Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

Penjelasan Singkat tentang hadits sihir



Penjelasan
Singkat tentang hadits sihir

Penulis:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy

www.assaabiquunalawwaluun.blogspot.com
Maktabah Abil 'Abbas Rohimahulloh
1434



MATAN HADITS

قال البخاري رحمه الله في "الصحيح" برقم (5763): حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ مُوسَى، أَخْبَرَنَا عِيسَى بْنُ يُونُسَ، عَنْ هِشَامٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا، قَالَتْ: سَحَرَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ مِنْ بَنِي زُرَيْقٍ، يُقَالُ لَهُ لَبِيدُ بْنُ الأَعْصَمِ، حَتَّى كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ أَنَّهُ كَانَ يَفْعَلُ الشَّيْءَ وَمَا فَعَلَهُ، حَتَّى إِذَا كَانَ ذَاتَ يَوْمٍ أَوْ ذَاتَ لَيْلَةٍ وَهُوَ عِنْدِي، لَكِنَّهُ دَعَا وَدَعَا، ثُمَّ قَالَ: "يَا عَائِشَةُ، أَشَعَرْتِ أَنَّ اللَّهَ أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ، أَتَانِي رَجُلاَنِ، فَقَعَدَ أَحَدُهُمَا عِنْدَ رَأْسِي، وَالآخَرُ عِنْدَ رِجْلَيَّ، فَقَالَ أَحَدُهُمَا لِصَاحِبِهِ: مَا وَجَعُ الرَّجُلِ؟ فَقَالَ: مَطْبُوبٌ، قَالَ: مَنْ طَبَّهُ؟ قَالَ: لَبِيدُ بْنُ الأَعْصَمِ، قَالَ: فِي أَيِّ شَيْءٍ؟ قَالَ: فِي مُشْطٍ وَمُشَاطَةٍ، وَجُفِّ طَلْعِ نَخْلَةٍ ذَكَرٍ. قَالَ: وَأَيْنَ هُوَ؟ قَالَ: فِي بِئْرِ ذَرْوَانَ " فَأَتَاهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي نَاسٍ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَجَاءَ فَقَالَ: «يَا عَائِشَةُ، كَأَنَّ مَاءَهَا نُقَاعَةُ الحِنَّاءِ، أَوْ كَأَنَّ رُءُوسَ نَخْلِهَا رُءُوسُ الشَّيَاطِينِ» قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ: أَفَلاَ اسْتَخْرَجْتَهُ؟ قَالَ: «قَدْ عَافَانِي اللَّهُ، فَكَرِهْتُ أَنْ أُثَوِّرَ عَلَى النَّاسِ فِيهِ شَرًّا» فَأَمَرَ بِهَا فَدُفِنَتْ تَابَعَهُ أَبُو أُسَامَةَ، وَأَبُو ضَمْرَةَ، وَابْنُ أَبِي الزِّنَادِ، عَنْ هِشَامٍ، وَقَالَ: اللَّيْثُ، وَابْنُ عُيَيْنَةَ، عَنْ هِشَامٍ: «فِي مُشْطٍ وَمُشَاقَةٍ» يُقَالُ: المُشَاطَةُ: مَا يَخْرُجُ مِنَ الشَّعَرِ إِذَا مُشِطَ، وَالمُشَاقَةُ: مِنْ مُشَاقَةِ الكَتَّانِ.
وأخرجه مسلم برقم (2189)، وقال: حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ، حَدَّثَنَا ابْنُ نُمَيْرٍ، عَنْ هِشَامٍ، به.
Al-Bukhoriy Rohimahulloh berkata di dalam "Ash-Shohih" dengan (no. 5763): "Telah menceritakan kepada kami Ibrohim bin Musa, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami 'Isa bin Yunus, dari Hisyam, dari bapaknya (Urwah Ibnuz Zubair) dari Aisyah Rodhiyallahu 'anhu, dia berkata: Telah disihir Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) oleh seorang lelaki dari Bani Zuroiq, dikatakan bahwa namanya adalah Labib Ibnul A'shom, sampai Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mengangan-angankan untuk melakukan sesuatu namun beliau tidak melakukannya, sampai-sampai beliau pada suatu hari atau pada suatu malam dan beliau di sisiku, akan tetapi beliau berdoa dan berdoa, kemudian beliau berkata: "Wahai 'Aisyah, apakah kamu merasakan bahwasanya Alloh telah mengabulkan doaku ketika aku berdoa kepada-Nya, telah datang kepadaku dua orang lelaki, lalu salah satu dari keduanya duduk di sisi kepalaku, dan yang lain di sisi kakiku, lalu berkata salah seorang dari keduanya kepada kawannya: Apa yang membaringkan orang ini?
Yang satunya menjawab: "Disihir".
Yang satunya lagi bertanya: "Siapa yang menyihirnya?".
Yang satunya menjawab: "Labib Ibnul A'shom".
Yang satunya bertanya lagi: "Pada sesuatu apa (dia disihir)?".
Yang satunya menjawab: "Pada sisir dan apa yang menyertainya dan pada sisik dari pelepak korma".
Yang satunya bertanya: "Dimana dia?".
Yang satu lagi menjawab: "Di sumur Dzarwan".
Maka Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) bersama beberapa shohabatnya mendatanginya, lalu beliau berkata: "Seakan-akan airnya seperti air bekas yang berwarna kekuning-kuningan, atau seakan-anak punuk-punuk pelepak kormanya seperti kepala-kepalanya syaithon". Aku bertanya: "Apakah engkau mengeluarkannya?", beliau menjawab: "Sungguh Alloh telah menyembuhkanku, dan aku benci akan mempengaruhi manusia pada kejelekannya". Maka beliau memerintahkan dengannya lalu ditimbunlah.
 Hadits ini memiliki jalur periwayatan dari Abu Usamah, Abu Damroh dan Ibnu Abiz Zinad dari Hisyam. Al-Laits dan Ibnu 'Uyainah berkata: Dari Hisyam: "Dari sisir dan musyaqoh".
Al-Musyaqoh adalah apa yang keluar dari rambut jika disisir, dan Al-Musyaqoh termasuk dari apa yang keluar dari rambut.
Dan hadits ini diriwayatkan pula oleh Muslim dengan (no. 2189), beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Abu Kuroib, beliau berkata: Telah menceritakan kepada kami Ibnu Numair, dari Hisyam, yang semisal (dengan periwayatan Al-Bukhoriy).

Faedah yang bisa dipetik dari hadits ini diantaranya:

Pertama:
Asy-Syaikhon (Al-Bukhoriy dan Muslim) meriwayatkan hadits ini di dalam "Ash-Shohihain", yang para Ahli ilmu telah bersepakat bahwa keduanya adalah kitab yang paling shohih setelah Kitabulloh, sampai mereka berkata:
"اتفق عليه العلماء من أن أصح كتاب بعد كتاب الله "صحيحا البخارى ومسلم".
"Telah bersepakat tentangnya para ulama, bahwasanya paling shohihnya kitab setelah Kitabulloh adalah shohih Al-Bukhoriy dan Muslim".
Maka dengan kejelasan seperti itu bila kemudian ada yang menolak satu hadits semisal ini maka dia dipertanyakan tentang jati diri dan keislamannya, dan kami tidak menganggapnya sama sekali kalau dia sebagai seorang Ahlissunnah bahkan dia adalah mubtadi' dhol, siapa pun dia, baik itu Ahmad Surkati (sang pendiri firqoh Ali Irsyad) atau masyayikhnya atau yang semisal mereka, mereka menolak hadits semisal ini dengan berbagai macam alasan, ada yang mengatakan karena hadits ahad-lah atau khobar ahad-lah, bagi siapa yang menolaknya maka dipertanyakan keislaman dan aqidahnya, dan para ulama telah berkata:
"من أنكر خبر الواحد فقد رد الشريعة كلها".
"Barang siapa yang menolak khobar ahad maka sungguh dia telah menolak syari'at seluruhnya".
  
Kedua:
Adapun perkataannya: "Telah disihir Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) oleh seorang lelaki dari Bani Zuroiq" maka ini adalah penetapan bahwa Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) telah disihir.
Dan ini adalah bantahan terhadap orang-orang congkak, sombong dan sok bertaqwa ketika melihat atau mendengar bahwa ada dari Ahlissunnah terkena sihir, mereka pun berkata: "Itu karena mereka lemah tauhidnya dan lemah imannya jadi sihir mengenainya", dengan ucapan mereka seperti ini mereka tidak menyadari kalau mereka telah menghina Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) yang pernah terkena sihir, bagaimana mereka merasa diri paling bertauhid dan paling kuat keimanannya sedangkan mereka memperoleh ilmu tauhid dari Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), bagaimana mereka mentazkiyyah diri mereka dengan kecongkakan dan kesombongan itu sementara Alloh (تعالى) telah menjaga Nabi-Nya:
{وَاللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ} [المائدة: 67]
"Alloh menjagamu dari (gangguan) manusia, sesungguhnya Alloh tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir". (Al-Maidah: 67).
Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) seperti itu lalu bagaimana dengan umatnya?, itulah ketentuan Alloh (تعالى), bahwasanya Dia akan selalu menguji hamba-hamba-Nya yang beriman, baik mereka adalah para Nabi atau pun umat-umatnya, Alloh (تعالى) berkata:
{وَجَعَلْنَا بَعْضَكُمْ لِبَعْضٍ فِتْنَةً أَتَصْبِرُونَ وَكَانَ رَبُّكَ بَصِيرًا} [الفرقان: 20]
"Dan Kami telah jadikan sebagian kalian cobaan bagi sebagian yang lain, apakah kalian bersabar?; dan Robbmu adalah Al-Bashir (Maha Melihat)". (Al-Furqan: 20).
Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) tidak hanya diuji dengan disihir namun beliau diuji dengan berbagai macam ujian dan cobaan, baik ujian itu datangnya dari syaithon yang berbentuk manusia atau syaithon yang berbentuk jin, Alloh (تعالى) berkata:
{ وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِينَ الْإِنْسِ وَالْجِنِّ يُوحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُورًا وَلَوْ شَاءَ رَبُّكَ مَا فَعَلُوهُ فَذَرْهُمْ وَمَا يَفْتَرُونَ} [الأنعام: 112]
"Dan Demikianlah Kami telah jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaithon-syaithon (dari jenis) manusia dan (dan jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia), Jikalau Robbmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan". (Al-An'am: 112).
Maka kami katakan kepada saudara-saudariku Ahlisunnah: "Janganlah kalian bersedih hati jika kalian mendapatkan ujian, sebagaimana kami katakan kepada diri kami sendiri untuk senantiasa berharap dengan sebab ujian itu kita akan diampuni dari dosa-dosa kita dan semoga kita dimasukan ke dalam Jannahnya Alloh (تعالى) yang kekal abadi, biarlah orang-orang jahat dan para pedengki mengatakan bahwa kita sedang ditimpakan bala', kita katakan: "Iya, kami sedang ditimpakan bala' akan tetapi bala' yang baik, Robb kami telah menghibur kami:
{وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ بَلَاءً حَسَنًا إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ} [الأنفال: 17]
"Dan ditimpakan bala' bagi orang-orang yang beriman, dengan bala' yang baik. Sesungguhnya Alloh adalah As-Sami' (Maha Mendengar) lagi Al-'Alim (Maha Mengetahui)". (Al-Anfal: 17).
Dan Nabi kami Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) telah menghibur kami dengan hiburan yang sangat menyenangkan, Al-Bukhoriy telah membuat bab khusus tentang masalah ini di dalam "Ash-Shohih", beliau berkata:
"بَابٌ: أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً الأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الأَمْثَلُ فَالأَمْثَلُ"
"Bab: Paling besarnya bala' pada manusia adalah para Nabi, kemudian semisalnya kemudian semisalnya".
Dan Ahlussunan kecuali Abu Dawud telah meriwayatkan dari hadits Sa'd bin Abi Waqqosh, beliau berkata:
"يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ النَّاسِ أَشَدُّ بَلَاءً؟".
 "Wahai Rosululloh, siapakah manusia yang paling besar bala'nya?". Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) menjawab:
«الْأَنْبِيَاءُ، ثُمَّ الْأَمْثَلُ فَالْأَمْثَلُ، يُبْتَلَى الْعَبْدُ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ صُلْبًا، اشْتَدَّ بَلَاؤُهُ، وَإِنْ كَانَ فِي دِينِهِ رِقَّةٌ، ابْتُلِيَ عَلَى حَسَبِ دِينِهِ، فَمَا يَبْرَحُ الْبَلَاءُ بِالْعَبْدِ، حَتَّى يَتْرُكَهُ يَمْشِي عَلَى الْأَرْضِ، وَمَا عَلَيْهِ مِنْ خَطِيئَةٍ»".
"Para Nabi, kemudian semisalnya dan yang semisalnya, ditimpakan bala' kepada seorang hamba disesuaikan dengan keadaan agamanya, jika pada agamanya itu ada kekokohan maka dibesarkan bala'nya, dan jika pada agamanya ada kelemahan (kerendahan) maka ditimpakan bala' sesuai kadar agamanya, dan senantiasa seorang hamba akan ditimpakan bala' sampai dia dibiarkan berjalan di muka bumi dan dia tidak ada padanya dosa"".  
Mereka para penjahat dan para pendengki itu merasa bangga karena tidak sakit, tidak menderita dan tidak kekurangan, maka kami katakan kepada mereka: "Begitulah keadaan Fir'aun!, tidak ada keterangan atau riwayat yang menjelaskan bahwa dia duji dengan sakit, begitu pula para tukang sihir".

Ketiga:
Adapun perkataannya: "sampai Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) mengangan-angankan untuk melakukan sesuatu namun beliau tidak melakukannya" maka ini sebagai dalil bahwasanya sihir dengan izin Alloh (تعالى) mampu memberikan pengaruh kepada manusia baik jasmani maupun rohaninya, Alloh (تعالى) berkata tentang kisah tukang sihirnya Fir'aun:
{فَلَمَّا أَلْقَوْا سَحَرُوا أَعْيُنَ النَّاسِ وَاسْتَرْهَبُوهُمْ وَجَاءُوا بِسِحْرٍ عَظِيمٍ} [الأعراف: 116]
"Maka tatkala mereka melepaskan sihir-sihir mereka, dengan menyihir mata-mata manusia maka manusia merasa takut kepada mereka dan mereka mendatangkan dengan sihir yang besar". (Al-A'rof: 116).
Adapun pengaruhnya kepada jasmani dan rohani maka dia seperti yang dirasakan oleh Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan orang-orang yang pernah disihir, yaitu mereka merasakan pada diri-diri mereka rasa sakit yang berat dan daya nalar atau pikiran kacau sampai menginginkan untuk melakukan sesuatu kemudian terlupakan atau tidak teringat dengan rencana tersebut.

Keempat:
Adapun perkataannya: (أَفْتَانِي فِيمَا اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ) "bahwasanya Alloh telah mengabulkan doaku ketika aku berdoa kepadanya" maka Ibnu Hajar Rohimahulloh telah berkata di dalam "Fathul Bariy" (10/228) tentang ma'na dari perkataan ini:
"فِي رِوَايَةِ الْحُمَيْدِيِّ أَفْتَانِي فِي أَمْرٍ اسْتَفْتَيْتُهُ فِيهِ أَيْ أَجَابَنِي فِيمَا دَعَوْتُهُ فَأَطْلَقَ عَلَى الدُّعَاءِ اسْتِفْتَاءً لِأَنَّ الدَّاعِيَ طَالِبٌ وَالْمُجِيبَ مُفْتٍ أَوِ الْمَعْنَى أَجَابَنِي بِمَا سَأَلْتُهُ عَنْهُ لِأَنَّ دُعَاءَهُ كَانَ أَنْ يُطْلِعَهُ اللَّهُ عَلَى حَقِيقَةِ مَا هُوَ فِيهِ لِمَا اشْتَبَهَ عَلَيْهِ مِنَ الْأَمْرِ".
"Di dalam riwayat Al-Humaidiy aftaaniy fii amrinis taftaituhu fiih yaitu Dia mengabulkanku terhadap apa yang aku berdoa kepada-Nya, fatwa diitlakan pada doa karena orang yang berdoa adalah menuntut (meminta), dan yang mengabulkan adalah orang yang berfatwa atau ma'na telah mengabulkanku terhadap apa yang aku telah meminta-Nya tentangnya, karena sesungguhnya doanya supaya Alloh menampakannya atas keadaan yang sebenarnya dari apa yang dia berada pada kesamaran dari suatu perkara".
Apa yang telah dikatakan oleh Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) itu termasuk dari bentuk pengajaran, maka hendaknya seorang bapak mengikuti metode tersebut, baik dia mengajari istrinya, putra-putrinya, atau seorang ustadz yang mengajari para muridnya.
Pada perkataan Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) tersebut mengandung banyak pelajaran, diantaranya tentang tauhid, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) ketika sudah merasakan derita maka beliau langsung berdoa kepada Alloh (تعالى), dengan sebab doa tersebut tersingkaplah apa yang disembunyikan oleh tukang sihir.
Dan hendaknya bagi setiap hamba Alloh untuk mengikuti metode Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) ini:
{وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ} [غافر: 60]
"Dan Robb kalian telah berkata: "Berdoalah kalian kepada-Ku, niscaya akan Aku kabulkan bagi kalian". (Ghofir: 60).
Dan bagi siapa yang enggan dan tidak mau untuk berdoa kepada-Nya maka Dia telah mengancamnya dengan ancaman neraka, sebagaimana perkataan-Nya pada kelanjutan ayat tersebut:
{إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ} [غافر: 60]
Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribadah kepada-Ku maka mereka akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina". (Ghofir: 60).

Kelima:
Adapun perkataannya: "Pada sesuatu apa (dia disihir)?" maka ini menunjukkan bahwa sihir memiliki banyak bentuk, terkadang tukang sihirnya langsung melepaskan sihir-sihir mereka dari tangan-tangan mereka, sebagaimana Alloh (تعالى) kisahkan tentang tukang sihirnya Fir'aun:
{قَالُوا يَا مُوسَى إِمَّا أَنْ تُلْقِيَ وَإِمَّا أَنْ نَكُونَ أَوَّلَ مَنْ أَلْقَى (65) قَالَ بَلْ أَلْقُوا فَإِذَا حِبَالُهُمْ وَعِصِيُّهُمْ يُخَيَّلُ إِلَيْهِ مِنْ سِحْرِهِمْ أَنَّهَا تَسْعَى (66)} [طه: 65، 66]
"(Setelah mereka berkumpul) mereka berkata: "Wahai Musa (pilihlah), apakah kamu yang melemparkan (dahulu) atau kami yang memulai melemparkan?", Musa berkata: "Bahkan kalianlah melemparkan". Maka tiba-tiba tali-tali dan tongkat-tongkat mereka (berlepasan), terbayang kepada Musa seakan-akan dia merayap cepat, lantaran sihir mereka". (Thohaa: 65-66).
Pada sihir mereka ini berbentuk sesuatu seperti tali dan tongkat, dan terkadang mereka (para tukang sihir) ketika melepaskan sihir dari tangan-tangan mereka maka ada pula yang berbentuk api, cairan panas atau berbentuk kawat-kawat, atau sejenis binatang dan hewan atau yang semisalnya.
Ini satu bentuk, dan ada pula bentuk yang lain, yaitu mereka mengirimkan dengan bentuk para jin, yang para jin tersebut kemudian mengganggu dan menyakiti orang yang akan mereka sihir.
Ini satu bentuk pula, dan ada pula bentuk yang lain, yaitu proses pengiriman dari jarak jauh, bila orang yang akan mereka sihir adalah dari kalangan Ahlut tauhid maka mereka mengirimkan sejenis sihir tersebut, seakan-akan mereka sedang melakukan bluetooth. Pada jenis ini terkadang nyasar (salah sasaran), terkadang mengenai pintu rumah orang yang akan disihir, atau terkadang mengenai benda yang ada di samping orang yang akan disihir, dan metode ini mereka sering gagal, karena gagal terus mereka pun menggunakan penopang atau cara seperti yang dilakukan oleh Labib Ibnul A'shom ini, yaitu mereka mengambil rambut atau sisir orang yang akan mereka sihir, atau mereka mengambil foto, pakaian, bekas-bekas atau yang semisalnya, atau mereka juga membuat patung atau yang sejenis boneka yang mereka jadikan boneka tersebut seakan-akan itulah diri orang yang akan mereka sihir, kemudian mereka tusuk patung atau boneka tersebut dengan paku, jarum atau benda tajam lainnya, dan praktek sihir seperti ini terdapat di Sulawesi kemudian disebarkan di Maluku hingga sampai ke Limboro:
"أَسْأَلُ اللهَ أَنْ يَقْتُلَ سَوَاحِرَ"
"Aku memohon kepada Alloh untuk membunuh para tukang sihir".
"وَأَسْأَلُهُ أَنْ يُعَذّبَهُمْ بِسِحْرِهِمْ"

"Dan aku memohon kepada-Nya untuk mengazab mereka dengan sihir-sihir mereka".

Kelima:
Adapun perkataannya: "Di sumur Dzarwan" maka ini menunjukan bahwa tukang sihir terkadang menyimpan bahan sihir di sumur, di gua, di kamar khusus atau di tanjung, atau di antara dua batu atau di tempat-tempat yang mereka anggap layak sebagai tempat penyimpanan.

Keenam:
Adapun perkataannya: "dan aku benci akan mempengaruhi manusia pada kejelekannya" maka ini menunjukan bahwa beliau (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) sangat kasih sayang terhadap umatnya, Alloh (تعالى) sebutkan tentang sifatnya yang mulia:
{لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ} [التوبة: 128]
"Sungguh telah datang kepada kalian seorang Rosul dari kaum kalian sendiri, berat terasa olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keselamatan) bagi kalian, sangat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang yang bermu'min". (At-Taubah: 128).
Adapun para tukang sihir dan para penjahat maka mereka tidak memiliki rasa belas kasihan, mereka melakukan PBB (perlombaan biadab-biadab), di sisi lain para tukang sihir melakukan sihirnya, para penjahat menjalankan makarnya di sisi lain.
Sangat teringat di benak kami dan bagi yang menyaksikan atau mendengarkan, ketika kami sedang tegang-tegangnya dalam melawan serangan sihir, tiba-tiba segerombolan pengacau berupaya pula untuk memudhorotkan kami, salah satu kawan mereka (sebagai juru bicara) dihubungi dengan tujuan supaya kami diangkat ke orang yang berpengaruh, dengan maksud supaya kami diusir, berbagai macam cara mereka jalani, tukang sihir menyerang kami lewat dalam tubuh dan ada dari mereka (para pengacau) mendorong kami dari luar tubuh -وَاللَّهُ الْمُسْتَعَانُ-, namun –dengan izin Alloh- mereka tidak akan mampu memudhorotkan kami:
{ لَنْ يَضُرُّوكُمْ إِلَّا أَذًى} [آل عمران: 111]
"Tidaklah mereka memudhorotkan kalian melainkan hanya gangguan saja". (Ali Imron: 111).
{وَمَكْرُ أُولَئِكَ هُوَ يَبُورُ} [فاطر: 10]
"Dan rencana jahat mereka akan hancur". (Fathir: 10).
Walaupun para tukang sihir dan para pengacau, baik yang dari jin maupun yang dari manusia bersatu padu atau berserikat untuk memudhorotkan kami maka sungguh mereka tidak akan sanggup kecuali apa yang telah Robb kami tetapkan, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
"وَلَوْ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَيْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلَّا بِشَيْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ، رُفِعَتِ الأَقْلَامُ وَجَفَّتْ الصُّحُفُ»".
"Dan kalau pun mereka bersatu untuk memberikan kemadhorotan kepadamu maka mereka tidak akan mampu memudhorotkanmu melainkan dengan sesuatu yang telah Alloh tuliskan untukmu, telah terangkat pena dan telah tertulis lembaran-lebaran". Diriwayatkan oleh At-Tirmidziy dengan sanad hasan dari hadits Abdulloh bin 'Abbas.

Mengatasi Serangan Sihir
Dalam mengatasi serangan sihir adakalanya dengan menggunakan dzikir-dzikir dan doa-doa yang telah diajarkan oleh Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), dan tentang masalah ini telah kami sebutkan dalam jawaban kami tersendiri ketika ada pertanyaan yang bekaitan dengan ini.
Dan terkadang pula mengatasinya dengan cara menggabungkan tata cara tersebut dengan praktek pengobatan Islamiy seperti bekam dan yang semisalnya, dan Ibnul Qoyyim Rohimahulloh menyebutkan bahwa serangan sihir diatasi dengan hijamah (berbekam) itu memiliki kesesuaian atau kecocokan dalam penanganan.
Dan Alhamdulillah sekarang kita dapati banyak yang memiliki keahlian dalam masalah ini, ada yang meruqyah orang yang terkena sihir kemudian penanganan terakhirnya dengan cara berbekam, dan ada pula melakukannya dengan cara bersamaan, masing-masing memiliki segi pandang yang berbeda-beda.
Dan ada pula yang mencoba semua tata cara tersebut namun tidak didapatkan hasil atau perubahan kepada diri orang yang terkena sihir, bila keadaannya seperti ini maka hendaknya orang yang disihir tersebut benar-benar bertawakkal dan bersabar, dan yakin bahwa balasan baginya adalah Jannah (surga), Asy-Syaikhon meriwayatkan di dalam "Ash-Shohihain" dari hadits dari 'Atho' bin Abi Robah, beliau berkata: Ibnu Abbas berkata kepadaku:
"أَلاَ أُرِيكَ امْرَأَةً مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ؟ قُلْتُ: بَلَى، قَالَ: هَذِهِ المَرْأَةُ السَّوْدَاءُ، أَتَتِ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ: إِنِّي أُصْرَعُ، وَإِنِّي أَتَكَشَّفُ، فَادْعُ اللَّهَ لِي، قَالَ: «إِنْ شِئْتِ صَبَرْتِ وَلَكِ الجَنَّةُ، وَإِنْ شِئْتِ دَعَوْتُ اللَّهَ أَنْ يُعَافِيَكِ» فَقَالَتْ: أَصْبِرُ، فَقَالَتْ: إِنِّي أَتَكَشَّفُ، فَادْعُ اللَّهَ لِي أَنْ لاَ أَتَكَشَّفَ، فَدَعَا لَهَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدٌ، أَخْبَرَنَا مَخْلَدٌ، عَنِ ابْنِ جُرَيْجٍ، أَخْبَرَنِي عَطَاءٌ: «أَنَّهُ رَأَى أُمَّ زُفَرَ تِلْكَ امْرَأَةً طَوِيلَةً سَوْدَاءَ، عَلَى سِتْرِ الكَعْبَةِ»
"Maukah aku kabarkan kepadamu tentang wanita dari penduduk Jannah?", aku berkata: "Tentu", ini adalah wanita yang berkulit hitam, datang kepada Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), lalu dia berkata: "Sesungguhnya saya pingsan-pingsan (karena sebab gangguan), dan sesungguhnya saya terbuka auratku (ketika tertimpa musibah tersebut), maka berdoalah kepada Alloh untuk (menyembuhkan)ku!, beliau (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: "Jika kamu ingin untuk bersabar maka bagimu Jannah, dan jika kamu ingin supaya aku berdoa kepada Alloh untuk menyembuhkanmu", maka dia (wanita tadi) berkata: "Aku akan bersabar". Kemudian dia berkata: "Sesungguhnya saya terbuka auratku (ketika tertimpa musibah tersebut) maka berdoalah kepada Alloh untukku supaya tidak tersingkap, maka beliau mendoakan untuknya".
Demikian penjelasan singkat dari kami.
{إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ يَهْدِيهِمْ رَبُّهُمْ بِإِيمَانِهِمْ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهِمُ الْأَنْهَارُ فِي جَنَّاتِ النَّعِيمِ (9) دَعْوَاهُمْ فِيهَا سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَتَحِيَّتُهُمْ فِيهَا سَلَامٌ وَآخِرُ دَعْوَاهُمْ أَنِ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ (10)} [يونس: 9، 10]


CURHAT KARENA ADA SYUBHAT



CURHAT KARENA ADA SYUBHAT
  
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy

   
www.assaabiquunalawwaluun.blogspot.com
Maktabah Abil 'Abbas Rohimahulloh
1434


PENDAHULUAN

بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Ini termasuk dari beberapa syubhat yang bersumber dari orang-orang yang Alloh lebih tahu tentang apa yang ada di dalam hati-hati mereka, mereka terus menerus menebarkan syubhat ini dan Alhamdulillah ada yang mencurhatkannya, dan kemudian sampailah kepada kami.
Pada kesempatan ini, kami bersengaja memberikan tanggapan yang sangat ringkas terhadap syubhat-syubhat tersebut, dan kami namai tulisan ini dengan "Curhat karena ada Syubhat".
Semoga dengan tulisan singat dan ringkas ini semakin membuka pemahaman bagi yang masih memiliki hati dan semoga dengannya pula menjadikan binasa orang-orang yang telah mati hatinya.
وصَلَّى اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم
Ditulis oleh:
Abu Ahmad Muhammad bin Salim Al-Limboriy
Semoga Alloh mengampuninya, mengampuni kedua orang tuanya dan suadara-saudarinya


Syubhat yang Terhebat:
Permasalahan inter'n (antara sesama) Salafiyyin tidak boleh ditampakkan di publik (umum) dan harus ditutup rapat-rapat karena akan membuat orang-orang semakin menjauh dari da'wah Ahlissunnah As-Salafiyyah.

Tanggapan yang Terkuat:
Adapun perkataannya "Permasalahan intern (antara sesama) Salafiyyin tidak boleh ditampakkan" ini bersifat umum, di dalam keumuman tersebut masuk di dalamnya masalah ad-diin dan al-'ilmu, jika perselisihan umat Islam terdahulu seperti fitnah yang terjadi di kalangan Amirul Mu'minin Ali bin Abi Tholib dengan saudaranya Mu'awiyah bin Abi Sufyan dikatakan tidak boleh ditampakkan atau harus ditutup rapat-rapat dengan alasan seperti tersebut maka mampukah mereka menyita buku-buku SKI (Sejarah Kebudayaan Islam) yang begitu banyak?!!!, mampukah mereka membolak-balikan hati-hati atau menghilangkan ingatan orang-orang yang pernah mengetahui kejadian atau permasalahan tersebut?!!!, maka tentu mereka tidak akan sanggup, dan kenyataan juga telah membuktikan bahwa kejadian itu tidak membuat manusia menjauh dari da'wah Ahlissunnah bahkan dengan kejadian itu membuat manusia semakin mengetahui bahwa begitulah fitnah dan ujian, ketika seseorang sudah masuk Islam –yang sebelumnya dia sudah tahu masalah-masalah seperti itu- maka dia tidak akan kaget kalau ada masalah baru yang semisal.
Adapun perkataannya "karena akan membuat orang-orang semakin menjauh" maka ini adalah alasan yang tidak bisa diterima, bahkan semakin menampakan atas ketidak benaran dan ketidak jujuran, karena mereka menampakan bahwa mereka tidak ada permasalahan namun ternyata ketika seseorang masuk di dalam barisan tersebut didapatilah apa yang disembunyikan itu.
Kita tidak dibenarkan menyembunyikan dalil tentang disyari'atkannya hajr (tidak ajak bicara atau boikot), dan kita tidak mengingkari dan tidak mendustakan kalau di zaman Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dahulu ada hajr, dan bahkan permasalahan ini dilakukan oleh Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan para shohabatnya, mereka meng­hajr Ka'ab bin Malik, dan ini tersebar sampai di pasaran, tidak hanya itu bahkan sampai ke negri kafir, mereka mengetahui permasalahan ini, sampai seorang Raja di negri Ghossan menulis surat untuk Ka'ab bin Malik supaya meninggalkan Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) dan para shohabatnya dan supaya beliau bergabung dengan mereka di kerajaan Ghossan, akan tetapi Ka'ab bin Malik yang kuat keimanannya tidak tertipu dengan itu.
Apakah si pemilik syubhat dan yang semisalnya akan menahan hadits ini karena menyinggung masalah inter'n antara sesama Ahlissunnah wal Jama'ah?, ataukah si pemilik syubhat akan mencela para perowi kisah ini karena menyebarkannya di kalangan publik (umum)?.
Begitu pula kita tidak mengingkari dan tidak mendustakan kalau ada yang menyatakan bahwa di kalangan orang-orang Islam ada perselisihan dan perpecahan, kita tidak mengingkari demikian itu karena Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً»
"Akan berpecah belah umatku menjadi 73 (tujuh puluh tiga) firqoh (golongan)".
Kita sebutkan perpecahan itu dan kita jelaskan bahwa yang benar dan selamat dari golongan-golongan tersebut hanya satu yaitu orang-orang yang berpegang teguh kepada sunnah Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) sebagaimana perkataannya dalam suatu riwayat:
«مَا أَنَا عَلَيْهِ وَأَصْحَابِي»
"Apa yang aku dan para shohabatku berada di atasnya".
Begitu pula kita tidak mengingkari dan tidak mendustakan kalau dikatakan bahwa pada barisan Ahlissunnah ada perselisihan, sebagaimana kita tidak mengingkari pula adanya orang-orang berakal di negri Saudi Arobia menyatakan bahwa sekarang Ahlussunnah di Dammaj berselisih yaitu perselisihan antara Syaikhuna Yahya Al-Hajuriy dengan beberapa masyayikh.
Kita tidak mengingkari ini, namun kita jelaskan bahwa setiap ada perselihan mengharuskan ada yang berada di atas al-haq, karena Rosululloh (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«إِنَّ أُمَّتِي لَا تَجْتَمِعُ عَلَى ضَلَالَةٍ»
"Sesungguhnya umatku tidak akan berkumpul di atas kesesatan".
Dan Alhamdulillah permasalahan tersebut yang berada di atas kesalahan dan kesesatan adalah sebagian masyayikh tersebut, mereka itu adalah Muhammad bin Abdil Wahhab Al-Washobiy, Muhammad bin Abdillah Ar-Rimiy, Al-Buro'iy, Ash-Shoumaliy dan jaringan mereka, adapun Syaikhuna maka beliau adalah sunniy, salafiy, imam Daril Hadits Dammaj dan beliau adalah Asy-Syaikh An-Nashihul Amin.
Kemudian kita tidak mengingkari dan tidak mendustakan pula apa yang tersebar bahwa tidak semua orang yang ada di Dammaj adalah orang-orang sholih, namun ada pula penjahat, ada pencuri atau ada pelaku ma'siat, ada yang suka memukul, ada yang pemalas (bukan penuntut ilmu sejati) dan yang semisal itu.
Kita tidak mengingkari dan tidak mendustakan itu semua namun kita katakan: "Jangankan di Dammaj, di zaman Nabi (صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) saja ada seperti itu, tidak benar kalau seseorang mengatakan bahwa di Madinah ketika itu semua orang adalah sholih (baik) bahkan ada orang-orang munafiq, ada orang jahat dan yang semisalnya, ini diperjelas dengan perkataan Umar kepada Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«يَا رَسُولَ اللَّهِ يَدْخُلُ عَلَيْكَ البَرُّ وَالفَاجِرُ، فَلَوْ أَمَرْتَ أُمَّهَاتِ المُؤْمِنِينَ بِالحِجَابِ، فَأَنْزَلَ اللَّهُ آيَةَ الحِجَابِ»
"Wahai Rosululloh, yang masuk padamu ada yang baik dan ada yang jahat, kalau kamu perintahkan Ummahat Al-Mu'minin (sitri-istrimu) untuk berhijab!".
Dan ini diperjelas pula dengan perkataan Zaid bin Arqom ketika mengisahkan pertempurannya, diantara perkataannya adalah:
"فَأَتَى عَبْدُ اللَّهِ بْنُ أُبَيٍّ رَأْسُ الْمُنَافِقِينَ".
"Maka datanglah Abdulloh bin Ubaiy yang dia adalah pentolannya orang-orang munafiq".

Syubhat yang Jahat:
Kalau menjawab pertanyaan itu harus sebutkan perkataan ulama karena kita ini siapa?

Tanggapan yang Tepat:
Orang-orang yang membikin syubhat seperti ini apa sebenarnya yang mereka inginkan dari kami?, apakah mereka menginginkan dada ini sesak?, atau apa yang mereka inginkan?:
{رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26) وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي (27) يَفْقَهُوا قَوْلِي (28) وَاجْعَلْ لِي وَزِيرًا مِنْ أَهْلِي}
"Ya Robbku, lapangkanlah dadaku ini, dan mudahkanlah bagiku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari lisanku; supaya mereka memahami perkataanku, dan jadikanlah untukku seorang pembantu dari keluargaku".
Awalnya mereka beranggapan tidak bolehnya menjawab pertanyaan kecuali mufti, selain mufti tidak boleh menjawab pertanyaan, jadi seakan-akan yang layak menjawab pertanyaan itu hanyalah Sa'id 'Aqil As-Sufiy Al-Andunisiy, Yusuf Al-Qordawiy, atau yang semisal keduanya dari para pemberi fatwa.
Mereka juga berupaya menahan dari menulis atau berda'wah dengan alasan yang beraneka ragam, sampai penanggung jawab atau orang yang memiliki kedudukan dijadikan sarana untuk melakukan pencegahan atau pelarangan, tidak hanya itu masyayikh pun didatangi, diupayakan dan dibujuk supaya ikut andil -لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ-, dan berbagai macam cara diterjang supaya menggapai tujuan, teringat dengan suatu problema yang dahulu ketika Al-Ustadz Yoyok Nugroho sedang semangat-semangatnya berda'wah di Surabaya tiba-tiba Agus Su'aidi bin Husnunnuri As-Sidawiy berkata: "Sibuk berda'wah tok!, belajarnya tidak!", aneh tapi nyata, orang semisal Agus Su'aidi bin Husnunnuri As-Sidawiy bisa berkata seperti ini, terus dia siapa? dan dia belajar dengan siapa?!!!.
Bahkan tidak hanya itu untuk menghentikan orang lain dari berda'wah mereka pun menggunakan dengan berbagai macam cara, diantaranya menghubungi orang-orang tertentu, hal ini sebagaimana yang telah dilakukan oleh para hizbiyyun, menghubungi pihak kepolisian untuk ikut terlibat dalam urusan da'wah, belum lama terjadi di Ambon, para hizbiyyin ketika berupaya untuk mencegah dan menghalangi diadakannya dauroh masyayikh Ahlissunnah di Ambon mereka pun mendatangi polisi supaya menghentikan kegiatan dauroh tersebut dengan alasan murahan karena tanpa ada izin dari RT/RW atau karena tanpa ada yayasan dan izinnya?.
Mereka bangga dengan menyebutkan yayasan mereka padahal yayasannya memiliki utang milyaran rupiah ke orang yang mereka zholimi, mereka tanpa malu menyebutkan RT mereka, padahal RT mereka di kampung Kisar dibangun di tanahnya orang yang mereka zholimi.
Dahulu mereka memiliki kesamaan ide dalam upaya untuk menahan dan mentahdzir dari tulisan-tulisan kami dengan berbagai macam alasan, namun mereka tidak akan bisa –dengan izin Alloh-, walaupun mereka melarang disebar di lokasi mereka namun di daerah lain akan tersebar, Insya Alloh tulisan-tulisan dan da'wah kami tidak akan tercegah dan terhalangi, karena tulisan-tulisan dan da'wah sesat saja sudah tersebar luas apalagi tulisan-tulisan dan da'wah kami yang berada di atas al-haq, dan kami berharap kepada Robb kami untuk menjadikan kami termasuk dari golongan yang disebutkan oleh Rosul-Nya:
«لَا يزالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الْحَقِّ مَنْصُورِينَ، لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ، حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ»
"Akan senantiasa ada segolongan dari umatku di atas al-haq (kebenaran) yang ditolong, tidak memudhoratkan mereka orang yang menyelisihi mereka, sampai datang perkara (keputusan)nya Alloh (عَزَّ وَجَلَّ)".
Kalaupun kami sudah meninggalkan dunia ini, Insya Alloh akan bermunculan generasi baru yang akan melakukan estafet dan meneruskan perjuangan ini, walaupun nanti banyak para du'at akan berjatuhan pada pertempuran di kancah jihad dalam membela sunnah Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) sebagaimana telah ada yang melihat di dalam mimpinya namun akan bangkit para pengganti yang lebih berkualitas dan bersumber daya:
{فَسَوْفَ يَأْتِي اللَّهُ بِقَوْمٍ يُحِبُّهُمْ وَيُحِبُّونَهُ أَذِلَّةٍ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ أَعِزَّةٍ عَلَى الْكَافِرِينَ يُجَاهِدُونَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ذَلِكَ فَضْلُ اللَّهِ يُؤْتِيهِ مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ} [المائدة: 54]
"Maka kelak Alloh akan mendatangkan suatu kaum yang Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mu'min, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Alloh, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Alloh, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Alloh adalah As-Sami' (Maha Luas), lagi Al-'Alim (Maha Mengetahui)". (Al-Maidah: 54).


Syubhat yang Hangat:
Orang-orang yang ada di Dammaj hanya menuntut ilmu dan beribadah saja dan tidak bekerja (mencari penghidupan)?.

Tanggapan yang Tepat:
Orang yang berda'wah dan menuntut ilmu ilmu itu berbeda-beda, adakalanya orang berda'wah muncul dari upaya sendiri, dia berda'wah atau menuntut ilmu tanpa ada dukungan dari yang lain, dan ada pula yang berda'wah atau menuntut ilmu dengan dukungan dari yang lain.
Bila keadaannya dia berda'wah atau menuntut ilmu dari usaha dan upayanya sendiri dalam artian tidak ada yang mendukungnya maka seperti ini menuntutnya untuk pandai-pandai mengatur waktunya, sewaktu-waktu dia berda'wah sambil menuntut ilmu, dan di waktu yang lain dia gunakan untuk bekerja untuk urusan kehidupannya dan urusan yang berada di bawah tanggungannya, dia mengkompromikan antara urusan ad-diin (agama) dan urusan ad-dunyah (dunia), dia berda'wah atau menuntut ilmu sambil bekerja, Alloh (تعالى) berkata:
{وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ} [القصص: 77]
"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Alloh kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (keni'matan) dunia dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Alloh telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi, sesungguhnya Alloh tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan". (Al-Qoshshosh: 77).
Adapun kalau berda'wah atau menuntut ilmu dengan dukungan sepenuhnya dari yang lain (dengan tanpa diminta), maka seperti ini tidak mengapa baginya untuk berda'wah sambil menuntut ilmu dengan tidak bekerja, hal ini sebagaimana yang terjadi di Dammaj, bahkan Syaikhuna sangat mengherankan kepada beberapa orang dari thullab (para penuntut ilmu) yang sibuk bekerja padahal di markaz sudah disediakan makan gratis 3 (tiga) kali sehari, asrama juga disediakan bagi yang tidak mampu membeli bilik (kamar), maka apa yang kurang?, mungkin bekerja untuk kebutuhan seperti beli sabun atau beli kutub (kitab-kitab) namun sangat mengherankan hari-harinya sibuk untuk bekerja terus untuk apa?.
Dan kita ketahui bahwa para muhsinin yang memberikan banyak bantuan kepada markaz Dammaj dengan maksud untuk ketentraman para du'at (da'i-da'i) dan para penuntut ilmu, supaya mereka benar-benar terfokus kepada tujuan mereka untuk berda'wah sambil menuntut ilmu.
Dahulu syaikhuna pernah bekerja, karena pekerjaannya teranggap rendah maka sebagian hizbiyyin mencelanya karena itu, tidak hanya beliau kami saja kalau seandainya tidak ada bantuan dari para muhsinin yang begitu perhatian maka kami siap untuk bekerja, kami Alhamdulillah sudah terbiasa bekerja, dari kecil sekitar umur 5 (lima) tahun kami sudah bekerja di kebun membantu ibu kami Rohimahulloh, pulang dari kebun kami jualan kue dan pisang goreng, jualannya keliling kampung, dari umur tersebut kami terus bekerja hingga kami berumur dewasa, begitu pula kakak kandung kami Abul Abbas Harmin Rohimahulloh bekerja, bahkan beliau bekerja sambil sekolah sampai menyelesaikan kuliahnya, terkadang beliau bekerja dengan menanam sayur-sayuran kemudian ke pasar menjualnya dan terkadang jualan di pasar Batu Merah Ambon, begitu pula saudara-saudari kandungku semuanya bekerja.
Tidaknya hanya kami sebagai ummat Muhammad (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), namun Muhammad (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) juga bekerja, setelah beliau sangat sibuk dengan da'wah dan membimbing kaum muslimin beliau kemudian meninggalkan pekerjaan, Asy-Syaikhon meriwayatkan di dalam "Ash-Shohihain" dari hadits Jabir bin Abdillah (رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا), beliau berkata:
"كُنَّا مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَجْنِي الكَبَاثَ، وَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «عَلَيْكُمْ بِالأَسْوَدِ مِنْهُ، فَإِنَّهُ أَطْيَبُهُ» قَالُوا: أَكُنْتَ تَرْعَى الغَنَمَ؟ قَالَ: «وَهَلْ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ رَعَاهَا»".
 "Dahulu kami bersama Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) memetik buah dari buah-buahan pohon arok, dan sesungguhnya Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata: "Petiklah yang hitam karena dia yang paling harumnya", mereka (para shohabat) bertanya: "Apakah dahulu kamu mengembala kambing?, beliau berkata: "Tidaklah dari setiap Nabi melainkan telah mengembalanya".
Dalam suatu riwayat dengan lafadz:
"يَا رَسُولَ اللهِ، كَأَنَّكَ رَعَيْتَ الْغَنَمَ، قَالَ: «نَعَمْ، وَهَلْ مِنْ نَبِيٍّ إِلَّا وَقَدْ رَعَاهَا»".
"Wahai Rosululloh, seakan-akan engkau pernah mengembala kambing?, beliau berkata: "Iya, tidaklah dari Nabi melainkan telah mengembalanya".
Begitu pula Nabiulloh Musa mengembala kambing, bahkan pekerjaan mengembala tersebut menjadi maharnya, Alloh berkata tentang kisahnya:
{قَالَتْ إِحْدَاهُمَا يَا أَبَتِ اسْتَأْجِرْهُ إِنَّ خَيْرَ مَنِ اسْتَأْجَرْتَ الْقَوِيُّ الْأَمِينُ (26) قَالَ إِنِّي أُرِيدُ أَنْ أُنْكِحَكَ إِحْدَى ابْنَتَيَّ هَاتَيْنِ عَلَى أَنْ تَأْجُرَنِي ثَمَانِيَ حِجَجٍ فَإِنْ أَتْمَمْتَ عَشْرًا فَمِنْ عِنْدِكَ وَمَا أُرِيدُ أَنْ أَشُقَّ عَلَيْكَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّالِحِينَ (27)} [القصص: 26، 27]
"Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) adalah orang yang kuat lagi dapat dipercaya". Dia berkatalah: "Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu dengan salah seorang dari kedua putriku ini, atas dasar bahwa kamu bekerja denganku delapan tahun dan jika kamu cukupkan sepuluh tahun maka itu adalah (suatu kebaikan) dari kamu, maka aku tidak hendak memberatkanmu, dan kamu Insya Allah akan mendapatiku termasuk orang- orang yang baik". (Al-Qoshshosh: 26-27).
Setelah itu beliau keluar da'wah dan tidak ada penjelasan lagi bahwa beliau masih mengembala, karena beliau sudah sangat sibuk dengan da'wahnya.
Maka bukanlah suatu aib bagi seseorang yang tidak bekerja karena ada yang memberinya dukungan, Alhamdulillah para ulama Ahlissunnah banyak bahkan hampir semua tidak bekerja karena mereka didanai oleh para muhsinin, para muhsinin meninginkan supaya mereka benar-benar terfokus kepada da'wah dan ilmu, maka bila seperti ini keadaannya kalau kemudian mereka tidak menggunakan apa yang divasilitasi tersebut maka teranggap mereka menelantarkan amanah dan kepercayaan.
Berbeda halnya dengan sebagian orang tidak ada yang mendukungnya namun dia tidak juga mau bekerja, yang pada akhirnya dia pun menempuh dengan menerjang larangan syar'iat, mendirikan jam'iyyah atau mengemis dengan alasan karena sibuk da'wah, bila keadaannya seperti ini maka sungguh dia benar-benar tercela.
وصَلَّى اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم.