Al Imam Ibnul Qoyyim berkata: “Maka sesungguhnya hamba itu jika memurnikan niatnya untuk Alloh ta’ala, dan maksud dia, keinginan dia dan amalan dia itu adalah untuk wajah Alloh Yang Mahasuci, maka Alloh itu bersama dia, karena sesungguhnya Yang Mahasuci itu beserta orang-orang yang bertaqwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan. Dan kepala taqwa dan kebaikan adalah murninya niat untuk Alloh dalam penegakan kebenaran. Dan Alloh Yang Mahasuci itu tiada yang bisa mengalahkan-Nya. Maka barangsiapa Allo bersamanya, maka siapakah yang bisa mengalahkannya atau menimpakan kejelekan padanya? Jika Alloh bersama sang hamba, maka kepada siapakah dia takut? Jika Alloh tidak bersamanya, maka siapakah yang diharapkannya? Dan kepada siapa dia percaya? Dan siapakah yang menolongnya setelah Alloh meninggalkannya? Maka jika sang hamba menegakkan kebenaran terhadap orang lain, dan terhadap dirinya sendiri lebih dulu, dan dia menegakkannya itu adalah dengan menyandarkan pertolongan pada Alloh dan karena Alloh, maka tiada sesuatupun yang bisa menghadapinya. Seandainya langit dan bumi serta gunung-gunung itu membikin tipu daya untuknya, pastilah Alloh akan mencukupi kebutuhannya dan menjadikan untuknya jalan keluar dari masalahnya.” (“I’lamul Muwaqqi’in”/ hal. 412/cet. Darul Kitabil ‘Arobiy).

SYARAT-SYARAT MENJADI DA'I


SYARAT-SYARAT MENJADI DA'I

Pertanyaan:
بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
Saya baca di buku Abu Hazim bahwa thullab dammaj yang 4 tahun tidak hafal Al-Qur'an diberi julukan la'ab (suka main). Apakah benar?. Dan banyak sekali di Indonesia thullab dammaj 4 tahun tidak hafal Al-Qur'an, paling hafal juz 30 dan juz 1, karena kalau Al-Qur'an saja yang (penting) tidak hafal, apa lagi menghafal hadits dan perkataan syaikhnya. Apakah da'i yang seperti ini boleh di ambil ilmunya?.
Tolong dijelaskan kepada ummat, karena banyak di Indonesia seperti itu. Jazakumullohu Khairon.
Ummu Rumman.

Muhammad Salim Al-Limboriy menjawab:
بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً، وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ، وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا، فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ».
"Sampaikan oleh kalian dariku walau hanya satu ayat, dan kisahkanlah tentang bani Isroil dan tidak mengapa (mengisahkannya), dan barang siapa berdusta dengan sengaja atas (nama)ku maka hendaknya dia menyiapkan tempat duduknya di neraka". Diriwayatkan oleh Ahmad, Al-Bukhoriy, At-Tirmidziy dan Ibnu Hibban dari Abdulloh bin 'Amr bin 'Ash.
Dari hadits tersebut dengan mudah difahami bahwa menyampaikan ayat dari Al-Qur'an atau hadits dari sunnah-sunnah Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) bukan dipersyaratkan harus hafal Al-Qur'an, ketika datang rombongan sebagian penuntut ilmu ke sisi Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) maka Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) langsung memerintahkan mereka untuk menghafal satu hadits lalu beliau memerintahkan mereka menyampaikan hadits tersebut ke kaum mereka, beliau (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«احْفَظُوهُنَّ وَأَخْبِرُوا بِهِنَّ مَنْ وَرَاءَكُمْ»
"Kalian hafal (itu semua), dan kabarkanlah oleh kalian tentangnya kepada orang-orang yang di belakang kalian". Diriwayatkan oleh Al-Bukhoriy di dalam "Shohih"nya pada "Kitabul Ilmi" dari hadits Abdulloh bin 'Abbas.
Seseorang yang menyeru kepada ilmu syar'iy maka dia adalah seorang da'i, dan setiap da'i mengetahui kadar atau kemampuannya masing-masing, ada dari mereka yang mampua hanya bidang tajwid maka dia mengajarkan tajwid, ada dari mereka mampu hanya bidang nahwu maka dia mengajarkannya, dan lebih dari itu adapula yang menguasai berbagai bidang maka dia ajarkan itu semua.
Kebutuhan umat terhadap para da'i adalah mendesak, maka suatu kesalahan bila kemudian mencegah atau melarang seseorang dari berdakwah dengan alasan bukan ahli ilmu atau tidak hafal Al-Qur'an, akan hendaknya diberi keluangan baginya, karena dia senang  berdakwah maka arahkan dia, biarkan dia mengajar sesuai kemampuannya, misalnya dia bisa mengajar "Iqro Qiro'atiy" atau "Durusul Lughoh" jilid 1 (satu) maka dukung dia, bersamaan dengan itu terus kamu semangati untuk dia mengajar sambil belajar karena ini termasuk salah satu diberkahinya ilmu, pahamkan dia dengan kitab-kitab para ulama, bukakan untuknya dan kawan-kawannya pelajaran khusus, ajari dia bersama kawan-kawannya, kader mereka sehingga mereka benar-benar akan menjadi "du'at Ilalloh 'ala bashiroh".
Bukan syarat seorang da'i itu harus menghafal Al-Qur'an, Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) memerintahkan Mu'adz bin Jabal untuk dakwah ke Yaman, juga beliau (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) memerintahkan  Ali bin Abi Tholib untuk keluar dakwah dan beberapa shohabatnya, ketika itu Al-Qur'an belum diturunkan semuanya, mereka para shohabat masih menghafal yang sudah diturunkan akan tetapi mereka sudah diperintahkan untuk berdakwah.
Manusia itu berbeda-beda intelek dan pemahamannya; ada yang cepat faham dan ada yang sulit faham, ada yang mudah menghafal dan ada pula yang sangat sulit menghafal, dengan keadaan seperti itu hendaknya seorang da'i ketika mendidik tidak memperlakukan mereka seperti militerisasi; harus bisa, kalau tidak bisa maka dicambuk, dipukul sampai bengkak atau disuruh berdiri sampai harus bisa, walaupun ada sebagian orang berdalil bahwa ada shohabat merantai anaknya dalam belajar, namun yang jadi patokan dan teladan kita adalah Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), di dalam "Shohih Muslim" dari Anas bin Malik, beliau berkata:
" خَدَمْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَشْرَ سِنِينَ، وَاللهِ مَا قَالَ لِي: أُفًّا قَطُّ، وَلَا قَالَ لِي لِشَيْءٍ: لِمَ فَعَلْتَ كَذَا؟ وَهَلَّا فَعَلْتَ كَذَا؟
"Aku menjadi pembantu Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) selama 10 (sepuluh tahun), demi Alloh, tidaklah beliau berkata kepadaku: "uf" sama sekali, dan beliau tidak pula berkata kepadaku dengan sesuatu: "Kenapa kamu lakukan demikian?!!!", mengapa kamu berbuat demikian?!!!".
Beliau (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) tidak berkata keras kepada anak-anak didikannya, lebih-lebih kalau beliau memukul maka sungguh beliau tidak melakukan itu, demikianlah akhlak penghafal Al-Qur'an, beliau (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berakhlak dengan Al-Qur'an, Sa'd bin Hisyam berkata:
"سَأَلْتُ عَائِشَةَ عَنْ خُلُقِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْ: " أَمَا تَقْرَأُ الْقُرْآنَ؟ فَقُلْتُ: بَلَى. فَقَالَتْ: فَإِنَّ خُلُقَهُ كَانَ الْقُرْآنَ ".
"Aku bertanya kepada Aisyah tentang akhlaknya Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) maka dia berkata: "Tidakkah kamu membaca Al-Qur'an?!", maka aku berkata: "Tentu (saya membacanya)", maka dia berkata: "Sesungguhnya akhlaknya beliau adalah Al-Qur'an". Diriwayatkan oleh Ishaq bin Rohawaih.
Sungguh telah kami saksikan dengan mata kepala dan kami telah mendengar dengan telinga kami bahwa di Dammaj juga para thullab berbeda-beda, ada dari mereka dalam beberapa bulan sudah menghafal Al-Qur'an, ada pula beberapa tahun sudah bisa menghafalnya dan ada pula lebih dari itu tidak mampu menghafalnya, ada yang la'ab (suka main) akan tetapi cepat hafal Al-Qur'an, ada yang "banting tulang" (bersungguh-sungguh) namun tidak bisa menghafalnya, sampai ada sebagian mereka sudah bersusah payah menghafal dengan mengikuti petunjuk orang-orang yang telah menghafal namun masih saja tidak mampu menghafal, bila sudah hafal juz 30 kemudian pindah ke juz 29 maka yang dilewati terlupakan, dan masalah ini banyak didapati, bukan hanya 4 (empat) tahun namun lebih dari itu masih belum bisa menghafal Al-Qur'an, dan ini banyak kita dapati, kalau kita mengatakan mereka la'ab mungkin kita sudah zholim, karena kenyataan mereka bersungguh-sungguh dalam menghafal, rajin belajar dan beribadah.
Dan yang lebih jelek lagi ada yang lebih dari 4 (empat) tahun tidak bisa menghafal Al-Qur'an, tidak bisa baca kitab gundul, tidak bisa berbahasa Arob dengan benar, malas beribadah, tidak bisa mengambil faedah dan tidak bisa memberi faedah, lebih dari itu sukanya bikin fitnah dan bikin onar maka orang seperti ini terkenai perkataan Alloh:
{أَمْ تَحْسَبُ أَنَّ أَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُونَ أَوْ يَعْقِلُونَ إِنْ هُمْ إِلَّا كَالْأَنْعَامِ بَلْ هُمْ أَضَلُّ سَبِيلًا} [الفرقان: 44]
"Ataukah kamu menyangka bahwa kebanyakan mereka mendengar atau memahami, tidaklah mereka itu melainkan seperti binatang bahkan mereka lebih sesat jalan(nya)". (Al-Furqon: 44).
Tidak kita pungkiri bahwa memang kenyataan banyak para penghafal Al-Qur'an dari keluaran Dammaj, bukan suatu berlebihan kalau kita katakan mayoritas orang-orang yang bersungguh-sungguh belajar di Dammaj bisa menghafal Al-Qur'an.
Orang yang mampu menghafal Al-Qur'an dan yang tidak mampu semuanya itu adalah ujian, siapakah dari mereka yang akan berhujat dengannya? Dan siapakah dari mereka yang akan dihujati oleh Al-Qur'an?:
«وَالْقُرْآنُ حُجَّةٌ لَكَ أَوْ عَلَيْكَ».
"Dan Al-Qur'an adalah hujjah bagimu atau hujjah atasmu". Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Malik Al-Asy'ariy, dari Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ).
Ada yang sangat mantap hafalan Al-Qur'annya akan tetapi keadaannya seperti yang dikatakan oleh Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ):
«يَخْرُجُ مِنْهُ قَوْمٌ يَقْرَءُونَ القُرْآنَ، لاَ يُجَاوِزُ تَرَاقِيَهُمْ».
"Akan keluar darinya suatu kaum yang mereka membaca Al-Qur'an yang tidak melewati kerongkongan mereka". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon dari Abu Sa'id Al-Khudriy. Dia membaca hanya sekedar di bibir, tidak ada perenungan ma'na dan tidak ada pula penghayatan kandungannya, dan orang seperti ini tampak kerusakan pada akhlaknya.
Adapun perkataan penanya: "karena kalau Al-Qur'an saja yang (penting) tidak hafal, apa lagi menghafal hadits dan perkataan syaikhnya" maka ini tidak bisa diitlakkan, karena ada sebagian orang bisa dan mudah menghafal hadits dan mutun aqidah akan tetapi sulit menghafal Al-Qur'an, semua itu adalah keutamaan tersendiri yang telah Alloh (تعالى) rezqikan kepada hamba-hamba-Nya, sebagaimana Alloh (تعالى) telah berikan kelebihan dan keutamaan kepada sebagian Rosul terhadap sebagian yang lain:
{تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ} [البقرة: 253]
"Demikianlah para Rosul, Kami telah mengutamakan sebagian mereka atas sebagian (yang lain), diantara mereka ada yang Alloh mengajaknya bicara dan Dia mengangkat derajat sebagian yang lain". (Al-Baqoroh: 253).
Tidak dibenarkan bagi orang yang menghafal Al-Qur'an kemudian meremehkan orang yang tidak menghafalnya, karena bisa jadi dia hanya hafal Al-Qur'an namun tidak bisa memahami ma'na dan tafsirnya, atau sebaliknya, maka sungguh bagus perkataan Nabi Khidhir kepada saudaranya Nabi Musa:
«يَا مُوسَى إِنِّي عَلَى عِلْمٍ مِنْ عِلْمِ اللَّهِ عَلَّمَنِيهِ لاَ تَعْلَمُهُ أَنْتَ، وَأَنْتَ عَلَى عِلْمٍ عَلَّمَكَهُ لاَ أَعْلَمُهُ».
"Wahai Musa! Sesungguhnya aku di atas suatu ilmu dari ilmunya Alloh yang Dia telah mengajarkannya kepadaku, yang kamu tidak mengetahuinya, dan kamu di atas suatu ilmu, yang Dia telah mengajarkannya kepadamu, yang saya tidak mengetahuinya". Diriwayatkan oleh Asy-Syaikhon, dari Abdulloh bin Abbas, dari Ubaiy bin Ka'ab, dari Nabi (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ).
Maka sungguh betapa indahnya kalau para da'i Ahlussunnah ada kerukunan, sehingga dengan itu saling mengisi dan dan saling menguatkan, karena sangat jarang kita dapati ada seorang da'i bisa merangkul semua bidang ilmu syar'i.
Adapun perkataan penanya "apakah da'i yang seperti ini boleh di ambil ilmunya?" maka dirinci, kalau ilmu yang dia ajarkan atau yang dia dakwahkan itu haq (kebenaran) maka diterima dan diambil ilmunya, berbeda halnya kalau dia bukan Ahlussunnah maka dengan serentak kita katakan: "Kita tidak membutuhkan ilmu dari selain Ahlussunnah", Ibnu Sirin semoga Alloh merohmatinya berkata:
"لَمْ يَكُونُوا يَسْأَلُونَ عَنِ الْإِسْنَادِ، فَلَمَّا وَقَعَتِ الْفِتْنَةُ، قَالُوا: سَمُّوا لَنَا رِجَالَكُمْ، فَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ السُّنَّةِ فَيُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ، وَيُنْظَرُ إِلَى أَهْلِ الْبِدَعِ فَلَا يُؤْخَذُ حَدِيثُهُمْ".
"Tidaklah mereka dahulu bertanya tentang sanad (jalur periwayatan hadits), maka tatkala terjadi fitnah, maka mereka berkata: Sebutkan rijal (para periwayat) kalian, maka dilihat kalau dia dari Ahlussunnah maka diambil hadits mereka, dan dilihat kalau dari Ahlulbid'ah maka tidak diambil hadits mereka". Diriwayatkan oleh Muslim di dalam "Muqoddimah Shohih"nya.
Perlu diketahui bahwa seorang penuntut ilmu itu punya hak untuk memilih dan memilah mana ustadz yang cocok untuknya!, kalau dia mengetahui ada seorang ustadz yang mengalami kekurangan maka dia bisa mencari ustadz yang lain. Dan hendaknya pula bagi para ustadz berlapang dada dan jangan memaksa para penuntut ilmu untuk harus bersamanya, akan tetapi berupayalah bisa memberi yang terbaik atau minimalnya mampu menunjukan kepada kebaikan:
«انْطَلِقْ إِلَى أَرْضِ كَذَا وَكَذَا، فَإِنَّ بِهَا أُنَاسًا يَعْبُدُونَ اللهَ فَاعْبُدِ اللهَ مَعَهُمْ».
"Pergilah kamu ke negri demikian dan demikian, karena sesungguhnya di negri tersebut ada segolongan manusia yang mereka beribadah kepada Alloh maka beribadahlah kamu kepada Alloh bersama mereka (dalam beribadah kepada Alloh)". Diriwayatkan oleh Muslim dari Abu Sa'id, dari Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ).
Rosululloh (صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) berkata:
«مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ»
"Barang siapa menunjukan kepada kebaikan maka baginya semisal pahala pelakunya". Diriwayatkan oleh Muslim, dari Abu Mas'ud Al-Anshoriy.
وصَلَّى اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم.

SYARI'AT BERHIJAB UNTUK SEMUA WANITA MUSLIMAH BUKAN HANYA WANITA AROB


SYARI'AT BERHIJAB
UNTUK
SEMUA WANITA MUSLIMAH BUKAN HANYA WANITA AROB

Pertanyaan:
بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
Masyarakat kaum muslimin di negri kita kebanyakan dari mereka menganggap bahwa jilbab atau cadar itu adalah pakaian adat orang Arob?. Dan ada sebagian da'i-da'i mereka menegaskan bahwa cadar itu khusus untuk para istri Nabi, apakah benar demikian?.

Muhammad Salim Al-Limboriy menjawab:
بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Apa yang mereka katakan itu tidak benar, memakai jilbab bagi wanita adalah suatu kewajiban yang tidak bisa dipungkiri, adapun penegasan mereka bahwa cadar khusus untuk istri Nabi (صلى الله عليه وسلم) maka ini  juga tidak benar, walaupun memang sebab turunnya perintah berhijab ditujukan kepada istri-istri Nabi (صلى الله عليه وسلم) akan tetapi hukumnya adalah umum, mencakup seluruh para wanita muslimah:
"الْعِبْرَةُ بِعُمُومِ اللَّفْظِ لَا بِخُصُوصِ السَّبَبِ".
"Pelajaran adalah dengan keumuman lafadz, bukan kekhususan sebab".
Lebih-lebih adanya ayat yang memperjelas tentang masalah tersebut, Alloh (تعالى) berkata:
{يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ} [الأحزاب: 59].
"Wahai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu dan putri-putrimu dan wanita-wanita orang-orang yang beriman untuk menjulurkan jilbab mereka ke seluruh tubuh-tubuh mereka". (Al-Ahzab: 59).

Pertanyaan:
Apakah boleh bagi orang yang kesurupan jin melakukan dakwah; baik dia berceramah, berfatwa atau menulis?.

Muhammad Salim Al-Limboriy berkata:
Sebelum menanggapi pertanyaan tersebut terlebih dahulu mengetahui apa orang tersebut benar adanya; kesurupan jin atau kah hanya permainan orang-orang tertentu yang berupaya mencegahnya dari melakukan kebaikan?!.
Sungguh telah kami dapatkan banyak orang yang hasad atau benci setengah mati kepada seseorang, pada akhirya mereka melemparkan berbagai tuduhan kepada orang tersebut, mereka menginginkan orang tersebut diam dan tidak berbuat apa-apa, dan ini pernah kami alami, ketika kami disihir oleh tukang sihir Qotalahulloh (semoga Alloh membunuhnya) dengan sebab itu membuat kami tidak bisa beraktivitas karena kami merasakan sakit yang sangat parah, tiba-tiba ada orang-orang yang sok merasa ahli ruqyah atau sok merasa sering menghadapi orang kesurupan jin mengatakan bahwa kami "kesurupan jin" dan lebih joroknya lagi ada yang menyatakan bahwa kami "diperkosa jin", maka kami tantang orang-orang tersebut dan Alhamdulillah mereka tidak sanggup mendatangkan argumen dan alasan.
Barang siapa yang menuduhkan kepada kami dengan tuduhan "kesurupan jin" atau tuduhan lainnya yang tidak benar ada pada kami maka:
"أسأل الله أن يقطع لسانه".
"Aku memohon kepada Alloh untuk memotong lisannya".
Dan ini persis pula dengan tuduhan sebagian hizbiyyin ketika mereka merasa benci dan jengkel kepada Al-Ustadz Al-Karim Abu Mas'ud Lamongan semoga Alloh menjaganya maka berkatalah salah seorang kepada sebagian yang lain bahwa "Abu Mas'ud itu perlu diruqyah karena mantan preman mungkin ada tato di badanya".
Begitu pula ada dari sebagian hizbiyyin karena merasa jengkel kepada Al-Ustadz Abu Ubaidah yang ikut bergabung dengan Al-Ustadz Asnur di pondok pesantren Pak Hasyim di Suroboyo maka mereka mulai mempertanyakan tentang keberadaan beliau, maka kami katakan: "Dakwah ini adalah dakwahnya Alloh bukan dakwahnya mbah-mbah hizbiyyin dan bukan pula dakwah nenek moyang para mumayyi'in, ketika orang yang mereka tuduhkan kesurupan jin duduk bersama mereka mereka sanjung-sanjung namun ketika orang tersebut menyelisihi mereka maka mereka pun berupaya membuntuti jalannya, orang yang pernah kesurupan jin kalau sudah sembuh, atau orang yang pernah berbuat dosa kalau sudah bertaubat maka terbuka bagi mereka pintu kebaikan:
"وَمَنْ يَحُولُ بَيْنَهُ وَبَيْنَ التَّوْبَةِ؟".
"Dan siapa yang menghalau antaranya dan antara taubat?".
Dan yang dikhawatirkan adalah mereka yang bersengaja, sudah tahu tentang kebaikan seseorang, dan sudah tahu pula kebenaran namun masih bersengaja untuk menyelisihinya, sungguh benar perkataan Nabi (صلى الله عليه وسلم):
«وَمَا أَخْشَى عَلَيْكُمُ الْخَطَأَ وَلَكِنْ أَخْشَى عَلَيْكُمُ الْعَمْدَ».
"Dan tidaklah aku takutkan atas kalian suatu kesalahan, akan tetapi yang aku takutkan atas kalian adalah suatu kesengajaan".
Adapun kalau memang orangnya tersebut benar-benar kesurupan jin maka dia lebih tahu tentang dirinya, kapan dia akan melakukan aktivitas dakwah?!, dia bisa melihat waktunya sendiri, adapun untuk melarangnya dari melakukan ibadah seperti dakwah dan melakukan kebaikan maka tidak ada larangan, dia berdakwah ketika sehatnya dan beristrahat ketika sakitnya, dengan keumuman dalil:
«رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلَاثَةٍ: عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَعَنِ الصَّغِيرِ حَتَّى يَكْبَرَ، وَعَنِ الْمَجْنُونِ حَتَّى يَعْقِلَ، أَوْ يُفِيقَ».
"Diangkat pena dari tiga (orang); dari seseorang yang tidur sampai dia bangun, dari anak kecil sampai dia baligh, dari orang gila sampai dia berakal atau dia sadar". Diriwayatkan oleh Al-Imam Ahmad dari hadits Ali semoga Alloh meridhoinya dan diriwayatkan pula oleh Ahlussunan dari hadits Aisyah, dan ini adalah lafadz Ibnu Majah dari hadits Aisyah semoga Alloh meridhoinya, dalam suatu riwayat dengan tambahan:
«وَعَنِ الْمُبْتَلَى حَتَّى يَبْرَأَ».  
"Dan dari yang dipaksa sampai dia bebas (dari paksaan)".
Dan orang yang kesurupan jin masuk dalam keumuman hadits ini, dia tidak terbebani syari'at manakalah masih belum sadar, adapun kalau sudah sadar dan akalnya telah sehat maka dia terkena beban syari'at.

SEMUANYA TIDAK MENYUKAI TINDAK KEKERASAN TERMASUK JUGA HAM (HAK ASASI MANUSIA) TIDAK MENYUKAINYA


SEMUANYA TIDAK MENYUKAI TINDAK KEKERASAN TERMASUK JUGA HAM (HAK ASASI MANUSIA) TIDAK MENYUKAINYA

Pertanyaan:
Tertulis dalam tulisan "Guru yang Jahat" (hal. 2): "Demi Alloh ini sangat jelas sebagai suatu kejahatan dan kekerasaan, maka kami sampaikan kepada pemerintah Indonesia terkhusus mereka yang bertanggung jawab terhadap pendidikan dan hak asasi manusia untuk menindaklanjutinya dan kami menghimbau mereka untuk memperhatikan pendidikan anak-anak kaum muslimin, dan kami nasehatkan kepada anak-anak kaum muslimin supaya mereka memilih guru yang sholih yang mencintai kebaikan".
MOHON DIJELASKAN mengapa disebutkan "HAK ASASI MANUSIA", sementara HAK ASASI MANUSIA (HAM) justru menyelesihi kaidah dalam ISLAM yakni berhukum selain hukum ALLOH dan SUNNAH ROSULLULLOH (صلى الله عليه وسلم).

Muhammad bin Salim menjawab:
بِسم الله الرَّحمنِ الرَّحِيم
الحَمْدُ لله، أَحْمَدُه، وأستعينُه، وأستغفرُهُ، وأَشْهَدُ أنْ لا إلَهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيكَ لَهُ، وأشهدُ أنَّ مُحَمَّدًا عبْدُه ورَسُولُه.
أمّا بعدُ:
Apa yang penanya minta tidak cukup, seyogyanya penanya juga permasalahkan sindiran kami tentang "yang bertanggung jawab terhadap pendidikan (Nasional)", dan permasalahan ini juga masuk pada perkataan penanya: "…justru menyelesihi kaidah dalam ISLAM yakni berhukum selain hukum ALLOH dan SUNNAH ROSULLULLOH (صلى الله عليه وسلم)".
Kami menyinggung tentang permasalahan HAM karena hampir semua pihak memahami dan menentang tindak kekerasan, kita ketahui bersama  bahwa negara Indonesia adalah negara yang tidak menyukai tindak kekerasan, dan kami sengaja menunjukan demikian supaya mereka menyadari bahwa ternyata bukan hanya hukum kenegaraan yang menolak tindak kriminal dan kekerasan akan tetapi hukum Islam lebih dari itu, Alloh (تعالى) berkata:
{وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ} [الأنبياء: 107]
"Dan tidaklah Kami mengutusmu melainkan sebagai rohmat untuk semesta alam". (Al-Anbiya': 107).
Adapun apa yang kami katakan maka sungguh telah jelas dan kami memiliki alasan tentang itu, Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) berkata kepada dua orang yahudi yang berzina:
«مَا تَجِدُونَ فِي التَّوْرَاةِ فِي شَأْنِ الرَّجْمِ».
"Apa yang kalian dapati di dalam Taurot tentang masalah rojam?!". Kemudian orang-orang yahudi berdusta tentang hukum mereka, dan menutupi ayat rojam maka Abdulloh bin Salam berkata:  
"ارْفَعْ يَدَكَ".
"Angkat tanganmu". Pada kelanjutan hadits dengan lafadz:
"فَرَفَعَ يَدَهُ فَإِذَا فِيهَا آيَةُ الرَّجْمِ، فَقَالُوا: صَدَقَ يَا مُحَمَّدُ، فِيهَا آيَةُ الرَّجْمِ، فَأَمَرَ بِهِمَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَرُجِمَا".
"Lalu dia mengangkat tangannya ternyata ada padanya ayat rojam, maka mereka berkata: "Benar wahai Muhammad (صلى الله عليه وسلم), ada padanya ayat rojam", maka Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) memerintahkan untuk keduanya dirojam".
Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) memerintahkan mereka untuk membukakan Taurot karena ada kesesuaian hukum tentang permasalahan tersebut, kalau tidak ada kesesuaian maka belum tentu Rosululloh (صلى الله عليه وسلم) akan memerintahkannya karena orang-orang yahudi telah merubah-rubah kitab mereka (Taurot). Maka begitu pula kami mengajak pemerintah Indonesia untuk menindak lanjutinya karena mereka (pemerintah Indonesia) membenci tindak kekerasaan seperti itu, lagi pula mereka lebih berhak untuk menindak lanjutinya maka kami serahkan kepada mereka.
Wallohu A'lam wa Ahkam.
وصَلَّى اللَّهُ على مُحَمَّد وَآلِهِ وَصَحْبِه وَسَلِّم.

MINHAJUT TABI'IN DALAM MENYELISIHI ORANG-ORANG YANG TAQLID


MINHAJUT TABI'IN

DALAM MENYELISIHI ORANG-ORANG YANG TAQLID

ilah yang digembar-gemborkan oleh para hizbiyyin, hingga mereka namai dengan wasilah berberkah, tidak heran kalau kemudian Asykari menamainya dengan:
الجـمعـيّـات المؤسسات السلفية بركات لا حركة بلا بركة
Yang dia tulis dengan judul Indonesianya: "Mendulang Berkah dengan Membuat Yayasan Salafiyah yang Berlandaskan Tashfiyyah wat Tarbiyyah tanpa Dilumuri Fikrah Hizbiyyah dan Meninggalkan Gerakas Sirriyah". Dan patut untuk disyukuri ucapan orang rendahan ini telah dibantah oleh Al-Imam Al-Wadi'iy, beliau rahimahullah berkata: 
الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا  قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا) [الكهف :- 2]
"Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya sebuah kitab tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya, sebagai bimbingan yang lurus untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah dan memberi berita gembira kepada orang-orang yang beriman dan beramal shalih bahwa mereka akan mendapatkan balasan yang baik". (Al-Kahfi: 1-2).  
Aku bersaksi bahwasanya tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan Aku bersaksi bahwasanya Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, yang Allah subhanahu wa ta'ala telah mengutusnya dengan agama yang tetap[1] dan agama yang lurus serta Allah telah menjadikan syari'at pada suatu perkara yang Allah ta'ala memerintahkannya untuk mengikuti syari'at tersebut[2] dan Allah memerintahkan kepada rasul-Nya untuk mengatakan:
(هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي) [يوسف :108]
"Ini adalah jalanku dan aku menyeru kepada Allah di atas ilmu, saya dan orang-orang yang mengikutiku" (Yusuf: 108) shalawat dan salam dan sebenar-benar keselamatan atasnya.
Kemudian dari pada itu:
Sungguh telah kokoh di dalam "Shahihain (Al-Bukhari dan Muslim)" dari hadits Abi Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
« مَنْ أَطَاعَنِى فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ، وَمَنْ عَصَانِى فَقَدْ عَصَى اللَّهَ ، وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيرِى فَقَدْ أَطَاعَنِى ، وَمَنْ عَصَى أَمِيرِى فَقَدْ عَصَانِى).
"Barang siapa yang mentaatiku maka sungguh dia telah mentaati Allah dan barang siapa yang bermaksiat kepadaku maka sungguh dia telah bermaksiat kepada Allah dan barang siapa yang mentaati pemimpinku maka sungguh dia telah mentaatiku, barang siapa yang mema'siati pemimpinku maka sungguh dia telah mema'siatiku".
            Dan sungguh kitab Allah (Al-Qur'an) telah menunjukkan atas hadits ini sebagaimana perkataan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
 (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ) [النساء :59] .
"Wahai orang-orang yang beriman taatilah Allah dan ta'atilah Rasul serta ulil amri (umara' dan ulama') diantara kalian". (An-Nisa: 59).
            Allah subhanahu wa ta'ala telah memerintahkan untuk mentaati-Nya dan mentaati rasul-Nya serta memerintahkan untuk mentaati ulil amri (yaitu ulama' dan umara')[3] akan tetapi ketaatan kepada ulil amri dengan syarat jika mereka tidak memerintahkan untuk berma'siat kepada Allah, jika mereka memerintahkan yang demikian itu maka tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam mema'siati Al-Khaliq (Yang Maha Pencipta). Dan sungguh Al-Musthafa (Rasulullah) 'alaihis shalatu was sallam telah menjelaskan bahwa menta'ati ulil amri (yaitu ulama' dan umara') termasuk dari menta'ati beliau shallallahu 'alaihi wa sallam, dan menta'ati beliau termasuk dari menta'ati Allah.
            Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah mengkhabarkan bahwa menta'ati beliau termasuk sebab seseorang masuk Jannah, dan bahwasanya memaksiati beliau termasuk sebab seseorang masuk neraka, dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
(كُلُّ أُمَّتِى يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ ، إِلاَّ مَنْ أَبَى » . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ « مَنْ أَطَاعَنِى دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِى فَقَدْ أَبَى) رواه البخاري.
"Semua umatku akan masuk jannah (surga), kecuali orang-orang yang enggan". Para shahabat bertanya: Ya Rasulullah siapa orang enggan itu? Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab: "Barang siapa yang mentaatiku maka dia kan masuk jannah, dan barang siapa yang memaksiatiku maka sungguh dia telah enggan". (HR. Bukhariy).
PASAL:
PENYELISIHAN RASUL SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM TERHADAP MUNCULNYA BID'AH DI DALAM ISLAM, DAN KENGERIAN BID'AH TERHADAP KAUM MUSLIMIN ITU SANGATLAH DAHSYAT MAKA DITEKANKAN SEKALI BAGI KAUM MUSLIMIN DAN BAHKAN HARUS BAGI MEREKA UNTUK MENGETAHUINYA DAN MEMPERINGATKAN DARINYA.

            Seperti apa yang telah diada-adakan oleh sebagian kaum muslimin dalam da'wah, mulai dari jam'iyah, muassasah (yayasan-yayasan)[4], dan ma'had-ma'had TN (Tarbiyatun Nisa')[5] dan yang selainnya yang masuk pada perkara baru yang tidak disyari'atkan oleh Allah subhanahu wa ta'ala. Sungguh telah ada riwayat di dalam "Shahihain (Shahih Bukhariy-Muslim)" dari hadits Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata:
من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد
"Barang siapa yang mengada-adakan perkara baru dalam urusan (agama) kami ini yang bukan bagian darinya, maka dia tertolak".
PASAL:
PERINTAH UNTUK MENYELISIHI ORANG-ORANG YANG TAQLID

          Allah ta'ala berkata:
 (فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ)  [النحل: 43].
"Bertanyalah kepada ahli dzikir jika kalian tidak mengetahui". (An-Nahl: 43).
            Berkata Asy-Syaikh Al-Allamah Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin rahimahullah[6] di dalam "Al-Ushul Min Ilmil Ushul": Ahli dzikir mereka adalah ahli ilmu, dan orang-orang yang taqlid bukanlah termasuk dari ahli ilmi yang diikuti (dijadikan teladan) namun dia hanya mengikuti selainnya.
Taqlid adalah termasuk salah satu penyakit umat-umat terdahulu, Allah ta'ala berkata:
 (اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ)  [التوبة:31].
"Mereka menjadikan ulama-ulama dan rahib-rahib mereka sebagai sesembahan selain Allah, dan (begitu pula) Al-Masih Ibnu MaryamDan tidaklah mereka diperintah melainkan supaya mereka beribadah kepada sesembahan yang satu saja (yakni Allah) yang tidak ada sesembahan kecuali Dia, Maha Suci Allah terhadap apa-apa yang mereka persekutukan". (At-Taubah: 31). Allah ta'ala juga berkata:
 (وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ) [المائدة:104].
"Jika dikatakan kepada mereka: Kemarilah kepada apa-apa yang telah Allah turunkan (Al-Qur'an) dan kepada Rasul-Nya (As-Sunnah)! Mereka menjawab: Cukuplah bagi kami apa-apa yang kami dapatkan dari bapak-bapak kami. Walaupun bapak-bapak mereka itu tidak memiliki ilmu sedikipun dan tidak pula bapak-bapak mereka mendapat petunjuk". (Al-Maidah: 104).
            Dan sungguh Islam telah mencela taqlid ini begitu pula orang-orang yang taqlid, Allah ta'ala berkata:
(يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسولَا (66) وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا) [الأحزاب:66، 67].
"Pada suatu hari nanti (hari kiamat) akan dibulak-balik wajah-wajah mereka di dalam neraka. Maka mereka mengatakan (dengan penuh penyesalan): Seandainya dahulu (ketika di dunia) kami mentaati Allah dan Rasul-Nya. Dan mereka berkata: Wahai Robb kami! Sesungguhnya kami telah membebek kepada pemimpin-pemimpin dan pembesar-pembesar kami, maka merekalah yang menyesatkan kami dari jalan (Mu)". (Al-Ahzab: 66-67).
PASAL
PERINTAH UNTUK MENYELISIHI FANATISME
            Dan termasuk dari perkara yang tercela adalah 'ashobiyyah (fanatik) terhadap teman atau mazhab walaupun di atas kebatilan[7], Allah ta'ala berkata:
 (وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ) [المائدة: 2].
"Dan tolong menolonglah kalian di atas kebaikan dan taqwa dan janganlah tolong menolong di atas dosa dan permusuhan. dan bertaqwalah kalian kepada Allah. sesungguhnya Allah sangatlah pedih siksaan-(Nya)". (Al-Maidah: 2).
            Allah ta'ala juga berkata:
 (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا [النساء: 135] .
"Wahai orang-orang yang beriman jadilah kalian orang-orang yang benar-benar sebagai penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapak dan para kerabatmu, meskipun ia kaya atau miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan". (An-Nisa': 135).
            Dan telah tsabit di dalam Shahih Muslim, dari hadits Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bahwasanya beliau berkata:  
(( مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً وَمَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عُمِّيَّةٍ يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍ أَوْ يَدْعُو إِلَى عَصَبَةٍ أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً فَقُتِلَ فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ وَمَنْ خَرَجَ عَلَى أُمَّتِى يَضْربُ بَرَّهَا وَفَاجِرَهَا وَلاَ يَتَحَاشَ مِنْ مُؤْمِنِهَا وَلاَ يَفِى لِذِى عَهْدٍ عَهْدَهُ فَلَيْسَ مِنِّى وَلَسْتُ مِنْه)) .
"Barang siapa yang keluar dari ketaatan dan memisahkan diri dari jama'ah maka dia mati dalam keadaan mati jahiliyyah. dan barang siapa yang berperang di bawah bendera fanatime, dia marah karena fanatik atau menyeru kepada fanatik atau menolong karena fanatik kemudian dia terbunuh maka dia mati jahiliyyah, dan barang siapa yang keluar (memisahkan diri) dari umatku, dia memukul orang yang baik dan yang fajir (jahat)dan dia tidak membantu dari kemukminannya dan tidak pula memenuhi terhadap yang membuat perjanjian dengannya maka sungguh dia tidak termasuk dari kami dan kami bukan dari mereka".
PASAL:
PERINTAH UNTUK MENYELISIHI PENGIKUT HAWA NAFSU
Allah subhana berkata:
 (وَلَقَدْ آَتَيْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ (16) وَآَتَيْنَاهُمْ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْأَمْرِ فَمَا اخْتَلَفُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (17) ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ) [الجاثية:16-18].
"Dan sesungguhnya telah Kami berikan kepada bani Israil Al-Kitab, kekuasaan dan kenabiaan dan kami berikan rezki-rezki yang baik dan Kami lebihkan atas bangsa-bangsa (pada masanya) dan Kami berikan kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata tentang urusan (agama); maka mereka tidak berselisih melainkan sesudah datang kepada mereka ilmu karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. sesungguhnya Robbmu akan memutuskan antara mereka pada hari kiamat terhadap apa yang mereka selalu berselisih padanya. kemudian kami jadikan kamu di atas syari'at, maka ikutlah syari'at tersebut dan janganlah kamu mengikuti keinginan orang-orang yang tidak berilmu". (Al-Jaatsiyah: 15-18).
Berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah dalam "Al-Iqtidho'" (hal. 30): Allah subhanahu  mengkhabarkan bahwasanya Dia telah memberikan ni'mat kepada bani Isroil dengan ni'mat dien (agama) dan ni'mat dunia. dan bahwasanya mereka berselisih setelah datang kepada mereka ilmu, diantara mereka saling membenci antara satu dengan yang lainnya, kemudian setelah diutus Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam dengan suatu syari'at yang Dia menyari'atkannya  dan memerintahkan untuk mengikutinya dan melarang dari mengikuti hawa nafsu orang-orang yang mereka tidak memiliki ilmu. dan sungguh telah masuk pada orang-orang yang mereka tidak memiliki ilmu; setiap orang yang menyelisihi syari'atnya[8].
Dan Allah ta'ala berkata:
 (وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ حُكْمًا عَرَبِيًّا وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَمَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا وَاقٍ) [الرعد: 37]
"Dan demikianlah Kami telah menurunkan Al-Qur'an itu sebagai peraturan (yang benar) dalam bahasa Arob dan seandainya kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang ilmu kepadamu maka sekali-kali tidak ada pelindung dan pemelihara bagimu terhadap (siksa Allah)". (Ar-Ra'du: 37).
Dan Allah ta'ala berkata:
 (وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ) [البقرة: 120]
"Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka setelah datang kepadamu ilmu maka Allah tidak akan menjadi pelindung dan penolong bagimu". (Al-Baqarah: 120).
            Dan Allah ta'ala berkata:
 (وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّكَ إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ) [البقرة :145].
"Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti hawa nafsu mereka (Yahudi dan Nasroni) setelah datang kepadamu ilmu, sesungguhnya kalau begitu kamu termasuk golongan orang-orang yang zhalim". (Al-Baqarah: 145)[9].
Di tulis oleh:
Abul Abbas Khadhir Al-Mulkiy Al-Indunisiy
di Darul Hadits Dammaj (17/12/1429 H).

بسم الله الرحمن الرحيم

منهاج التابعين في مخالفة المقلدين


(الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَى عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا  قَيِّمًا لِيُنْذِرَ بَأْسًا شَدِيدًا مِنْ لَدُنْهُ وَيُبَشِّرَ الْمُؤْمِنِينَ الَّذِينَ يَعْمَلُونَ الصَّالِحَاتِ أَنَّ لَهُمْ أَجْرًا حَسَنًا) [الكهف :- 2]
وأشهد أن لا إله إلا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله. أرسله بالدين القيم والملة الحنيفية وجعله على شريعة من الأمر أمره باتباعها وأمره بأن يقول (هَذِهِ سَبِيلِي أَدْعُو إِلَى اللَّهِ عَلَى بَصِيرَةٍ أَنَا وَمَنِ اتَّبَعَنِي) [يوسف :108] صلى الله عليه وسلم تسليما.
وبعد, فقد ثبت في الصحيحين من حديث أبي هريرة رضي الله عنه أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « مَنْ أَطَاعَنِى فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ ، وَمَنْ عَصَانِى فَقَدْ عَصَى اللَّهَ ، وَمَنْ أَطَاعَ أَمِيرِى فَقَدْ أَطَاعَنِى ، وَمَنْ عَصَى أَمِيرِى فَقَدْ عَصَانِى).
فقد دل كتاب الله على هذا الحديث قال الله سبحانه (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ) [النساء :59] .
أمر الله سبحانه بطاعته وطاعة رسوله وأمر بطاعة أولي الأمر وهم العلماء والأمراء ولكن طاعة أولي الأمر بشرط أن لا يأمروا بمعصية الله فإن أمروا بذلك فلا طاعة لمخلوق في معصية الخالق. وقد بين المصطفى عليه الصلاة والسلام أن طاعة أولي الأمر من طاعته وأن طاعته من طاعة الله.
وأخبر رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم أن طاعته سبب لدخول الجنة وأن معصيته سبب لدخول النار. فعن أبي هريرة أن رسول الله صلى الله عليه وعلى آله وسلم قال: (كُلُّ أُمَّتِى يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ ، إِلاَّ مَنْ أَبَى » . قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَنْ يَأْبَى قَالَ « مَنْ أَطَاعَنِى دَخَلَ الْجَنَّةَ ، وَمَنْ عَصَانِى فَقَدْ أَبَى) رواه البخاري.
فصل:
مخالفة الرسول صلى الله عليه وعلى آله وسلم بظهور البدع في الإسلام
وخطر البدع على المسلمين عظيم يتأكد عليهم وجوب معرفتها والتحذير منها.
مثل ما أحدث بعض المسلمين في الدعوة من الجمعيات والمؤسسات ومعاهد تربية النساء وغيرها من الأمور المحدثة التي لم يشرعها الله سبحانه وتعالى.
فقد جاء في الصحيحين من حديث عائشة رضي الله عنها، قالت: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: (من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد) .
فصل:
الأمر بمخالفة المقلدين
قال تعالى: (فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ)  [النحل: 43].
قال الشيخ العلامة العثيمين رحمه الله في الأصول من علم الأصول: أهل الذكر هم أهل العلم والمقلد ليس من أهل العلم المتبوعين فإنما هو تابع لغيره,  اهـ
          والتقليد هو داء الأمم السابقة قال تعالى: (اتَّخَذُوا أَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ وَالْمَسِيحَ ابْنَ مَرْيَمَ وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبدُوا إِلَهًا وَاحِدًا لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ سُبْحَانَهُ عَمَّا يُشْرِكُونَ)  [التوبة:31].
وقال تعالى: (وَإِذَا قِيلَ لَهُمْ تَعَالَوْا إِلَى مَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَإِلَى الرَّسُولِ قَالُوا حَسْبُنَا مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آَبَاءَنَا أَوَلَوْ كَانَ آَبَاؤُهُمْ لَا يَعْلَمونَ شَيْئًا وَلَا يَهْتَدُونَ) [المائدة:104].
وقد ذم الإسلام التقليد وأهله قال تعالى: (يَوْمَ تُقَلَّبُ وُجوهُهُمْ فِي النَّارِ يَقُولُونَ يَا لَيْتَنَا أَطَعْنَا اللَّهَ وَأَطَعْنَا الرَّسولَا (66) وَقَالُوا رَبَّنَا إِنَّا أَطَعْنَا سَادَتَنَا وَكُبَرَاءَنَا فَأَضَلُّونَا السَّبِيلَا) [الأحزاب:66، 67].
فصل:
الأمر بمخالفة العصبية
ومن الأمور المذمومة التعصب للصاحب (أوالمذهب) و إِن كان مبطلا وقال تعالى (وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ) [المائدة: 2]
وقال تعالى  (يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَاءَ لِلَّهِ وَلَوْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالْأَقْرَبِينَ إِنْ يَكُنْ غَنِيًّا أَوْ فَقِيرًا فَاللَّهُ أَوْلَى بِهِمَا فَلَا تَتَّبِعُوا الْهَوَى أَنْ تَعْدِلُوا وَإِنْ تَلْوُوا أَوْ تُعْرِضُوا فَإِنَّ اللَّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرًا [النساء: 135] .
وقد ثبت في صحيح مسلم عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أَنَّهُ قَالَ (( مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الْجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَّةً وَمَنْ قَاتَلَ تَحْتَ رَايَةٍ عُمِّيَّةٍ يَغْضَبُ لِعَصَبَةٍ أَوْ يَدْعُو إِلَى عَصَبَةٍ أَوْ يَنْصُرُ عَصَبَةً فَقُتِلَ فَقِتْلَةٌ جَاهِلِيَّةٌ وَمَنْ خَرَجَ عَلَى أُمَّتِى يَضْرِبُ بَرَّهَا وَفَاجِرَهَا وَلاَ يَتَحَاشَ مِنْ مُؤْمِنِهَا وَلاَ يَفِى لِذِى عَهْدٍ عَهْدَهُ فَلَيْسَ مِنِّى وَلَسْتُ مِنْه)) .
فصل:
الأمر بمخالفة أصحاب الهوى
قال الله سبحانه: (وَلَقَدْ آَتَيْنَا بَنِي إِسْرَائِيلَ الْكِتَابَ وَالْحُكْمَ وَالنُّبُوَّةَ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى الْعَالَمِينَ (16) وَآَتَيْنَاهُمْ بَيِّنَاتٍ مِنَ الْأَمْرِ فَمَا اخْتَلَفُوا إِلَّا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًا بَيْنَهُمْ إِنَّ رَبَّكَ يَقْضِي بَيْنَهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فِيمَا كَانُوا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (17) ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ) [الجاثية:16-18]
وقال شيخ الإسلام ابن تيمية في الاقتضاء (ص: 30):  أخبر سبحانه أنه أنعم على بني إسرائيل بنعم الدين والدنيا ، وأنهم اختلفوا بعد مجيء العلم بغيا من بعضهم على بعض ثم جعل محمدا صلى الله عليه وسلم على شريعة شرعها له، وأمره باتباعها ، ونهاه عن اتباع أهواء الذين لا يعلمون، وقد دخل في الذين لا يعلمون: كل من خالف شريعته .اهـ
وقال تعالى: (وَكَذَلِكَ أَنْزَلْنَاهُ حُكْمًا عَرَبِيًّا وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَمَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا وَاقٍ) [الرعد: 37]
وقال تعالى: (وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ) [البقرة: 120] وقال تعالى: (وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ إِنَّكَ إِذًا لَمِنَ الظَّالِمِينَ) [البقرة :145].

كتبه:
أبو العباس خضر الملكي الإندونيسي
بدار الحديث بدماج (17/12 / 1429هـ)


[1]  Allah ta'ala berkata:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُون [التوبة/33]
"Dialah yang telah mengutus rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar dalam rangka untuk memenangkan atas agama seluruhnya, walaupun orang-orang musyrik membenci". (At-Taubah: 33 dan Ash-Shaff: 9), dan perkataan-Nya:
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا [الفتح/28]
"Dialah yang telah mengutus rasul-Nya dengan petunjuk dan agama yang benar dalam rangka untuk memenangkan atas agama seluruhnya, cukuplah Allah sebagai saksi". (Al-Fath: 28).
[2]  Allah ta'ala berkata:
ثُمَّ جَعَلْنَاكَ عَلَى شَرِيعَةٍ مِنَ الْأَمْرِ فَاتَّبِعْهَا وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَ الَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ [الجاثية/18]
"Kemudian Kami menjadikan untukmu sebuah syari'at berupa perintah, maka ikutilah syari'at tersebut dan jangan kamu mengikuti hawa nafsu orang-orang yang tidak berilmu". (Al-Jaatsiyah: 18).
[3] ٍSebagaimana telah tsabit (shahih) dalam "Sunan At-Tirmidzi" dari hadits Irbadh bin Sariyah dia berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata dalam wasiatnya:
أوصيكم بتقوى الله عز وجل والسمع والطاعة وإن تأمر عليكم عبد فإنه من يعش منكم فسيري اختلافا كثيرا فعليكم بسنتي وسنة الخلفاء الراشدين المهديين عضوا عليها بالنواجذ وإياكم ومحدثات الأمور فإن كل بدعة ضلالة, (رواه أبو داود والترمذي وقال : حديث حسن صحيح) <<الأربعون النووية - (ج 1 / ص 28)>>
"Aku wasiatkan kepada kalian untuk bertaqwa kepada Allah 'azza wa jalla supaya mendengar dan taat walaupun yang memimpin kalian adalah seorang budak, dan barang siapa yang hidup diantara kalian maka dia akan melihat perselisihan yang banyak maka wajib atas kalian untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah khulafaur rasyiidin yang terbimbing, dan gigitlah dengan gigi geraham kalian dengan kuat dan hati-hatilah kalian dari perkara yang baru, karena sesungguhnya setiap bid'ah adalah sesat". (HR. Abu Dawud dan At-Tirmidziy, dan beliau berkata: Hadits ini hasan shahih) [lihat "Syarah Al-Arba'un An-Nawawiy"; Juz 1, hal. 28].

[4]  Perkara baru yang satu ini adalah salah satu was
جمعيات هذه يا إخوان هي وسيلة, وكذا الصندوق أي نعم, الطريق إلى حزبية والوسيلة إلى الحزبية
"Yayasan ini, ya ikhwan adalah wasilah (sarana), demikian pula kotak infaq, iya, ini jalan menuju hizbiyyah dan sarana menuju hizbiyyah". (Kaset pertanyaan Bani Bakr tahun 1421H, setahun sebelum beliau meninggal).
                Berkata Asy-Syaikh Kamal bin Tsabit Al-'Adaniy Al-Hamudiy hafidzahullah:
ما حصل في فتنة الجمعيات في زمن الشيخ مقبل رحمه الله, والشيخ يقول: هذه حزبية, هذه حزبية, حزبية مغللقة.
Apa yang muncul dari fitnah yayasan-yayasan pada zaman syaikh Muqbil rahimahullah, dan syaikh Muqbil mengatakan: (Yayasan) ini adalah hizbiyyah, ini adalah hizbiyyah, hizbiyyah yang terselubung".
[5]  Begitu pula perkara baru yang satu ini ikut mewarnai da'wah yang dikenal dengan tempat mengkader dan mendidik generasi mudi, hingga para pendiri dan pengurusnya mempertahankannya setengah mati, ketika muncul fatwa Asy-Syaikh An-Nashih Al-Amin yang menjelaskan bid'ah dan sesatnya metode tarbiyyah seperti itu mereka marah dan emosi, ini salah satu sebab dari sekian sebab membuat mereka marah terhadap Asy-Syaikh An-Nashih Al-Amin dan para murid-muridnya, Yayasan, minta-minta, kotak infaq, proposal, majalah, buletin, dan yang semisalnya difatwakan tidak boleh, berda'wah dengan jihad dianggap haraki atau lebih dari itu, dengan sempitnya bergerak mereka pun marah dan emosi, hingga kebencian terhadap Asy-Syaikh An-Nashih Al-Amin semakin menjadi-jadi, begitu pula kebencian dan permusuhan terhadap murid-murid Asy-Syaikh An-Nashih Al-Amin mereka tebarkan, seperti: Rifa'i (pengasuh TN Ngawi), Asykari (pengasuh TN Ibnu Qayyim Balik Papan) dan orang-orang yang setipe dengan mereka.
Dan perlu diketahui fatwa tentang tidak bolehnya TN ini bukan hanya fatwa dari Asy-Syaikh An-Nashih Al-Amin namun juga fatwa dari Al-Imam Al-Albani, hal ini sebagaimana dikumpulkan oleh putrinya yang bernama Sukainah bin Muhammad Nashirudin dengan judul: "Hukmu khuruj Al-Mar'ah lit-ta'lim" (Hukum keluarnya wanita mengajar, Dikumpulkan dari fatwa-fatwa As-Syekh Al-Imam Muhammad bin Nashiruddin Al-Albani).
[6]  Beliau juga berkata: Taqlid adalah: "Mengikuti ucapan seseorang dengan tanpa hujjah" (Syarhu Lum'atil I'tiqad, hal. 166).
[7] Berkata Asy-Syaikh An-Nashih Al-Amin Yahya Al-Hajuriy hafidzahullah:
من تعصب  للباطل رأسه  منكس.[ 27 ربيع الأول 1429 هـ]
"Barang siapa yang fanatik kepada kebatilan maka kepalanya terbalik". [Perkataan ini diucapkan pada tanggal 27 Rabiul Awwal 1429 H].
                Salah satu bentuk fanatik yang paling kentara adalah fanatik yang dilakukan oleh para pengekor Abdurroman Al-Adniy, dengan kental dan pekatnya fanatik tertanam dalam hati mereka sehingga tidak tanggung-tanggung dan tidak berfikir panjang langsung mereka melontarkan pelecehan, penghinaan dan caci makian terhadap kholifah Al-Imam Al-Wadi'iy, berkata Asy-Syaikh Al-Faqih Muhammad bin Hizam hafidzahullah: Wahai saudara-saudaraku -waffaqokumullôh- sesungguhnya apa yang dilakukan ‘Abdurrahmân Al-'Adanî dan orang-orang yang ta'ashub kepadanya di Dammâj adalah suatu perkara yang kami saksikan sendiri dan kami lihat dengan sebenar-benarnya, kami ketahui dengan seyakin-yakinnya, sungguh mereka telah membuat keonaran (pengacauan) dan peremehan terhadap Syaikh kami “An-Nâshihul Amîn” yang diingkari oleh setiap yang istiqômah (di atas al-haq) dan disenangi oleh orang yang sesat dan yang telah ditinggalkan.
[8]  Mengikuti hawa nafsu merupakan salah satu pemicu seseorang mudah mengeluarkan lisan kotor terhadap para ulama, baik celaan, caci makian, penghinaan dan perbuatan yang semisal itu, tidak heran pada zaman sekarang ini muncul kemudian para perusak dan penjahat yang mereka termasuk salah satu alumnus Darul Hadits Dammaj semisal Luqman Ba'abduh, Afifudin, Abu Bakar, Saifullah, dan kawan-kawannya serta para pengekornya. Syaikh Muhammad Al Imam -hafidhahulloh- berkata sebagaimana dalam "Madza Yanqimuna Min Yahya?" (hal. 6):
لايطعن في الشيخ العلا مة يحيى الحجوري إلا جاهل أوصاحب هوى. أو بمعناه..
"Tidaklah mencela Asy Syaikh Al Allamah Yahya Al Hajuri kecuali orang bodoh atau pengekor hawa nafsu".
                Dan tokoh-tokoh semisal penjahat da'wah Luqman Ba'abduh dan kawan-kawannya serta para pengekornya juga ikut andil menghalau-halau dan melarang manusia untuk tidak ke Darul Hadits Dammaj dengan berbagai alasan dan bentuk ucapan serta ikut mentahdzir darinya, maka sikap mereka telah disebutkan oleh Asy-Syaikh Robi' bin Hadiy Al-Madkholiy, berkata Abu Fidâ' As-Sudanî bahwasanya mereka bertemu dengan Syaikh Al-Muhaddits Al-'Allâmah Robi' Al-Madkholî hafidhohullohu ta'âla pada hari pertama hari raya ‘Idul Fitri yang diberkahi tahun 1429 H mereka bertanya tentang orang-orang yang mentahdzir Dammâj,
maka beliau (Asy-Syaikh Robî') berkata,
 “INI ADALAH PENGIKUT HAWA NAFSU”.
[9]  Adalah suatu kewajiban bagi seorang muslim untuk meninggalkan dan menjauhi dengan sejauh-jauhnya para pengekor hawa nafsu, sampai jelas mereka bertuabat dengan sebenar-benar taubat. Allah ta'ala berkata:
وَإِذَا رَأَيْتَ الَّذِينَ يَخُوضُونَ فِي آَيَاتِنَا فَأَعْرِضْ عَنْهُمْ حَتَّى يَخُوضُوا فِي حَدِيثٍ غَيْرِهِ وَإِمَّا يُنْسِيَنَّكَ الشَّيْطَانُ فَلَا تَقْعُدْ بَعْدَ الذِّكْرَى مَعَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ  [الأنعام : 68]
"Dan apabila kamu melihat orang-orang yang mengolok-olok (melecehkan) ayat-ayat Kami, maka berpalinglah kamu dari mereka, sampai mereka berkata dengan perkataan yang lain". (QS. Al-An'âm: 68).