
–semoga Alloh memberikan hidayah kepada kami dan kepada kalian- bahwa para
dukun ramalannya terkadang benar dan terkadang salah, maka kalau istilah “menguak
kebenaran ramalan” itu cocoknya hanya kepada para dukun,
adapun Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) maka tidak ada lagi keraguan atas setiap apa yang
beliau katakan.
Adapun
ramalan yang dipraktekan oleh para dukun maka sangat kecil kemungkinan
benarnya, bahkan ramalan-ramalannya tersebut kesalahan yang paling
mendominasinya, karena hasil ramalan mereka didapat dari bantuan para syaithon,
yang para syaithon mencurinya dari langit, kemudian disampaikan kepada para
dukun dengan dicampur seratus kedustaan sebagaimana yang Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
katakan:
فيكذبون
معها مائة كذبة.
"Yang
mereka membuat kedustaan pada berita tersebut dengan seratus kedustaan". [HR.
Al-Buhkari (no. 3210) dan Muslim (no. 122-(2228)].
Perbedaannya:
Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) mendapatkan wahyu langsung dari Alloh dan semuanya
benar, tidak membutuhkan lagi adanya istilah "menguak kebenaran",
adapun para dukun mendapatkan bisikan-bisikan dari syaithon yang dinamai dengan
ramalan yang kedustaan mendominasinya.
Dari
penjelasan tersebut nyatalah kalau mereka (penerbit buku "SEBAL"
dan penulisnya) telah terjatuh pada penghinaan terhadap Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)).
Kalau
kemudian ada yang berkata: Ungkapan ramalan itu hanya sekedar ungkapan
kebiasannya orang-orang maka tidak bisa dikatakan itu sebagai ungkapan
penghinaan kepada Rosululloh صلى الله عليه وسلم))?. Atau kalau ada yang berkata: Itu tidak dimaksudkan
untuk menghina Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) (unsur ketidaksengajaan)!. Maka kami katakan:
Orang-orang Arob perkampungan (Arob badui) mereka juga memiliki kebiasan yang
sering mereka lakukan, mengangkat suara tinggi dikalangan mereka adalah biasa,
namun ketika mereka meninggikan suara di sisi Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)) maka
Alloh (تعالى) dan Rosul-Nya صلى
الله عليه وسلم)) tidak
memberi toleransi seperti apa yang dikatakan, Alloh (تعالى) berkata dalam surat "Al-Hujarot" ayat 2
sampai 5:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَرْفَعُوا أَصْوَاتَكُمْ
فَوْقَ صَوْتِ النَّبِيِّ وَلَا تَجْهَرُوا لَهُ بِالْقَوْلِ كَجَهْرِ بَعْضِكُمْ
لِبَعْضٍ أَنْ تَحْبَطَ أَعْمَالُكُمْ وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (2) إِنَّ
الَّذِينَ يَغُضُّونَ أَصْوَاتَهُمْ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ أُولَئِكَ الَّذِينَ
امْتَحَنَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ لِلتَّقْوَى لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَأَجْرٌ عَظِيمٌ
(3) {إِنَّ الَّذِينَ يُنَادُونَكَ مِنْ وَرَاءِ الْحُجُرَاتِ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْقِلُونَ
(4) {وَلَوْ أَنَّهُمْ صَبَرُوا حَتَّى تَخْرُجَ إِلَيْهِمْ لَكَانَ خَيْرًا
لَهُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ (5)}.
"Hai orang-orang yang
beriman, janganlah kalian meninggikan suara kalian melebihi suara nabi, dan
janganlah kalian berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana
kerasnya suara sebagian kalian terhadap sebagian yang lain, supaya tidak terhapus
amalan (kebaikan) kalian, sedangkan kalian tidak menyadari. Sesungguhnya orang
yang merendahkan suaranya di sisi Rosululloh mereka itulah orang-orang yang
telah diuji hati mereka oleh Alloh untuk bertaqwa. Bagi mereka ampunan dan
pahala yang besar. Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar
kamar(mu) kebanyakan mereka tidak berakal, dan kalau sekiranya mereka bersabar
sampai kamu keluar menemui mereka sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka, dan Alloh
adalah Al-Ghofur (Maha Pengampun) lagi Ar-Rohim (Maha Penyayang)".
Dari ayat tersebut
sangat jelas yang meninggikan suara kebanyakannya adalah orang-orang yang tidak
berakal, namun apakah Alloh (تعالى) memberikan toleransi dan kebebasan kepada
mereka? Wallohi tidak! Bahkan Alloh (تعالى) melarang mereka untuk mengangkat suara mereka kepada Rosululloh
صلى
الله عليه وسلم)) supaya
amalan kebaikan mereka tidak terhapus, bila mereka tidak menyadari kalau
kebiasaan mereka itu adalah suatu kesalahan maka tentu resikonya amalan-amalan
sholih mereka yang pernah mereka kerjakan akan terhapus. Maka tidakkah ada yang
mau mengambil pelajaran?!.
Adapun perkataan: Itu
tidak dimaksudkan untuk menghina Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) maka ketahuilah bahwa orang-orang munafiqpun bisa
membuat alasan seperti itu, Alloh (تعالى) berkata tentang perbuatan mereka sebagaimana dalam surat "At-Taubah"
ayat 65 sampai 66:
{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ
قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا
قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ}.
"Dan jika kamu
tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka katakan itu), tentulah mereka
akan manjawab: "Sesungguhnya kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main
saja". Katakanlah: "Apakah terhadap Alloh, ayat-ayat-Nya dan Rosul-Nya
kalian akan memperolok-olok?, tidak perlu kalian meminta maaf, karena kalian telah
kafir sesudah kalian beriman".
Karena mereka
menghina Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) maka Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) tidak memberikan toleransi dan alasan bagi mereka,
sebagaimana kisahnya dalam "Tafsir Ibni Katsir" (Juz 4/hal.
171): "Dari Abdullah bin Umar, beliau berkata: Berkata seseorang
pada perang Tabuk di suatu masjid: "Tidaklah aku melihat seperti juru baca
kita itu, yang paling besar perutnya, paling pendusta lisannya, dan paling
penakut ketika berjumpa musuh!. Maka berkata seseorang dalam dalam masjid
tersebut: Kamu telah berdusta, kamu ini adalah munafiq, sungguh aku akan mengabarkan
kepada Rosululloh صلى الله عليه وسلم)), lalu orang tersebut menyampaikan kepada Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)), maka
turunlah Al-Qur'an. Berkata Abdullah bin Umar: Aku melihat orang yang
menghina Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) tersebut bergantung di kendaraan Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)) hingga
tertabrak ke batu-batu, sambil berkata: Wahai Rosululloh! Hanyasaja kami tadi
bersenda gurau dan bermain-main saja! Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) berkata:
{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ لَيَقُولُنَّ إِنَّمَا كُنَّا نَخُوضُ وَنَلْعَبُ
قُلْ أَبِاللَّهِ وَآيَاتِهِ وَرَسُولِهِ كُنْتُمْ تَسْتَهْزِئُونَ (65) لَا تَعْتَذِرُوا
قَدْ كَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمَانِكُمْ}.
"Apakah dengan Alloh,
ayat-ayat-Nya dan Rosul-Nya kalian akan memperolok-olok?, tidak perlu kalian meminta
maaf, karena kalian telah kafir sesudah kalian beriman".
Betapa
malang nasib orang munafiq tersebut, mengejar Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)) untuk mengemukakan
alasannya, sampai badannya berbenturan dengan batu-batu, namun alasannya tidak
diterima. Maka apa alasan dari penerbit buku "SEBAL" begitu
pula apa alasan penulisnya ketika kami paparkan permasalah ini?.
Insan
yang memiliki akal dan pandangan yang sehat lagi tajam, begitu pula insan
terpelajar dan insan akademik tentu tidak akan tergesa-gesa menyambut, menerima
dan membenarkan buku "SEBAL" itu, tetapi dia akan berpikir
terlebih dahulu, karena orang yang tertinggi seperti Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)) saja
sudah dihina lalau bagaimana kiranya dengan orang-orang yang rendah dari Rosululloh
صلى
الله عليه وسلم))
semisal para pengikut setianya dari umat ini? Maka tentu hinaan dan kedustaan
kepada mereka lebih dahsyat dan berlebih-lebihan –hanya kepada Alloh kami
memohon perlindungan-.
Tanggapan pada poin Kedua
Pada
kesempatan ini kami ingin memperingatkan penerbit buku, penulis (Idahram) dan
Prof.Dr. KH. Said Aqil Siraj, MA., selaku pemberi kata pengantar pada tulisan
"SEBAL" dan siapa saja yang memiliki sikap sama dengan mereka
untuk berhati-hati berbicara tentang pembawa syariat nabi kita Muhammad صلى
الله عليه وسلم)), kami
melihat bahwa pak prof telah terjerumus ke dalam penghinaan kepada Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)) secara
dia tidak menyadari. Ketahuilah bahwa penulisan setelah nama Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)) dengan
singkatan (saw) itu adalah suatu kebatilan dan kesalahan yang sangat
fatal, kalau para pembaca membacanya secara langsung (Shallallahu 'Alaihi wa
Sallam) itu yang diharapkan, tapi kalau mereka membacanya seperti yang
tersingkat maka inilah bentuk nyata penghinaan itu.
Orang-orang yang rajin
melaksakan sholat berjama'ah di masjid tentu sering mendengar himbauan imam sholat
sebelum memulai takbirotul ihrom: Saw, saw, saw sufufakum[1]…..Luruskanlah
kalian, luruskanlah kalian, luruskanlah kalian, shaf-shaf kalian!".
Bila maksud dan tujuan imam
sholat kalian mengetahuinya maka cobalah pikirkan bagaimana kalau setelah nama nabi
kita Muhammad صلى الله عليه وسلم)) ditambah dengan kalimat saw, maka apakah
pantas?.
Setiap
orang yang mengaku muslim tentu sudah mengenal sholawat, namun untuk
mengamalkan bagaimana sholawat yang benar maka masih perlu dipertanyakan? Alloh
(تعالى) dan para malaikat-Nya bersholawat kepada
Nabi صلى
الله عليه وسلم)) dengan
bentuk sholawat yang paling bagus dan sangat jelas, setelah Alloh (تعالى) dan para malaikat-Nya bersholawat mereka
memerintahkan kaum mukminin untuk bersholawat kepada Nabi Muhammad صلى
الله عليه وسلم)),
sebagaimana Alloh (تعالى) sebutkan perintah tersebut di dalam
Al-Qur'an pada surat "Al-Ahzab" ayat 56:
{إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا}.
"Sesungguhnya
Alloh dan malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bersholawatlah kalian untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya".
Coba perhatikan ayat tersebut
sangat jelas adanya perintah untuk bersholawat kepada Nabi صلى
الله عليه وسلم)) dan
adanya pula perintah untuk mengucapkan salam penghormatan kepadanya, maka
apakah pantas hanya dengan mengucapkan saw?.
Kalau
ada tamu datang disuatu rumah dan kamu sebagai penghuni rumah, kemudian tamu
tersebut mengetuk pintu sambil mengucapkan salam dengan singatan "aww,
aww, aww" maka apakah kamu akan bersenang hati dengannya? Atau
ketika kamu berjumpa dengan orang yang kamu anggap sebagai kawanmu namun
kemudian dia ketika menjumpaimu mengucapkan salam "aww" maka
tentu kamu akan merasa bahwa itu adalah penghinaan kepadamu, maka berpikirlah
wahai orang-orang yang berakal!.
Di
dalam kitab-kitab mazhab Asy-Syafi'iyyah selama kami membaca atau
mempelajarinya bersama beberapa masyayikh kami, belum pernah kami dapatkan ada
fatwa dari imam-imam mazhab Asy-Syafi'iyyah mengatakan bahwa meringkas sholawat
untuk Nabi صلى الله عليه وسلم)) seperti itu hukumnya boleh!, Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)) telah
memberikan bimbingan yang sangat jelas tentang tata cara bersholawat, di dalam
"Shahih Al-Bukhari" (no. 4797) dan “Shahih Muslim” (no.
935) dari hadits Ka'ab bin 'Ujrah –semoga Alloh meridhoinya-, beliau
berkata: "Ya Rosululloh adapun salam kepadamu sungguh telah kami tahu,
maka bagaimana bersholawat kepadamu? Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) berkata: "Katakanlah kalian:
«اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا
صَلَّيْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ، إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ، اللهُمَّ بَارِكْ
عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى آلِ إِبْرَاهِيمَ،
إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ».
Kalaupun
seandainya ada dari imam-imam mazhab As-Syafi'iyyah yang membolehkan meringkas
sholawat menjadi "saw" maka tentu kita tidak diperkenankan
untuk mengambil pendapat tersebut, yang lebih berhak dan wajib kita ambil
adalah perkataan Alloh (تعالى) dan Rosul-Nya صلى
الله عليه وسلم)), Alloh
(تعالى) berkata dalam surat "Al-Hasyr"
ayat 7:
{وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ}.
"Dan
apa yang didatangkan oleh Rosul kepada kalian maka terimalah, dan apa saja yang
dilarangnya bagi kalian maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kalian kepada Alloh,
sesungguhnya Alloh sangat keras hukumannya".
Penghinaan Secara Disadari
Berkata Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj MA
dalam pengantarnya terhadap buku "SEBAL" (hal. 9): “Islam
merupakan agama peradaban yang membawa rahmat bagi semesta alam, bukan agama
teroris”.
Apa yang dikatakan memang benar, Alloh (تعالى) berkata dalam surat "Al-Anbiya'"
ayat 107:
{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ}.
"Dan tidaklah Kami
mengutus kamu melainkan sebagai rahmat untuk semesta alam". Keberadaan
beliau di tengah-tengah umat sebagai rahmat untuk semesta alam adalah perkara
yang sangat disambut oleh orang-orang yang masih memiliki akal pikiran namun
bagi orang yang suka menghina maka mereka tidak peduli dengan keberaadan Nabi صلى
الله عليه وسلم))
sebagaimana yang Alloh (تعالى) tetapkan. Bahkan mereka menampakan
kata-kata, membuat istilah-istilah dan gelar-gelar kepada Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)) dengan
sesuatu yang sangat jelas sebagai upaya penghinaan dan penjatuhan martabat dan
derajat beliau صلى الله عليه وسلم)), namun bagi orang yang masih muslim, masih memiliki
iman dan masih memiliki kecintaan kepada Alloh (تعالى) dan Rosul-Nya صلى الله عليه وسلم)) tidak akan diam, bahkan mereka akan bangkit untuk
membelanya dengan membacakan ayat-ayat Alloh (تعالى) dan sunnah-sunnah Nabi-Nya صلى الله عليه وسلم)).
Berikut ini diantara beberapa penghinaan
kepada Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) semasa beliau masih hidup:
- Penghinaan Abu Lahab
Ketika Nabi صلى الله عليه وسلم)) baru memulai dakwah kepada tauhid, memulai dengan
menyeru kerabat-kerabatnya maka bangkitlah seseorang menampakan penghinaan yang
nyata, yang dia adalah pamannya sendiri, Al-Imam Al-Bukhari di dalam "Shahih"nya
(no. 1494) meriwayatkan dari Abdullah bin Abbas, beliau berkata:
"Abu Lahab –semoga Alloh melaknatnya- berkata kepada Nabi صلى
الله عليه وسلم)):
"Kebinasaan bagimu", maka turunlah perkatan Alloh (تعالى) pada surat "Al-Masad"
ayat 1 sampai 5:
{تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ (1) مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ
وَمَا كَسَبَ (2) سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ (3) وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ
(4) فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ (5)}.
"Binasalah kedua
tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya
harta bendanya dan apa yang dia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api
yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di
lehernya ada tali dari sabut".
Tentu bagi orang yang memiliki akal pikiran
akan bertanya-tanya: Apa yang menyebabkan Abu Lahab mencela dan menghina
keponakannya? Abu Lahab dan kaum musyrik Quraisy melakukan penghinaan kepada Rosululloh
صلى
الله عليه وسلم)) karena
Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) menyeru mereka untuk merealisasikan tauhid ibadah
(tauhid uluhiyyah). Alloh (تعالى) sebutkan tentang ejekan dan penghinaan mereka kepada Rosululloh
صلى
الله عليه وسلم)) di
dalam surat "Shod" ayat 5 sampai 7:
{أَجَعَلَ الْآَلِهَةَ إِلَهًا وَاحِدًا إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ
عُجَابٌ (5) وَانْطَلَقَ الْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَى
آَلِهَتِكُمْ إِنَّ هَذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ (6) مَا سَمِعْنَا بِهَذَا فِي
الْمِلَّةِ الْآَخِرَةِ إِنْ هَذَا إِلَّا اخْتِلَاقٌ (7)}.
“Mengapa dia menjadikan sembahan-sesembahan
itu Ilah yang satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat
mengherankan. Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya
berkata):"Pergilah kalian dan tetaplah (menyembah) sesembahan-sesembahan
kalian, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki. Kami tidak
pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir; ini (mengesakan Alloh)
tidak lain hanyalah (dusta) yang diada-adakan”.
Jangan kita mengira bahwa kaum musyrikin
Quraisy itu tidak bertauhid sama sekali! Justru mereka itu bertauhid pada
sebagian kecil permasalahan saja, Alloh (تعالى) jelaskan tentang tauhid mereka itu sebagaimana di dalam surat "Al-Ankabut"
ayat 61:
{وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ
وَسَخَّرَ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ فَأَنَّى يُؤْفَكُونَ}.
“Dan sesungguhnya jika kamu
tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan
menundukkan matahari dan bulan?" tentu mereka akan menjawab: "Alloh",
maka mengapa mereka (dapat) dipalingkan (dari jalan yang benar)”.
Tidak hanya itu, bahkan
mereka menetapkan nama Alloh, sebagaimana kisahnya terdapat dalam “Shohih
Muslim” (no. 4732) ketika terjadi perjanjian damai antara kaum muslimin
dengan kaum musyrikin, maka Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) menyuruh penulisnya:
«اكْتُبْ بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ ».
“Tulislah dengan nama Alloh
yang Ar-Rohman (Maha Pengasih) lagi Ar-Rohiim (Maha Penyayang)”. Berkata
Suhail (salah seorang tokoh musyrikin): “Adapun tentang nama Alloh maka
tidaklah kami mengetahui apa “Dengan nama Alloh yang Ar-Rohman (Maha
Pengasih) lagi Ar-Rohiim (Maha Penyayang)” akan tetapi tulislah apa-apa
yang kami ketahui: “Dengan nama Alloh”.
Namun kesesatan mereka
telah nyata yaitu menjadikan Alloh (تعالى) tandingan-tandingan dalam beribadah, mereka menjadikan latta
dan uzza sebagai perantara ibadah mereka kepada Alloh (تعالى), mereka meminta kepada orang-orang sholih
yang sudah meninggal dunia.
Mereka tampak benar-benar merealisasikan
tauhid ibadah (tauhid uluhiyyah) ketika petaka sudah di depan mata, Alloh
(تعالى) berkata dalam surat "Al-Ankabut"
ayat 65:
{فَإِذَا رَكِبُوا فِي الْفُلْكِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ
الدِّينَ فَلَمَّا نَجَّاهُمْ إِلَى الْبَرِّ إِذَا هُمْ يُشْرِكُونَ}.
“Maka apabila mereka naik
kapal, mereka berdoa kepada Alloh dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya; maka
tatkala Alloh menyelamatkan mereka sampai ke daratan, tiba-tiba mereka
(kembali) mempersekutukan (Alloh)”.
Ketika Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
melihat keadaan kaum musyrikin perbuataannya seperti itu, beliau mulai menyeru
mereka untuk benar-benar meralisasikan tauhid, disaat lapang maupun sempit,
namun apa tanggapan kaum musyrikin? Mereka malah menuduhnya dengan tuduhan
dusta, beliau dituduh sebagai tukang sihir, pengacau (teroris), pemecah belah
persatuan dan tuduhan-tuduhan dusta lainnya, karena mereka gagal dalam
menjalankan makarnya terhadap Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) dan para shohabatnya merekapun menampakan kekerasaan
dan teror, ketika Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) sudah hijroh di Madinah dan kaum muslimin sudah
memiliki kekuatan maka Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) mengumumkan perlawan (jihad) terhadap orang-orang
musyrik, perlawanan tersebut akan berhenti bila kaum musyrikin merealisasikan
konsekwensi dari tauhid yaitu benar-benar memurnikan agama (ibadah) hanya
kepada Alloh (تعالى), Allah (تعالى) berkata dalam surat "Al-Anfal" ayat 39:
{وَقَاتِلُوهُمْ حَتَّى لَا تَكُونَ فِتْنَةٌ وَيَكُونَ الدِّينُ كُلُّهُ
لِلَّهِ فَإِنِ انْتَهَوْا فَإِنَّ اللَّهَ بِمَا يَعْمَلُونَ بَصِيرٌ}.
“Dan perangilah mereka,
supaya jangan ada fitnah dan supaya agama itu semata-mata untuk Alloh. Jika
mereka berhenti (dari kesyirikan), maka sesungguhnya Alloh Maha melihat apa
yang mereka kerjakan”.
Di
dalam “Shohih Al-Bukhari” (no, 25) dari Abdullah bin Umar, dan “Shohih
Muslim” (no. 135) dari Abu Huroiroh, Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
berkata:
«أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ
إِلاَّ اللَّهُ وَيُؤْمِنُوا بِى وَبِمَا جِئْتُ بِهِ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا
مِنِّى دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلاَّ بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ».
“Aku diperintah untuk
memerangi manusia sampai mereka bersaksi “Bahwa tidak ada Ilah (sesembahan)
yang berhak disembah melainkan Alloh, mereka beriman kepadaku dan apa-apa yang
aku datang dengannya, jika mereka melaksanakan yang demikian itu maka mereka
mendapatkan jaminan (kemanaan) dariku pada darah-darah dan harta-harta mereka
kecuali pada haknya, dan perhitungannya atas Alloh”.
- Penghinaan Dzul Khuwaisiroh
Ketika Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)) masih
di Makkah (sebelum hijrah ke Madinah) beliau mendapatkan banyak penghinaan dari
orang-orang musyrik, beliau dituduh sebagai tukang ramal, tukang sihir dan
gila, hal ini sebagaimana Alloh (تعالى) katakan dalam surat "Shod" ayat 4:
{وَعَجِبُوا أَنْ جَاءَهُمْ مُنْذِرٌ مِنْهُمْ وَقَالَ الْكَافِرُونَ
هَذَا سَاحِرٌ كَذَّابٌ}.
“Dan mereka heran karena
mereka kedatangan seorang pemberi peringatan (Rosul) dari kalangan mereka; dan
orang-orang kafir berkata: "Ini adalah seorang ahli sihir yang banyak
berdusta".
Alloh (تعالى) berkata dalam surat "Adz-Dzariyat"
ayat 52:
{كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلَّا
قَالُوا سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ}.
“Demikianlah tidak seorang
Rosulpun yang datang kepada orang-orang yang sebelum mereka, melainkan mereka
mengatakan: "Dia adalah seorang tukang sihir atau seorang gila”.
Setalah beliau hijroh
ke Madinah ternyata muncul penghinaan dari seseorang yang mengaku beragama
Islam, dia ikut menyusup dalam barisan kaum muslimin, kemudian Alloh (تعالى) menampakan keadaannya secara jelas
sehingga manusia mengetahui keadaan yang sebenarnya, ketika Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
membagikan harta rampasan perang, maka tiba-tiba datang Dzul Khuwaisiroh yang dia
adalah seseorang dari Bani Tamim, lalu berkata: “Berbuat adillah wahai
Muhammad, karena kamu belum berbuat adil!”. Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
berkata:
«وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلُ بَعْدِي إِذَا لَمْ أَعْدِلْ».
“Celaka kam, siapa yang
akan berbuat adil jika aku tidak berbuat adil?!” Berkata Umar: Biarkan aku
wahai Rosululloh untuk memenggal lehernya, ini adalah munafiq. Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
berkata: “Biarkan”, ketika Dzul Khuwaisiroh berpaling Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
berkata: “Akan lahir dari keturunan orang ini kaum yang membaca Al-Qur’an,
tetapi tidak sampai melewati tenggorokannya, mereka keluar dari agama Islam ini
bagaikan anak panah yang tembus keluar dari binatang buruannya. Mereka
memerangi orang-orang Islam dan membiarkan penyembah berhala”. [HR.
Al-Bukhari (no. 3414) dari Abu Said, Muslim (no. 2496), Ibnu Majah (no.
172) dari Jabir bin Abdillah].
Dari hadits tersebut
dapat diperik faedah diantaranya:
- Hukum Mencela Nabi صلى الله عليه وسلم)).
Al-Imam
An-Nawawi –semoga Alloh merahmatinya- menukil perkataan Qadhi ‘Iyadh: "Hukum
syar’i bahwa siapa yang mencela Nabi صلى الله عليه وسلم)) adalah kafir dan dibunuh. Dan pada hadits tersebut
tidak disebutkan bahwa Dzul Khuwaisiroh dibunuh. [“Syarhu Shohih Muslim”
karya Al-Imam An-Nawawi (Juz 4/hal. 388)].
Di
dalam “Shohih Al-Bukhari” (no. 6531) dan “Shohih Muslim” dari Ali
bin Abi Tholib, Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) ketika menjelaskan tentang orang-orang yang memiliki
keterkaitan dengan Dzul Khuwaisiroh beliau memerintahkan dengan hukuman bunuh,
beliau berkata:
«سَيَخْرُجُ فِى آخِرِ الزَّمَانِ قَوْمٌ أَحْدَاثُ الأَسْنَانِ سُفَهَاءُ
الأَحْلاَمِ يَقُولُونَ مِنْ خَيْرِ قَوْلِ الْبَرِيَّةِ يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ لاَ
يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ يَمْرُقُونَ مِنَ الدِّينِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ
الرَّمِيَّةِ فَإِذَا لَقِيتُمُوهُمْ فَاقْتُلُوهُمْ فَإِنَّ فِى قَتْلِهِمْ أَجْرًا
لِمَنْ قَتَلَهُمْ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ».
“Akan muncul di akhir zaman
suatu kaum yang ahdatsul asnaan, sufaha’ul ahlam, mereka berucap dengan
perkataannya khairul bariyyah (hadits), mereka membaca Al-Qur’an namun
tidak sampai melewati kerongkongan mereka, mereka keluar dari agama sebagaimana
keluarnya anak panah dari buruannya (tembus). Jika kalian menjumpai mereka maka
bunuhlah, karena sesungguhnya membunuh mereka itu berpahala di sisi Alloh pada
hari kiamat”.
2.
Ciri-ciri dari Orang-orang
yang Memiliki Keterkaitan Pemikiran dengan Dzul Khuwaisiroh
-
Mereka sangat kuat dalam
beribadah.
Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) mengatakan kepada para shohabatnya bahwa para shohabatnya
akan merasa minder dengan ibadah mereka seperti sholat, puasa dan membaca
Al-Qur’an [Lihat “Syarhu Shohih Muslim” karya Al-Imam An-Nawawi (Juz.
4/hal. 394)].
Di zaman ini kita dapatkan
dengan mudah orang-orang yang Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) mensifati mereka, ada dari mereka yang melakukan puasa
bid’ah dengan waktu yang cukup panjang, ada dari mereka yang sholat lail
berpuluh-puluh rokaat, ada dari mereka membaca Al-Qur’an dalam sehari mereka
bisa mengkhotamkannya, dari mereka ada yang berdzikir ribuan kali dalam sehari,
ketika Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) disampaikan tentang orang-orang yang beramal seperti
mereka itu maka Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) berkata:
«فَمَنْ رَغِبَ عَنْ سُنَّتِى فَلَيْسَ مِنِّى».
“Barangsiapa
yang membenci sunnahku maka dia bukanlah dari (golongan)ku”. [HR.
Al-Bukhari (no. 4776) dan Muslim (no. 3469) dari hadits Anas bin Malik].
-
Mereka kulitnya hitam, pada telapak tangan
atau lengan atau pundak mereka seperti puting yang ada pada buah dada wanita
atau seperti potongan daging.
Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) berkata:
«آيَتُهُمْ رَجُلٌ أَسْوَدُ إِحْدَى عَضُدَيْهِ مِثْلُ ثَدْىِ الْمَرْأَةِ
أَوْ مِثْلُ الْبَضْعَةِ تَدَرْدَرُ».
“Ciri-ciri mereka adalah
orang yang hitam, salah satu dari lengannya seperti puting (yang ada pada buah
dada wanita) atau seperti potongan dari daging”. [Lihat “Syarhu Shohih
Muslim” karya Al-Imam An-Nawawi (Juz. 4/hal. 394)].
Adapun yang dikatakan
oleh pak Prof pada pengantarnya terhadap buku “SEBAL” (hal. 13): “Imam
Nawawi menjelaskan bahwa Dzul Khuwaisiroh adalah sosok yang berjidat hitam,
kepalanya botak tidak berambut, tinggi gamisnya setengah kaki dan jenggotnya
panjang”.
Kami sudah mencoba membuka-buka lembaran demi
lembaran pada “Syarhu Shohih Muslim” untuk mencari ciri-ciri yang
disebutkan oleh pak Prof namun kami tidak dapatkan seperti yang dikatakan.
Kalau penyebutan ciri-ciri tersebut dari pak Prof yang kemudian dia sandarkan
kepada Al-Imam An-Nawawi maka itu merupakan kedustaan dan kezhaliman yang
nyata, bila benar pak Prof berkhianat dalam masalah ini maka kami semakin
khawatir kalau pak Prof jangan-jangan sudah termasuk dalam ciri-ciri yang
disebutkan oleh Rosululloh صلى الله عليه وسلم)), jadi pak Prof berusaha untuk memalingkan perhatian
manusia jangan sampai diketahui keadannya!, kalaupun benar tentang ciri-ciri
yang disebutkan oleh pak Prof itu seperti yang disebutkan oleh Al-Imam
An-Nawawi maka ketahuilah bahwa ciri-ciri tersebut tidak bisa dijadikan sebagai
sarana untuk mencela, menghina dan memojokan Ahlussunnah karena ada dari
ciri-ciri tersebut sudah merupakan sunnah Nabi صلى الله عليه وسلم)), seperti celana atau gamis di atas mata kaki –Alhamdulillah
telah ada pembahasan tentang masalah ini dalam tulisan kami ini-.
Kemudian
dari pada itu ketahuilah bahwa Al-Imam An-Nawawi telah menjelaskan
ciri-ciri yang lain sebagaimana dalam “Syarhu Shohih Muslim” (Juz 4/hal.
395):
"وَمَعْلُوْمٌ أَنَّ هَذَا لَيْسَ بِحَرَامٍ".
“Dan telah diketahui bahwa
cirri-ciri ini tidaklah harom”.
Adapun tentang mencukur rambut (botak) maka
Al-Imam An-Nawawi telah menjelaskannya pula, beliau berkata dalam“Syarhu Shohih
Muslim” (Juz 4/hal. 395):
"قَالَ أَصْحَابُنَا: حَلْقُ الرَّأْسِ جَائِزٌ".
“Berkata Ashhabuna
(orang-orang dari mazhab Syafi’i): Mencukur rambut kepala adalah boleh “.
-
Menuduh Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
sebagai orang yang tidak memiliki keadilan.
Dari
pemaparan tersebut maka orang-orang yang berakal tinggal menilai: Penghinaan
manakah yang lebih kurang ajar; Menuduh Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)) sebagai
tukang ramal atau mengatakan kepada Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)) tidak bisa
berbuat adil?!. Lebih anehnya lagi pada pengantar buku “SEBAL” (hal. 12) pak Prof berkata: “Predeksi Rasulullah terbutki pada
Ahad pagi....”.
Perkataannya
“Predeksi” tidak jauh bedanya dengan ungkapan “ramalan” sudah lewat
pembahasannya [silahkan merujuk kembali kepembahasannya]. Dari ungkapan
tersebut tampak kebodohan pak Prof, sungguh memalukan sudah bertitel panjang
namun tidak bisa membedakan antara sesuatu kepastian dengan sesuatu perkiraan,
ini merupakan suatu permasalahan yang sedang dihadapi oleh pak Prof, ketahuilah
bahwa masalah merupakan suatu kesenjangan antara harapan dan kenyaatan. Pak
Prof mungkin mengira bahwa harapannya dalam memberi pengantar pada tulisan “SEBAL”
akan sesuai dengan kenyataan yang ada, perlu pak Prof mengkaji dan melalukan
peninjauan sehingga tidak lagi ada suatu kesenjangan antara pengetahuan dan
pengamalan.
Pak Prof dan orang-orang yang memiliki kemiripan dengan
pak Prof harus tahu memahami perbedaan antara predeksi dengan suatu kepastian,
harus pula memilah mana yang masuk dalam kategori ramalan dan mana yang masuk
kepastian? Apa yang Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) beritakan maka itu pasti akan terbukti, sekadar
contoh perberitaan beliau: “Akan lahir dari keturunan orang ini kaum yang
membaca Al-Qur’an, tetapi tidak sampai melewati tenggorokannya, mereka keluar
dari agama Islam ini bagaikan anak panah yang tembus keluar dari binatang
buruannya”.
Dan
perkataan Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) tersebut telah terbukti dan akan terbukti pula,
setelah Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) wafat, mereka mulai menampakan diri, mereka
adalah orang-orang yang kuat dalam beribadah dan mereka tidak merasa cukup
dengan syariat yang dibawa oleh Rosululloh صلى الله عليه وسلم)), pada akhirnya mereka membuat bid’ah dalam Islam
yaitu dzikir jama’ah, setelah itu mereka bersatu dengan khowarij dalam
memerangi kaum muslimin, hal ini sebagaimana pernah terjadi dan disebutkan
dalam “Sunan Ad-Darimi” dengan sanad hasan. Al-Imam Ad-Darimi
–semoga Alloh merahmatinya- berkata: Telah mengabari kami Al-Hakam bin Mubarak
beliau berkata: Telah mengabari kami ‘Amr bin Yahya, beliau berkata: Aku
mendengar bapakku menceritakan dari bapaknya, dia berkata: Kami duduk di
samping pintu Abdulloh bin Mas’ud sebelum shalat zhuhur, tiba-tiba
beliau keluar, kamipun berjalan bersamanya ke masjid, maka datanglah kepada
kami Abu Musa Al-Asy’ari lalu berkata: Apakah keluar kepada kalian Abu
Abdirrohman, kami mengatakan: Tidak, diapun duduk bersama kami hingga
beliau keluar, setelah keluar kami semua berdiri menghadapnya, lalu Abu Musa
berkata: Wahai Abu Abdirrahmon sesungguhnya aku melihat di dalam masjid
suatu kaum mereka duduk dalam suatu halaqah sambil menunggu waktu sholat, pada
setiap halaqah ada seseorang yang memandu dzikir dan di tangan-tangan mereka
ada kerikil, pemandu dzikir mengatakan: “Bertakbirlah kalian seratus seratus
kali, merekapun bertakbir seratus kali. Kemudian pemandu mengatakan:
bertahlillah seratus kali merekapun bertahlil seratus kali. Pemandu dzikir
berkata lagi: “Bertasbilah kalian seratus kali merekapun bertasbih seratus
kali”. Abdullah bin Mas’ud dan Abu Musa kemudian mendatangi
halaqah tersebut, Abdullah bin Mas’ud berkata: Apa yang kalian lakukan
dengan krikil ini? Mereka berkata: Wahai Abu Abdillah kami
menggunakannya untuk menghitung-hitung takbir, tahlil dan tasbih! Ibnu
Mas’ud berkata: "Hitunglah kejelekan-kejelekan kalian, aku menjamin
bahwa itu tidak akan menyia-nyiakan kebaikan kalian, celakah kalian wahai umat
Muhammad aku tidak menyangka secepat ini kalian akan binasa, mereka itu adalah
shohabat-shohabat Nabi kalian صلى الله عليه وسلم)), mereka masih pada hidup dan baju-baju Nabi صلى
الله عليه وسلم)) belum
sobek dan cangkir-cangkirnya belum pada pecah. Demi yang jiwaku ada
ditangan-Nya sesungguhnya kalian telah membuka pintu-pintu kesesatan”. Mereka
berkata: Demi Alloh wahai Abu Abdirrohman kami tidak menginginkan dari
amalan (dzikir jama’ah) ini melainkan kebaikan. Abdullah bin Mas’ud
berkata:
"وَكَمْ مِنْ مُرِيدٍ لِلْخَيْرِ لَنْ يُصِيبَهُ إِنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حدثنا أَنَّ قَوْمًا يَقْرَءُونَ الْقُرْآنَ
لَا يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ وَايْمُ اللَّهِ مَا أَدْرِي لَعَلَّ أَكْثَرَهُمْ مِنْكُمْ".
“Berapa banyak orang
menginginkan kebaikan tapi tidak mendapatinya, sungguh Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)) telah
menceritakan kepada kami bahwasanya ada suatu kaum yang mereka membaca
Al-Qur’an namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka. Demi Alloh –aku
tidak tahu- kayaknya kebanyakan mereka itu adalah dari kalian”. Kemudian Ibnu
Mas’ud berpaling.
Berkata ‘Amr bin
Salamah: Aku melihat mereka yang berhalaqah (dzikir jama’ah) itu menghina kami
pada waktu perang Nahrawan dan mereka bersama khowarij (memerangi kaum
muslimin)”[2].
Apa yang dikatakan oleh
‘Amr bin Salamah ini memiliki kesamaan dengan apa yang dikatakan oleh Abu
Sa’id Al-Khudri ketika beliau meriwayatkan hadits tentang kisah penghinaan
Dzul Khuwaisiroh yang telah lewat penyebutannya. Abu Sa’id berkata:
"وَأَشْهَدُ أَنَّ عَلِيَّ بْنَ أَبِي طَالِبٍ قَاتَلَهُمْ وَأَنَا
مَعَهُ".
“Aku menyaksikan
bahwa Ali bin Abi Thalib memerangi mereka dan aku bersamanya”. [HR.
Al-Bukhari (no. 3414) dan Muslim (no. 2496), dari Abu Said Al-Khudri].
Dengan penjelasan tersebut kami sangat
khawatir kalau pak Prof dan jaringan pak Prof menjadi “maling teriak maling”,
artinya kami khawatir kalau nanti terorisnya adalah pak Prof atau orang-orang
yang terpengaruh dengan pemikiran sesat pak Prof, tidakkah pak Prof mau sadar
dan mau kembali kepada jalan yang lurus?.
Dan
di zaman ini telah terbukti
pula bahwa mereka melakukan penghinaan, celaan dan ejekan kepada Ahlussunnah, Ahlussunnah
dituduh sebagai teroris dalam keadaan para penuduh itu ikut bergabung dengan para teroris dalam memerangi
Ahlussunnah, sebagaimana ini telah terjadi di
negara Yaman tepatnya di propinsi Sho’dah ketika muncul segerombolan
teroris-pemberontak Syi’ah-Rofidhoh, mereka
membantai kaum muslimin dan membiarkan para penyembah berhala, mereka membantai
Ahli tauhid dan membiarkan ahli syirik, mereka membantai orang-orang yang
menyembah Alloh (تعالى) di masjid dan membiarkan orang-orang yang
menyembah selain Alloh di kuburan dan di tempat-tempat yang dikeramatkan,
mereka itu adalah Syi’ah-Rofidhoh, orang-orang yang mereka jadikan
sebagai musuh utama adalah Ahlussunnah wal Jama’ah, maka para penuduh itu ikut gabung bersama mereka,
mereka bersatu padu dalam memerangi markiz
Darul Hadits Dammaj, menembaki para penuntut ilmu dan menawan serta membantai
kaum muslimin dan terus berupaya
untuk melengserkan pemerintah muslim Yaman dari kedudukannya. Yang bangkit
membela kaum muslimin dan bekerja
sama dengan penguasa dalam
memerangi para teroris itu adalah Ahlussunnah wa Jama’ah yang bermarkaz
di Darul Hadits Dammaj Sha’doh. Kami
sebagai penuntut ilmu di Darul Hadits ikut merasakan imbas dari teror mereka,
ditengah-tengah kesibukan belajar, mengkaji, mengajar dan beribadah kami
meluangkan waktu untuk berjaga-jaga di perbatasan-perbatasan Darul Hadits
Dammaj, mengantisipasi adanya serangan
Dengan
perjuangan yang begitu besarnya namun kemudian muncul orang-orang yang suka
menghina mengatakan bahwa Ahlussunnah di markaz Darul Hadits Dammaj adalah
teroris, mereka memerangi Ahlussunnah dengan lisan-lisan kotor mereka namun
mereka membiarkan kaum Rofidhoh membantai kaum muslimin, mereka membiarkan Rofidhoh
menyembah dan menuhankan Ali bin Abi Tholib, maka para penuduh itu
dikhawatirkan kalau ternyata merekalah yang dimaksud oleh Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)), apalagi
terbukti mereka menyebutkan Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) sebagai peramal (tukang ramal). Supaya mereka
tidak dicurigai sebagai teroris, merekapun melemparkannya label “teroris”
kepada Ahlussunnah yang ada di Darul Hadits Dammaj yang sedang berjuang melawan
teroris-Rofidhoh, Alloh (تعالى) berkata dalam surat
"Al-Baqaroh" ayat 9 sampai 13:
{يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ
إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ (9) فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ فَزَادَهُمُ
اللَّهُ مَرَضًا وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ بِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (10) وَإِذَا
قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ
(11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ (12) وَإِذَا قِيلَ
لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ
أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُونَ (13)}.
"Mereka hendak menipu
Alloh dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri
sedang mereka tidak sadar. Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Alloh
penyakitnya; dan bagi mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta. Dan
bila dikatakan kepada mereka:"Janganlah kalian membuat kerusakan di muka
bumi". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan
perbaikan." Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat
kerusakan, tetapi mereka tidak sadar". Apabila dikatakan kepada mereka:
"Berimanlah kalian sebagaimana orang-orang lain telah beriman". Maka
mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang bodoh
itu telah beriman?" Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang
bodoh; tetapi mereka tidak tahu".
Di dalam "Shohih
Al-Bukhari" (no. 5698) dari hadits Abu Dzar semoga Alloh
meridhoinya bahwasanya Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) berkata:
«لاَ يَرْمِي رَجُلٌ رَجُلًا بِالفُسُوقِ، وَلاَ يَرْمِيهِ
بِالكُفْرِ، إِلَّا ارْتَدَّتْ عَلَيْهِ، إِنْ لَمْ يَكُنْ صَاحِبُهُ كَذَلِكَ».
"Tidaklah seseorang
melemparkan (vonis) kepada seseorang dengan (vonis) fasiq dan tidak (pula)
melemparkan kepadanya (vonis) kafir melainkan itu kembali kepada dia sendiri
(si pemvonis), jika yang divonis itu tidak seperti itu keadaannya".
Al-Hamdulillah apa yang dikatakan oleh Rosululloh
صلى
الله عليه وسلم)) benar
adanya dan telah terbukti, belum lama di Indonesia juga terbukti akan kebenaran
perkataan Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) tersebut.
Tidak asing lagi di mata masyarakat Indonesia
akan keradaan seorang pahlawan nasional yang pemberani, dia adalah seorang imam
sekaligus sebagai mujahid yang membela Islam dan menyeru kepada tauhid beliau
adalah Al-Imam Bonjol –semoga Alloh merahmatinya-, ketika beliau mendakwahkan
tauhid di pulau Sumatra bangkitlah para pelaku syirik dan pecinta bid’ah yang
masing-masing mereka mengaku sebagai seorang muslim, mereka bangkit dalam
rangka memusuhi Ahlu tauhid-Ahlussunnah wal Jama’ah. Mereka memulai dengan menentang,
menantang dan melawan dakwah yang dijalankan oleh Al-Imam Bonjol –semoga Alloh
merahmatinya-, yang kemudian terjadilah peperangan antara kaum adat (yang
mereka membela kesyirikan dan kebid’ahan) dengan Ahlu tauhid yang dipimpin oleh
Al-Imam Bonjol, ketika kaum adat yang suka berbuat syirik dan bid’ah merasa
kalah, merekapun mencari jalan keluar untuk bisa mengalahkan pasukan Ahlu
tauhid, mereka menempuh cara sebagaimana yang dijalankan oleh nenek moyang
mereka dari kaum musyrik Quraisy ketika mereka dibinasakan oleh kaum muslimin
pada perang Badr maka mereka mencari bantuan dari kalangan Yahudi dan
selainnya. Kalau ahlu syirik dan pecinta bid’ah yang memerangi Al-Imam Bonjol
–semoga Alloh merahmatinya- ketika mereka kalah langsung mereka menghubungi penjajah
Belanda dan meminta bantuan, dalam peperangan merekapun melakukan politik yang
sangat licik, yang pada akhirnya wilayah kekuasaan Al-Imam Bonjol mereka
kuasai, ahlu tauhid mereka bantai dan Al-Imam Bonjol –semoga Alloh
merahmatinya- mereka tawan, sampai kemudian Al-Imam Bonjol diasingkan ke Ambon sampai
beliau wafat di Manado –semoga Alloh merahmati dan membalas jasa-jasanya yang
telah membela dan memperjuangkan Islam-. Wallahu A’lam Bishshawab.
Dari ulasan tersebut dapat dipetik
kesimpulan, diantaranya:
·
Ahlu syirik di zaman Rosululloh
صلى الله عليه وسلم)) menuduh Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
sebagai pemecah belah (identik dengan;
pengacau/teroris) padahal mereka sendiri yang memecah belah agama mereka, dan
pantas kalau mereka dikatakan teroris karena dari awal dakwahnya Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
mereka sudah berani menjalankan makar dan teror. Dan ketika mereka kalah dalam
menghadapi pasukan kaum muslimin mereka berserikat dengan Yahudi dan kaum kafir
lainnya.
·
Bahwa pelaku syirik dan
pelaku bid’ah sewaktu-waktu mereka akan berserikat dengan khowarij atau
kelompok sesat lainnya dalam memusuhi Ahlu tauhid.
·
Bahwa Ahlu tauhid akan
terus dihina dan dimusuhi oleh ahlu syirik hingga akhir zaman, namun tidak akan
memudhoratkan mereka, Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) berkata:
«لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِى ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لاَ
يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ».
“Akan senantiasa ada
sekelompok dari umatku yang mereka tampak di atas kebenaran, tidak akan
memudharatkan mereka siapa saja yang menyelisihi mereka”.
PENGHINAAN YANG DIMAKSUDKAN UNTUK SALAFI-AHLUSSUNNAH
WAL JAMA'AH AKAN TETAPI SECARA TIDAK DISADARI PENGHINAAN ITU MENGENAI ROBB
SEMESTA ALAM
Pada buku "SEBAL"
dari sampulnya hingga isi pembahasannya tidak lepas dari penyebutan
"Wahhabi", bagi orang yang memahami dan mengerti nama-nama dan
sifat-sifat Alloh (تعالى) tentu mereka akan mengatakan bahwa
"Wahhab" adalah nama dari nama-nama Alloh (تعالى) dan mereka mengimani nama tersebut.
Mengimani nama-nama dan sifat-sifat Alloh (تعالى) adalah termasuk dari bentuk
merealisasikan tauhid asma' wa shifat, Alloh (تعالى) berkata dalam surat "Al-Hajj" ayat 32:
{ذَلِكَ وَمَنْ يُعَظِّمْ شَعَائِرَ اللَّهِ فَإِنَّهَا مِنْ تَقْوَى
الْقُلُوبِ}.
"Demikianlah (perintah
Alloh), dan barangsiapa mengagungkan syi'ar-syi'ar Alloh, maka sesungguhnya itu
termasuk dari ketaqwaan hati".
Diantara bentuk
pengagunggan syi'ar-syi'ar Alloh adalah memuliakan dan mengagungkan
nama-nama-Nya yang indah.
Muslim yang baik tentu tidak akan menjadikan
nama dari nama-nama Alloh (تعالى) seperti nama "Wahhab" sebagai
bahan permainan, olok-olokkan atau dijadikan sebagai bahan ejekan terhadap
hamba-hamba-Nya.
Mengejek dan menghina hamba-hamba Alloh (تعالى) saja sudah diharamkan lalu bagaimana
kiranya kalau mengejek mereka dengan menggunakan nama-nama Alloh (تعالى) seperti mengatakan kepada mereka
"Wahhabi" padahal Al-Wahhab adalah termasuk dari nama-nama Alloh (تعالى), sebagaimana dalam surat "Shod"
(hal. 35) ketika Nabi Sulaiman (عليه السلام) berdoa:
{رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ
بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ }.
"Ya Robbku, ampunilah
aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorangpun
sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Al-Wahhab (Yang Maha Pemberi Karunia)".
Tentu bagi orang yang
masih memiliki iman akan takut dari ucapan yang tidak diridhoi oleh Alloh (تعالى) baik itu berupa hinaan, celaan dan
olok-olokkan, ketika dia menyadari akan dirinya yang serba dengan kekurangan
dan kelemahan diapun memohon kepada Al-Wahhab (Allah) untuk diberikan
kekokohan di atas Islam dan berlindung kepada-Nya dari penyelewengan,
penyimpangan dan kesesatan, mereka berdo'a:
{رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا
مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ } [آل عمران: 8].
"Ya Robb Kami,
janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri
petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau;
karena sesungguhnya Engkau adalah Al-Wahhab (Yang Maha pemberi karunia)".
(Ali Imron: 8). [Tentang permasalahan ini telah kami sebutkan dalam
tulisan kami “Membendung Dakwah Tauhid dengan Menggunakan Sarang Laba-laba”].
CIRI-CIRI PENGIKUT ROSULULLOH صلى الله عليه وسلم))
YANG DIJADIKAN POKOK BAHASAN
Berkata Prof. Dr. KH. Said Aqil Siraj MA
dalam pengantarnya (hal. 9): “Berjenggot panjang, memakai sorban dan
bercelana di atas tumit, itu bagus. Tapi hal-hal yang bersifat simbolik itu
tidak cukup untuk dinilai bahwa dia telah mengamalkan agama Islam”.
Tanggapan:
Tidak hanya sekedar bagus tapi memang itulah
diantara ciri-ciri pengikut Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) yang bersifat zhahir (nampak), dan penampilan seperti
itu termasuk diantara sunnah dari sunnah-sunnah para Nabi dan Rosul, tentang
jenggot Alloh (تعالى) sebutkan perkataan nabi Harun kepada
kakaknya (nabi Musa) dalam Al-Qur’an surat "Thoha" ayat 94:
{قَالَ
يَا ابْنَ أُمَّ لَا تَأْخُذْ بِلِحْيَتِي وَلَا بِرَأْسِي}.
“Harun menjawab: "Hai
putra ibuku, janganlah kamu memegang jenggotku dan jangan (pula) memegang
kepalaku".
Di dalam "Shohih
Muslim" [no.53-(259)] dari hadits Abdullah bin 'Umar semoga
Alloh meridhoi keduanya dari Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) bahwasanya beliau memerintahkan untuk memangkas kumis
dan membiarkan jenggot".
Adapun tentang celana di atas mata kaki maka
Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) berkata:
«مَا أسْفَل مِنَ الكَعْبَيْنِ مِنَ الإزْارِ فَفِي النار».
“Apa yang melebihi dari
kedua mata kaki dari sarung maka tempatnya di neraka”. (HR. Al-Bukhari dari
Abu Hurairah). [Hadits ini terdapat pula di dalam kitab “Riyadhus Sholihin”
karya Al-Imam An-Nawawi –semoga Alloh merahmatinya-].
Adapun tentang memakai
sorban maka itu termasuk dari sunnah para Nabi dan Rosul, bahkan Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
memerintahkan orang-orang yang memakai sorban ketika wudhu untuk mengusap di
atas sorbannya, sebagaimana hadits dari Tsauban semoga Alloh merahmatinya,
beliau berkata:
"بَعَثَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم – سَرِيَّةً، فَأَمَرَهُمْ
أَنْ يَمْسَحُوا عَلَى اَلْعَصَائِبِ - يَعْنِي: اَلْعَمَائِمَ -وَالتَّسَاخِينِ- يَعْنِي:
اَلْخِفَافَ".
"Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
mengutus pasukan (perang), beliau memerintahkan mereka untuk mengusap al-'ashaaib….".
(HR. Ahmad dan Abu Dawud, dishohihkan oleh Al-Hakim). Hadits ini terdapat dalam
"Bulughul Marom" karya Al-Hafidz Ibnu Hajar (hal. 22, no
hadits 63), beliau mengartikan al-'ashaaib dengan sorban (imamah).
Bila sunnah para Nabi
dan Rosul tersebut dikatakan sebagai simbol dari simbol-simbol Islam maka itu
sangatlah benar, yang tujuan dan hikmah dari mengamalkannya adalah supaya
terbedakannya antara muslim dan kafir, tidak hanya itu, bahkan Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
memerintahkan umatnya untuk mengamalkan sunnah-sunnah tersebut beserta
sunnah-sunnah selain yang telah disebutkan, perintah tersebut tujuannya sebagai
bentuk dari penyelisihan terhadap kaum musyrikin dan orang-orang kafir
seluruhnya.
Diantara
perintah-perintah Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) untuk mengamalkan sunnah-sunnahnya adalah:
-
Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
memerintahkan untuk memelihara jenggot sebagai bentuk penyelisihan terhadap
orang kafir.
Al-Hafidz Ibnu
Hajar –semoga Alloh merahmatinya- mengatakan di dalam “Fathul Bari” (Juz
10/hal. 347): Dari Abdullah bin ‘Umar, beliau
berkata: Rosululloh صلى الله عليه وسلم))
menyebutkan orang-orang Majusi: “Bahwasanya mereka membiarkan kumis-kumis dan
memotong jenggot-jenggot mereka maka selisihilah”.
Di dalam "Shohih Muslim"
[no.53-(259)] dari hadits Abdullah bin 'Umar semoga Alloh meridhoi
keduanya dari Rosululloh صلى الله عليه وسلم))
bahwasanya beliau memerintahkann untuk memangkas kumis dan membiarkan
jenggot".
Al-Imam An-Nawawi membuat bab
khusus dalam kitabnya “Riyadhus Sholihin” yaitu “Bab An-Nahyi
‘Anittasyabbuhi Bisy-Syaithani Walkuffar” kemudian beliau membawakan hadits
dari Abu Huroiroh –semoga Allah meridhainya- bahwasanya Rosululloh
صلى
الله عليه وسلم)) berkata:
«إنَّ اليَهُودَ وَالنَّصَارى لاَ يَصْبغُونَ، فَخَالِفُوهُمْ».
“Sesungguhnya orang-orang yahudi dan
nasroni tidaklah mereka menyemer (rambut yang sudah putih), maka selisihilah”.
(Muttafaqun ‘Alaih).
Al-Imam
An-Nawawi berkata dalam “Riyadhus Sholihin” (hal. 380): “Yang diinginkan
dengannya adalah menyemer rambut jenggot dan rambut kepala yang sudah putih
dengan warna kuning dan merah mudah, adapun menyemer dengan warna hitam maka
dilarang”.
- Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) melarang dari menjadikan kuburan sebagai masjid dan
sebaliknya (menjadikan masjid sebagai kuburan), sebagai bentuk penyelisihan
terhadap orang-orang kafir.
Di
dalam “Ash-Shohihain” dari hadits Aisyah dan Abdullah bin ‘Abbas –semoga Alloh
meridhoi mereka-, keduanya berkata: Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
berkata:
«لَعْنَةُ اللَّهِ عَلَى الْيَهُودِ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ
أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ».
“Laknat
Alloh atas orang-orang Yahudi dan Nasroni, mereka menjadikan kuburan nabi-nabi
mereka sebagai masjid”.
Oleh
karena itu, bila seseorang menginginkan untuk menjadi muslim yang baik dan taat
maka hendaklah dia tidak menjadikan masjid kuburan sebagai masjid atau sebaliknya
(menjadikan masjid sebagai kuburan), karena perbuatan tersebut termasuk dari
perbuatan orang-orang kafir terdahulu, mereka menginginkan untuk membangun
masjid di atas gua, sebagai bentuk pengagungan terhadap ashhabul kahfi
(penghuni gua) sepeninggalnya mereka, Alloh (تعالى) kisahkan tentang rencana mereka di dalam surat "Al-Kahfi"
ayat 21:
{قَالَ الَّذِينَ غَلَبُوا عَلَى أَمْرِهِمْ لَنَتَّخِذَنَّ عَلَيْهِمْ
مَسْجِدًا}.
“Orang-orang
yang berkuasa atas urusan mereka berkata: "Sesungguhnya Kami akan mendirikan
sebuah rumah peribadatan di atasnya".
Di
dalam "Shohih Al-Bukhari" (no. 428) dan "Shohih Muslim"
[no. 16-(528)] dari Aisyah –semoga Alloh meridhainya-: bahwasanya
Ummu Salamah menyebutkan kepada Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) tentang gereja yang dilihat di negri Habasyah dan di
dalam gereja tersebut terdapat gambar-gambar, maka Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
berkata:
«إِنَّ أُولَئِكِ إِذَا كَانَ فِيهِمُ الرَّجُلُ الصَّالِحُ فَمَاتَ
بَنَوْا عَلَى قَبْرِهِ مَسْجِدًا وَصَوَّرُوا فِيهِ تِلْكَ الصُّوَرَ أُولَئِكِ شِرَارُ
الْخَلْقِ عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ».
"Sesungguhnya
mereka itu, jika ada pada mereka laki-laki yang sholih kemudian wafat maka
mereka membangun di atas kuburnya sebuah masjid dan mereka membuat
gambar-gambarnya di dalam masjid tersebut. Mereka itu adalah sejelek-jeleknya
makhluk di sisi Alloh pada hari kiamat".
Dengan
keadaan mereka seperti itu maka Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) memperingatkan umatnya supaya tidak mengikuti perbuatan
mereka. Tidak hanya itu, namun Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) mendoakan laknat dan kebinasaan kepada orang-orang yahudi
dan nasroni yang mereka menjadikan kuburan sebagai masjid, Rosululloh صلى
الله عليه وسلم))
berkata:
«لَعَنَ اللَّهُ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ
مَسَاجِدَ».
“Semoga
Alloh melaknat orang-orang yahudi dan nasrani yang mereka menjadikan kuburan
nabi-nabi mereka sebagai masjid”. [HR. Al-Bukhari (no. 428) dan Muslim (no.
1214) –semoga Alloh meridhoinya-].
Rosululloh
صلى
الله عليه وسلم))
berkata:
«قَاتَلَ اللَّهُ الْيَهُودَ اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ».
“Semoga
Alloh membinasakan orang-orang yahudi dan nasrani, yang mereka menjadikan
kuburan Nabi-nabi mereka sebagai masjid”. [HR. Al-Bukhari (no. 426) dan
Muslim (no. 1213) dari hadits Abu Huroiroh –semoga Alloh meridhoinya-].
Tidak
hanya yahudi dan nasrani yang beliau doakan laknat dan kebinasaan, namun semua
umat (termasuk di dalamnya ada umatnya) bila mereka menjadikan kuburan para Nabi
sebagai masjid, Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) berdoa:
«اللَّهُمَّ لا تَجْعَلْ قَبْرِي وَثَنًا يُعْبَدُ، اشْتَدَّ
غَضَبُ اللَّهِ عَلَى قَوْمٍ اتَّخَذُوا قُبُورَ أَنْبِيَائِهِمْ مَسَاجِدَ».
“Ya
Allah! Janganlah Engkau menjadikan kuburanku berhala yang disembah!, Allah
sangat murka atas suatu kaum yang mereka menjadikan kuburan nabi-nabi mereka
sebagai masjid”. [Hadits ini shahih dengan adanya penguat-penguat. Hadits
ini diriwayatkan oleh Ad-Dailami dari Abu Huroiroh, Ibnu Sa’d dari Atho’
bin Yasar dan Abdurrazzaq dari Zaid bin Aslam secara mursal].
Dengan
melihat dalil-dalil yang ada semuanya adalah shohih maka kita simpulkan bahwa
larangan untuk menjadikan kuburan sebagai masjid itu termasuk dari mazhab
Al-Imam Asy-Syafi’i –semoga Alloh merahmatinya- karena beliau berkata:
"إِذَا صَحَّ الْحَدِيْثُ فَهُوَ مَذْهَبِي".
“Jika
telah shohih suatu hadits maka itulah mazhabku”. ["Al-Majmu’ Syarhul
Muhazzab" (1/92)].
Bila
ada yang mengatakan bahwa menjadikan kuburan sebagai masjid atau sebaliknya
(menjadikan masjid sebagai kuburan itu ada ulama yang membolehkannya, maka
tidak diperkenankan untuk mentaati mereka, karena Al-Imam Asy-Syafi’i –semoga
Alloh merahmatinya- berkata:
"فَأمَرُوْا أَنْ أَطِيْعُوْا أُوْلِي الْأَمْرِ الَّذِيْنَ أَمَرَهُمْ
رَسُوْلُ اللهِ لَا طَاعَة مُطْلَقَة".
“Mereka
diperintahkan untuk mentaati ulil amri (ulama) yang Rosulullah telah
memerintahkan mereka itu bukanlah ketaatan secara mutlaq”. ["Ar-Risalah"
(hal. 105)]. Artinya kalau ulil amri memerintahkan kepada sesuatu yang
menyelisihi syariat maka tidak boleh ditaati, siapa saja yang tetap bersikeras
mengikuti ulil amri dan enggan dari mengikuti dalil-dalil dari Al-Qur’an
dan As-Sunnah maka dia telah memposisikan ulil amri lebih tinggi
kedudukannya daripada Rosululloh صلى الله عليه وسلم)), jika seperti itu perlakuannya maka sudah sangat jelas
kalau dia benar-benar menghinakan Rosululloh صلى الله عليه وسلم)).
PERPECAHAN YANG TERJADI
Di
dalam “SEBAL” (hal. 52) penulisnya berkata: “Perpecahan dalam
internal salafi jauh lebih “dahsyat”.
Tanggapan:
Dari
perkataan tersebut tampak kalau penulis adalah paling bodohnya manusia, sangat
memalukan sudah memakai gelar syaikh tapi ternyata seperti masih “buta huruf”,
ataukah memang gelar syaikh itu sebagai bentuk pembuktian kalau dia memang
syaikh benaran yaitu syaikh (kakek) yang sudah pikun karena sudah sangat lanjut
usia.
Ketahuilah
bahwa dengan adanya perpecahan tersebut, itu sebagai bentuk dari pembuktian
akan kebenaran perkataan Rosululloh صلى الله عليه وسلم)), di dalam "Al-Mustadrok 'ala Ash-Shohihain
lil Hakim" (Juz: 1, hal. 348) dan dalam "Ash-Shohih Al-Musnad"
(Juz: 1, hal. 514) dengan sanad shohih dari hadits Abdullah bin Umar,
beliau berkata: Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) berkata:
«لاَ يَجْمَعُ
اللهُ هَذِهِ الأُمَّةُ عَلَى الضَّلاَلَةِ أَبَدًا». وَقَالَ
: «يَدُ
اللهِ عَلَى الجَمَاعَةِ».
"Allah tidak
akan menyatukan umat ini di atas kesesatan selama-lamanya". Dan beliau berkata: "Tangan Allah bersama al-jama'ah".
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berkata
dalam surat Yunus ayat 32:
}فَذَلِكُمُ
اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى
تُصْرَفُونَ{.
"Maka
(Dzat yang demikian) itulah Alloh Rabb kalian yang sebenarnya; maka tidak ada
sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimana kalian dipalingkan
(dari kebenaran)”.
Dari dalil
tersebut diketahui bahwa perpecahan pada umat ini akan terus terjadi, dan
perpecahan yang terjadi dikalangan salafi Ahlussunnah wal Jama’ah itu karena
ada diantara mereka yang terjatuh kepada kemaksiatan atau ada yang condong
kepada penyimpangan, sehingga dengan sebab kemaksiatan itu mengakibatkan adanya
perpecahan. Jika kita kembali melihat sejarah umat Islam, pada asalnya umat
Islam itu berada dalam satu kesatuan di bawah naungan Al-Qur’an dan As-Sunnah
namun kemudian muncul orang-orang dari umat Islam sendiri melakukan kesyirikan,
kebid’ahan dan kemaksiatan maka dengan sebab itu umat Islampun terpecah belah,
Alloh (تعالى) berkata dalam surat "Al-Baqaroh"
ayat 213:
}كَانَ
النَّاسُ أُمَّةً وَاحِدَةً{.
“Dahulu
manusia adalah umat yang satu”.
Alloh (تعالى) berkata dalam surat "Yunus"
ayat 19:
}وَمَا
كَانَ النَّاسُ إِلَّا أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ
مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ.{
“Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka
berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Robbmu
dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang
mereka perselisihkan itu”.
Alloh (تعالى) berkata dalam surat "Hud" ayat 118:
}وَلَوْ
شَاءَ رَبُّكَ لَجَعَلَ النَّاسَ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَا يَزَالُونَ مُخْتَلِفِينَ{.
“Jikalau Robbmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat
yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat”.
Dan perpecahan yang terjadi dikalangan Ahlussunnah
itu adalah ujian dari Alloh (تعالى) supaya manusia dapat mengambil pelajaran
dan mampu mengetahui siapa yang sebenarnya berada di atas jalan yang lurus, Alloh
(تعالى) berkata dalam surat "Al-Maidah"
ayat 48:
}وَلَوْ
شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ{.
“Sekiranya Alloh menghendaki, niscaya kalian dijadikan-Nya satu
umat (saja), tetapi Alloh hendak menguji kalian terhadap pemberian-Nya kepada
kalian”.
Dengan
perpecahan itu pula dapat manusia mengetahui siapa yang sesat dan siapa yang
benar-benar di atas petunjuk, Alloh (تعالى) berkata dalam surat "An-Nahl" ayat 93:
}وَلَوْ
شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ يُضِلُّ مَنْ يَشَاءُ وَيَهْدِي
مَنْ يَشَاءُ وَلَتُسْأَلُنَّ عَمَّا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ{.
“Dan kalau Alloh menghendaki, niscaya Dia menjadikan kalian satu
umat (saja), tetapi Alloh menyesatkan siapa yang dikehendaki-Nya dan memberi
petunjuk kepada siapa yang dikehendaki-Nya. dan sesungguhnya kalian akan
ditanya tentang apa yang telah kalian kerjakan”.
Jika
kita kembali melihat sejarah umat Islam, pada asalnya umat Islam itu berada
dalam satu kesatuan di bawah naungan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagaimana telah
lewat penyebutannya, namun kemudian muncul orang-orang dari umat Islam sendiri
melakukan kesyirikan, kebid’ahan dan kemaksiatan serta mereka condong kepada
kesesatan maka Alloh pun palingkan mereka dan jadikan mereka di atas
perselisihan, Alloh (تعالى) berkata:
}فَلَمَّا
زَاغُوا أَزَاغَ اللَّهُ قُلُوبَهُمْ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الْفَاسِقِينَ{.
“Maka tatkala mereka
berpaling maka Alloh pun paling hati-hati mereka, dan Alloh tidak akan memberi
petunjuk kepada orang-orang yang fasiq”.
Segerombolan yang
pertama kali muncul dalam memecahkan persatuan kaum muslimin adalah di zaman kholifah
Utsman bin Affan –semoga Alloh meridhainya-. Segerombolan
tersebut berupaya untuk melengserkan Utsman bin Affan dari kedudukannya,
dan perbuatan ini termasuk dari bentuk kemaksiatan karena Alloh (تعالى) dan Rosul-Nya صلى
الله عليه وسلم))
memerintahkan untuk mentaati penguasa (pemimpin), dengan kemaksiatan tersebut
maka tidak heran setelah itu muncul perpecahan yang sangat dahsyat. Setelah
Amirul Mukminin Utsman bin Affan –semoga Alloh meridhainya-
mereka berhasil lengserkan dari kedudukannya dengan menggunakan cara dan tindakan
yang sangat biadab, yang tak berperikemanusiaan yaitu berupa pembantaian sadis
terhadap Utsman, mereka bergegas memberikan dukungan penuh kepada Ali bin
Abi Thalib –semoga Alloh meridhainya-, mereka membaiatnya, dan
mereka sangat riang gembira ketika terjadi perpecahan antara Ali dengan Muawiyyah
–semoga Alloh meridhai keduanya-. Ketika Ali berupaya untuk
mempersatukan kembali barisan kaum muslimin sebagaimana sebelumnya, dengan cara
mengadakan perdamaian antaranya dengan pihak Muawiyyah maka segerombolan
yang mendudukng Ali tersebut menampakan diri, mereka bersegera mencabut
ketaatan kepada Ali, dari situ kemudian mereka dinamai oleh para
shahabat sebagai khowarij.
Setelah gerombolan khowarij
tersebut meresmikan diri sebagai musuh Ali dan musuh para shohabat Nabi صلى
الله عليه وسلم))
mulailah berdatangan personil-personil memberikan dukungan fisik, diantara
mereka adalah sekelompok halaqah dzikir jama’ah yang telah kami sebutkan
kisahnya dalam tulisan ini, pada zaman tersebut mulailah bertumbuh subur kelompok-kelompok
sesat yang masing-masing mendakwahkan kebid’ahan dan kesesatan mereka. Yang
bertahan dan tetap komitmen di atas Islam sebagaimana awalnya adalah para shohabat
Nabi صلى
الله عليه وسلم)) dan
pengikut-pengikut setia mereka, yang mereka itulah dinamakan dengan Ahlussunnah
wal Jama’ah, Rosululloh صلى الله عليه وسلم)) berkata:
«سَتَفْتَرِقُ هذه الأُمَّتِة عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً
كُلُّهَا فِي النَّارِ إِلَّا وَاحِدَةً وَهِيَ الْجَمَاعَةُ».
“Akan berpecah pada umat
ini menjadi 73 (tujuh puluh tiga) golongan, semuanya dalam nerka kecuali satu,
dia adalah al-jama’ah”. [HR. Ahmad (no. 16937), Abu Ya’la (no. 3938) dan
Ibnu Majah (no. 3993) dengan sanad shohih dari hadits Anas bin Malik].
Dalam
riwayat At-Tirmidzi dengan lafadz:
«مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي».
“Apa yang saya dan para shohabatku berada
di atasnya”. Berkata At-Tirmidzi: "Ini adalah hadits hasan ghorib".
Demikian tanggapan singkat
ini, semoga bermanfaat.
وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله وصحبه أجمعين
سبحانك اللهم وبحمدك لا اله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك
Abul ‘Abbas Khidhir Al-Mulki
–semoga Alloh mengokohkannya-
Darul Hadits Dammaj-Yaman, Ahad
3 Jumadits Tsaniyah 1432 H.
[1]
Himbauan imam sholat tersebut sesuai dengan sunnah Nabi صلى
الله عليه وسلم)), di
dalam "Shohih Muslim" [no. 124-(433)] dari Anas bin Malik
–semoga Alloh meridhoinya-, beliau berkata: Berkata Rosululloh صلى
الله عليه وسلم)):
«سَوُّوا
صُفُوفَكُمْ، فَإِنَّ تَسْوِيَةَ الصَّفِّ، مِنْ تَمَامِ الصَّلَاةِ».
"Luruskan
shof-shof kalian, sungguh lurusnya shaf
itu termasuk dari sempurnanya sholat".
[2]
Apalagi kalau kita saksikan dzikir jama'ah yang dipandu oleh seorang mubtadi’
dhol yang bernama Muhammad Arifin Ilham di dalamnya ada campur baur, ada
yang dari IM (Ikhwanul Muslimin), JT (Jama'ah Tabligh), HT (Hitbut Tahrir) dan
bahkan ada dari pihak-pihak yang sudah dicurigai sebagai teroris ikut
meramaikan dzikir jama'ah tersebut. Pak Arifin tampak sangat berambisi untuk
bisa mempersatukan berbagai kelempok sesat, apapun kelompok tersebut yang
penting bersamanya. Maka bagaimana kiranya kalau nanti ada dari kelompok
tersebut benar-benar terbukti melakukan teror atau mereka memiliki rencana
untuk menggulingkan penguasa yang sah, apakah pak Arifin akan ikut bergabung
dengan mereka, sebagaimana para pencetus dzikir jama'ah dulu ikut bergabung
dengan khowarij?.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar