Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

HUKUM MENJADI TKW

HUKUM MENJADI
TKW
(TENAGA KERJA WANITA)

Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan saudara-saudarinya

PENDAHULUAN
بسم الله الرحمن الرحيم

الحمد لله، نحمده ونستعينه ونستغفره، ونعوذ بالله من شرور أنفسنا وسيئات أعمالنا، من يهده الله فلا مضل له، ومن يضلل فلا هادي له، وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له، وأشهد أن محمدا عبده ورسوله صلى الله عليه وآله وسلم.
أما بعد:
Termasuk dari sifat-sifat manusia adalah berkasih sayang dan saling merohmati, dua sifat ini banyak kita dapati pada para wanita, terkhusus wanita yang bertanah air Indonesia. Tidaklah para wanita memilih untuk bekerja di luar negri melainkan karena memiliki dua sifat tersebut. Ada dari mereka bila ditanya kenapa memilih untuk menjadi TKW?, maka diapun menjawab: "Saya memilih pekerjaan ini supaya membiayai adek-adekku", adapula yang menjawab: "Supaya saya membiayai kedua orang tuaku yang sudah sangat tua", bagi yang sudah menikah menjawab: "Untuk membiayai anak-anakku, karena suamiku hanya memiliki usaha kecil-kecilan yang kurang mencukupi kebutuhan". Semua jawaban dan alasan itu tidak lain karena merupakan bentuk kasih sayang dan rohmah mereka terhadap siapa yang mereka sebutkan dalam jawaban dan alasan mereka tersebut. Namun sangat disayangkan mereka tidak menyadari kalau mereka telah terjerumus ke dalam penyelisihan-penyelisihan terhadap aturan-aturan Islam.

PENYELISIHAN PERTAMA
MELAKUKAN SAFAR TANPA DITEMANI MAHROM
Di dalam "Shohihul Bukhoriy" dari hadits Abdullah bin 'Abbas bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«لاَ تُسَافِرَنَّ امْرَأَةٌ إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ»
"Janganlah seorang wanita safar melainkan bersamanya mahrom".
Wanita yang melakukan ibadah seperti haji saja tidak diperbolehkan berangkat melainkan ditemani mahromnya, lalu bagaimana dengan melakukan pekerjaan di luar negri?.
Al-Bukhoriy meriwayatkan dari hadits Abu Sa'id Al-Khudriy dan hadits Abdulloh bin 'Abbas bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«لاَ تُسَافِرِ المَرْأَةُ إِلَّا مَعَ ذِي مَحْرَمٍ، وَلاَ يَدْخُلُ عَلَيْهَا رَجُلٌ إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ».
"Janganlah seorang wanita safar melainkan bersamanya mahrom, dan janganlah seseorang masuk kepadanya melainkan bersamanya mahrom". Maka seseorang berkata: "Wahai Rosululloh sesungguhnya saya ingin untuk keluar ke peperangan ini dan itu, dan istriku menginginkan untuk haji? Maka beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«اخْرُجْ مَعَهَا»
"Keluarlah kamu bersamanya (untuk menunaikan ibadah haji)!".
Kalaupun seandainya ada wanita yang pergi ke luar negri untuk bekerja dan dia diantar oleh mahromnya lalu mahromnya kembali maka ini tidak cukup, melainkan mahromnya harus tinggal bersamanya di negri tersebut atau kalau dia memiliki rumah sendiri di negri tersebut maka boleh baginya untuk tinggal sendirian di negri tersebut walaupun mahromnya meninggalkannya, hal ini sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Nabiulloh Ibrohim 'Alaihis salam, beliau membawa istrinya Hajar bersama putranya Isma'il lalu keduanya ditinggal di Makkah, ketika ditinggal pergi oleh Ibrohim 'Alaihis salam maka Ummu Isma'il Hajar Rodhiyallohu 'anha berkata:
"يَا إِبْرَاهيمُ إِلى منْ تَتْرُكُنَا؟ قَالَ: إِلى اللَّهِ، قَالَتْ: رضِيتُ بِاللَّهِ. فَرَجعتْ".
"Wahai Ibrohim kepada siapa kamu meninggalkan kami?" beliau berkata: "Kepada Alloh", maka ia berkata: "Aku ridho kepada Alloh", lalu dia kembali (ke tempat tinggalnya di sisi air Zamzam di Makkah). Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dari Abdulloh bin 'Abbas.
Nabiulloh Ibrohim 'Alaihis salam tidak membiarkan istrinya pergi sendiri ke Makkah, beliau juga tidak meninggalkan istrinya tinggal bersama para wanita di asrama putri atau tinggal di teras-teras masjidil Harom, dan beliau tidak pula meninggalkan istrinya tinggal serumah bersama orang-orang yang ikut tinggal di Makkah, namun beliau membiarkannya tinggal di tempatnya sendiri, istrinya dibiarkannya tinggal sendirian bersama bayinya yang bernama Isma'il 'Alaihis Salam, dan beliau tidak mencarikan pembantu untuk tinggal bersama keduanya, maka tidakkah kalian wahai orang-orang yang berakal untuk mengambil pelajaran dan contoh?:
{قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ} [الممتحنة: 4]
"Sungguh telah ada pada kalian suatu teladan yang bagus pada Ibrohim dan orang-orang yang bersamanya". (Al-Mumtahanah: 4).

PENYELISIHAN KEDUA
MASUK BERTEMU MAJIKAN DENGAN TANPA MAHROM
Bila seorang wanita telah sampai di negri dan dia mulai bekerja di suatu rumah atau bekerja di suatu tempat kerja maka dia tidak lepas dari berdua-duaan atau bercampur baur dengan para lelaki yang bukan mahromnya. Di dalam hadits yang diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy dari Abu Sa'id Al-Khudriy dan Abdulloh bin 'Abbas yang telah lewat penyebutannya menunjukan tentang tidak bolehnya seorang lelaki menemui wanita dalam keadaan wanita tersebut sedang bersendirian tanpa ditemani mahromnya, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«وَلاَ يَدْخُلُ عَلَيْهَا رَجُلٌ إِلَّا وَمَعَهَا مَحْرَمٌ».
"Dan janganlah seseorang lelaki masuk kepadanya melainkan bersamanya mahrom".
Maka dengan hadits ini menunjukan tentang sangat jelasnya keharoman bagi pria dan wanita untuk berikhtilat (campur baur); baik itu di sekolahan, di kampus atau di tempat-tempat selain keduanya yang terdapat ikhtilat.
Sungguh merupakan suatu kemuliaan bagi para wanita jika dia tinggal di rumahnya, membantu kedua orang tuanya di rumah, baik bekerja di dalam rumah atau bekerja di perkebunan atau jualan di warungnya atau membantu mengembala kambing orang tuanya maka ini adalah pekerjaan yang lebih baik daripada menjadi TKW, Alloh Ta'ala di dalam Al-Qur'an telah mengisahkan tentang dua orang wanita sholihah yang bekerja di rumahnya dengan mengembala kambing sebagai bentuk ketaatan kepada bapaknya:
{وَلَمَّا وَرَدَ مَاءَ مَدْيَنَ وَجَدَ عَلَيْهِ أُمَّةً مِنَ النَّاسِ يَسْقُونَ وَوَجَدَ مِنْ دُونِهِمُ امْرَأَتَيْنِ تَذُودَانِ قَالَ مَا خَطْبُكُمَا قَالَتَا لَا نَسْقِي حَتَّى يُصْدِرَ الرِّعَاءُ وَأَبُونَا شَيْخٌ كَبِيرٌ (23) فَسَقَى لَهُمَا ثُمَّ تَوَلَّى إِلَى الظِّلِّ فَقَالَ رَبِّ إِنِّي لِمَا أَنْزَلْتَ إِلَيَّ مِنْ خَيْرٍ فَقِيرٌ (24)} [القصص: 23، 24]
"Dan tatkala dia (Musa) sampai di sumber air negeri Madyan dia menjumpai sekumpulan orang yang sedang meminumkan (ternaknya), dan dia menjumpai di belakang orang banyak itu, dua orang wanita yang sedang menghambat (ternaknya). Musa berkata: "Apakah maksud kalian berdua (dengan berbuat begitu)?" kedua wanita itu menjawab: "Kami tidak dapat meminumkan (ternak kami), sebelum pengembala-pengembala itu memulangkan (ternaknya), sedang bapak kami adalah orang tua yang telah lanjut usianya". Maka Musa memberi minum ternak itu untuk (menolong) keduanya, kemudian dia kembali ke tempat yang teduh lalu berdoa: "Ya Robbku sesungguhnya aku sangat memerlukan sesuatu kebaikan yang Engkau turunkan kepadaku". (Al-Qoshshosh: 23-24).
Pada ayat ini ada beberapa pelajaran dan faedah penting, diantaranya:
Pertama: Kedua wanita mulia tersebut berada di belakang orang banyak dan keduanya menghambat ternak milik mereka supaya tidak terjadi ikhtilat (campur baur) antara keduanya dengan para lelaki yang sedang meminumkan ternak mereka.
Kedua: Orang yang menjaga kehormatan dirinya, baik dengan menjaga diri supaya tidak berikhtilat dan tidak berbuat ma'siat maka dia akan mendapatkan balasan kebaikan, di dunia dia akan melihat balasannya sebagaimana dua wanita sholihah tersebut, dengan perbuatannya menjaga diri dari ikhtilat maka Nabiulloh Musa 'Alaihis Sallam bergegas menolong keduanya, ini merupakan balasan kebaikan keduanya ketika di dunia, dan diantara balasannya pula Alloh Ta'ala rezqikan pada salah seorang dari dua wanita tersebut dengan menikahi seorang nabi yaitu Musa 'Alaihis salam, sebagaimana Alloh Ta'ala terangkan dalam kelanjutan ayat:
{قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ} [القصص: 27]
"Dia (bapak dari dua wanita itu) berkata: "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkanmu dengan salah seorang dari kedua putriku ini, dengan mahar kamu bekerja padaku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) darimu, maka aku tidak hendak memberatkanmu. Kamu insya Alloh akan mendapatiku termasuk dari orang- orang yang baik". (Al-Qoshshosh: 27).
Itulah balasan di kehidupan dunia bagi orang-orang yang mentaati aturan-aturan yang telah Alloh buatkan, dan di akhirat Allohpun membalas mereka dengan dimasukan ke dalam Jannah-Nya yang penuh keni'matan dan kelezatan dikarenakan mereka menta'ati-Nya dan tidak mema'siati-Nya:
{وَمَنْ يَعْمَلْ مِنَ الصَّالِحَاتِ مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَئِكَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ وَلَا يُظْلَمُونَ نَقِيرًا} [النساء: 124]
"Dan barangsiapa yang mengerjakan amal-amal sholih, baik dia seorang lelaki ataupun dia  seorang wanita sedangkan dia orang yang beriman, maka mereka itu akan masuk Jannah (surga) dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun". (An-Nisa': 124).
Dengan bekerjanya seorang wanita di rumahnya baik dengan membantu kedua orang tuanya maka orang tuanya senang dan Robbnya (Alloh 'Azza wa Jalla)pun ridho.
Kebanyakan para TKW alasannya untuk membantu dan meringankan beban kedua orang tuanya namun ternyata malah menyusahkan kedua orang tuanya, datang dari negri jauh dalam keadaan sudah cacat setelah dinodai oleh majikannya, ada yang sampai harus di operasi di RS (rumah sakit) karena mendapatkan siksaan dari majikannya, adapula sampai tewas dan yang lainnya dari petaka dan bencana, hal tersebut karena penyelisihan mereka terhadap aturan-aturan Islam yang suci, Alloh berkata:
{فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ} [النور: 63]
"Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih". (An-Nur: 63).

PENYELISIHAN KETIGA
BERBUAT DAN MEMBANGUN SIKAP DI ATAS PERASAAN DAN SANGKAAN SEMATA
Kebanyakan para wanita menganggap bahwa bekerja di luar negri terkhusus di Timur Tengah itu bagus karena di Timur Tengah adalah tempat munculnya agama Islam yang suci, mereka menyangka bahwa orang-orang yang ada di Timur Tengah semuanya baik dan berpegang teguh kepada ajaran agama Islam.
Ketahuilah wahai saudariku semoga Alloh memperbaiki keadaan kita dan menunjuki kita ke jalan-Nya yang lurus, di Timur Tengah memang benar mayoritas mereka mengaku beragama Islam namun jangan menyamaratakan, karena ada dari mereka yang mengaku beragama Islam namun hakekatnya mereka adalah kaum musyrikin yang menyembah kuburan, menyembah jimat dan pusaka, adapula dari mereka mengaku beragama Islam namun hakekatnya beragama Syi'ah, mereka mengahalkan kehormatan para wanita; maka jangan heran bila banyak para saudari kita diperkosa oleh majikannya sendiri, terkadang mereka menganggap bahwa para pembantu itu adalah budak (hamba sahaya), ini jelas anggapan yang sangat keliru. Dan terkadang pula mereka menganggap para wanita boleh diperkosa dengan alasan nikah mut'ah (kawin kontrak), dan sangat banyak di Timur Tengah orang-orang awwam (Islam KTP), mereka mengaku berislam namun hanya di lisan, lebih-lebih para wanita Pertiwi dari Tanah Air Indonesia yang kurang memperhatikan pakaian mereka, terkadang ngeyel bila diperintahkan memakai cadar dan bahkan terkadang berani melepaskan jilbab di ruangan terbuka di dalam rumah majikannya, maka perbuatan seperti ini tentu membuat syaithon bereaksi dengan sangat cepat, Rosululluh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«المَرْأَةُ عَوْرَةٌ، فَإِذَا خَرَجَتْ اسْتَشْرَفَهَا الشَّيْطَانُ»
"Wanita adalah aurat, maka jika dia keluar syaithon akan menghiasinya". Diriwayatkan oleh At-Tirmiziy dari hadits Abdullah bin Masud.
Jangankan mereka orang-orang awwam yang keadaannya seperti itu, para ustadz yang mengajar di pondok pesantren putri saja bila mereka melihat santriwati atau mendengarkan suara merdu dari santriwati maka ada dari mereka langsung muncul mabuk asmaranya, mulai berangan-angan, bahkan ada yang langsung ngiler. Na'udzubillah.
Jangankan pula mereka, para ahli ibadah Bani Isroil saja ada yang terpengaruh dan tergoda dengan fitnah wanita-wanita Bani Isroil, begitu pula kita dapati di zaman ini banyak dari aktivis da'wah terkhusus yang berada di kampus-kampus kalau sedang bercampur baur atau sedang berdua-duaan dengan wanita maka tentu akan timbul pikiran kotor dan buruk, inilah yang dikhowatirkan oleh Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«مَا تَرَكْتُ بَعْدِي فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ»
"Tidaklah  aku meninggalkan  suatu  fitnah  setelahku yang lebih membahayakan  bagi  para lelaki  daripada fitnah para wanita".  Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari hadits Usamah bin Zaid.
Rosulullah Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
 «فَاتَّقُوا الدُّنْيَا وَاتَّقُوا النِّسَاءَ، فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِي إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِي النِّسَاءِ»
"Maka takutlah kalian kepada (fitnah) dunia dan (fitnah) wanita, karena sesungguhnya awal fitnahnya Bani Isroil adalah pada (finah) wanita". Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Abu Sa'id Al-Khudriy.
Demikianlah yang bisa kami tuliskan pada pertemuan ini.
ونسأل الله عز وجل أن يوفقنا وجميع المسلمين للهداية والسداد، وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه.
Selesai ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Di Darul Hadits Dammaj
Pada malam Rabu 20 Syawwal 1434







HUKUM MEMINTA DOA KEPADA ORANG LAIN

 HUKUM MEMINTA DOA
KEPADA ORANG LAIN







Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan saudara-saudarinya


PENDAHULUAN
بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup dengan baik melainkan membutuhkan bantuan dan kerjasama dengan yang selainnya, namun sangat disayangkan dengan adanya hal tersebut banyak dari manusia menyalahgunakannya; ada dari mereka memberi bantuan dan bekerja sama di dalam perkara dosa dan ma'siat, ini sangat jelas menyelisihi perkataan Alloh Ta'ala:
{وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ} [المائدة: 2]
"Dan tolong menolonglah kalian di atas kebaikan dan taqwa dan janganlah kalian tolong menolong di atas dosa dan permusuhan". (Al-Maidah: 2).
Orang yang mengetahui tentang keadaan dirinya yang penuh kekurangan dan kelemahan seringkali mengeluhkan keadaannya kepada orang yang dianggap memiliki kelebihan, sampai-sampai ketika ada yang sudah putus asa karena sudah berusaha untuk memperoleh anak namun belum juga memperoleh anak maka diapun meminta doa kepada orang yang dia anggap lebih baik darinya atau dia meminta doa kepada orang yang dia anggap doanya akan dikabulkan, diapun bergegas meminta doa kepadanya.
Telah sampai kepada kami selembar surat yang berisikan tentang permasalahan yang berkaitan dengan meminta doa kepada ahlul bid'ah, di dalam surat tersebut tertuliskan:
بسم اللە الرحمن الرحيم
ٳلی الأستاذ أبي ٲحمد محمد حفظك اللە
يوم الأحد،11شوال1434ه
  السلا م عليكم ورحمة اللە وبركاتە
العفو منكم.
Ustadz, ada seseorang yang lama belum dikaruniai momongan, kemudian suatu saat ada seorang ahlul bid’ah yang jelek perangainya hendak berangkat haji. Akhirnya dia titip doa kepada orang yang hendak berangkat haji tersebut agar jika sampai di Mekah nanti, maka minta didoakan agar cepat dapat momongan. Qoddarolloh tidak lama kemudian sang ibu hamil, dan pernah terucap dari lisan sang ibu bahwasanya bayi yang dikandungnya adalah oleh-oleh dari hajinya si fulan (ahlul bid’ah).
Pertanyaan: Bolehkah seorang ahlussunnah titip doa kepada orang yang hendak berangkat haji meskipun dari kalangan ahlul bid’ah maupun pelaku kesyirikan?
جزاكم الله خيرا
Maka kami ucapkan:
 وعليكم السلا م  ورحمة اللە وبركاتە
Dengan adanya surat tersebut membuat kami untuk menuliskan tulisan ini, dengan harapan dapat memberikan manfaat kepada yang menyampaikan surat dan selainnya dari orang-orang yang menginginkan kebaikan.
Dari isi surat tersebut ada beberapa permasalahan yang perlu kami jelaskan:
Pertama: Hukum meminta doa kepada ahlul bid'ah.
Kedua: Menitip doa kepada orang yang berangkat haji.
Ketiga: Hukum orang yang lebih rendah kedudukannya meminta doa kepada orang yang lebih tinggi kedudukannya.
Keempat: Hukum orang yang lebih tinggi kedudukannya meminta doa kepada orang yang lebih rendah kedudukannya.

BAB 1
HUKUM MEMINTA DOA KEPADA AHLUL BID'AH
Sebelum menanggapi permasalahan ini, hendaknya seseorang melihat: Apakah ahlul bid'ah-nya itu, tingkatan kebid'ahannya masuk pada kekufuran ataukah tidak? Kalau kebid'ahannya sampai kepada kekufuran maka orang seperti ini tidak boleh secara mutlak dimintai doa, dan boleh bagi kita mendoakannya kepada hidayah semasa hidupnya, Abdulloh bin Mas'ud sebagaimana di dalam "Ash-Shohihain" berkata:
"كَأَنِّي أَنْظُرُ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، يَحْكِي نَبِيًّا مِنَ الأَنْبِيَاءِ، ضَرَبَهُ قَوْمُهُ فَأَدْمَوْهُ، وَهُوَ يَمْسَحُ الدَّمَ عَنْ وَجْهِهِ وَيَقُولُ: «اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِقَوْمِي فَإِنَّهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ»".
"Seakan-akan aku melihat kepada Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam mengisahkan seorang nabi dari para nabi, kaumnya memukulnya dan mereka melukainya, dan dia mengusap darah dari wajahnya sambil berkata: "Ya Alloh, ampunilah kaumku, karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui".
Kalau kebid'ahannya tidak sampai kepada tingkat kekufuran, maka dia diperlakukan sebagaimana halnya kaum muslimin yang lainnya, karena dia juga dikenai kewajiban untuk mendoakan kaum muslimin lainnya, dengan keumuman perkataan Alloh Ta'ala:
{وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ} [محمد: 19]
"Dan mintalah ampun terhadap dosamu dan terhadap dosa-dosa kaum mu'minin dan mu'minat". (Muhammad: 19).
Walaupun seperti itu, namun hendaknya seseorang yang aqidahnya bersih tidak bermudah-mudahan meminta doa kepada ahlul bid'ah walaupun kebid'ahannya tidak sampai kepada kekufuran karena kita tidak mengetahui model dia berdoa, bisa jadi dia ketika berdoa dicampur aduk doanya dengan kebid'ahan atau penyelisihan tehadap syari'at.
Sebaik-baik teladan bagi kita adalah para salafush sholih, mereka tidak meminta doa melainkan kepada orang yang mereka kenal kesholihan (kebaikan)nya. Sangat banyak di dalam riwayat-riwayat shohih yang menjelaskan bahwa para shohabat meminta doa kepada Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam, begitu pula umat-umat terdahulu mereka meminta doa kepada orang yang dikenal kesholihannya sebagaimana kisah ghulam (anak remaja) yang didatangi oleh orang-orang untuk meminta didoakan.
Dan ini sering pula kita dapati di kalangan para penuntut ilmu di Darul Hadits Dammaj, jika mereka bertemu dengan para kawan antara sesama para penuntut ilmu maka mereka selalu meminta didoakan, ada dari mereka berkata: "Doakan supaya saya meraih kemuliaan mati syahid!", ada pula yang meminta didoakan supaya cepat menikah, ada pula minta didoakan supaya cepat memahami ilmu, ada pula yang minta didoakan supaya tidak mati di Dammaj sebelum da'wah ke Indonesia, dan berbagai macam permintaan doa sering kita dengarkan.
Adapun kalau kamu meminta doa kepada selain orang sholih semisal ahlul bid'ah atau pelaku ma'siat dan ternyata doanya untukmu dikabulkan maka jangan kamu tergesa-gesa menganggap itu adalah "oleh-oleh dari si fulan" atau ungkapan lainnya "karena doa si fulan", karena bisa jadi itu adalah doamu sendiri yang pernah kamu berdoa langsung kepada Robbmu, namun kemudian kamu lupa dan kebetulan terwujudnya doamu ketika berpas-pasan dengan berdoanya si ahlul bid'ah tersebut, sebagai ujian bagimu, dan ini terbukti sebagai ujian bagimu ketika kamu ikutkan dengan perkataanmu: "Oleh-oleh dari hajinya si fulan".
Perkataan seperti ini wajib bagimu untuk kamu tinggalkan, dan wajib pula bagimu untuk bertaubat, karena anak yang ada padamu itu adalah pemberian dari Alloh dan sekaligus sebagai ujian bagimu, apakah kamu bersyukur dan menganggapnya sebagai karunia dari Robbmu ataukah kamu menganggapnya sebagai "oleh-oleh dari si fulan"?:
{وَمَا بِكُمْ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللَّهِ} [النحل: 53]
"Dan apa saja yang ada pada kalian dari suatu ni'mat maka itu datangnya dari Alloh". (An-Nahl: 53).
Dan Alloh Ta'ala berkata:
{وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ} [إبراهيم: 7]
"Dan (ingatlah), tatkala Robb kalian mengumumkan; "Sesungguhnya jika kalian bersyukur maka pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (Ibrohim: 7).

BAB 2
HUKUM BAGI ORANG YANG RENDAH KEDUDUKANNYA MEMINTA DOA KEPADA ORANG YANG LEBIH TINGGI KEDUDUKANNYA
Alloh Ta'ala berkata tentang kisah saudara-saudara Yusuf 'Alaihis Salam yang meminta doa kepada bapak mereka:
{قَالُوا يَا أَبَانَا اسْتَغْفِرْ لَنَا ذُنُوبَنَا إِنَّا كُنَّا خَاطِئِينَ} [يوسف: 97]
"Mereka berkata: Wahai bapak kami mintakanlah ampun untuk kami terhadap dosa-dosa kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berbuat kesalahan (dosa)". (Yusuf: 97).
Dari ayat ini, juga hadits-hadits yang sangat banyak telah menjelaskan tentang bolehnya meminta doa kepada orang yang lebih tinggi kedudukannya daripadanya.
Dan perlu diperhatikan bahwa dalil-dalil tersebut menjelaskan tentang mereka yang meminta doa adalah kepada orang-orang yang jelas kesholihannya, bukan kepada pelaku ma'siat dan bukan pula kepada pelaku bid'ah.
Pada permasalahan ini banyak kita dapati kaum muslimin mengamalkannya yaitu mereka meminta doa kepada orang yang lebih tinggi kedudukannya, apa yang mereka amalkan adalah benar dan bahkan pernah dilakukan oleh para salafush sholih, diantaranya adalah pada ayat tersebut, juga apa yang pernah dikatakan oleh Umar Ibnul Khoththob kepada Rosululloh Shollallohu Alaihi wa Sallam ketika beliau memintanya:
"ادْعُ اللَّهَ فَلْيُوَسِّعْ عَلَى أُمَّتِكَ، فَإِنَّ فَارِسَ وَالرُّومَ وُسِّعَ عَلَيْهِمْ، وَأُعْطُوا الدُّنْيَا وَهُمْ لاَ يَعْبُدُونَ اللَّهَ، وَكَانَ مُتَّكِئًا فَقَالَ: «أَوَفِي شَكٍّ أَنْتَ يَا ابْنَ الخَطَّابِ أُولَئِكَ قَوْمٌ عُجِّلَتْ لَهُمْ طَيِّبَاتُهُمْ فِي الحَيَاةِ الدُّنْيَا»، فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، اسْتَغْفِرْ لِي".
"Berdoalah engkau kepada Alloh untuk meluaskan (rezqi) untuk umatmu, karena sesungguhnya Persia dan Romawi telah diluaskan atas mereka (rezqi), dan diberikan (keni'matan) dunia kepada mereka padahal mereka tidak beribadah kepada Alloh, Rosululloh adalah duduk bersandar, lalu berkata: "Apakah ada padamu keraguan wahai Ibnul Khoththob, mereka itu adalah suatu kaum yang disegerakan bagi mereka keni'matan-keni'matan di dalam kehidupan dunia", maka aku berkata: "Wahai Rosululloh, mintakanlah ampun (kepada Alloh) untukku". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari hadits Abdulloh bin 'Abbas.
Hadits ini sebagai pelajaran dan bimbingan untuk kaum muslimin, karena kebanyakan manusia pada zaman ini, bila mereka melihat orang sholih maka mereka meminta doa; baik permintaan doa itu untuk disembuhkan dari penyakit, untuk diberi rezqi, untuk dimudahkan semua urusan, dan yang selain itu dari perkara-perkara dunia, adapun meminta doa supaya diampuni dari dosa-dosa atau untuk perkara akhirat maka sangat jarang bahkan sangat sedikit kita dengarkan. Allohul musta'an.

BAB 3
HUKUM BAGI ORANG YANG LEBIH TINGGI KEDUDUKANNYA MEMINTA DOA KEPADA ORANG YANG LEBIH RENDAH KEDUDUKANNYA
Di dalam "Shohih Muslim" dari hadits Umar Ibnul Khoththob bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata tentang seorang tabi'in:
«فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ»
 "Barangsiapa di antara kalian menjumpainya maka mintalah kepadanya untuk memintakan ampun (kepada Alloh) untuk kalian".
Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata kepada para shohabatnya dengan perkataan tersebut, padahal sangat jelas bahwa para shohabat lebih mulia daripada generasi setelahnya:
«خَيْرُ النَّاسِ قَرْنِي، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ، ثُمَّ الَّذِينَ يَلُونَهُمْ»
"Sebaik-baik manusia adalah generasiku, kemudian setelah mereka, kemudian setelah mereka".
Dari penjelasan ini menunjukan bahwa bolehnya orang yang mulia kedudukannya meminta doa kepada orang yang lebih rendah kedudukannya, yang tentunya dia adalah orang yang sholih, dan terkadang orang yang rendah kedudukannya itu lebih dikabulkan doanya daripada yang lebih tinggi kedudukannya, dan terkadang sebaliknya.
Perlu diketahui pula bahwa Alloh Ta'ala Maha mengabulkan doa, siapa saja yang berdoa baik dia ahlul bid'ah ataupun ahlussunnah, baik dia pelaku kebaikan ataupun pelaku dosa, jika dia bertepatan dengan waktu-waktu yang mustajab maka tidak menutup kemungkinan untuk dikabulkan doanya, oleh karena itu Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَوْلَادِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى خَدَمِكُمْ، وَلَا تَدْعُوا عَلَى أَمْوَالِكُمْ، لَا تُوَافِقُوا مِنَ اللهِ سَاعَةً يُسْأَلُ فِيهَا عَطَاءٌ، فَيَسْتَجِيبُ لَكُمْ»
"Janganlah kalian mendoakan (kejelekan) atas diri-diri kalian, jangan pula mendoakan (kejelekan) atas anak-anak kalian, jangan pula mendoakan (kejelekan) atas pembantu-pembantu kalian, dan jangan pula mendoakan (kejelekan) atas harta-harta kalian, tidaklah mencocoki dari Alloh Tabaroka wa Ta'ala sesaat dari yang diminta maka akan dikabulkan bagi kalian". Diriwayatkan oleh Muslim dan Abu Dawud, dan lafazh "'ala khadamikum"  ini adalah lafazhnya Abu Dawud.
Jadi kalaulah kamu melihat ada seseorang didoakan oleh ahlul bid'ah atau didoakan oleh pelaku ma'siat dan langsung terbukti doanya maka ketahuilah bahwasanya itu bercocokan dengan waktu mustajab atau bertepatan dengan peng-amin-an dari malaikat, Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berkata:
«لَا تَدْعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِلَّا بِخَيْرٍ، فَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ يُؤَمِّنُونَ عَلَى مَا تَقُولُونَ»
"Janganlah kalian berdoa atas diri-diri kalian melainkan dengan doa kebaikan, karena sesungguhnya malaikat mengaminkan atas apa yang kalian doakan". Diriwayatkan oleh Muslim dari hadits Ummu Salamah.
Dari keterangan ini jelaslah, bahwa siapapun dia dan bagaimanapun keadaannya, kalau dia berdoa dan doanya mencocoki waktu mustajab atau bertepatan dengan diaminkannya oleh para malaikat maka doanya akan terkabulkan, walaupun seseorang berdoa di tempat-tempat yang dianggap berberkah seperti di Makkah atau pada waktu haji dan umroh namun kalau tidak bercocokan atau tidak bertepatan dengan waktu mustajab maka tidak akan terkabulkan, hal ini sebagaimana pernah terjadi, ada seseorang yang bernama Ali Rozihiy, ketika sedang umroh di Makkah dia bersungguh-sungguh mendoakan kejelekan atas salah seorang ulama Ahlissunnah yang bernama Sa'id bin Da'as Al-Yafi'iy Rohimahulloh, namun doanya tersebut tidak mengena, bahkan menjadikan dia sendiri (Ali Rozihiy) tersesat menjadi pentolan hizbiy yang awalnya dia adalah seorang sunniy.
Kenyataan ini sebagai bantahan bagi yang beranggapan bahwa setiap orang yang naik haji atau umroh maka doanya akan dikabulkan, namun seseorang akan dikabulkan doanya bila dia berdoa bercocokan atau bertepatan dengan waktu-waktu yang mustajab.

BAB 4
HUKUM MENDOAKAN KEJELEKAN KEPADA ORANG LAIN
Ketika kaum kafir Rofidhoh melakukan tindak kezholiman berupa pengepungan, pengusiran dan pembunuhan terhadap kaum muslimin di negri Yaman dan di beberapa negri di Timur Tengah maka banyak dari kaum muslimin meminta orang-orang sholih supaya mendokan kebaikan untuk kaum muslimin dan meminta mereka pula untuk mendoakan kejelekan atas kaum kafir Rofidhoh.
Berbicara tentang mendoakan kebaikan untuk orang lain telah kita jelaskan pada bab-bab yang telah lewat, sekarang kita beranjak kepada bab baru yaitu bolehkah mendoakan kejelekan kepada orang lain?.
Ketika Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam sholat di sisi Ka'bah maka beliau dizholimi, ditertawai dan disakiti oleh kaum kafir Quroisy, dengan sebab itu beliau mendoakan kejelekan atas mereka, beliau Shollallohu 'Alaihi wa Sallam berdoa:
«اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِقُرَيْشٍ».
"Ya Alloh (timpakanlah petaka) atas orang-orang (kafir) Quroisy". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari hadits 'Abdulloh bin Mas'ud.
Hadits tersebut menunjukan bolehnya mendoakan kejelekan atas suatu kelompok. Dengan dasar hadits tersebut maka boleh bagi kita untuk mendoakan kebinasaan atas kaum kafir Rofidhoh, dengan kita mengucapkan doa:
"اللّهُمّ عَلَيْكَ بِالرّافِضَة".
"Ya Alloh (timpakanlah petaka) atas Rofidhoh". Atau kita mendoakan dengan doa:
"اللّهُمّ انْصُرِ الْمُسْلِمِيْنَ عَلَى الرّافِضَةِ".
"Ya Alloh tolonglah orang-orang Islam atas Rofidhoh".
Pada kelanjutan hadits 'Abdulloh bin Mas'ud yang diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon terdapat pula penjelasan bahwa Rosululloh Shollallohu 'Alaihi wa Sallam mendoakan kejelekan atas setiap personil dengan menyebutkan namanya, beliau berdoa:
«اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِأَبِي جَهْلٍ، وَعَلَيْكَ بِعُتْبَةَ بْنِ رَبِيعَةَ، وَشَيْبَةَ بْنِ رَبِيعَةَ، وَالوَلِيدِ بْنِ عُتْبَةَ، وَأُمَيَّةَ بْنِ خَلَفٍ، وَعُقْبَةَ بْنِ أَبِي مُعَيْطٍ».
"Ya Alloh (timpakanlah kebinasaan) atas Abu Jahl, atas 'Utbah bin Robi'ah, Syaibah bin Robi'ah, Al-Walid bin 'Utbah, Umayyah bin Kholaf dan 'Uqbah bin Abi Mu'aith".
Dengan hadits ini menunjukan pula tentang bolehnya bagi kita untuk mendoakan para pembuat kerusakan, boleh kita mendoakan tokoh-tokoh atau pentolan-pentolan Rofidhoh:
"اللّهُمّ عَلَيْكَ بِأَبِي الْعَالِيَّةَ الْحُوْثِيِّ، اللّهُمّ عَلَيْكَ بِعَبْدِ الْمَالِكِ الْحُوْثِيِّ، اللّهُمّ عَلَيْهِمَا وَعَلَى مَنْ قَامَ مَعَهُمَا".
"Ya Alloh (timpakanlah petaka) atas Abul 'Aliyah Al-Khutsiy, Ya Alloh (timpakanlah petaka) atas 'Abdul Malik Al-Khutsiy, Ya Alloh (timpakanlah petaka) atas siapa saja yang berdiri bersama keduanya".
Bahkan Syaikhuna Yahya bin 'Ali Al-Hajuriy Hafizhohulloh di dalam majelisnya sering meminta para penuntut ilmu untuk selalu mendoakan kejelekan, kehancuran dan kebinasaan atas Rofidhoh. Hal demikian itu karena mereka adalah orang-orang munafiq lagi zindiq, Abul 'Abbas Ahmad Al-Harroniy Rohimahulloh berkata:
"إِنَّ رُؤَسَاءَهُمْ كَانُوا مُنَافِقِينَ زَنَادِقَةً. وَأَوَّلُ مَنْ ابْتَدَعَ الرَّفْضَ كَانَ مُنَافِقًا".
"Sesungguhnya pentolan-pentolan mereka (ya'ni Rofidhoh dan Jahmiyyah) adalah orang-orang munafiq lagi zindiq. Dan yang pertama mengadakan (agama) Rofidhoh adalah seorang munafiq".
Tidak diragukan lagi tentang kekafiran mereka, mereka lebih jahat dan lebih biadab dari pada kaum yang beragama Komunis, tidaklah seorangpun yang mereka bunuh melainkan jenazahnya dirusakin, begitulah mereka perlakukan terhadap para shohabat kami Ahlissunnah di Dammaj, pada bulan ini (pertengahan Syawwal 1434) mereka membunuh Hamzah Al-Jazairiy Rohimahulloh, kemudian jenazahnya mereka rusakin, matanya mereka tusuk dan biji matanya dicungkel, wajahnya dihitamkan dan dibusukan badannya, sebagaimana yang mereka lakukan terhadap saudara-saudara kami ketika tragedi pertengahan Muharrom 1433.
Tidak hanya itu, bahkan diantara kebengisan mereka, jika mereka ingin melampiaskan kebencian mereka kepada para shohabat Nabi maka ketika anjing lewat mereka berkata: "Aisyah bintu Abi Bakr lewat, merekapun beramai-ramai menembaknya", begitu pula jika mereka melihat binatang-binatang hina maka mereka menamainya dengan nama-nama para shohabat lalu mereka beramai-ramai menembaki binatang-binatang tersebut. Mereka lebih biadab dan lebih kurang ajar bila dibandingkan dengan para penganut agama Komunis, karena para penganut agama Komunis masih menghargai dan memuliakan para pembawa agama mereka, adapun Rofidhoh maka mereka tidak ada sedikitpun rasa hormat dan pemuliaan terhadap pembawa dan pejuang agama Islam, yang para pembawa dan pejuang itu adalah para shohabat Nabi Shollallohu 'Alaihi wa Sallam.
Demikian pembahasan yang singkat ini, semoga bermanfaat.
ونسأل الله عز وجل أن يوفقنا وجميع المسلمين للهداية والسداد، وصلى الله وسلم على نبينا محمد وعلى آله وصحبه.
Selesai ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Di Darul Hadits Dammaj
Pada malam Senin 18 Syawwal 1434



BERTEMPUR LAGI!

BERTEMPUR LAGI!
BENAR-BENAR KALIAN SEDANG DIUJI!
{أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَعْلَمِ اللَّهُ الَّذِينَ جَاهَدُوا مِنْكُمْ وَيَعْلَمَ الصَّابِرِينَ}
[آل عمران: 142]
"Apakah kalian mengira bahwa kalian akan masuk Jannah, padahal belum Alloh nyatakan siapa orang-orang yang berjihad diantara kalian dan belum Dia nyatakan (pula) siapa orang-orang yang bersabar".
(Ali Imron: 142)



Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan saudara-saudarinya



KATA PENGANTAR
بِسمِ الله الرَّحمنِ الرَّحِيمِ
الْحَمْدُ لِلَّهِ، أَحْمَدُهُ، وَأَسْتَعِينُهُ، وَأَسْتَنْصِرُهُ، وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. أما بعد:
Sudah suatu kemestian bahwa orang-orang kafir baik dari kalangan musyrikin ataupun munafiqin tidak akan pernah ridho dengan umat Islam sampai umat Islam mengikuti agama mereka atau sampai umat Islam keluar dari negri-negri mereka, sebagaimana yang diserukan oleh nenek moyang mereka dalam menjalankan makar kepada para Rosul:
{وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِرُسُلِهِمْ لَنُخْرِجَنَّكُمْ مِنْ أَرْضِنَا أَوْ لَتَعُودُنَّ فِي مِلَّتِنَا فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ} [إبراهيم: 13]
"Orang-orang kafir berkata kepada para Rosul mereka: "Kami sungguh-sungguh akan mengusir kalian dari negeri kami atau kalian kembali kepada agama kami". Maka Robb mereka mewahyukan kepada mereka: "Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zholim itu". (Ibrohim: 13).
Demikian pilihan yang mereka berikan, diusir dari kampung halaman atau kembali kepada agama mereka?. Tindakan seperti ini dilakukan pula oleh kaum kafir Rofidhoh, mereka menginginkan untuk mengusir Ahlissunnah dari propinsi Sho'dah-Yaman, mereka mengusir Ahlissunnah dari kampung Munabbih, kemudian mereka juga berusaha mengeluarkan Ahlissunnah dari kampung 'Abdain, dari kampung Thulul dan beberapa tempat lainnya.
Demikianlah keadaan mereka kaum kafir Rofidhoh, siapa yang menampakan sikapnya bersama Ahlissunnah Dammaj, atau pergi menuntut ilmu di Dammaj maka mereka akan memaksannya untuk mengikuti agama mereka, jika tidak maka mereka akan mengusirnya, dan ini mereka lakukan berkali-kali terhadap Ahlissunnah, terkhusus yang mukim di kampung 'Abdain.
Tindakan jahat seperti ini ternyata diwarisi pula oleh para hizbiyyun yang sejaringan dengan Luqman bin Muhammad Ba'abduh, mereka di kampung Hanunu (Seram Barat) mengusir Abul 'Abbas Harmin Rohimahulloh dan keluarganya serta para shohabatnya, dikarenakan menampakan loyalitas dengan Ahlissunnah yang membela Dammaj dan mengutus adik-adik mereka ke Dammaj untuk menuntut ilmu, juga karena Abul 'Abbas Harmin Rohimahulloh menda'wahkan kepada pemurnian tauhid, perealisasian alwala' wal baro', hidup 'iffah dengan tanpa minta-minta dan tanpa jam'iyyah, dengan itu mereka murka hingga pada akhirnya mereka menzholimi Abul 'Abbas Harmin Rohimahulloh dan keluarganya serta para shohabatnya mereka zholimi.
Semoga apa yang kami tuliskan ini menjadi pelajaran bagi yang masih memiliki akal untuk berhati-hati dalam bersikap karena semua yang dilakukan akan dimintai pertanggung jawabannya:
{إِنَّ السَّمْعَ وَالْبَصَرَ وَالْفُؤَادَ كُلُّ أُولَئِكَ كَانَ عَنْهُ مَسْئُولًا} [الإسراء: 36]
"Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati semuanya itu akan dimintai pertangung jawabannya". (Al-Isro': 36).
{وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ} [الزلزلة: 8]
"Dan barangsiapa yang melakukan suatu perbuatan kejelekan sebesar biji atom maka dia akan melihat (balasan)nya". (Al-Zalzalah: 8).  
وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Pada hari Sabtu 17 Syawwal 1434
Di Darul Hadits Dammaj

AWAL TERJADINYA PERTEMPURAN DI DAMMAJ
Pada sore hari setelah sholat ashar, bertepatan dengan hari Selasa 13 Syawwal 1434, kaum kafir Rofidhoh mulai melakukan makar baru, dengan target untuk menguasai salah satu kampung Ahlissunnah, kampung tersebut bernama Thulul, mereka (kaum Rofidhoh) setelah berhasil menguasai salah satu kampung Ahlissunnah yang bernama Munabbih mereka mulai bergerak ke beberapa kampung, pada kali ini mereka mencoba melakukan penyerangan terhadap Ahlissunnah yang berada di kampung  Thulul.
Dengan penyerangan ini mengakibatkan jatuhnya korban dari pihak Ahlissunnah, diantaranya adalah Bilal salah seorang anak saudara pemilik maktabah Ibnu Taimiyyah Dammaj, beliau langsung meninggal dunia semoga Alloh merohmatinya.
Kampung Thulul adalah termasuk salah satu kampung tetangga Dammaj, antara kampung tersebut dengan Dammaj hanya dihalangi sebuah gunung yang dinamai dengan gunung Thullab, ketika awal terjadi penyerangan, bergegaslah Ahlussunnah maju membantu saudara-saudara mereka yang berada di Thulul.
YANG TERJADI PADA HARI RABU
Pada malam Rabu 14 Syawwal hingga siang harinya mereka terus melakukan tembakan-tembakan ke lokasi-lokasi Dammaj, dengan tembakan itu mengakibatkan salah seorang Ahlissunnah yang bernama Syakir Al-Jazairiy terbunuh semoga Alloh merohmatinya, Abu Ziyad Al-Malayziy Hafizhohulloh berkata: "Beliau (Syakir) meninggal terkena sneper, dan aku berada di dekatnya".
Pada hari ini (Rabu 14 Syawwal 1434), kaum muslimin Dammaj mulai ramai keluar masuk toko-toko untuk membeli kebutuhan pokok mereka, hal tersebut mereka lakukan karena masih mengenang waktu hishor pada tahun lalu 1433, pada sore harinya tidaklah terlihat lagi di dalam toko-toko melainkan hanya sedikit sekali dari barang-barang, adapun kebutuhan pokok dan makanan harian seperti beras, gula, indomie, tepung terigu dan yang semisalnya telah habis dibeli oleh para pengunjung. Yang memiliki uang membeli apa yang dibutuhkannya secukup uangnya, yang tidak beruang hanyalah berkata: "Insya Alloh kami makan bersama-sama di markiz", dan Alhamdulillah pada hari itu makanan pokok seperti beras dan tepung sudah dipesan oleh Asy-Syaikh Ahmad untuk kebutuhan markiz.
Pada hari tersebut semakin terlihat rasa kasih sayang antara sesama, saling membantu dan saling menolong, biasanya Abu Irbadh Al-Limboriy Hafizhohulloh mengantar makanan di Wathon setiap hari tiga kali, kali ini kerepotan karena tidak bisa menggunakan sepeda motor, disebabkan penembak jitu kaum kafir Rofidhoh selalu siaga di bukit Mudawwar dan beberapa bukit lainnya, dengan keadaannya seperti itu, maka Abu Muhammad Al-Limboriy Hafizhohulloh setelah membantu saudara-saudaranya mengantar kebutuhan-kebutuhan jaga ke bukti Barroqoh dan ke Wathon beliau menyampaikan kepada kami untuk mencarikan teman untuk menemani Abu Irbadh Al-Limboriy mengantar makanan ke Wathon, kamipun mencarikan teman untuk menemani beliau, apalagi waktu perang yang jaga di Wathon bertambah jumlahnya, makanan yang dibawapun bertambah banyak, yang membutuhkan pengantarnya tiga orang atau lebih, Alhamdulillah sebagian ikhwan yang tidak memiliki senjata bergegas membantunya dengan saling bergantian, Abu Darda' Al-Jawiy Hafizhohulloh berkata: "Kami membantunya (ya'ni membantu Abu Irbadh Al-Limboriy) mengantar makanan ke Wathon sangat capek, kami loncat-loncat karena Rofidhoh terus menerus menembak".
Begitu pula pada malam hari yang tidak bersenjata bergegas membantu menggali khondak dan mengantar perlengkapan-perlengkapan yang dibutuhkan di tempat-tempat jaga.
Ada yang sakit tidak mau ketinggalan keutamaan jihad dan beramal sholih, diapun melihat apa yang ada di dalam kamarnya untuk diberikan kepada yang sedang jihad, sampai ada salah seorang ketika sakit dan dia melihat bahwa di dalam saku bajunya ada uang 100 (seratus) real dan melihat di kamarnya ada sebungkus korma maka diapun membelikan buah-buahan lalu membawanya bersama korma tersebut untuk saudara-saudaranya yang jaga, beliau sedih karena tidak bisa melakukan seperti yang dilakukan oleh saudara-saudaranya yang lain; bisa jaga, bisa mengikuti kerja dan amalan-amalan lainnya, beliau hanya berkata:  
{ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ} [الجمعة: 4]
"Demikianlah karunia Alloh, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan Alloh adalah mempunyai karunia yang besar". (Al-Jum'ah: 4).
YANG TERJADI PADA MALAM KAMIS
Pada malam Kamis 15 Syawwal 1434, Ahlussunnah melakukan penyerangan ke sekitar Thulul dengan tujuan untuk mempertahankan kampung tersebut dari serangan Rofidhoh, dengan penyerangan itu, mengakibatkan jatuhnya korban dari pihak Ahlussunnah diantaranya Hamzah Al-Jazairiy, dan beliau langsung meninggal dunia semoga Alloh merohmatinya[1].
Adapun dari pihak kaum kafir Rofidhoh semoga Alloh binasakan mereka maka mereka lebih banyak korban, paling banyak yang meninggal dan lebih banyak lagi yang luka-luka.
YANG TERJADI PADA HARI KAMIS
Pada hari-hari tersebut tembakan terus menerus terdengar, pada hari Kamis tanggal 15 Syawwal 1434, kaum muslimin ditengah-tengah menegakan sholat zhuhur di masjid As-Sunnah Dammaj, terdengarlah satu tembakan mortir dari pihak Rofidhoh yang jatuh di jalan samping pemakaman Syuhada' lama, dengan tembakan itu mengakibatkan salah seorang Ahlissunnah yang sedang menuju masjid untuk sholat berjama'ah terkena tembakan itu, beliaupun terluka parah, sekitar 10 (sepuluh) menit kemudian mereka melepaskan tembakan susulan, dalam selang-selang waktu tersebut mereka rutin melepaskan tembakan mortir yang mengakibatkan salah seorang Ahlissunnah meninggal dunia di lokasi yang sama (samping pemakaman Syuhada' lama) karena terkena ledakan mortir susulan tersebut. Bersamaan dalam waktu tersebut mereka juga melepaskan tembakan dengan menggunakan mortir mengakibatkan dua kamar di depan pemakan syuhada' lama rusak, pintu kamarnya jebol dan temboknya bolong.
Menjelang ashar mereka (kaum kafir Rofidhoh) melepaskan tembakan mortir yang ditargetkan ke kediaman Syaikhuna Yahya hafizhohulloh, namun mengenai samping penampung air yang berada di samping rumah Syaikhuna, dengan tembakan itu mengakibatkan pecahnya saluran air hingga membanjiri halaman rumah Asy-Syaikh Turkiy Al-Wadi'iy, dengan tembakan yang besar lagi dahsyat itu mengakibatkan mobil da'wah yang parkir di samping tempat penampung air rusak dan pintu serta dinding warung di samping maktabah Al-Falah mengalami kerusakan, begitu pula pagar tempat parkirnya mobil terkena percikan mortir tersebut.
KEJADIAN DI MALAM JUM'AT
Pada kajian "Shohih Muslim" bertepatan dengan malam Jum'at 16 Syawwal 1434, setelah Syaikhuna membaca dan menjelaskan kitab "Shohih Muslim" beliau memanggil salah seorang Arob Badui (Arob Pedalaman) yang hadir di majelis beliau, orang tersebut bergegas maju ke samping kursi Syaikhuna, lalu Syaikhuna memintanya untuk membaca surat dari Al-Qur'anul Karim, diapun membaca surat Al-Fatihah dan surat At-Takatsur, setelah itu Syaikhuna bertanya kepadanya: "Apa yang engkau tahu tentang Rofidhoh?", diapun menjawab: "Mereka itu seperti yang Alloh katakan:
{وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ لَا تُفْسِدُوا فِي الْأَرْضِ قَالُوا إِنَّمَا نَحْنُ مُصْلِحُونَ (11) أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ الْمُفْسِدُونَ وَلَكِنْ لَا يَشْعُرُونَ (12) وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ آمِنُوا كَمَا آمَنَ النَّاسُ قَالُوا أَنُؤْمِنُ كَمَا آمَنَ السُّفَهَاءُ أَلَا إِنَّهُمْ هُمُ السُّفَهَاءُ وَلَكِنْ لَا يَعْلَمُونَ (13) وَإِذَا لَقُوا الَّذِينَ آمَنُوا قَالُوا آمَنَّا وَإِذَا خَلَوْا إِلَى شَيَاطِينِهِمْ قَالُوا إِنَّا مَعَكُمْ إِنَّمَا نَحْنُ مُسْتَهْزِئُونَ (14) اللَّهُ يَسْتَهْزِئُ بِهِمْ وَيَمُدُّهُمْ فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (15)} [البقرة: 11 - 15].
"Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Janganlah kalian membuat kerusakan di muka bumi!", mereka menjawab: "Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan". Ingatlah, sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat kerusakan, tetapi mereka tidak menyadari. Apabila dikatakan kepada mereka: "Berimanlah kalian sebagaimana orang-orang lain telah beriman", mereka menjawab: "Akan berimankah kami sebagaimana orang-orang yang dungu itu telah beriman?". Ingatlah, sesungguhnya merekalah orang-orang yang dungu; tetapi mereka tidak mengetahui. Dan bila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka mengatakan: "Kami telah beriman", dan bila mereka kembali kepada syaithon-syaithon mereka, mereka mengatakan: "Sesungguhnya kami bersama kalian, kami hanyalah berolok-olok". Alloh akan (membalas) olok-olokan mereka dan membiarkan mereka terombang-ambing dalam kesesatan mereka". (Al-Baqoroh: 11-15).
Syaikhuna Hafizhohulloh berkata: "Saya memanggil dia (ya'ni orang Badui) tersebut, sehingga kita tahu bahwa ternyata tidak hanya para penuntut ilmu yang mengerti tentang kejelekan Rofidhoh namun ternyata orang Badui sekalipun memahami tentang kejelekan dan kebobrokan mereka".
Maka dengan demikian sudah sangat cukup ini sebagai bantahan terhadap orang-orang yang menganggap bahwa Rofidhoh adalah saudara mereka seagama, dan sangat mengherankan ternyata makar Rofidhoh yang dilakukan terhadap Ahlissunnah ini dijadikan peluang dan kesempatan emas oleh para hizbiyyun di Ma'bar, ketika mereka sudah mendengar bahwa di Dammaj terjadi lagi perang antara Ahlissunnah dengan Rofidhoh maka tiba-tiba ada seorang hizbiy asal Indonesia menelpon saudaranya di Dammaj dengan berkata: "Pergilah dari Dammaj, carilah tempat yang lain supaya bisa belajar", orang ini dari sebelumnya mengajak-ngajak untuk pergi dari Dammaj dan bahkan tidak segan-segan memintanya untuk pergi ke tempatnya di Ma'bar supaya belajar dengan pentolan para hizbiynya, sungguh teringat dengan perkataan Syaikhuna: "Belajar di Dammaj lalu terbunuh Insya Alloh syahid, adapun mengikuti ajakan mereka (para hizbiyyun) maka tersia-siakan bahkan sesat bersama mereka".
Apa yang beliau katakan Alhamdulillah telah berbukti, yang belajar di Dammaj kemudian terbunuh maka mereka mendapatkan karomah yang agung, belum lama jenazah-jenazah mereka dipindahkan dari pemakaman syuhada' lama ke pemakaman syuhada' baru dalam keadaan baik, badan-badan mereka utuh, adapun yang kabur dari Dammaj dan bergabung dengan para hizbiyyin tidaklah kita mendapati mereka melainkan keterpurukan, berloyalitas dengan ahlul bid'ah, menganggap Rofidhoh sebagai saudara mereka seagama, beramai-ramai mengemis dengan mendirikan jam'iyyah, yang awalnya mereka menganggap jam'iyyah hanyalah membendung da'wah namun belum punya da'wah sudah terlebih dahulu mendirikan jam'iyyah, Adib Lamongan, Kholiful Hadi dan yang semisal mereka "jam'iyyah dulu baru da'wah", belum berdiri pondok, jam'iyyah sudah tegak berdiri, belum lagi kedustaan-kedustaan dan penipuan-penipuan mereka tebarkan.  
YANG TERJADI PADA HARI JUM'AT
Pada hari Jum'at para penuntut ilmu bergegas mempersiapkan sarana untuk melakukan sholat Jum'at berjama'ah, ada dari mereka pergi mengangkat air untuk mandi jum'at, ada yang seperti biasanya mandi Jum'at ketika setelah terdengarkan azan shubuh yang kedua, supaya bergegas mencari keutamaan shoff pertama dan keutamaan berpagi-pagi datang ke masjid, ada yang siaga jaga di tempat-tempat jaga, bersamaan dengan itu kaum kafir Rofidhoh terus menerus melepaskan tembakan mortir dan penembak jitu mereka terus siaga, Alhmadulillah pada hari ini (Jum'at 16 Syawwal 1434) tidak ada korban dari pihak Ahlissunnah, bahkan pihak Rofidhoh menampakan kemarahan dengan menyuarakan: "Ahlussunnah tidak punya belas kasihan, para wanita kami mereka bunuh".
Demikianlah makar mereka dari sebelumnya, memutar balikkan fakta dan dusta serta khianat. Sudah merupakan kebiasaan mereka, bila hendak berperang atau sedang berjaga-jaga maka mereka memakan qot (sejenis ganja), mabuk-mabukkan asmara, dan membawa wanita-wanita pelacur mereka, yang mereka istilahkan dengan nikah mut'ah, di tempat-tempat tersebut mereka melakukan perzinaan, bahkan di tengah-tengah perang berkecamuk wanita-wanita pelacur mereka selalu menyertai mereka, bila datang tembakan dari pihak Ahlussunnah yang diarahkan kepada mereka maka otomatis mengenai mereka lagi bersamaan dengan wanita-wanita birahi mereka, merekapun mati bersama-sama semoga Alloh membinasakan mereka.
Setengah jam menjelang azan Ashar, datanglah lajnah (tim penengah)  bersama tim medisnya ke Dammaj dengan maksud untuk membuatkan perdamaian antara Ahlissunnah dengan kaum kafir Rofidhoh. Dengan adanya perdamaian baru itu keadaanpun berubah menjadi tenang dan tidak lagi terdengar tembakan-tembakan, namun sudah merupakan kebiasan buruk kaum kafir Rofidhoh dari sejak tragedi Muharrom 1433 hingga hari kita ini, mereka selalu khianat dan membuat kecurangan serta terus menerus membuat makar akan tetapi cukuplah bagi kami apa yang telah Alloh katakan:
{وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللَّهُ وَاللَّهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ} [آل عمران: 54]
"Dan mereka (orang-orang kafir itu) membuat makar (tipu daya), dan Alloh membalas tipu daya mereka itu. Dan Alloh adalah sebaik-baik pembalas tipu daya". (Ali Imron: 54).
PENUTUP
Pada pertempuran kali ini, yang terjadi dari hari Selasa hingga Jum'at mengakibatkan banyak berjatuhan korban dari pihak Rofidhoh, banyak dari kaum muslimin memberitakan bahwa yang terbunuh dari pihak Rofidhoh sekitar 200 (dua ratus) orang, ada pula yang memberitakan bahwa yang terbunuh lebih dari itu, yang terpenting bahwa yang terbunuh dari mereka adalah terbanyak begitupula yang luka-luka sangat banyak, semua itu karena pertolongan dan pembelaan dari Alloh Ta'ala untuk kaum muslimin Dammaj:
{فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ رَمَيْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ رَمَى وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ (17) ذَلِكُمْ وَأَنَّ اللَّهَ مُوهِنُ كَيْدِ الْكَافِرِينَ (18)} [الأنفال: 17، 18]
"Maka (yang sebenarnya) bukan kalian yang membunuh mereka, akan tetapi Allohlah yang membunuh mereka, dan bukan (pula) kalian yang melempar ketika kalian melempar, akan tetapi Alloh-lah yang  melempar. (Alloh berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi bala' kepada orang-orang yang beriman dengan bala' yang baik. Sesungguhnya Alloh adalah As-Sami' (Maha Mendengar) lagi Al-'Alim (Maha Mengetahui). Itulah (karunia Alloh yang dilimpahkan kepada kalian), dan sesungguhnya Alloh melemahkan tipu daya orang-orang yang kafir". ". (Al-Anfal: 17-18).
Adapun yang terbunuh dari pihak Ahlissunnah adalah 6 (enam) orang, pada hari Jum'at sore yang luka-luka dari pihak Ahlissunnah langsung dibawa oleh tim medis Hilal Ahmar menuju Sho'dah lalu diberangkatkan dengan pesawat terbang menuju Shon'a yang siap dijemput oleh Asy-Syaikh Muhammad Mani' dan para Ahlissunnah di Shon'a.
Demikian yang bisa kami tuliskan pada pertemuan kali ini.
وبالله التوفيق
وصلى الله على نبينا محمد وآله وصحبه وسلم
سبحانك اللهم وبحمدك أشهد أن لا إله إلا أنت أستغفرك وأتوب إليك






[1]  Setelah perang yang keenam, beliau Rohimahulloh bersama kawan-kawan membangun matras (benteng) pertahanan di bukit Barroqoh, dan mereka menamai matras tersebut denga matras Hamzah. Pada pertempuran 1 Muharrom 1433, beliau mengalami luka parah, hingga tidak mampu berjalan melainkan ditemani kawan-kawan, kemudian  beliau keluar dari Dammaj untuk berobat, setelah sembuh, beliau langsung bergabung dengan para mujahidin yang bergerak ke wilayah Kitaf, dan di Kitaf beliau sematras dengan sebagian orang-orang Indonesia, diantara mereka adalah Abu Huroiroh Al-Andunisiy. Setelah terjadi perdamaian beliau (Hamzah) keluar da'wah di salah satu daerah di Yaman, di tempat da'wahnya beliau menikah dengan salah seorang wanita Yamaniyyah. Kemudian beliau kembali ke Dammaj untuk terus menuntut ilmu hingga beliau terbunuh di jalan Alloh semoga Alloh merohmatinya.